Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

W DENGAN POST

HEMOROIDECTOMY DI RUANG FLAMBOYAN

RSUD dr. R SOETIJONO BLORA

DISUSUN OLEH :

Risdayani Julinda Harmyarti

NIM. P1337420418091

3A

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI D III KEPERAWATAN BLORA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diterima Asuhan Keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan


Pada Tn. W Dengan Post Hemoroidectomy di Ruang Flamboyan RSUD dr. R
Soetijono Blora” pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Demikian lembar pengesahan yang saya buat, apabila ada salah kata mohon
dimaafkan. Terima kasih

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Suhardono, S.Kp.,Ns.,M.Kes. Sugianto, S.Kep., Ners


BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hemoroidectomy
1. Definisi
Hemoroid adalah pelebaran inflamasi dan pembuluh darah vena
di daerah anus yang berasal dari plexus hemoroidalis (Jitowiyono,
2015).
Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada di bawah
kulit (subkutan) di bawah atau luar linea dentate. Hemoroid interna
adalah pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (sub mukosa)
diatas atau di dalam linea dentate (Nurarif & Kusuma, 2015).
Hemoroid ini menyebabkan rasa sakit, khususnya jika klien
mengalami konstipasi dan mengedan saat defekasi (Rosdahl &
Kowalski, 2017)
Hemoroidectomy merupakan terapi bedah yang dipilih untuk
penderita yang mengalami keluhan menahun pada penderita hemoroid
derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada penderita
dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan
cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita derajat IV yang
mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera
dengan tindakan hemoroidectomy.
Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidectomy adalah
eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan.
Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang
normal dengan tidak mengganggu sfingter anus (Sjamsuhidajat, 2010
dalam Husna 2018)
2. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), hemoroid timbul karena
dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang
disebabkan oleh faktor resiko/ pencetus seperti : mengedan pada buang
air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak
menggunakan jamban duduk, terlalu lama duduk dijamban sambil
membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor
(tumor udud, tumor abdomen), kehamilan, usia tua, konstipasi kronik,
diare akut yang berlebihan dan diare kronik, hubungan seks peranal,
kurang minum air dan kurang makan makanan berserat (sayur dan
buah), kurang olahraga/ imobilisasi.

3. Patofisiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh
gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Faktor yang
menyebabkan hemoroid yaitu konstipasi, diare, sering mengejan saat
buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih
memakai jamban duduk), terlalu lama duduk di jamban duduk,
peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor
abdomen), tumor rectum, pembesaran prostat, kongesti pelvis pada
kehamilan kurang makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang
minum air putih, kurang olahraga/ imobilisasi, adanya penyakit hati
yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid karena
vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke sistem portal yang
tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik (Nurarif &
Kusuma 2015). Pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis
mengakibatkan penonjolan membran mukosa yang melapisi daerah
anus dan rektum. Hemoroid dibagi menjadi dua, hemoroid eksternal
dan internal. Penatalaksanaan hemoroid eksternal dapat dilakukan
dengan rendam duduk dan terapi konservatif. Hemoroid internal
terbagi menjadi hemoroid internal derajat I,II,III, dan IV.
Penatalaksanaan hemoroid internal derajat I dan derajat II dilakukan
dengan cara tindakan lokal dan anjuran diit. Penatalaksanaan hemoroid
derajat III dan derajat IV dilakukan dengan pembedahan/
hemoroidectomy (Sjamsuhidajat, R 2017). Hemoroidectomy dilakukan
dengan eksisi jaringan yang berlebihan yang dapat menyebabkan luka
insisi. Luka insisi menimbulkan jaringan perifer terputus dan adanya
port d’entree kuman pada luka yang menyebabkan resiko infeksi.
Jaringan perifer terputus dapat menyebabkan ujung saraf mengalami
kerusakan yang menyebabkan nyeri. Nyeri pada pasien
hemoroidectomy dapat menimbulkan gangguan pola tidur. Pasien post
hemoroidectomy mengalami post anestesi yaitu adanya gastrointestinal
peristaltik usus menurun yang menyebabkan konstipasi. Pasien
hemoroidectomy biasanya masih merasakan obat anestesi sehingga
terjadi kelemahan otot yang menyebabkan gangguan mobilitas fisik.
(Nurarif & Kusuma, 2015).
4. Pathway
Konstipasi, sering mengejan, kongesti pelvis pada
kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor
rektum

Kongesti vena
(gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis)

Hemoroid

Hemorrhoidectomy

Post operasi

Efek anestesi Luka


insisi

Gastrointestinal Kelemahan
Jaringan perifer Port’de Entree
peristaltik usus otot
terputus kuman
menurun

