Disusun Oleh:
Fathurrohman
Pembimbing:
dr. M. Bob Muharly Rambe, M.Ked(Surg), Sp.B
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya sehingga Paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan judul
“Hemorroid”.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dara cara penulisannya, penggunaan tata bahasa,
dan dalam penyajiannya sehingga penulis menerima saran dan kritik konstruktif dari
semua pihak. Namun terlepas dari semua kekurangan yang ada, semoga dapat
bermanfaat bagi pembacanya. Penulis tak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada
dr. yang telah membimbing dan mengarahkan dalam menyelesaikan paper ini.
Akhirnya semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang kedokteran. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Aamiin
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................4
1.2. Tujuan Penelitian..............................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
membuat feces tidak mengeras. Apabila banyak memakan makanan yang
mengandung serat dan banyak minum air putih yang banyak dapat meperlancar
1.2 Tujuan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hemoroid Penyakit hemoroid adalah salah satu gangguan jinak yang paling
umum pada saluran pencernaan bagian bawah (Aigner, 2017). Hemoroid terdiri dari
pembuluh darah, jaringan ikat, dan sejumlah kecil otot (Pusparani & Purnomo, 2019).
Struktur vaskular dalam bantal ini membantu mempertahankan kontinensia anus dengan
mencegah kerusakan pada otot sfingter (Dehdari. et al, 2018). 2.1.2 Anatomi hemoroid
Hemoroid adalah struktur anatomi normal yang terletak di saluran anus (Dehdari. et al,
2018). Kondisi ini akan menjadi masalah jika terjadi pembengkakan, menyebabkan
gatal, sakit dan / atau pendarahan (Ezberci, Unal, 2018). Hemoroid internal timbul dari
pleksus hemoroid internal, sedangkan hemoroid eksternal muncul dari pleksus
hemoroid eksternal. Batas anatomi yang membagi hemoroid internal dan eksternal
disebut linea dentata (Margetis, 2019). Pleksus hemoroid internal disuplai oleh arteri
hemoroid superior dan arteri hemoroid media, sedangkan pleksus hemoroid eksterna
disuplai oleh arteri hemoroid inferior (Jeong, 2019). Pada pleksus hemoroid internal
normal terdapat penonjolan mukosa anal yang dikenal sebagai bantal anal
(Margetis, 2019).
Bantal anal ini terdiri 5 dari otot dan serat elastis dengan pembuluh darah yang
membesar dan menggembung di sekitar jaringan pendukung yang ada di saluran anus
(Jamal, 2019). Di dalam setiap bantal anal, terdapat pleksus hemoroidalis yang dibentuk
langsung antara cabang terminal dari arteri dan vena rektalis superior, media, atau
inferior. Di dalam pleksus hemoroidalis, terdapat beberapa struktur seperti sfingter yang
dibentuk oleh media tunika pembuluh vena yang tebal dan mengandung 5-15 lapisan
halus sel-sel otot yang memfasilitasi drainase vena (Lohsiriwat, 2018). Terdapat tiga
bantal anal utama yang terletak di anterior kanan, posterior kanan, dan lateral kiri.
Bantal anal tersebut termasuk jaringan pembuluh darah dari anastomosis arteriovenosa
yang disuplai oleh cabang arteri hemoroidalis superior dan inferior dan didrainase oleh
6
cabang-cabang dari vena hemoroidalis superior, media, dan inferior dengan beberapa
kontribusi dari arteri hemoroidalis inferior
7
2.2 Etiologi dan Faktor Resiko
Teori pergesaran lapisan anus (sliding anal lining theory) merupakan teori yang
paling tepat menjelaskan etiologi terjadinya penyakit hemoroid. Hemoroid terjadi
karena gangguan pada Treitz’s muscle dan jaringan ikat elastis. Hipertropi dan kongesti
vaskular merupakan akibat sekunder. Hemoroid terjadi akibat sering mengedan dan
BAB yang tidak teratur, yang merupakan gambaran yang cocok untuk teori pergeseran
lapisan anus. Feses yang keras dan besar, serta tenesmus karena diare menyebabkan
bantalan anal bergeser ke bawah anal kanal dan mukosa yang melapisinya akan menjadi
tipis dan rapuh. Mengedan terus-menerus saat defekasi menyebabkan pengembangan
dari bantalan anal lalu terjadi prolaps akibat regangan berlebihan dari submukosa
Treitz’s muscle. Jika prolaps tidak bisa direduksi kembali dan jaringan mengalami
strangulasi serta nekrosis, penyakit sistemik dan sepsis pelvis melalui sistem portal akan
terjadi. Teori ini juga didukung oleh penelitian histologis yang menunjukkan adanya
penurunan jaringan penyokong anal pada dekade ketiga kehidupan. 1,2,3
Pecahnya jaringan ikat yang mendukung bantalan anal kanal menyebabkan
terjadinya kemerosotan bantalan. Hal ini terjadi seiring dengan umur yang
menyebabkan kelemahan struktur jaringan ikat dan akibat mengedan karena feses yang
keras. Mengedan menyebabkan peningkatan tekanan vena lalu menimbulkan prolaps
bantalan anal. Pada bantalan yang mengalami prolaps terjadi gangguan venous return
sehingga mengakibatkan dilatasi pleksus dan stasis vena. Inflamasi terjadi akibat erosi
epitel bantalan yang pada akhirnya menimbulkan perdarahan.6
Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hemoroid yaitu:1
Anatomik
Vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus hemoroidalis
kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.
