Anda di halaman 1dari 22

JOURNAL READING

“Diagnosis and Management of Internal Hemorrhoids: A Brief Review”

Oleh:
Muhamad Inas Galda Intisar NIM 016.06.0006
Silvia Arwin Maly NIM 017.06.0051
Baiq Sri Widya Astuti NIM 018.06.0045
Dinda Novita Maghfiroh NIM. 018.06.0062

Pembimbing:
dr. I Made Adipta Adiputra, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK SMF BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGLI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2023
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang penulis miliki, penyusunan laporan
Journal Reading dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini membahas
mengenai hasil Journal Reading yang berjudul “Diagnosis and Management of
Internal Hemorrhoids: A Brief Review”. Penyusunan laporan ini tidak akan
berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. I Made Adipta Adiputra, Sp.B yang senantiasa memberikan saran serta
bimbingan selama pelaksanaan Journal Reading.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi penulis.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis yang terbatas untuk
menyusun laporan ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Penulis berharap semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bangli, 2 Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I ISI JURNAL.........................................................................................1

1.1 Judul Jurnal.........................................................................................1

1.2 Penulis.................................................................................................1

1.3 Abstrak................................................................................................2

1.4 Pendahuluan........................................................................................2

1.5 Patofisiologi........................................................................................3

1.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding.......................................................4

1.7 Klasifikasi............................................................................................5

BAB II CRITICAL APPRAISAL...............................................................14

2.1 Identitas Jurnal.......................................................................................14

2.2 Analisis VIA...........................................................................................15

2.12 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal.....................................................16

BAB III KESIMPULAN................................................................................17

3.1 Kesimpulan.............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

iii
BAB I
ISI JURNAL
1.1 Judul Jurnal
“Diagnosis and Management of Internal Hemorrhoids: A Brief Review”
1.2 Penulis
Nama Institusi
Javid Ahmed Department of Medicine, GMC Srinagar,
Khan
Jammu and Kashmir, India

Aadil Ashraf Departement of Gastroenterology, AIG


Hospital, Hyderabad, India

Waseem Qureshi Department of Hospital Administration, GMC


Srinagar, Jammu and Kashmir, India

Faizana Fayaz Department Of Pharmaceutical Chemistry,


Delhi Institute Of Pharmaceutical Sciences and
Research, New Delhi, India

Corespondence : Dr. Javid Ahmed Khan


Email : khanjaved69@yahoo.com

1
1.3 Abstrak
Penyakit hemoroid merupakan suatu kondisi patologis akibat adanya
kelainan pembengkakan pleksus arteriovenosa di bawah mukosa anus. Secara
anatomi, dapat ditemukan di bawah kulit di bagian luar garis dentate (dikenal
sebagai Hemoroid eksternal) atau di dalam anus pada bagian proksimal garis
dentate (hemoroid interna). Hemoroid sering dikenal di masyarakat umum
dengan sebutan wasir atau ambein, Hemoroid internal selanjutnya dapat
berkembang dari massa anus yang tidak nyeri menjadi massa yang menonjol dan
nyeri di seluruh saluran anus, sering disertai peradangan dan gejala yang lebih
berat. Berbagai strategi penanganan perlu dipertimbangkan dengan hati-hati
untuk memastikan keberhasilan terapi dan meningkatkan kualitas hidup pasien
dengan hemoroid internal. Penatalaksanaan konserfatif merupakan tahap awal
yang dapat dilakukan, yaitu pemberian nutrisi tinggi serat, edukasi terkait
kebiasaan diri di kamar mandi, dan penggunaan rejimen flavonoid. Terapi bedah
dapat dibagi menjadi intervensi rawat jalan dan operasi konvensional. Tinjauan
ini akan mencakup pendekatan diagnostik dan pengelolaan yang komprehensif
terkait hemoroid internal untuk membantu dokter memahami manajemen yang
tepat dan memberikan manfaat klinis yang lebih baik bagi pasien.
Kata kunci : Hemoroid, anorectal, pendarahan anus, tatalaksana bedah
1.4 Pendahuluan
Penyakit hemoroid (HD) adalah keadaan patologis anorektal yang umum
terjadi di masa dewasa. Hal itu disebabkan oleh peningkatan tekanan dan dilatasi
abnormal dari hemoroid pleksus vaskular. Di Amerika Serikat, Hemoroid
menjadi temuan ketiga gastrointestinal rawat jalan yang paling umum, hal ini
mempengaruhi sekitar 75% orang dewasa di Amerika dengan perkiraan empat
juta kunjungan setiap tahun. Prevalensi tertinggi diras Kaukasia antara usia 45
sampai 65 tahun. Wasir atau hemoroid dapat berkembang menjadi dua jenis,
yaitu internal dan eksternal. Selain itu, hemoroid internal dapat berkembang
menjadi hemoroid prolaps melalui anus di luar tubuh, yang akhirnya menjadi
iritasi dan nyeri.

