Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SELFCARE AND MEDICATION

“WASIR”

DISUSUN OLEH :

1. ADITYA SABDA REZA G 701 16 132


2. NUR AFIFAH SIDANG G 701 16 038
3. NURUL RAHMAWATI SUMARNO G 701 16 205
4. PUPUY ASTARINA PILANTO G 701 16 022
5. MYRA KARTIKA G 701 16 059
6. SITI AINUN G 701 16 069
7. TRI INDRIYANTI PODE G 701 16 007

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt karena rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “ SELFCARE AND
MEDICATION “ tepat pada waktunya. Makalah ini memuat materi tentang
wasir.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyusunan
makalah ini tidak akan terwujud. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah swt yang telah
memberikan kesehatan lahir dan batin serta kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu
persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan, namun ini adalah hasil kerja keras
penulis yang telah maksimal.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun.
Akhir kata, apabila dalam makalah ini terdapat kesalahan maka penulis
memohon maaf dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang,
khususnya bagi yang membacanya.

Palu, 9 Februari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
I.1 Latar Belakang.....................................................................................
I.2Rumusan Masalah................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................
II.1 Hemorrhoid...........................................................................................
II.1.1 Etiologi.....................................................................................
II.1.2 Patofisiologi.............................................................................
II.1.3 Gambaran Klinik......................................................................
II.1.4 Pemeriksaan penunjang...........................................................
II.1.5 Pengobatan terapi non farmakologi dan farmakologi……….
II.2 Obat OTC dan OWA..........................................................................
II.2.1 Bentuk-bentuk Sediaan............................................................
II.2.2 Cara Penggunaan.....................................................................
II.2.3 Lama Penggunaan...................................................................
II.2.4 Efek Samping………………………………………………..
II.2.5 Terapi pengobatan…………………………………………..
II.3 Kasus..................................................................................................
BAB III PENUTUP............................................................................................
III.1 Kesimpulan.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hemorrhoid atau lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien, bukan
merupakan suatu keadaan yang patologis (tidak normal), namun bila sudah
mulai menimbulkan keluhan, harus segera dilakukan tindakan untuk
mengatasinya. Hemorrhoid dari kata ''haima'' dan ''rheo''. Dalam medis, berarti
pelebaran pembuluh darah vena (pembuluh darah balik) di dalam pleksus
hemorrhoidalis yang ada di daerah anus. Dibedakan menjadi 2, yaitu
hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna yang pembagiannya berdasarkan
letak pleksus hemorrhoidalis yang terkena (Murbawani, 2006)
Hemorrhoid merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa pelebaran
pembuluh (dilatasi) vena. Pelebaran pembuluh vena yang terjadi di daerah
anus sering terjadi. Pelebaran tersebut disebut venecsia atau varises daerah
anus dan perianus. Pelebaran tersebut disebabkan oleh bendungan darah dalam
susunan pembuluh vena. Pelebaran pembuluh vena di daerah anus sering
disebut wasir, ambeien atau hemorrhoid. Hemorrhoid dapat dibagi atas
hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna. Hemorrhoid dapat disebabkan
karena bendungan sentral seperti bendungan susunan portal pada sirosis
hepatic, herediter atau penyakit jantung koroner, serta pembesaran kelenjar
prostate pada pria tua, atau tumor pada rektum (Patologi F.K.UI, 1999)
Hemorrhoid interna adalah pleksus vena hemorrhoidalis superior di atas
mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemorrhoid interna ini merupakan
bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah.
Hemorrhoid interna sering terletak di kanan depan, kanan belakang dan kiri
lateral. Hemorrhoid eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus
hemorrhoidalis inferior, terdapat di sebelah distal pada mukokutan di dalam
jaringan di bawah epitel anus (Sjamsuhidajat, 1998)
1.2 Rumusan masalah
a. Penyakit pendahuluan
- Etiologi
- Patofisiologi
- Gambaran klinis secara umum
- Pemeriksaan penunjang
- Pengobatan terapi non farmakologi dan farmakologi
b. Obat OTC dan OWA
- Bentuk sediaan
- Cara penggunaan
- Lama penggunaan
- Efek samping
- Terapi pengobatan
c. Kasus
BAB II
ISI
II.1 Etiologi
II.1.1. Hemoroid

