Anda di halaman 1dari 22

HEMOROID

Disusun Oleh:
Fathurrohman

Pembimbing:
dr. M. Bob Muharly Rambe, M.Ked(Surg), Sp.B

KEPANITERAAN KLINIS ILMU BEDAH RSUD


HAJI MEDAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya sehingga Paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan judul
“Hemorroid”.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dara cara penulisannya, penggunaan tata bahasa,
dan dalam penyajiannya sehingga penulis menerima saran dan kritik konstruktif dari
semua pihak. Namun terlepas dari semua kekurangan yang ada, semoga dapat
bermanfaat bagi pembacanya. Penulis tak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada
dr. yang telah membimbing dan mengarahkan dalam menyelesaikan paper ini.
Akhirnya semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang kedokteran. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Aamiin

Medan, Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................4
1.2. Tujuan Penelitian..............................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Definisi dan Anatomi........................................................................................6
2.2. Etiologi dan Faktor Resiko................................................................................7
2.3. Gejala Klinis......................................................................................................8
2.4. Klasifikasi.........................................................................................................9
2.5. Diagnosis ........................................................................................................10
2.6. Penatalaksanaan..............................................................................................11
2.7. Komplikasi .....................................................................................................12

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan.....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus
Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah
vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah
anus dan rectum (Nugroho, 2011). Hemoroid sering terjadi pada orang dewasa
dengan umur 45 sampai 65 tahun ( Chong dkk.2008 ). Penyakit hemoroid yang
terjadi di Amerika Serikat merupakan penyakit yang cukup umum dimana
pasien dengan umur 45 tahun yang didiagnosis hemoroid mencapai 1.294 per
100.000 jiwa (Everheart, 2004). Sebuah penelitian yang dilakukan di Iran
menunjukan sebanyak 48 persen dari pasien yang menjalani sigmoidoskopi
dengan keluhan perdarahan pada anosrektal memperlihatkan adanya hemoroid (
Nikpour dan Asgari, 2008 ). Berdasarkan penelitian dari sepuluh juta orang di
Indonesia di laporkan menderita hemoroid dengan prevalensi 4 persen.
Penyakit hemoroid dibagi menjadi 2, yang pertama adalah hemoroid
interna yaitu hemoroid yang berasal dari bagian atas sfingter anal serta di tandai
dengan perdarahan Yang kedua adalah hemoroid eksterna yaitu hemoroid yang
cukup besar, sehingga varises muncul keluar anus dan di sertai nyeri. ( Broker,
2009 )

Penyakit hemoroid ini disebabkan beberapa fakrtor beberapanya


obtipasi (konstipasi/sembelit) yang menahun, penyakit yang sering membuat
penderita mengejan, penyempitan saluran kemih, sering melahirkan anak,
sering duduk, diare yang menahun dan bendungan pada rongga pinggul karena
tumor rahim atau kehamilan. (Riyadi, 2010) tanda dan gejala penyakit
hemoroid tidak dapat disembuhkan, hemoroid ekstera bias mengalami
thrombosis karena tekanan tinggi pada vena kanalis yang menyebabkan
ditandai adanya implamasi dan edema.nyeri akan sangat kuat pada saat
defekasi. Hemorrhoid dapat dicegah dengan minum air putih yang cukup,
makan sayuran yang banyak, dan buah-buahan yang banyak, sehingga

4
membuat feces tidak mengeras. Apabila banyak memakan makanan yang
mengandung serat dan banyak minum air putih yang banyak dapat meperlancar