2
Gejala wasir sering dimulai dengan rasa sakit, adanya keluar darah merah
segar menutupi tinja dan sensasi yang tidak menyenangkan. Pasien juga
mungkin mengalami gatal pada perineum karena adanya lendir dan kotoran tinja.
Meskipun hemoroid merupakan kondisi yang tidak mengancam, namun
berdampak pada gaya hidup dan beban sosial. Oleh karena itu, penting untuk
memahami manajemen yang komprehensif untuk memastikan kualitas hidup
pasien hemoroid dengan jangka panjang. Tinjauan ini bertujuan untuk
mengevaluasi diagnosis dan penatalaksanaan wasir internal dengan tinjauan
pustaka terkini yang diterbitkan.
1.5 Patofisiologi
Secara teoritis, hemoroid sebenarnya adalah bantalan yang sangat vaskular
yang berisi arteriol, vena, otot polos, jaringan elastis dan jaringan ikat yang
ditemukan di dalam ruang submukosa dan dianggap sebagai bagian dari anatomi
normal saluran anus. Lubang anus terdiri dari tiga bantalan utama di posisi
lateral kiri, anterior kanan, dan posterior kanan. Kumpulan berbagai jaringan ini
mendukung struktur lubang anus dan berkontribusi 15%-20% dari tekanan
istirahat di dalam saluran. Setiap bantalan mengelilingi komunikasi
arteriovenosa antara cabang terminal arteri rektal superior dan media dan vena
rektal superior, media, dan inferior. Selain itu, bantal hemoroid memiliki
beberapa peran penting dalam lubang anus, terutama mempertahankan
kontinensia anus dan mencegah kebocoran tinja ketika ada peningkatan tekanan
intra-abdomen (misalnya, mengejan, batuk, dan bersin) dengan menelan darah
dan menyebabkan penutupan saluran anus.
Selain itu, bantal wasir bertindak untuk melindungi sfingter ani yang
mendasari selama buang air besar. Ini juga memiliki fungsi sensorik untuk
membedakan antara cair, padat, dan gas selanjutnya untuk mengevakuasi. Ada
beberapa factor yang berkontribusi pada perkembangan patologis perubahan
dalam bantal wasir, seperti sembelit, mengejan berkepanjangan, olahraga, nutrisi
(rendah asupan serat), kehamilan, kebiasaan buang air besar yang tidak teratur
(diare atau sembelit), masalah genetika dan tidak adanya katup dalam vena
hemoroid. Semua faktor ini menyebabkan peningkatan tekanan dalam pleksus

3
arteriovenosa submukosa, akhirnya menyebabkan pembengkakan bantalan
berikutnya, peningkatan kelemahan jaringan ikat pendukung, dan penonjolan
wasir di seluruh lubang anus.
1.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding
Beberapa kondisi anorektal menunjukkan gejala yang mirip dengan wasir
(Tabel I). Beberapa kondisi harus diperhatikan dengan hati-hati karena gejalanya
mungkin berhubungan dengan kondisi yang lebih serius, seperti penyakit radang
usus atau kanker. Untuk membedakan, kolonoskopi dapat dilakukan pada pasien
dengan perubahan kebiasaan buang air besar, penurunan berat badan, sakit perut,
dan dubur mengalami pendarahan dengan darah di tinja, atau riwayat keluarga
dengan kanker usus. Pemeriksaan fisik wasir harus dilakukan, seperti
pemeriksaan abdomen, pemeriksaan perineum, dan pemeriksaan colok dubur
(Rectal Toucher). Di dalam beberapa kasus, pemeriksaan colok dubur saja
mungkin tidak mengecualikan wasir internal dari wasir eksternal; karena itu
diperlukan anoskopi. Tampilan visualisasi pada anoskopi di wasir internal
menunjukkan pembuluh darah biru keunguan melebar, dan saat prolaps,
pembuluh darah tampak merah muda gelap berkilau menyerupai massa lunak di
tepi anus. Sementara itu, wasir eksternal mungkin tampak kurang merah muda
dan, jika trombosis, sangat konsistensi lembut dengan warna lebih keunguan.
Perhimpunan Ahli Bedah Colon dan Rektum di Amerika merekomendasikan
penilaian pasien dengan anoskopi dan selanjutnya evaluasi endoskopi jika ada
kekhawatiran untuk inflamasi penyakit usus atau kanker.
Tabel 1. Diagnosis Banding Hemoroid
Diagnosa Sejarah Temuan Pemeriksaan Fisik
Skin Tags Riwayat sebelumnya Tag menyerupai massa
mengalami wasir dan berwarna kulit dan berada
tanpa adanya perdarahan disekitar anus bukan pada
mukosa.
Fistura Ani Perdarahan saat buang air Luka robek di anus
besar, nyeri saat bergerak
dengan onset nyeri