Gangguan Resiko
Konstipasi mobilitas fisik Nyeri
infeksi

Gangguan
pola tidur

Sumber : Price, S (2005),

Nurarif & Kusuma


(2015), Sudoyo (2006)
5. Derajat
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), terdapat 4 derajat hemoroid
yaitu sebagai berikut :
1. Derajat 1
Pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus. Hanya
dapat dilihat dengan anorektoskop
2. Derajat 2
Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk
sendiri ke dalam anus secara spontan
3. Derajat 3
Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi dengan
dorongan jari
4. Derajat 4
Prolaps hemoroid yang permanen, rentan dan cenderung untuk
mengalami thrombosis

6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang umum pada penderita hemoroid menurut
(Handayana, 2017) yaitu keluar darah saat buang air besar, terasa gatal
dan perih dari anus. Manifestasi klinis pada pasien post
hemoroidectomyyaitu timbul rasa nyeri, adanya luka insisi di perianal.
Luka insisi pada pasien post hemoroidectomy merupakan luka akut
yang kehilangan jaringan minimal karena sayatan pisau bedah di
daerah perianal (Arisanty, 2013)
Manifestasi klinis hemoroid berdasarkan derajat menurut (Margetis,
2019) yaitu :
1. Derajat I
Adanya perdarahan merah segar. Pada stadium awal seperti ini
tidak terdapat prolaps/ penonjolan
2. Derajat II
a. Penonjolan hemoroid melewati linea dentate
b. Dapat terlihat saat mengejan
c. Dapat kembali secara spontan
d. Perdarahan
3. Derajat III
a. Penonjolan dapat masuk kembali menggunakan dorongan jari
b. Perdarahan
4. Derajat IV
a. Penonjolan tidak dapat masuk kembali
b. Perdarahan
c. Terjadi thrombosis