1.2 Tujuan

1. Penulis mampu mengidentifikasi tinjauan medis pada klien dengan


hemoroid.
2. Penulis ampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan
hemoroid.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Anatomi

hemoroid Penyakit hemoroid adalah salah satu gangguan jinak yang paling
umum pada saluran pencernaan bagian bawah (Aigner, 2017). Hemoroid terdiri dari
pembuluh darah, jaringan ikat, dan sejumlah kecil otot (Pusparani & Purnomo, 2019).
Struktur vaskular dalam bantal ini membantu mempertahankan kontinensia anus dengan
mencegah kerusakan pada otot sfingter (Dehdari. et al, 2018). 2.1.2 Anatomi hemoroid
Hemoroid adalah struktur anatomi normal yang terletak di saluran anus (Dehdari. et al,
2018). Kondisi ini akan menjadi masalah jika terjadi pembengkakan, menyebabkan
gatal, sakit dan / atau pendarahan (Ezberci, Unal, 2018). Hemoroid internal timbul dari
pleksus hemoroid internal, sedangkan hemoroid eksternal muncul dari pleksus
hemoroid eksternal. Batas anatomi yang membagi hemoroid internal dan eksternal
disebut linea dentata (Margetis, 2019). Pleksus hemoroid internal disuplai oleh arteri
hemoroid superior dan arteri hemoroid media, sedangkan pleksus hemoroid eksterna
disuplai oleh arteri hemoroid inferior (Jeong, 2019). Pada pleksus hemoroid internal
normal terdapat penonjolan mukosa anal yang dikenal sebagai bantal anal

(Margetis, 2019).

Bantal anal ini terdiri 5 dari otot dan serat elastis dengan pembuluh darah yang
membesar dan menggembung di sekitar jaringan pendukung yang ada di saluran anus
(Jamal, 2019). Di dalam setiap bantal anal, terdapat pleksus hemoroidalis yang dibentuk
langsung antara cabang terminal dari arteri dan vena rektalis superior, media, atau
inferior. Di dalam pleksus hemoroidalis, terdapat beberapa struktur seperti sfingter yang
dibentuk oleh media tunika pembuluh vena yang tebal dan mengandung 5-15 lapisan
halus sel-sel otot yang memfasilitasi drainase vena (Lohsiriwat, 2018). Terdapat tiga
bantal anal utama yang terletak di anterior kanan, posterior kanan, dan lateral kiri.
Bantal anal tersebut termasuk jaringan pembuluh darah dari anastomosis arteriovenosa
yang disuplai oleh cabang arteri hemoroidalis superior dan inferior dan didrainase oleh

6
cabang-cabang dari vena hemoroidalis superior, media, dan inferior dengan beberapa
kontribusi dari arteri hemoroidalis inferior

(Guttenplan, 2017). (Mott, Latimer, & Edwards, 2018)

Gambar 2.1 Anatomi rektal

7
2.2 Etiologi dan Faktor Resiko

Teori pergesaran lapisan anus (sliding anal lining theory) merupakan teori yang
paling tepat menjelaskan etiologi terjadinya penyakit hemoroid. Hemoroid terjadi
karena gangguan pada Treitz’s muscle dan jaringan ikat elastis. Hipertropi dan kongesti
vaskular merupakan akibat sekunder. Hemoroid terjadi akibat sering mengedan dan
BAB yang tidak teratur, yang merupakan gambaran yang cocok untuk teori pergeseran
lapisan anus. Feses yang keras dan besar, serta tenesmus karena diare menyebabkan
bantalan anal bergeser ke bawah anal kanal dan mukosa yang melapisinya akan menjadi
tipis dan rapuh. Mengedan terus-menerus saat defekasi menyebabkan pengembangan
dari bantalan anal lalu terjadi prolaps akibat regangan berlebihan dari submukosa
Treitz’s muscle. Jika prolaps tidak bisa direduksi kembali dan jaringan mengalami
strangulasi serta nekrosis, penyakit sistemik dan sepsis pelvis melalui sistem portal akan
terjadi. Teori ini juga didukung oleh penelitian histologis yang menunjukkan adanya
penurunan jaringan penyokong anal pada dekade ketiga kehidupan. 1,2,3
Pecahnya jaringan ikat yang mendukung bantalan anal kanal menyebabkan
terjadinya kemerosotan bantalan. Hal ini terjadi seiring dengan umur yang
menyebabkan kelemahan struktur jaringan ikat dan akibat mengedan karena feses yang
keras. Mengedan menyebabkan peningkatan tekanan vena lalu menimbulkan prolaps
bantalan anal. Pada bantalan yang mengalami prolaps terjadi gangguan venous return
sehingga mengakibatkan dilatasi pleksus dan stasis vena. Inflamasi terjadi akibat erosi
epitel bantalan yang pada akhirnya menimbulkan perdarahan.6
Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hemoroid yaitu:1
 Anatomik
Vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus hemoroidalis
kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.
 Usia
Pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter
menjadi tipis dan atonis.
 Keturunan
Dinding pembuluh darah lemah dan tipis