4
bertahap.
Abses Perianal Onset nyeri bertahap Massa lembut ditutupi dengan
kulit ke mukosa rektal.
Kanker Anus Nyeri di sekitar anus, Lesi ulserasi dari anus
penurunan berat badan di
stadium lanjut.
Kondiloma Anal Massa anus tanpa Luka seperti kembang kol
perdarahan; Riwayat
hubungan seks melalui
anus.

Kanker kolorektal Penurunan berat badan, Massa perut atau nyeri tekan.
darah dalam tinja, sakit
perut, riwayat keluarga
dengan kanker.

Penyakit Inflamasi Sakit perut, konstitusional Pemeriksaan dubur;


Usus gejala, diare. Jarang dilakukan, fistula,
kolitis pada anoskopi

1.7 Klasifikasi
Secara umum, hemoroid dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu
eksternal dan internal, yang diklasifikasikan secara anatomis berdasarkan
lokasinya relatif terhadap garis dentata. Hemoroid eksternal terletak distal ke
garis dentate dan dilapisi oleh epitel skuamosa yang dimodifikasi yang disebut
sel anoderm. Struktur ini mengandung sejumlah besar persarafan dari jaringan
saraf nyeri, membuat hemoroid eksternal menjadi sangat menyakitkan pada
trombosis. Trombosis hemoroid eksternal terjadi ketika ada pembentukan
bekuan darah di dalam dinding kulit anus di sekitar hemoroid. Pembentukan
bekuan darah tersebut menyebabkan pembengkakan pada liang anus bagian luar,

5
menyebabkan perdarahan persisten dan nyeri hebat yang umumnya menetap
selama 48 jam.
Di sisi lain, hemoroid interna terletak di proksimal garis dentata dan dilapisi
oleh epitel kolumnar. Epitel kolumnar di atasnya dipersarafi secara viseral;
demikian, hemoroid interna yang baru berkembang umumnya tidak
menimbulkan rasa sakit atau sensitif terhadap sentuhan. Namun, pada tahap di
mana hemoroid interna telah benar-benar prolaps, seseorang mungkin
mengalami rasa sakit yang parah. Derajat hemoroid interna dapat dibagi menjadi
I sampai IV, yang selanjutnya akan menentukan rencana pengelolaan pasien
(Gambar 1).