7. Komplikasi
Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), komplikasi hemoroid jarang
terjadi, tetapi dapat termasuk :
1. Anemia.
Kehilangan darah kronis dari hemoroid dapat menyebabkan
anemia
2. Hemoroid strangulata. Suplai darah ke hemoroid internal yang
terhambat akan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.
3. Komplikasi luka akut pada post hemoroidectomy adalah
perdarahan, fistula, abses, infeksi, dan luka jahitan terbuka
(Arisanty, 2013)
B. Konsep Asuhan Keperawatan Post Hemoroidectomy
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas
a) Identitas pasien : nama, usia, jenis kelamin, alamat, status
perkawinan, agama, suku, pekerjaan, pendidikan, no RM,
tanggal masuk, tanggal pengkajian
b) Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin,
hubungan keluarga, pekerjaan, alamat. Tarwoto &
Wartonah (2015)
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Yang sering didapatkan adalah nyeri, nyeri akut pasca
pembedahan hemoroidectomy. Pengkajian tersebut dengan
cara mengkaji perasaan klien, mengkaji respon fisiologis
klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri, mengkaji status nyeri
dengan pendekatan PQRST, mengkaji respon perilaku dan
mengkaji pola fungsional gordon.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama,
jika keluhan utama adalah nyeri akut pasca pembedahan
hemoroidectomy, buang air besar campur darah, pasien juga
biasanya mengeluh pusing, lemas, dan mual
c) Riwayat kesehatan masa lalu
Perawat menanyakan apakah ada faktor predisposisi yang
berhubungan dengan hemoroid, seperti adanya hemoroid
sebelumnya, riwayat peradangan pada usus, dan riwayat
rendah serat.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi hemoroid dapat diturunkan, perawat perlu
mengkaji apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota
keluarga yang lainnya sebagai faktor predisposisi.
(Muttaqin, 2008 dalam Husna 2018).
3) Menurut Dongoes (2000), pengkajian pada pasien Post
Hemoroidectomy meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan
b. Sirkulasi
Tanda : takikardi
c. Integritas Ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan
kerja), perasaan tak berdaya
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat
d. Eliminasi
Gejala : Konstipasi
Tanda : menurunnya bising usus
e. Makanan/ cairan
Gejala : anoreksia
Tanda : Membran mukosa pucat
f. Neurosensoris
Gejala : rasa berdenyut, pusing atau sakit kepala,
kelemahan
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : nyeri akut
h. Keamanan
Gejala : Suhu tinggi
4) Pola fungsional kesehatan Gordon
Pola kesehatan fungsional Gordon mencakup 11 kategori yang
merupakan pendekatan sistematis dan standar untuk
pengumpulan data (Karaca, 2016)
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Dikaji mengenai pola pikir kesehatan pasien, keadaan
sehat, dan bagaimana memelihara kondisi kesehatan.
Termasuk persepsi individu tentang status dan riwayat
kesehatan, hubungannya dengan aktivitas dan rencana yang
akan datang serta usaha-usaha preventif yang dilakukan
pasien untuk menjaga kesehatannya
b) Pola nutrisi / metabolisme
Dikaji mengenai pola konsumsi makanan dan cairan untuk
kebutuhan metabolik dan suplai nutrisi, kualitas makanan
setiap harinya, kebiasaan makan dan makanan yang
disukai.
c) Pola eliminasi
Dikaji mengenai pola fungsi ekskresi (warna, kuantitas,
frekuensi, dan bau)
d) Pola aktivitas dan latihan
Dikaji mengenai aktivitas sehari-hari. Kurang olahraga atau
imobilisasi, kelemahan umum, keterbatasan beraktivitas
karena nyeri post hemoroidectomy
e) Pola istirahat dan tidur
Dikaji mengenai gambaran pola istirahat dan tidur.
Biasanya pasien mengalami gangguan tidur/ insomnia
karena nyeri post hemoroidectomy
f) Pola persepsi
Dikaji mengenai pola persepsi sensori dan kognitif meliputi
keadekuatan bentuk sensori (penglihatan, pendengaran,
perabaan, pengecapan, dan penghidu), pelaporan mengenai
persepsi nyeri dan kemampuan fungsi kognitif.
g) Pola persepsi diri
Dikaji mengenai gambaran memandang dirinya sendiri :
kemampuan mereka, gambaran diri, dan perasaan
h) Pola reproduksi dan seksual
Dikaji mengenai pola kepuasan atau ketidakpuasan dengan
seksualitas yang menggambarkan pola reproduksi. Sertakan
kepuasan yang dirasakan individu atau laporan gangguan
dalam seksualitasnya
i) Pola peran hubungan
Dikaji mengenai pola keterlibatan peran dan hubungan.
Termasuk persepsi individu dari peran utama dan tanggung
jawab dalam situasi kehidupan saat ini
j) Pola manajemen koping dan stress
Dikaji mengenai pola koping umum dan keefektifan
keterampilan koping dalam mentoleransi stress
k) Pola nilai dan keyakinan
Dikaji mengenai pola nilai, tujuan, atau kepercayaan
(termasuk kepercayaan spiritual) yang mengarahkan pilihan
dan keputusan gaya hidup.
b. Pemeriksaan fisik pada pasien Post Hemoroidectomy dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Keluhan umum
Pengkajian dilakukan dengan melihat keadaan umum pasien.
Malaise, lemah, tampak pucat
2) Kesadaran
Kesadaran dapat dikaji dengan pengukuran Glaslow Coma
Scale (GCS) dan penilaian tingkat kesadaran seperti
composmentis, apatis, somnolen, delirium, sopor, dan koma
3) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital awal harus dicatat untuk membandingkan
perubahan nilai tanda-tanda vital saat pre operasi, intra operasi
dan post operasi. Pengkajian tanda-tanda vital pada pasien post
operasi meliputi tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.
4) Abdomen
Pengkajian abdomen dapat dilakukan dengan inspeksi,
auskultasi, palpasi, dan perkusi
5) Genetalia
Mencatat warna dan jumlah keluaran urine dan penggunaan
kateter
6) Anus
Terdapat luka insisi yang disebabkan eksisi jaringan
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (insisi
pembedahan)
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot post
anastesi
3. Intervensi Keperawatan
Tahap perencanaan memberi kesempatan pada perawat, klien,
keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana
tindakan keperawatan guna mengatasi masalah yang dialami klien.
Perencanaan merupakan suatu petunjuk atau bukti tertulis yang
menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang
dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan
diagnosa keperawatan. (Asmadi, 2008 dalam Aziz (2017).
1) Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (insisi
pembedahan)
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan klien mampu mengontrol nyeri dan
melaporkan nyeri berkurang.
b. Kriteria Hasil :
1) Skala nyeri 0-1, klien tampak nyaman dan rileks
2) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri)
3) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
4) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
5) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
c. Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, onset/ durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau faktor pencetus
2) Ajarkan teknik nonfarmakologi seperti teknik relaksasi
berupa nafas dalam
3) Lakukan teknik distraksi pengalihan nyeri berupa
menonton tv, mendengarkan musik dan mengontrol
lingkungan yang nyaman
4) Observasi tanda-tanda vital
5) Berikan pasien posisi senyaman mungkin
6) Berikan pendidikan kesehatan seperti informasi mengenai
nyeri, penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan,
dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
7) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
farmakologi (pemberian obat analgetik) untuk mengurangi
nyeri.
2) Dx 2 : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
otot post anastesi
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkan klien dapat melakukan aktivitas ringan
atau total.
b. Kriteria Hasil :
1) Pasien tampak nyaman
2) Pasien dapat melakukan aktivitas
3) ADL (Activity Daily Living) dapat terpenuhi
c. Intervensi :
1) Observasi tingkat kemampuan otot pasien
2) Anjurkan untuk melakukan mobilitas fisik yang sesuai
dengan kemampuan (minimal miring kanan-kiri)
3) Berikan dorongan pada pasien untuk melakukan aktivitas
dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai
kebutuhan
4) Lakukan ROM excercise sesuai kemampuan secara
bertahap sesuai dengan kemampuan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana perawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015). Implementasi atau
pelaksanaan merupakan tahap realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan
juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon
klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data
baru. (Budiono & Pertami, 2016).
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Wahyudi & Wahid (2016) evaluasi dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses
dilakukan setiap selesai melakukan tindakan keperawatan dan evaluasi
hasil dilakukan dengan cara melihat respon pasien dari semua tindakan
keperawatan ditulis dalam bentuk SOAP atau dengan melihat catatan
perkembangan pasien setelah beberapa hari. Menurut (Asmadi 2008
dalam Aziz 2017) ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait
dengan pencapaian tujuan keperawatan
Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan :
1) Tujuan tercapai jika pasien menunjukkan perubahan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
2) Tujuan tercapai sebagian atau pasien masih dalam proses
pencapaian tujuan, jika pasien menunjukkan perubahan pada
sebagian kriteria yang telah ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai jika pasien hanya menunjukkan sedikit
perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali seperti dapat
timbul masalah baru
DAFTAR PUSTAKA