8
 Pekerjaan
Orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat barang berat
mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
 Mekanis
Semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra abdomen,
misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan sering mengejan
pada waktu defekasi.
 Endokrin
Pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada
sekresi hormone relaksin.
 Fisiologi
Bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita sirosis
hepatis.

2.3 Gejala Klinis

Gejala hemoroid dibagi menurut asal hemoroid yaitu intrernal dan eksternal.
Hemoroid internal tidak menyebabkan nyeri kutan karena berada di atas linea dentata
dan tidak diinervasi oleh saraf kutaneus. Tetapi hemoroid ini bisa mengalami
perdarahan, prolaps, dan iritasi serta gatal di perianal. Perdarahan umumnya merupakan
tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang
keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa
garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes
atau mewarnai air toilet menjadi merah. Hemoroid yang membesar secara perlahan-
lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal,
penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah
defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali
setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam anus. Pada akhirnya hemoroid dapat
berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak bisa didorong
masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri
hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan
rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus ani dan ini disebabkan oleh kelembaban yang

9
terus menerus dan rangsangan mukus. Hemoroid internal juga bisa menimbulkan nyeri
akut jika mengalami inkarserata atau strangulasi. Nyeri ini berhubungan dengan spasme
kompleks dari sfingter.1,2,7
Gejala hemoroid eksternal adalah nyeri jika terjadi trombosis akut dari vena
hemoroidalis eksterna yang bisa terjadi pada keadaan tertentu, seperti saat melakukan
aktivitas fisik, mengedan saat konstipasi, diare, dan perubahan diet. Keadaan ini
menimbulkan nyeri akibat distensi cepat pada kulit yang terinervasi, oleh clot dan
edema yang terjadi di sekitarnya. Nyeri bisa berlangsung selama 7-14 hari dan sembuh
dengan resolusi dari trombosis tersebut.Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis
yang luas dengan udem dan radang. Karena terjadi resolusi, anoderm yang meregang
akan tersisa sebagai skin tag. Trombosis eksternal biasanya mengerosi kulit dan
menyebabkan perdarahan.1,5,7 Terapi pembedahan untuk hemoroid eksternal tidak
diindikasikan kecuali jika mengalami trombosis yang menyebabkan nyeri akut.2

Gambar3.Hemoroideksterna
(http://en.wikipedia.org/wiki/File:HAEMORRHOIDX.JPG)

2.4 Klasifikasi

Hemoroid dapat diklasifikasikan menurut letaknya terhadap linea dentata, garis


yang membatasi transisi dari epitel skuamosa di bawahnya dengan epitel kolumnar di
atasnya. Hemoroid internal berada di atas linea dentata, ditutupi oleh epitel trasisional
dan kolumnar. Sedangkan hemoroid eksternal berada di bawah linea dentata, ditutupi
oleh epitel skuamosa. Karena jaringan yang menutupi hemeroid interna ini dipersarafi