Usia
Pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter
menjadi tipis dan atonis.
Keturunan
Dinding pembuluh darah lemah dan tipis
8
Pekerjaan
Orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat barang berat
mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
Mekanis
Semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra abdomen,
misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan sering mengejan
pada waktu defekasi.
Endokrin
Pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada
sekresi hormone relaksin.
Fisiologi
Bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita sirosis
hepatis.
Gejala hemoroid dibagi menurut asal hemoroid yaitu intrernal dan eksternal.
Hemoroid internal tidak menyebabkan nyeri kutan karena berada di atas linea dentata
dan tidak diinervasi oleh saraf kutaneus. Tetapi hemoroid ini bisa mengalami
perdarahan, prolaps, dan iritasi serta gatal di perianal. Perdarahan umumnya merupakan
tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang
keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa
garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes
atau mewarnai air toilet menjadi merah. Hemoroid yang membesar secara perlahan-
lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal,
penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah
defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali
setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam anus. Pada akhirnya hemoroid dapat
berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak bisa didorong
masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri
hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan
rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus ani dan ini disebabkan oleh kelembaban yang
9
terus menerus dan rangsangan mukus. Hemoroid internal juga bisa menimbulkan nyeri
akut jika mengalami inkarserata atau strangulasi. Nyeri ini berhubungan dengan spasme
kompleks dari sfingter.1,2,7
Gejala hemoroid eksternal adalah nyeri jika terjadi trombosis akut dari vena
hemoroidalis eksterna yang bisa terjadi pada keadaan tertentu, seperti saat melakukan
aktivitas fisik, mengedan saat konstipasi, diare, dan perubahan diet. Keadaan ini
menimbulkan nyeri akibat distensi cepat pada kulit yang terinervasi, oleh clot dan
edema yang terjadi di sekitarnya. Nyeri bisa berlangsung selama 7-14 hari dan sembuh
dengan resolusi dari trombosis tersebut.Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis
yang luas dengan udem dan radang. Karena terjadi resolusi, anoderm yang meregang
akan tersisa sebagai skin tag. Trombosis eksternal biasanya mengerosi kulit dan
menyebabkan perdarahan.1,5,7 Terapi pembedahan untuk hemoroid eksternal tidak
diindikasikan kecuali jika mengalami trombosis yang menyebabkan nyeri akut.2
Gambar3.Hemoroideksterna
(http://en.wikipedia.org/wiki/File:HAEMORRHOIDX.JPG)
2.4 Klasifikasi
10
oleh saraf visera, jaringan ini tidak sensitif terhadap nyeri, suhu, atau sentuhan yang
membuat lebih mudah untuk dilakukan prosedur pemeriksaan fisik.1,2,4,7
Hemoroid interna diklasifikasikan menjadi 4 derajat yaitu :1,2,4,7
Derajat I : Tonjolan masih di lumen rektum, biasanya keluhan penderita adalah
perdarahan
Derajat II : Tonjolan keluar dari anus waktu defekasi dan masuk sendiri setelah
selesai defekasi.
Derajat III : Tonjolan keluar waktu defekasi, harus didorong masuk setelah
defekasi selesai karena tidak dapat masuk sendiri.
Derajat IV : Tonjolan tidak dapat didorong masuk/inkarserasi
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma,
walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sangat nyeri dan gatal
karena ujung-ujung syaraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna
kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan
penyambung dan sedikit pembuluh darah.Hemoroid campuran merupakan gabungan
dari hemoroid internal dan eksterna.1,2
11
2.5 Diagnosis
12
pada semua kasus untuk melihat rectum dan kolon bagian bawah untuk mengeksklusi
adanya karsinoma, adenoma, dan inflammatory bowel disease. Keadaan yang
disebutkan terakhir memiliki gejala yang mirip dengan penyakit hemoroid.2
2.6 Penatalaksanaan
13
Sitz bath merupakan metode mandi di mana pinggul dan pantat direndam di dalam
air hangat dengan suhu 40oC untuk mendapatkan efek terapeutik uap hangat pada
perianal dan anal. Tidak perlu menambahkan apapun pada air hangat yang digunakan.