Vena pada anus hemoroid

Hemoroid dapat terjadi karena dilatasi (pelebaran), inflamasi


(peradangan) atau pembengkakan vena hemoroidalis yang disebabkan:
a. Konstipasi kronik: sulit buang air besar, sehingga harus mengejan.
b. Kehamilan: karena penekanan janin pada perut.
c. Diare kronik
d. Usia lanjut.
e. Duduk terlalu lama.
f. Hubungan seks peranal.
g. Pada beberapa individu terjadi hipertrofi sfingter ani
(pembengkakan otot/ klep dubur), obstruksi (sumbatan) fungsional
akibat spasme (kejang), dan penyempitan kanal anorektal (saluran
dubur-ujung akhir usus besar).
II.I.2. Patofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena
hemoroidalis mengalir dengan lancar sedangkan pada keadaan
hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik yang melalui vena
hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan
oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena
sistematik, bila aliran darah vena balik terus terganggu maka dapat
menimbulkan pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian
struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang melebihi katup
vena dimana sfingter anal membantu pembatasan pembesaran tersebut.
Bantalan hemoroid merupakan bagian normal anatomi manusia
dan menjadi penyakit patologis hanya ketika bagian ini mengalami
perubahan abnormal. Terdapat tiga bantalan utama dalam saluran
anus normal. Biasanya bantalan ini terletak di posisi lateral kiri,
anterior kanan, dan posterior kanan. Semuanya tidak tersusun
atas arteri atau vena tetapi pembuluh darah yang
disebut sinusoid, jaringan ikat, dan otot polos. Sinusoid tidak
mempunyai jaringan otot di dindingnya, seperti yang ada pada vena.
Kelompok pembuluh darah ini dikenal sebagai pleksus hemoroid.
Bantalan hemoroid penting untuk kontinensia. Bagian ini
berperan dalam memberikan 15–20% tekanan penutupan anus saat
istirahat dan melindungi otot sfingter ani selama pengeluaran
kotoran. Ketika seseorang mengejan, tekanan intra-abdomen
meningkat, dan bantalan hemoroid membesar membantu
mempertahankan agar anus tetap tertutup. Dipercaya bahwa gejala
wasir terjadi ketika struktur vaskuler ini turun ke bawah atau ketika
tekanan vena meningkat secara berlebihan. Peningkatan tekanan
sfingter ani juga dapat berperan dalam gejala wasir. Ada dua jenis
gejala wasir yang dapat timbul: internal dari pleksus hemoroid
superior dan eksternal dari pleksus hemoroid inferior.
a. Hemoroid eksterna b. Hemoroid Interna

II.1.3 Gambaran klinis secara umum


Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid.
Gejalhemoroid internal adalah prolaps dan keluarnya mukus,
perdarahan, rasa tak nyaman, dan, gatal. Gejala hemoroid eksternal
berupa rasa terbakar, nyeri (jika mengalami trombosis), dan, gatal.
Ternyata faktor risiko hemorrhoid banyak, sehingga sukar bagi kita
untuk menentukan penyebab yang tepat bagi tiap kasus. Menurut
asalnya hemorrhoid dibagi dalam:
1. Hemorrhoid Interna.
2. Hemorrhoid Eksterna
Dan dapat dibagi lagi menurut keadaan patologis dan klinisnya,
misalnya meradang, trombosis atau terjepit (Bagian Bedah
F.K.UI,1994)
Klasifikasi Wasir

Wasir diklasifikasikan menurut derajat keparahannya, yaitu:

 Derajat satu - pembengkakan kecil yang muncul di dalam dinding anus


dan tidak terlihat di luar anus.
 Derajat dua - pembengkakan lebih besar yang keluar dari anus saat buang
air besar (BAB) dan masuk kembali dengan sendirinya seusai BAB.
 Derajat tiga - adanya satu atau beberapa benjolan kecil yang menggantung
dari anus, namun bisa didorong untuk masuk kembali.
 Derajat empat - benjolan besar yang menggantung dari anus dan tidak bisa
didorong kembali.
II.1.4 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan colok dubur, diperlukan untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rectum. Pada haemoroid interna tidak
dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi
dan biasanya tidak nyeri.
2. Anoskop, diperlukan untuk melihat haemoroid interna yang
tidak menonjol keluar.
3. Proktosigmoidoskopi, untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat
yang lebih tinggi.
4. Pemeriksaan laboratorium
- Eritrosit
- Leukosit
- Led
- Hb

II.1.5 Pengobatan terapi non farmakologis dan farmakologi


A. Terapi non farmakologis
Terapi hemorrhoid non medis dapat berupa perbaikan pola
hidup, makan dan minum, perbaikan cara/pola defekasi (buang
air besar). Memperbaiki defekasi merupakan pengobatan yang
selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat hemorrhoid.
Perbaikan defekasi disebut bowel management program (BMP)
yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses dan
perubahan perilaku buang air. Dianjurkan untuk posisi jongkok
waktu defekasi dan tindakan menjaga kebersihan lokal dengan
cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit 3 kali sehari.
Pasien dinasehatkan untuk tidak banyak duduk atau tidur,
namun banyak bergerak/jalan. Pasien harus banyak minum 30-
40 cc/kgBB/hari, dan harus banyak makan serat (dianjurkan
sekitar 30 gram/hari) seperti buah-buahan, sayuran, sereal dan
bila perlu suplementasi serat komersial. Makanan yang terlalu
berbumbu atau terlalu pedas harus dihindari (Merdikoputro,
2006).

B. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi hemorrhoid dibagi dalam 4 macam, yaitu :
1. Obat yang memperbaiki defekasi terdapat dua macam obat yaitu
eristalti serat (fiber eristalti) dan erista tinja. Suplemen serat komersial
yang banyak digunakan antara lain psylium atau isphaluga Husk (ex :
Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal di kulit biji
plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini
bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan meningkatkan
peristaltic usus. Efek samping antara lain kentut dan kembung. Obat
kedua adalah laxant atau pencahar (ex : Laxadine, Dulcolax, dll).
2. Obat simptomatik, bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi
keluhan rasa gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis
sediaan misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang
mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang
daerah hemorrhoid atau anus. Contoh obatnya misalnya Ultraproct,
Anusol HC, Scheriproct.
3. Obat penghenti perdarahan, perdarahan menandakan adanya luka
pada dinding atau pecahnya vena hemorrhoid yang dindingnya tipis.
Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan
paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.
4. Obat analgesik dan pelembut tinja juga bermanfaat. Terapi topikal
dengan nifedipine dan krim lidokain lebih efektif untuk menghilangkan
rasa sakit
II.2 Obat OTC dan OWA

A. Obat OTC
1. Anusol Suppositoria
 Bentuk sediaan : Suppositoria
 Cara penggunaan :
Untuk obat suppositoria sebaiknya penggunaannya dilakukan
sambil berbaring kemudian keluarkan obat padat anusol dari dalam
kemasan, selanjutnya basahi bagian ujung runcing obat dengan
sedikit air. Setelah itu dorong obat yang telah dibasahi masuk ke
dalam anus menggunakan jari telunjuk, obat dimasukkan sedalam
mungkin. Setelah obat masuk, jangan lakukan gerakan berlebihan
selama beberapa saat. Setelah itu cuci tangan menggunakan air
mengalir dan sabun, baik sebelum maupun sesudah menggunakan
obat. Selalu ikuti anjuran dokter atau petunjuk penggunaan yang
tertera pada kemasan sebelum mulai menggunakannya.
 Lama penggunaan :
Hentikan penggunaan anusol jika dalam 5 hari hemorrhoid yang
diderita tidak kunjung sembuh maupun terdapat gejala seperti rasa
terbakar atau iritasi pada anus semakin bertambah.
 Efek samping :
Efek samping yang biasa terjadi yaitu rasa tidak nyaman setelah
pemberian obat suppositoria, muncul rasa kebas pada bagian anus,
terjadi perdarahan anus.
 Tips pengobatan :
Untuk mencegah terjadinya hemorrhoid atau wasir sebaiknya
banyak mengkonsumsi air putih setiap hari dan konsumsi makanan
yang mengandung serat seperti pada buah-buahan, sayur-sayuran,
maupun yang mengandung biji-bijian.
B. Obat OWA
1. Ambeven kapsul
 Bentuk sediaan : kapsul
 Cara penggunaan :
Cuci tangan dengan bersih terlebih dahulu. Setelah itu robek kemasan
pembungkus kapsul. Masukkan ke dalam mulut sesuai aturan pakai,
minum dengan bantuan air mineral.
 Lama penggunaan : jangka pendek.
 Efek samping :
Efek samping ambeven pada kasus hipersensitivitas atau alergi adalah
muncul tanda-tanda alergi. Selain itu, efek samping yang ada juga bisa
terjadi karena overdosis dan memiliki tanda-tanda yang lebih
berbahaya sebagai efek samping ambeven. Segeralah hubungi dokter
apabila memiliki gejala seperti, mata, wajah, dan dada mengalami
pembengkakan, gatal-gatal, sakit kepala, dan mual.
 Tips pengobatan :
Sebaiknya banyak minum air putih selama mengkonsumsi obat
Ambeven.