Aprida,. (2019). BAB II Tinjauan Pustaka Konsep Nyaman Nyeri. (Online),


(http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/198/3/6.BAB%20II
%20APRIDA.pdf diakses pada tanggal 02 Desember 2020 pukul
21:50 WIB)
Arisanty, I. (2013). Konsep Dasar Manajemen Perawatan Luka. Jakarta: EGC.
Aziz, A.H. (2017). Bab II Tinjauan Pustaka Dokumentasi Asuhan Keperawatan.
(Online), (http://repository.ump.ac.id/3810/3/Ahmad%20H%20Aziz
%20BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 18 Oktober 2020 pukul
14.37 WIB)
Budiono dan Sumirah Budi Pertami. (2016). Konsep dasar Keperawatan. Jakarta:
Bumi Medika.
Kardiyudiani, N. K., & Susanti, B. A. (2019). Keperawatan Medikal Bedah 1.
Yogyakarta: PT. PUSTAKA BARU.
Kristanti, N. (2017). Upaya Penurunan Nyeri Pada Klien Post Hemoroidektomi.
(online), (http://eprints.ums.ac.id/52387/1/NASKAH
%20PUBLIKASI%20PERBAIKAN.pdf diakses tanggal 28
September 2020 pukul 09.16 WIB)
Kusyati, Eni .. [dkk]. (2012). Keterampilan & Prosedur Laboratorium
Keperawatan Dasar, Ed 2. Jakarta: EGC.
Maulida, I.H. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi
Hemoroidektomi Dengan Fokus Studi pengelolaan Nyeri Akut Di
RSUD Dr. H Soewondo Kabupaten Kendal. KTI tidak dipublikasikan.
Semarang: Program Studi Keperawatan Semarang. Jurusan
Keperawatan.
Mubarak, Wahit Iqbal, Lilis Indrawati., & Joko Susanto. (2015). Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika
Nesa. (2018). Asuhan Keperawatan Post Hemoroidectomy Dengan Fokus Studi
Pengelolaan Nyeri Di Rumah Sakit Kabupaten Blora. KTI tidak
dipublikasikan. Blora: Program Studi Keperawatan Blora. Jurusan
Keperawatan.
Novi De Maria. (2020). Konsep Nyeri Akut. (online),
(http://repository.stikespantiwaluya.ac.id/464/3/STIKESPW_NOVY
%20DE%20MARIA_fulltext.pdf diakses tanggal 04 Desember 2020
pukul 20.02 WIB)
Nurarif A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
Mediaction.
Tarwoto dan Wartonah., (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Edisi: 4. Jakarta
Wahyudi, A. S. & Wahid, A. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta: Mitra Wacana Medika.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Risdayani Julinda H


Tempat Praktik : Ruang Flamboyan RSUD dr. R Soetijono Blora
Tanggal : 15 Maret-21 Maret 2021

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. W
Umur : 82 tahun
Kelamin : Laki-laki
Alamat : Ds. Singonegoro Rt 02/ 03, Jiken Blora
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Petani
Lama Bekerja : Puluhan tahun
Tanggal Masuk RS : 17 Maret 2021
Tanggal Pengkajian : 18 Maret 2021
Sumber Informasi : Pasien dan Keluarga
II. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada anus penyebabnya karena post operasi
2. Riwayat penyakit Sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada anus karena Post Hemoroidectomy dan
dalam aktivitas terkadang dibantu keluarga, pasien mengatakan lemah,
tidak nyaman, setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
didapatkan : TD : 110/70 mmHg, N : 68x/ menit, RR : 18x/ menit, S :
36,6oC