Gambar 1. Klasifikasi hemoroid interna


Derajat I ditandai dengan perdarahan anus tanpa rasa sakit atau pertumbuhan
tanpa gejala dari mukosa anus karena pembengkakan pleksus arteriovenosa dan
jaringan ikat yang mendasarinya. Derajat II ditandai dengan perdarahan anus
tanpa rasa sakit dengan hemoroid prolaps saat mengejan tetapi dapat berkurang
secara spontan. Derajat III ditandai dengan pendarahan anus tanpa rasa sakit
dengan hemoroid prolaps di saluran anus, yang hanya dapat dikurangi secara
6
manual. Pada stadium ini, penderita sering disertai pruritus dan feses yang kotor
akibat sumbatan. Terakhir, derajat IV ditandai dengan perdarahan anus tanpa
rasa sakit atau nyeri dengan hemoroid prolaps yang tidak dapat direduksi, sering
disertai dengan perubahan inflamasi lokal kronis.
1.8 Tatalaksana
A. Tatalaksana Konservatif
Konstipasi dan diare telah diakui sebagai faktor utama dalam
perkembangan penyakit hemoroid. Oleh karena itu, rekomendasi
menyarankan bahwa asupan serat dan cairan yang cukup dapat memperbaiki
gejala. Edukasi pasien terpadu harus ditujukan mengenai konsumsi serat
makanan harian 25-30 gram per hari, minum 6 sampai 8 cangkir minuman
non-kafein dan pencahar osmotik yang diperlukan. Serat makanan harus
dimulai dari jumlah yang sedikit dan ditingkatkan secara bertahap sehingga
pasien dapat melakukannya tidak mengembangkan reaksi yang merugikan,
seperti kram perut dan kembung.
Selain itu, pasien harus disarankan untuk menghindari kebiasaan kamar
mandi yang tidak sehat, termasuk mengejan berlebihan di toilet dan
membaca saat di kamar mandi. Posisi duduk yang lama dalam upaya untuk
buang air besar selama lebih dari 10-15 menit menyebabkan peningkatan
tekanan perut dan selanjutnya berkontribusi pada pembengkakan hemoroid.
Preparat topikal termasuk supositoria, krim steroid dan tisu obat tersedia
untuk kondisi ini, tetapi tidak ada bukti yang cukup mendukung keberhasilan
jangka panjang dalam mengobati hemoroid dengan produk topikal ini.
Obat phlebotropic turunan flavonoid oral, seperti micronized purified
flavonoid fraction (MPFF), terdiri dari 90% micronized diosmin dan 10%
hesperidin dan umumnya digunakan dalam pengobatan klinis. Persiapan ini
membantu dalam meningkatkan tonus dinding vena dan drainase limfatik,
selanjutnya mengurangi hiperpermeabilitas kapiler dengan mempertahankan
mikrosirkulasi dari proses inflamasi. Sebuah meta-analisis flavonoid untuk
manajemen hemoroid, yang melibatkan 14 uji coba secara acak dan 1514
pasien, menunjukkan bahwa flavonoid menurunkan risiko perdarahan

7
sebesar 67%, nyeri persisten sebesar 65% dan gatal-gatal sebesar 35%,
dengan tingkat kekambuhan 47%.
B. Intervensi Rawat Jalan
Jika tatalaksana konservatif tidak memberikan hasil yang maksimal,
tatalaksana rawat jalan non bedah dapat dipertimbangkan untuk menangani
hemoroid interna. Intervensi ini adalah prosedur sederhana yang dapat
dilakukan di bagian ahli bedah tanpa anestesi atau hanya memerlukan
anestesi lokal. Beberapa contoh jenis perawatan ini adalah Rubber Band
Ligation (RBL), skleroterapi, dan koagulasi inframerah.
 Rubber Band Ligation (RBL)
Metode ini merupakan prosedur rawat jalan anorektal yang paling
sering dilakukan di bagian bedah. Diindikasikan untuk hemoroid interna
derajat II dan III. Rubber Band Ligation (RBL) tidak selalu memerlukan
anestesi lokal (Gambar. 2). Pasien berbaring tengkurap-jacknife atau
posisi lateral kiri dan prosedur dilakukan melalui anoskop. Prosedur
ligasi dibantu menggunakan ligator forsep McGivney dan ligator suction.
Cincin pita kecil dipasang erat di dasar hemoroid interna, khususnya
setengah sentimeter di atas garis dentata, untuk mencegah penempatan
cincin ke dalam jaringan saraf yang dipersarafi secara somatik. Prosedur
ini bertujuan untuk membuat jaringan hemoroid menjadi nekrotik, hanya
menyisakan bekas luka yang terfiksasi pada mukosa anus. Jaringan
hemoroid yang terikat akan mengalami iskemia dan menjadi nekrotik
dalam 3-5 hari dan kemudian tempat jaringan ulserasi akan terbentuk.
Penyembuhan lengkap umumnya terjadi dalam beberapa minggu setelah
prosedur.
Tingkat keberhasilan RBL berkisar antara 69%-97%. Kekambuhan
pascaoperasi dapat terjadi pada 6,6%-18% pasien; namun, pengobatan
selanjutnya dapat dilakukan untuk meminimalkan kejadiannya. Logman
dkk menjelaskan tingkat komplikasi yang berbeda setelah RBL, mulai
dari 3% -18,8%. Izadpanah dkk menyimpulkan bahwa 14% dari 8.060

8
pasien dari 39 penelitian mengalami komplikasi pasca-banding, termasuk
nyeri hebat (5,8%), perdarahan anus (1,7%), dan fistula anal (0,4%).