Isi bak mandi dengan air hangat lalu duduk berendam selama 10-15 menit, ulangi
sesering mungkin. Jangan menggunakan air panas karena dapat menimbulkan luka pada
jaringan perianal dan anal. Metode sitz bath ini digunakan untuk anal hygiene dan untuk
merelaksasikan otot dasar panggul yang spastik untuk meredakan nyeri.1,3
14
mengalami nekrosis dalam 10-14 hari dan terlepas sendiri, sementara jaringan
di bawahnya akan mengalami fiksasi oleh jaringan fibrotik yang timbul dari
penyembuhan luka. Komplikasi dari prosedur ini, yaitu nyeri, perdarahan,
retensi urin, trombosis, dan sepsi pelvis. Analgesik seperti parasetamol dan
sitz bath bisa mengurangi rasa nyeri dan tidak nyama pasca operasi.1,3,7
Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang,
misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke
submukosa dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna
dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi
fibrotik dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari
garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila
penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.
Skleroterapi lebih tepat untuk hemoroid interna derajat I dan II, tidak tepat
untuk hemoroid yang lebih parah atau prolaps.1,2,3,7, Penyulit penyuntikan
termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat, impotensi, dan
reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan.1,7
15
luas karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Selain itu
prosedur ini memakan waktu lama dan bisa menimbulkan discharge yang
berbau busuk, iritasi, dan nyeri. Jika dilakukan dengan tidak tepat, sfinkter
anal bisa bisa rusak yang mengakibatkan inkontinensia alvi dan stenosis
anal.1,2,3
16
mirip dengan teknik open, tetapi tepi mukosa dan kulit ditutup dengan jahitan
kontinyu. Kedua teknik ini aman dan efektif, tetapi tetapi teknik closed
hemorrhoidectomy penyembuhannya lebih cepat.7
Hemorrhoidectomy merupakan prosedur yang menyakitkan oleh karena
itu pada perioperatif perlu diberikan obat anti nyeri. Anestesi lokal, analgesik,
dan laksatif membantu mengurangi nyeri pada postoperative. Komplikasi dari
tindakan ini, yaitu perdarahan sekunder (7-10 hari setelah pembedahan),
retensi urin, infeksi, inkontinensia fekal, dan stenosis anal.7
Stapled Hemorrhoidopexy
Teknik ini digunakan untuk hemoroid yang mengalami prolaps. Circular
stapling gun digunakan untuk mengeksisi mukosa anal kanal atas sekitar 2-
3cm di atas linea dentata. Teknik ini digunakan untuk hemoroid internl yang
tidak berespon terhadap terapi non bedah. Penggunaan obat anti nyeri lebih
sedikit dan penyembuhannya lebih cepat dibandingkan dengan
hemorrhoidectomy.
17
2.6.5 Tindakan Pada Hemoroid Mengalami Strangulasi dan Trombosis Akut
Hemoroid yang mengalami strangulasi muncul dari hemoroid derajat 3 atau 4
yang mengalami prolaps dan tidak bisa direduksi karena membengkak. 2 Hemoroid
eksternal yang mengalami trombosis sangat nyeri tetapi dapat ditangani di rumah dan
biasanya membaik dalam 10-14 hari dengan menggunakan kantong es, pelembut feses,
dan analgesik. Pembedahan urgent atau emergent hemorrhoidectomy.diperlukan pada
kasus yang berat untuk mengangkat hemoroid atau melakukan debridement pada
jaringan yang nekrotik yang bisa menghilangkan nyeri dengan segera.1,7
18
Bagan 1. Alur penanganan hemoroid.7
19
2.7 Komplikasi
Hemoroid internal yang mengalami prolaps bisa menjadi tidak bisa direduksi
sehingga terjadi kongesti yang akan mengakibatkan edema dan trombosis. Keadaan ini
dapat berlanjut menjadi trombosis melingkar pada hemoroid interna dan eksterna secara
bersamaan. Keadaan ini menyebabkan nyeri hebat dan nekrosis mukosa serta kulit yang
menutupinya. Emboli septik dapat terjadi melalui sistem portal dan dapat menyebabkan
abses hati. Anemia dapat terjadi karena perdarahan ringan yang lama. Hemoroid dapat
membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal. Apabila hemoroid ini
mengalami perdarahan, perdarahan yang terjadi bisa sangat banyak.4
Komplikasi dari pembedahan bisa mencapai kurang dari 5% kasus jika ditangani oleh
dokter bedah yang terlatih. Komplikasi pembedahan hemoroid meliputi nyeri pasca
operasi, perdarahan pasca operasi, retensi urin, stenosis anorektal, cedera sfingter ani,
inkontinensia
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
21
DAFTAR PUSTAKA
Pierce A, Grace & Neil R Borley. 2007. At a Glance : Ilmu Bedah Ed.3.Jakarta : EMS
R. Syamsuhidajat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2.
beberapa sumber web : Conectique.com, hemorrhoid.net dan dewabenny.com
Carpenito, Moyet dan Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa
Yasmin Asih. Editor Monika Ester. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2006.
Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr. Vidia
22