3. Riwayat penyakit Dahulu


Pasien mengatakan punya riwayat hemoroid, pasien mengatakan
puluhan tahun yang lalu pernah dirawat di rumah sakit karena riwayat
penyakit tetanus, pasien tidak mempunyai penyakit seperti hipertensi,
TBC, Hepatitis, dan pasien tidak mempunyai alergi
4. Diagnosa Medik
Hemorrhoid interna grade IV dengan perdarahan
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan


Lekosit 7,91 10^3/uL
Hemoglobin 13 g/dL
Hematokrit 40,4 %
Trombosit 227 10^3/uL
Granulosit 69,3 %
Limfosit 17,1 %
Eosinofil 6,9 %
Basofil 0,7 %
Golongan Darah B
Prothrombine Time 10,3 Detik
Activated Partial 33,1 Detik
Thromboplastin Time
Glukosa sewaktu 170 mg/dL
Ureum 21,40 mg/dL
Creatinin 1,09 mg/dL
RAPID COVID-19 Non Reaktif
Screening B20 Non Reaktif
HbsAg Kualitatif Negatif
Natrium 138,2 mmol/l
Kalium 3,90 mmol/l
Chlorida 97,8 mmol/l
b. EKG
c. RO thorax
Tindakan yang telah dilakukan adalah hemoroidectomy
III. PENGKAJIAN TINJAUAN SISTEM
1. Aktivitas/ istirahat
Pekerjaan : Petani
Aktivitas umum : Bekerja sebagai petani dan banyak istirahat
dirumah
Keterbatasan karena kondisi badan : -
Tidur : pasien mengatakan tidur 6-8jam/ hari, terkadang
terbangun karena mengeluh nyeri pada anus pasca pembedahan
Tidur siang : pasien mengatakan tidur siang 2-3jam/ hari
Insomnia : pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan
tidur, terkadang terbangun sebentar karena mengeluh nyeri
Segar kembali setelah bangun : pasien mengatakan merasa segar
2. Sirkulasi
Riwayat :  Hipertensi  Gagal Jantung
 Demam Rematik  Edema kaki

 Plebitis  Lain – lain : ..........

Ekstremitas :  Mati Rasa  Perasaan geli

Batuk darah : -
Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi, demam rematik, edema
kaki, plebitis maupun gagal jantung. Ekstremitas baik tidak terdapat
edema, Pasien juga tidak batuk darah.