Gambar 2. Rubber Band Ligation hemoroid interna menggunakan ligator


penghisap
 Skleroterapi
Metode ini merupakan salah satu bentuk tertua dari tatalaksana
hemoroid non-operatif, pertama kali diterbitkan pada tahun 1869 oleh
Morgan di Dublin. Ini terutama diindikasikan untuk hemoroid interna
yang menonjol (derajat I dan II) atau pada pasien yang mengonsumsi
antikoagulan biasa. Prosedur ini diberikan dengan menyuntikkan 5 mL
5% fenol dalam minyak, 5% kina dan urea atau larutan garam hipertonik
(23,4%) di dasar hemoroid interna untuk menginduksi trombosis
pembuluh darah, sklerosis jaringan ikat, penyusutan dan fiksasi mukosa
di atasnya. Anoskop dapat digunakan untuk membantu prosedur.
Skleroterapi adalah prosedur sederhana yang tidak memerlukan anestesi
dan hanya membutuhkan beberapa menit untuk dilakukan.
Sebuah studi percobaan skleroterapi menunjukkan perbaikan dan
berhasil menyembuhkan 82% pasien, diikuti oleh 98% pasien setelah
skleroterapi kedua. Masih terbatasnya data tentang kemanjuran
skleroterapi. Namun demikian, percobaan baru-baru ini menunjukkan
tingkat keberhasilan 20% dalam satu tahun dalam mengobati hemoroid
gadre III. Hasilnya ditemukan secara signifikan lebih baik untuk
pengobatan hemoroid derajat I. Sebuah studi baru-baru ini oleh Moser
dkk yang membandingkan kemanjuran polidocanol, anestesi lokal non-
9
ester yang disetujui untuk digunakan oleh Food and Drug Administration
Amerika Serikat, dengan 88% pasien yang berhasil diobati dalam 12
minggu tindak lanjut. Meskipun tidak ada data acak untuk mendukung
penggunaan skleroterapi pada pasien antikoagulan, serangkaian kasus
yang dijelaskan oleh Yano dkk melaporkan tidak ada perbedaan dalam
tingkat perdarahan pascaoperasi dari 37 pasien yang menerima terapi
antiplatelet atau terapi antikoagulan. Meskipun skleroterapi adalah
prosedur invasif minimal, skleroterapi juga dapat menyebabkan
komplikasi, termasuk nyeri yang dilaporkan secara bervariasi pada 70%
pasien.
 Infrared Coagulation (IRC)
Inframerah langsung ke jaringan hemoroid untuk menginduksi
koagulasi dan menguapkan kandungan air di dalam sel sehingga
menyebabkan penyusutan jaringan hemoroid. Seperti skleroterapi, IRC
diindikasikan untuk hemoroid interna yang tidak menonjol (derajat I dan
II). Pertama, probe diterapkan ke dasar hemoroid menggunakan anoskop
(Gambar. 3) dengan waktu kontak antara 1,0 hingga 1,5 detik, tergantung
pada intensitas dan panjang gelombang koagulator. Jaringan nekrotik
terlihat sebagai bintik putih dan akhirnya sembuh dengan fibrosis. IRC
tidak cocok untuk kondisi hemoroid besar atau prolaps. Kemanjuran IRC
mirip dengan RBL, dan komplikasi nyeri minimal karena volume
nekrosis jaringan yang lebih rendah. Meskipun merupakan alternatif
potensial untuk RBL, ini prosedurnya masih terbatas karena cukup mahal
dan membutuhkan kurva belajar yang lebih lama.

10
Gambar 3. Prosedur koagulasi inframerah

C. Tatalaksana Bedah
 Hemoroidektomi
Hemoroidektomi adalah prosedur yang paling efektif dalam
manajemen hemoroid dengan benar-benar mengeksisi jaringan
berlebihan yang menyebabkan perdarahan dan penonjolan. Ini
memberikan tingkat kekambuhan terendah dibandingkan dengan
prosedur lain. Prosedur ini dapat dibantu menggunakan gunting, diatermi
atau alat sealing vaskular di bawah anestesi perianal. Prosedur bedah
terutama diindikasikan jika manajemen non-bedah gagal. Dalam praktik
klinis, hemoroidektomi eksisi juga diindikasikan untuk hemoroid interna
derajat III dan IV. Meskipun sederhana dan efektif, kelemahan dari
prosedur ini adalah nyeri pascaoperasi yang signifikan. Komplikasi pasca
operasi utama lainnya adalah retensi urin akut, mempengaruhi 2% - 36%
pasien. Prosedur ini sering diikuti dengan pengangkatan dan pemeriksaan
patologis jaringan hemoroid, terutama jika dicurigai adanya keganasan.
Namun, spesimen hemoroid mungkin tidak diperiksa secara patologis
jika tidak ada kecurigaan keganasan.
 Staples Hemorrhoidopexy
Prosedur ini merupakan prosedur bedah alternatif yang terutama
diindikasikan untuk hemoroid interna derajat II dan III. Ini dilakukan
dengan mengeksisi jaringan yang berlebihan dan selanjutnya memfiksasi
jaringan hemoroid kembali ke dinding rektal. Kesulitan yang mungkin
terjadi selama prosedur ini adalah penerapan jahitan purse-string non-
absorbable secara melingkar kira-kira empat sentimeter proksimal dari
garis dentate untuk menghindari keterlibatan otot sfingter. Jika jahitan
purse-string terlalu distal ke rektum, itu akan menyebabkan lebih banyak
rasa sakit pasca operasi, tetapi stapler dapat membuat eksisi full-
thickness melalui dinding rektum jika terlalu proksimal. Kondisi ini
dapat menyebabkan pembentukan abses atau fistula, yang memerlukan