10
oleh saraf visera, jaringan ini tidak sensitif terhadap nyeri, suhu, atau sentuhan yang
membuat lebih mudah untuk dilakukan prosedur pemeriksaan fisik.1,2,4,7
Hemoroid interna diklasifikasikan menjadi 4 derajat yaitu :1,2,4,7
 Derajat I : Tonjolan masih di lumen rektum, biasanya keluhan penderita adalah
perdarahan
 Derajat II : Tonjolan keluar dari anus waktu defekasi dan masuk sendiri setelah
selesai defekasi.
 Derajat III : Tonjolan keluar waktu defekasi, harus didorong masuk setelah
defekasi selesai karena tidak dapat masuk sendiri.
 Derajat IV : Tonjolan tidak dapat didorong masuk/inkarserasi
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma,
walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sangat nyeri dan gatal
karena ujung-ujung syaraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna
kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan
penyambung dan sedikit pembuluh darah.Hemoroid campuran merupakan gabungan
dari hemoroid internal dan eksterna.1,2

Gambar 2. Hemoroid interna dan hemoroid eksterna

11
2.5 Diagnosis

Penegakan diagnosis untuk hemoroid dilakukan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis perlu digali keluhan-
keluhan dari pasien yang mengarah ke hemoroid. Selain itu perlu juga dicari faktor-
faktor risiko, misalnya riwayat pengobatan dan diet yang bisa menyebabkan konstipasi
atau diare, riwayat penyakit yang berhubungan dengan hemoroid, terutama kelainan
perdarahan dan penyakit liver dengan hipertensi portal.2
Pemeriksaan fisik untuk hemoroid terdiri dari inspeksi rectum, pemeriksaan colok
dubur atau rectal toucher, dan anokopi atau proktosigmoidoskopi. Posisi yang
digunakan untuk memeriksa pasien adalah left lateral decubitus. Letak dari semua
kelainan di anal dideskripsikan secara anatomis (anterior, posterior, dan sebagainya),
bukan dengan arah jarum jam agar bisa menentukan posisi kelainan tanpa
memperhatikan posisi pasien saat diperiksa. Inspeksi dilakukan di seluruh area perianal.
Cari adanya kelainan kulit perianal, protrusi hemoroid internal, fisura ani, pruritus ani,
skin tag, dan adanya trombosis.1
Saat melakukan pemeriksaan colok dubur atau rectal toucher, ingatkan pasien
bahwa kita akan memeriksa anus pasien dengan cara memasukan jari ke dalam lubang
anus. Hal ini penting aga apasien merasa relaks. Pertama lihat dan buka pantat pasien
untuk mendapatkan visualisasi yang baik terhadap anoderm, ini meliputi bagian distal
anal kanal. Fisura pada anal dan pruritus ani mudah dilihat tanpa pemeriksaan bagian
dalam. Lalu perhatikan adanya skin tag dan thrombus, kemudian tentukan jumlah dan
lokasinya. Kemudian lakukan rectal toucher, nilai tonus sfingter ani rasakan jika
terdapat nyeri, adanya massa, abses, mucoid discharge, dan. pastikan untuk memeriksa
prostat pada semua pasien laki-laki. Hemoroid internal biasanya tidak teraba karena
merupakan struktur vaskular yang lembut.1,5
Anoskopi dilakukan untuk melihat hemoroid interna. Prolaps bisa dilihat ketika
pasien disuruh mengejan. Bantalan hemoroidal dapat dilihat dengan anoskop di posisi
lateral kiri, kanan depan, dan kanan belakang. Ukuran hemoroid, keparahan inflamasi,
dan perdarahannya harus dinilai.5 Proktoskopi atau flexible sigmidoscopy dilakukan

12
pada semua kasus untuk melihat rectum dan kolon bagian bawah untuk mengeksklusi
adanya karsinoma, adenoma, dan inflammatory bowel disease. Keadaan yang
disebutkan terakhir memiliki gejala yang mirip dengan penyakit hemoroid.2