3. Integritas ego
Faktor Stres : -
Cara mengatasi stres : -
 Masalah keuangan  Status hubungan
Faktor budaya : -
Pasien mengatakan tidak mengalami stress selama sakit di rumah sakit
Agama : islam, Penerapan : beribadah sholat 5 waktu dan berdoa agar
segera sembuh
Gaya hidup : Sederhana
Perasaan :  Tidak berdaya  Putus asa  Emosi
Pasien mengatakan perasaanya selama di rumah sakit tenang
4. Eliminasi
Pola umum BAB : .............. Penggunaan laksatif
Karakteristik tinja : .................. BAB terakhir : ..........
 Riwayat perdarahan  Hemoroid
 Konstipasi  Diare : ..................
Pasien mengatakan selama di rumah BAB 1x sehari dengan konstipasi
padat dan keluar darah merah segar dalam jumlah cukup banyak saat
BAB, terjadi benjolan pada anus yang sudah tidak bisa masuk lagi.
Selama dirawat di rumah sakit pasien belum BAB karena terhalang
luka pembedahan
Pola umum BAK : ..............  Inkontinensia
Frekuensi BAK : ................  Retensi
Karakteristik urine : ...............................................
 Nyeri berkemih  Sulit berkemih
 Riwayat penyakit ginjal / kandung kemih : -
Pasien mengatakan BAK 4-5x sehari dengan warna kuning jernih
5. Makanan / cairan
Makanan yang biasa dikonsumsi : selama dirumah makan 3x sehari
dengan lauk dan sayur yang ada di rumah dan selama sakit makan
dengan yang disediakan oleh rumah sakit.
Jumlah makanan per hari : 3x sehari
 Kehilangan nafsu makan  Nausea / Vomitus
 Nyeri ulu hati, Berhub. Dengan : -
Diatasi dengan : -
 Alergi makanan : -
 Masalah mengunyah / menelan
Gigi atas : ...................... Gigi bawah : ..........
Pasien tidak mengalami masalah mengunyah ataupun menelan, gigi
atas ada yang kehilangan satu gigi
6. Higiene
Kegiatan sehari – hari : kegiatan sehari-hari dirumah sebagai petani,
dan selama sakit ketika melakukan aktivitas terkadang masih butuh
bantuan keluarga
 Kemandirian
Ketergantungan : terkadang membutuhkan bantuan keluarga
 Mobilitas  Pola makan
 Higiene  Pakaian
 Eliminasi  Lain-lain : .................
Peralatan Protesa yang diperlukan : -
Bantuan diberikan oleh : pasien membutuhkan bantuan keluarganya
7. Neurosensoris
 Pingsan  Pusing
 Sakit Kepala, Lokasi : - , Frekuensi : -
 Kesemutan / baal / lemah, Lokasi : -
 Stroke (gejala sisa)  Kejang
 Gangg. Penglihatan Ka  Gangg. Penglihatan Ki
 Glaukoma  Katarak
 Gangg. Pedengaran Ka  Gangg. Pendengaran Ki
 Gangg. Penciuman  Epistaksis
Pasien mengatakan tidak mengalami keluhan apapun.
8. Nyeri/ Kenyamanan
Lokasi : nyeri pada anus Intensitas (1-10) : skala nyeri 4
Kualitas : nyeri mencekam
Durasi : nyeri muncul hilang timbul
Faktor Pencetus : nyeri pada anus karena post operasi
Cara mengatasi : dengan tindakan nonfarmakologi berupa relaksasi
nafas dalam dan tindakan farmakologi pemberian obat menghilangkan
nyeri.
9. Respirasi
 Dispnea  Batuk  Sputum
Riwayat :  Bronkitis  Asma
 Tuberkulosis  Emfisema
 Pnemonia  Lain ..............
 Perokok, Bungkus / hari : ........ Lama mekokok ......
 Alat Bantu pernapasan  Oksigen ...............
Pasien mengatakan tidak batuk, tidak memiliki riwayat bronkitis,
TBC, asma dan lain-lain. Tidak memakai alat bantu pernapasan,
Pasien juga tidak merokok
10. Keamanan
 Alergi / Sensitivitas : -  Reaksi -
 Riwayat Penyakit menular seksual : -
 Tranfusi darah  Reaksi : -
Riwayat Cedera :  Fraktur / Dislokasi : -
 Artritis
 Gangguan Tulang Belakang
Gangguan :  Penglihatan  Pendengaran
 Protesa  Alat bantu jalan : -
 Ekspresi ide kekerasan : -
11. Seksualitas
Gangguan Prostat  Vasektomi
 Penggunaan kondom  Periksa mandiri Testis
Pasien mengatakan tidak mempunyai keluhan apapun
12. Interaksi Sosial
Status perkawinan : Menikah
 Tinggal dengan : istri
 Anggota keluarga yang tinggal di rumah : -
 Peran dalam struktur keluarga : sebagai kepala rumah tangga
 Masalah yg berhubungan dgn penyakit : nyeri pada anus dan ingin
segera sembuh
 Frekuensi kontak sosial (selain bekerja ) : -
13. Belajar / Mengajar
Bahasa yang sering digunakan : bahasa jawa
 Pendidikan terakhir : SD
 Ketidakmampuan belajar  Keterbatasan kognitif
 Keyakinan tentang kesehatan : ..............................
Faktor risiko keluarga :
 Diabetes  Tuberkulosis
 Penyakit jantung  Stroke
 Hipertensi  Epilepsi
 Penyakit ginjal  Kanker
 Penyakit jiwa  Lainya : ....................
Minum alkohol
 Diagnosa Medis waktu masuk RS : ........................
 Harapan pasien dari Hospitalisasi : ..........................
 Penyakit/hospitalisasi/pembedahan sebelumnya : ........

IV. PEMERIKSAAN FISIK


- Keadaan Umum : lemah, namun kesadaran pasien composmentis
- TD : 110/70 mmHg
N : 68x/ menit
RR : 18x/ menit
S : 36,6oC
BB : 50kg
TB : 165cm
- Kepala : DBN (bentuk kepala mesochepal, bersih, tidak terdapat
kotoran, tidak terdapat luka, warna rambut putih beruban)
- Leher : DBN (tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid)
- Thoraks : DBN
- Abdomen : tidak terdapat nyeri tekan
- Genital : terpasang kateter
- Ekstremitas : teraba hangat, tidak terdapat nyeri maupun edema
- Anus : terdapat luka insisi pembedahan
V. PROGRAM TERAPI
- Inf RL 20 tpm
- Inj zidifect 3x1
- Inj kalnex 3x500
- Inj dexketoprofen 3x1
- Inj pepzol 2x1

VI. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN LABORATORIUM


Tanggal pemeriksaan pada 17 Maret 2021, didapatkan hasil pemeriksaan
laboratorium sebagai berikut :
Pemeriksaan Hasil Satuan
Lekosit 7,91 10^3/uL
Hemoglobin 13 g/dL
Hematokrit 40,4 %
Trombosit 227 10^3/uL
Granulosit 69,3 %
Limfosit 17,1 %
Eosinofil 6,9 %
Basofil 0,7 %
Golongan Darah B
Prothrombine Time 10,3 Detik
Activated Partial 33,1 Detik
Thromboplastin Time
Glukosa sewaktu 170 mg/dL
Ureum 21,40 mg/dL
Creatinin 1,09 mg/dL
RAPID COVID-19 Non Reaktif
Screening B20 Non Reaktif
HbsAg Kualitatif Negatif
Natrium 138,2 mmol/l
Kalium 3,90 mmol/l
Chlorida 97,8 mmol/l
ANALISA DATA
Tgl/ jam Data Penyebab Masalah
18-03- DS : Agen cedera fisik Nyeri akut
2021 P : pasien mengatakan nyeri (insisi
pada anus karena post operasi pembedahan)
Q : nyeri seperti mencekam
R : pasien mengatakan nyeri
pada anus
S : skala nyeri 4
T : nyeri hilang timbul