2. Ardium
 Bentuk sediaan : tablet
 Cara penggunaan :
Dapat dikonsumsi bersamaan atau setelah makan. Cuci tangan
dengan bersih terlebih dahulu. Setelah itu robek kemasan
pembungkus kapsul. Masukkan ke dalam mulut sesuai aturan
pakai, minum dengan bantuan air mineral.
 Lama pengobatan :
Obat ini sebaiknya tidak digunakan lebih dari 3 bulan. Jika dalam
kurun waktu tersebut penyakit yang dialami belum membaik,
segera hubungi dokter.
 Efek samping :
Efek samping Ardium yang umum terjadi diantaranya: Ganggguan
ringan pada saluran pencernaan, sakit kepala, ruam, sakit perut.
Efek samping yang jarang terjadi: Kram pada tungkai bawah,
radang urat darah, trombosis vena, pembengkakan ekstremitas.
 Tips pengobatan :
Penggunaan obat sebaiknya juga dibarengi dengan pola hidup sehat
agar obat dapat bekerja dengan lebih maksimal. Penderita
hemorrhoid disarankan untuk menjaga asupan makanan dan
memenuhi kebutuhan serat serta aktif berolahraga.

3. Papaven 200 mg kapsul


 Bentuk sediaan :
Kapsul
 Cara Penggunaan
Untuk mengonsumsi bisakodil kapsul, ditelan dengan bantuan air
putih. Telan papaven kapsul secara utuh..
 Lama Penggunaan:
Sehari 3 x 1 kapsul diminum terus sampai gejala menghilang
 Efek Samping :
Rasa tidak nyaman pada lambung yang bersifat ringan
 Tips Pengobatan :
Penggunaan obat sebaiknya juga dibarengi dengan pola hidup
sehat agar obat dapat bekerja dengan lebih maksimal. Penderita
hemorrhoid disarankan untuk menjaga asupan makanan dan
memenuhi kebutuhan serat serta aktif berolahraga.
II.3 Kasus
1. Seorang ibu hamil berusia 1 tahun MTRS dengan keluhan BAB berdarah
berwarna merah terang dan bengkak disekitar anus sejak 3 hari yang lalu.
Bagaimana peran farmasis dalam kasus tersebut ?
Jawab :
S : BAB berdarah berwarena merah terang, bengkak di sekitar anus.
O:-
A : Ada indikasi, belum ada obat.
P:
 Direkomendasikan terapi radium 6 tablet sehari, diminum tiap 4 jam
selama 4 hari awal. Lalu 4 tablet per hari diberikan selama 3 hari dan
dilanjutkan 2 tablet per hari.
 Terapi non farmakologi seperti konsumsi banyak air putih,
penggunaan celana dalam yang longgar karena bila menggunaka yang
ketat dapat mengiritasi wasir yang sudah ada, dan mengkonsumsi
makanan yang mengandung serat.
2. Tn. P (51 tahun) datang ke apotek dengan keluhan terasa nyeri bila BAB
sejak seminggu yang lalu. Tn. P pun mengkonsumsi obat pereda nyeri
ibuprofen namun nyeri tidak kunjung hilang. Tekanan darah pasien 120/80
mmHg. Bagaimana peran pharmaceutical care dalam kasus tersebut ?
Jawab :
S : Nyeri pada saat BAB sejak seminggu.
O : TD. 120/80 mmHg.
A : Ada obat, tidak ada indikasi.
P:
 Hentikan penggunaan ibuprofen
 Diberikan terapi Ambeven 3 x sehari 2 kapsul tiap 8 jam. Untuk
pemeliharaan dosis diturunkan sampai 3 x sehari 1 kapsul diminum
tiap 8 jam.
 Terapi non farmakologi antara lain mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat seperti sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian dan
sereal, banyak mengkonsumsi air putih dan mengurang mengedan.
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Hemorrhoid merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa pelebaran


pembuluh (dilatasi) vena. Pelebaran pembuluh vena yang terjadi di daerah
anus sering terjadi. Pelebaran tersebut disebut venecsia atau varises daerah
anus dan perianus. Pelebaran tersebut disebabkan oleh bendungan darah
dalam susunan pembuluh vena. Pelebaran pembuluh vena di daerah anus
sering disebut wasir, ambeien atau hemorrhoid. Hemorrhoid dapat dibagi
atas hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna. Hemorrhoid dapat
disebabkan karena bendungan sentral seperti bendungan susunan portal pada
sirosis hepatic, herediter atau penyakit jantung koroner, serta pembesaran
kelenjar prostate pada pria tua, atau tumor pada rektum (Patologi F.K.UI,
1999).

III.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya


penulis akan berusaha lebih baik dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong. (1998). Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta hal.910-915.

Faisal. (2006). Wasir. www. medika. blogspot. com.

Greenspon J, Williams SB, Young HA, Orkin BA. Thrombosed External


Hemorroids : Outcame After SERVATIVE OR Surgical Management. Dis
Colon Rectum. 2004. 47 (9) : 1493-1498. ONC

Gotera, W. (2006). Ambeien yang Bandel. www. balipost.co.id.

Merdikoputro, D. (2006). Jalan Kaki Cegah Wasir. www. Suara Merdeka.

Anda mungkin juga menyukai