Gambar 4. Letak hemoroid pada pasien dengan posisi litotomi.7

2.6 Penatalaksanaan

2.6.1 Terapi Konservatif


Defekasi yang lama, baik karena konstipasi atau diare akan mengakibatkan
terjadinya hemoroid. Oleh karena itu, tujuan utama terapi hemoroid adalah
meminimalisir mengerasnya feses dan mengurangi mengejan saat defekasi. Ini biasanya
dapat dicapai dengan menambah jumlah cairan dan serat pada makanan sehari-hari. 1
Direkomendasikan untuk mengkonsumsi serat tidak larut sebanyak 25-30 gram per
hari.3
Terapi konservatif ditujukan pada hemoroid derajat I dan II. Hemoroid yang
sudah mengalami prolaps membutuhkan intervensi bedah, tetapi semua pasien
seharusnya dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen serat. Suplemen serat
menurunkan kejadian perdarahan dan mengurangi rasa tidak nyaman pada pasien
dengan hemoroid internal tetapi tidak memperbaiki prolaps yang sudah terjadi.
Suplemen serat juga dapat mengurangi keluhan hemoroid non-prolaps tetapi ini
membutuhkan waktu enam minggu untuk mendapatkan hasil yang signifikan. Pasien
juga disarankan untuk mengurangi kebiasaan sering mengejan dan membaca di toilet. 1,5

13
Sitz bath merupakan metode mandi di mana pinggul dan pantat direndam di dalam
air hangat dengan suhu 40oC untuk mendapatkan efek terapeutik uap hangat pada
perianal dan anal. Tidak perlu menambahkan apapun pada air hangat yang digunakan.
Isi bak mandi dengan air hangat lalu duduk berendam selama 10-15 menit, ulangi
sesering mungkin. Jangan menggunakan air panas karena dapat menimbulkan luka pada
jaringan perianal dan anal. Metode sitz bath ini digunakan untuk anal hygiene dan untuk
merelaksasikan otot dasar panggul yang spastik untuk meredakan nyeri.1,3

2.6.2 Terapi Medikasi


Tersedia berbagai macam obat topikal yang mengandung anastetik lokal,
kortikosteroid, astringen, dan antiseptic yang bisa meredakan pruritus dan rasa tidak
nyaman pada pada penyakit hemoroid. Penggunaan jangka panjang dari obat-obatan ini
tidak dianjurkan, terutama penggunaan krim steroid yang bisa merusak secara permanen
atau menyebabkan ulserasi kulit perianal. Bukti-bukti yang mendukung panggunaan
obat-obatan ini secara luas masih sedikit.7
Venotonik seperti flavonoid telah digunakan sebagai suplemen diet untuk terapi
hemoroid. Mekanisme kerja dari obat ini masih belum jelas, tetapi kemungkinan obat
ini bisa meningkatkan tonus vena, mengurangi hiperpermeabilitas, dan memiliki efek
anti inflamasi. Terapi ini cukup popular di Eropa dan Timur Jauh, tetapi bukti-bukti
penelitian masih meragukan tentang manfaatnya dalam mengobati hemoroid.3,7

2.6.3 Terapi Rawat Jalan


Beberapa prosedur intervensional dikerjakan di klinik sebagai terapi hemoroid
internal derajat I dan II yang tidak berespon terhadap modifikasi diet. Fakta bahwa
anoderm tidak sensitif terhadap nyeri dan sentuhan karena diinervasi secara visceral
menyebabkan prosedur ini bisa dilakukan di klinik, yang jika dilakukan dengan benar,
prosedur ini tidak akan menyakitkan.3,7

 Rubber Band Ligation


Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan
merupakan terapi rawat jalan yang paling umum dilakukan. Anoskopi
dikerjakan dengan bantuan forsep dan suction. Pangkal hemoroid kemudian
diikat dengan rubber band 2 cm di atas linea dentata pada puncak hemoroid
internal primer untuk mencegah nyeri.. Hemoroid yang terjerat akan

14
mengalami nekrosis dalam 10-14 hari dan terlepas sendiri, sementara jaringan
di bawahnya akan mengalami fiksasi oleh jaringan fibrotik yang timbul dari
penyembuhan luka. Komplikasi dari prosedur ini, yaitu nyeri, perdarahan,
retensi urin, trombosis, dan sepsi pelvis. Analgesik seperti parasetamol dan
sitz bath bisa mengurangi rasa nyeri dan tidak nyama pasca operasi.1,3,7