DO :
- pasien tampak menahan nyeri
- pasien tampak lemah
TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 68x/ menit
RR : 18x/ menit
S : 36,6oC

18-03- DS : pasien mengatakan lemah, Kelemahan otot Gangguan


2021 tidak nyaman, aktivitas post anastesi mobilitas fisik
terkadang masih dibantu
keluarga
DO :
- pasien tampak lemah
- pasien tampak melakukan
aktivitas dibantu dengan
keluarganya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (insisi
pembedahan)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot post
anastesi

INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl/ No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi TTD
jam Dx
18-03- 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian
2021 keperawatan selama 3x24 jam nyeri secara
diharapkan klien mampu komprehensif yang
mengontrol nyeri dan meliputi lokasi,
melaporkan nyeri berkurang karakteristik, onset/
dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi,
1) Skala nyeri 0-1, klien kualitas, intensitas
tampak nyaman dan rileks atau faktor pencetus
2) Mampu mengontrol nyeri 2. Ajarkan teknik
(tahu penyebab nyeri, nonfarmakologi
mampu menggunakan seperti teknik relaksasi
teknik nonfarmakologi berupa nafas dalam
untuk mengurangi nyeri) dan lakukan teknik
3) Melaporkan bahwa nyeri distraksi pengalihan
berkurang dengan nyeri berupa
menggunakan manajemen menonton tv,
nyeri mendengarkan musik
4) Mampu mengenali nyeri dan mengontrol
(skala, intensitas, frekuensi lingkungan yang
dan tanda nyeri) nyaman
5) Menyatakan rasa nyaman 3. Observasi tanda-tanda
setelah nyeri berkurang vital
4. Berikan pasien posisi
senyaman mungkin
5. Kolaborasi dengan tim
medis dalam
pemberian terapi
farmakologi
(pemberian obat
analgetik) untuk
mengurangi nyeri.
18-03- 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tingkat
2021 keperawatan selama 3x24 jam kemampuan otot
diharapkan klien dapat pasien
melakukan aktivitas ringan 2. Anjurkan untuk
atau total dengan kriteria hasil : melakukan mobilitas
1) Pasien tampak nyaman fisik yang sesuai
2) Pasien dapat melakukan dengan kemampuan
aktivitas (minimal miring
3) ADL (Activity Daily kanan-kiri)
Living) dapat terpenuhi 3. Berikan dorongan
pada pasien untuk
melakukan aktivitas
dalam lingkup
keterbatasan dan beri
bantuan sesuai
kebutuhan
4. Lakukan ROM
excercise sesuai
kemampuan secara
bertahap sesuai
dengan kemampuan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/ No Implementasi Respons TTD
Jam Dx
18-03- 1 1. Mengkaji skala nyeri DS : pasien mengatakan
2021 2. Mengobservasi TTV nyeri pada anus
P : pasien mengatakan
nyeri pada anus karena
post operasi
Q : nyeri seperti
mencekam
R : nyeri pada anus
S : skala nyeri 4
T : hilang timbul
DO :
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak
menahan nyeri
TTV :
TD : 110/ 70 mmHg
N : 68x/ menit
RR : 18x/ menit
S : 36,6oC

2 Mengobservasi tingkat DS : pasien mengatakan


kemampuan otot pasien badannya lemas
DO : pasien tampak
melakukan aktivitas
dibantu keluarga

1 Mengkolaborasi dengan tim DS : pasien mengatakan


medis dalam pemberian terapi bersedia
farmakologi (pemberian obat DO : terapi masuk dan
analgetik) untuk mengurangi pasien tidak ada alergi
nyeri.
- Inj zidifect 3x1
- Inj kalnex 3x500
- Inj dexketoprofen 3x1
- Inj pepzol 2x1

2 Menganjurkan pasien untuk DS : pasien mengatakan


melakukan mobilitas fisik badannya lemah
yang sesuai dengan DO : Pasien tampak
kemampuan (minimal miring mengikuti instruksi
kanan-kiri) perawat

1 Mengajarkan teknik DS : pasien mengatakan


nonfarmakologi seperti teknik nyeri pada anus
relaksasi berupa nafas dalam DO : pasien tampak
dan lakukan teknik distraksi nyaman dan mengikuti
pengalihan nyeri instruksi perawat

1,2 1. Mengatur posisi pasien DS : Pasien mengatakan


senyaman mungkin nyeri pada anus karena
2. Memberikan dorongan post operasi
pada pasien untuk DO :
melakukan aktivitas dalam - Pasien tampak nyaman
lingkup keterbatasan dan - Pasien tampak
beri bantuan sesuai kooperatif
kebutuhan memperhatikan
instruksi perawat
2 Melakukan ROM excercise DS : pasien mengatakan
sesuai kemampuan secara badannya lemas
bertahap sesuai dengan DO : pasien tampak
kemampuan kooperatif , pasien tampak
memperhatikan

19-03- 1,1 1. Mengkaji skala nyeri DS : pasien mengatakan


2021 2. Mengobservasi TTV nyeri pada anus berkurang
P : pasien mengatakan
nyeri pada anus karena
post operasi
Q : nyeri seperti
mencekam
R : nyeri pada anus
S : skala nyeri 3
T : hilang timbul
DO :
- Pasien tampak lemah
- Pasien masih tampak
menahan nyeri
TTV :
TD : 130/ 80 mmHg
N : 84x/ menit
RR : 18x/ menit
S : 36,6oC

1 Mengkolaborasi dengan tim DS : pasien mengatakan


medis dalam pemberian terapi bersedia
farmakologi (pemberian obat DO : terapi masuk dan
analgetik) untuk mengurangi pasien tidak ada alergi
nyeri.
- Inj zidifect 3x1
- Inj kalnex 3x500
- Inj dexketoprofen 3x1
- Inj pepzol 2x1

2 Menganjurkan pasien untuk DS : pasien mengatakan


melakukan mobilitas fisik badannya msih lemah, KU
yang sesuai dengan cukup baik
kemampuan (minimal miring DO : Pasien tampak
kanan-kiri) kooperatif dan mengikuti
instruksi perawat

1 Mengajarkan teknik DS : pasien mengatakan


nonfarmakologi seperti teknik nyeri pada anus berkurang
relaksasi berupa nafas dalam DO : pasien tampak
dan lakukan teknik distraksi nyaman dan mengikuti
pengalihan nyeri intsruksi perawat

2,2 1. Mengobservasi tingkat DS : pasien mengatakan


kemampuan otot pasien melakukan aktivitas masih
2. Memberikan dorongan dengan bantuan keluarga
pada pasien untuk DO :
melakukan aktivitas dalam - pasien tampak sedikit
lingkup keterbatasan dan lebih segar tidak lemas
beri bantuan sesuai - pasien tampak
kebutuhan kooperatif mengikuti
instruksi dari perawat
20-03- 1,1 1. Mengkaji skala nyeri DS : pasien mengatakan
2021 2. Mengobservasi TTV nyeri pada anus berkurang
P : pasien mengatakan
nyeri pada anus karena
post operasi
Q : nyeri seperti
mencekam
R : nyeri pada anus
S : skala nyeri
T : hilang timbul
DO :
- Pasien tampak lebih
segar
- Pasien tampak rileks
TTV :
TD : mmHg
N: x/ menit
RR : x/ menit
o
S: C

1 Mengkolaborasi dengan tim DS : pasien mengatakan


medis dalam pemberian terapi bersedia
farmakologi (pemberian obat DO : terapi masuk dan
analgetik) untuk mengurangi pasien tidak ada alergi
nyeri.
- Inj zidifect 3x1
- Inj kalnex 3x500
- Inj dexketoprofen 3x1
- Inj pepzol 2x1
2,2 1. Mengobservasi tingkat DS : pasien mengatakan
kemampuan otot pasien melakukan aktivitas
2. Memberikan dorongan ringan sendiri, bangun
pada pasien untuk tidur sendiri
melakukan aktivitas dalam DO :
lingkup keterbatasan dan - pasien tampak lebih
beri bantuan sesuai segar tidak lemas
kebutuhan - pasien tampak
kooperatif mengikuti
instruksi dari perawat
EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl/ No Evaluasi Keperawatan TTD
jam Dx
20-03- 1 S : pasien mengatakan nyeri pada anus berkurang
2021 O:
- pasien tampak lebih segar
- Pasien tampak rileks dan nyaman
TTV : TD :
N:
RR :
S:
P : pasien mengatakan nyeri pada anus karena post
operasi
Q : nyeri seperti mencekam
R : nyeri pada anus
S : skala nyeri
T : hilang timbul

A : Masalah teratasi
P : pertahankan intervensi

2 S : pasien mengatakan badan lebih segar dan bisa


melakukan aktivitas ringan, bangun tidur sendiri
tanpa bantuan
O:
- pasien tampak lebih segar
- Pasien tampak rileks dan melakukan
aktivitas ringan
A : Masalah teratasi
P : pertahankan intervensi

Anda mungkin juga menyukai