Gambar 5. Rubber band ligation7

 Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang,
misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke
submukosa dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna
dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi
fibrotik dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari
garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila
penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.
Skleroterapi lebih tepat untuk hemoroid interna derajat I dan II, tidak tepat
untuk hemoroid yang lebih parah atau prolaps.1,2,3,7, Penyulit penyuntikan
termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat, impotensi, dan
reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan.1,7

 Cryotherapy / Bedah Beku


Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali.
Konsepnya adalah membekukan hemoroid internal pada suhu rendah yang
bisa menyebabkan kerusakan jaringan. Suhu dingin diinduksi melalui sonde
dari mesin kecil dengan mengalirkan nitrogen oksida pada suhu -60 oC hingga
-80oC atau cairan nitrogen dengan suhu -196oC. Terapi ini tidak dipakai secara

15
luas karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Selain itu
prosedur ini memakan waktu lama dan bisa menimbulkan discharge yang
berbau busuk, iritasi, dan nyeri. Jika dilakukan dengan tidak tepat, sfinkter
anal bisa bisa rusak yang mengakibatkan inkontinensia alvi dan stenosis
anal.1,2,3

 Infra Red Photocoagulation


Photocoagulator menghasilkan radiasi infra merah yang bisa
menimbulkan terjadinya koagulasi protein jaringan atau menguapkan air di
dalam sel, tergantung dari intensitas dan durasi penggunaan. Ujung dari alat
ini diaplikasikan di dekat puncak hemoroid selama 1-1,5 detik, diulang 3-4
kali. Infra red coagulation tidak menimbulkan nekrosis karena panas yang
dihasilkan hanya sedikit. Komplikasinya sangat jarang, meliputi nyeri atau
fisura akibat penempatan ujung alat yang tidak tepat. Metode ini lebih
bermanfaat untuk hemoroid derajat 1 tetapi tidak efektif untuk hemoroid
derajat 2 dan 3.1,2,3

2.6.4 Terapi Operatif


 Hemorrhoidectomy
Terapi ini dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan
pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan
pada penderita hemoroid internal dan eksternal yang tidak dapat sembuh
dengan terapi non bedah dan penderita dengan hemoroid dengan keadaan
patologi lain seperti ulserasi, fisura, fistula, atau skin tag yang luas. Tindakan
hemorrhoidectomy ada 2, yaitu open hemorrhoidectomy dan closed
hemorrhoidectomy.1,2,7
Teknik open dilakukan dengan mengeksisi bantalan vaskular.
Hemoroid dipotong dengan menggunakan elektrokauterisasi, bedah laser,
harmonic scalpel, atau gunting. Prinsip yang harus diperhatikan dalam
hemorrhoidectomy adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang
benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan
kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Teknik closed

16
mirip dengan teknik open, tetapi tepi mukosa dan kulit ditutup dengan jahitan
kontinyu. Kedua teknik ini aman dan efektif, tetapi tetapi teknik closed
hemorrhoidectomy penyembuhannya lebih cepat.7
Hemorrhoidectomy merupakan prosedur yang menyakitkan oleh karena
itu pada perioperatif perlu diberikan obat anti nyeri. Anestesi lokal, analgesik,
dan laksatif membantu mengurangi nyeri pada postoperative. Komplikasi dari
tindakan ini, yaitu perdarahan sekunder (7-10 hari setelah pembedahan),
retensi urin, infeksi, inkontinensia fekal, dan stenosis anal.7
 Stapled Hemorrhoidopexy
Teknik ini digunakan untuk hemoroid yang mengalami prolaps. Circular
stapling gun digunakan untuk mengeksisi mukosa anal kanal atas sekitar 2-
3cm di atas linea dentata. Teknik ini digunakan untuk hemoroid internl yang
tidak berespon terhadap terapi non bedah. Penggunaan obat anti nyeri lebih
sedikit dan penyembuhannya lebih cepat dibandingkan dengan
hemorrhoidectomy.

17
2.6.5 Tindakan Pada Hemoroid Mengalami Strangulasi dan Trombosis Akut
Hemoroid yang mengalami strangulasi muncul dari hemoroid derajat 3 atau 4
yang mengalami prolaps dan tidak bisa direduksi karena membengkak. 2 Hemoroid
eksternal yang mengalami trombosis sangat nyeri tetapi dapat ditangani di rumah dan
biasanya membaik dalam 10-14 hari dengan menggunakan kantong es, pelembut feses,
dan analgesik. Pembedahan urgent atau emergent hemorrhoidectomy.diperlukan pada
kasus yang berat untuk mengangkat hemoroid atau melakukan debridement pada
jaringan yang nekrotik yang bisa menghilangkan nyeri dengan segera.1,7

Gambar 6. Hemoroid yang mengalami strangulasi.2

18
Bagan 1. Alur penanganan hemoroid.7

19
2.7 Komplikasi

Hemoroid internal yang mengalami prolaps bisa menjadi tidak bisa direduksi
sehingga terjadi kongesti yang akan mengakibatkan edema dan trombosis. Keadaan ini
dapat berlanjut menjadi trombosis melingkar pada hemoroid interna dan eksterna secara
bersamaan. Keadaan ini menyebabkan nyeri hebat dan nekrosis mukosa serta kulit yang
menutupinya. Emboli septik dapat terjadi melalui sistem portal dan dapat menyebabkan
abses hati. Anemia dapat terjadi karena perdarahan ringan yang lama. Hemoroid dapat
membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal. Apabila hemoroid ini
mengalami perdarahan, perdarahan yang terjadi bisa sangat banyak.4
Komplikasi dari pembedahan bisa mencapai kurang dari 5% kasus jika ditangani oleh
dokter bedah yang terlatih. Komplikasi pembedahan hemoroid meliputi nyeri pasca
operasi, perdarahan pasca operasi, retensi urin, stenosis anorektal, cedera sfingter ani,
inkontinensia

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis


(Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis
dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho,
2011). Menurut Mutaqqin (2011) etiologi hemoroid yaitu : perubahan hormon
(kehamilan), mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram, berdiri terlalu
lama, banyak duduk, sering mengangkat beban berat, sembelit diare menahun
(obstipasi), makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-
rempah), keturuna penderita wasir(genetik). Sedangkan tanda dan gejala menurut
Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal seperti berikut : Perdarahan,
Benjolan, Nyeri dan rasa tidak nyaman, Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus.
Pemeriksaan penunjang hemoroid yaitu : anamnesa atau riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur), pemeriksaan dengan teropong yaitu
anoskopi dan rektoskopi, Pemeriksaaan dengan Proktosigmoidoskopi, rontgen (colon
inloop) dan kolonoskopi, pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan
penunjang. Komplikasi dari hemoroid adalah Anemia, jarang terjadi dan trombosis akut
pada prolaps hemorroid.

21
DAFTAR PUSTAKA
Pierce A, Grace & Neil R Borley. 2007. At a Glance : Ilmu Bedah Ed.3.Jakarta : EMS
R. Syamsuhidajat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2.
beberapa sumber web : Conectique.com, hemorrhoid.net dan dewabenny.com

Carpenito, Moyet dan Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa

Yasmin Asih. Editor Monika Ester. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2006.

Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr. Vidia

Umami. Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga, 2006.

Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan

Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika, 2011.

Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, 2010.

Sjamsuhidayat, Win de Jong. Hemoroid, Dalam : Buku Ajaran Ilmu Bedah,

Ed.2.jakarta. EGC, 2004.

Gouda m. ellabban, World Journal of Colorectal Surgery, Stapled Hemorrhoidectomy


versus Traditional Hemorrhoidectomy for the Treatment of Hemorrhoids, 2010

22

Anda mungkin juga menyukai