11
revisi bedah lagi. Karena itu, sangat penting bagi ahli bedah untuk
mengenal alat stapler tertentu sebelum dieksekusi. Komplikasi lain yang
berpotensi terjadi adalah cedera otot sfingter, perdarahan, stenosis,
dehiscence pada garis anastomosis dan pembentukan fistula rekto-
vaginal. Gravi dkk dalam uji coba terkontrol secara acak (RCT),
membandingkan hemoroidektomi terbuka dengan hemoroidopeksi
stapler dan menemukan beberapa keuntungan dari prosedur ini, termasuk
nyeri pasca operasi yang lebih rendah saat buang air besar, buang air
besar pasca operasi lebih awal, masa rawat inap yang lebih pendek dan
kebutuhan penghilang rasa sakit yang lebih rendah. Giordano dkk juga
mendukung bahwa hemoroidopeksi stapler adalah teknik yang lebih
aman untuk menangani hemoroid; namun, ini membawa insiden
kekambuhan jangka panjang yang jauh lebih tinggi daripada
hemoroidektomi konvensional. Malyadri dkk melaporkan bahwa
hemoroidopeksi dengan stapler secara signifikan lebih cepat dilakukan
dibandingkan dengan hemoroidektomi terbuka. Oleh karena itu, rawat
inap dan durasi dimulainya kembali aktivitas sehari-hari lebih sedikit
pada kelompok hemoroidopeksi stapler dibandingkan hemoroidektomi
terbuka. Sebaliknya, studi RCT multisenter oleh Nystrom dkk
melaporkan tingkat kekambuhan yang sama dan pengurangan gejala
yang lebih baik dengan hemoroidektomi terbuka. Oleh karena itu,
penerapan prosedur ini telah berkurang di kalangan ahli bedah di Eropa.
1.9 Komplikasi
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada kasus wasir internal, diantaranya
termasuk perdarahan, infeksi, inkontinensia tinja, retensi urin, dan stenosis anal.
Untungnya, perdarahan seringkali dapat dikontrol dengan pembalutan atau
penjahitan anus. Infeksi jarang terjadi, tetapi dapat berkembang menjadi
septikemia serius jika tidak segera ditangani dan diobati dengan antibiotik
intravena. Retensi urin dapat dikelola dengan memasukkan kateterisasi
sementara dan biasanya diselesaikan dalam waktu tiga hari setelah operasi. Agen
pembentuk massa, seperti suplemen serat oral dapat diberikan kepada pasien

12
dengan inkontinensia tinja pasca operasi. Terakhir, stenosis anus dapat ditangani
dengan dilatasi anus.

1.10 Prognosis
Prognosis keseluruhan dari wasir internal memuaskan. Sebagian besar wasir
internal yang berkembang lebih awal dapat diatasi dengan perawatan medis
konservatif, dengan tingkat kekambuhan berkisar antara 10%-50% selama lima
tahun. Manajemen bedah merupakan alternatif untuk pendekatan konservatif
dan konvensional yang tidak efektif, dengan tingkat kekambuhan kurang dari
5%.
1.11 Kesimpulan
Wasir internal adalah temuan anorektal patologis yang umum tetapi
merupakan penyakit yang kompleks. Gejala dan tanda wasir internal harus
dievaluasi secara menyeluruh bersamaan dengan penentuan derajat klinis.
Berbagai pilihan untuk mengelola wasir internal dan pendekatan terapeutik
spesifik harus bergantung pada penalaran masing-masing individu dan faktor
klinis. Modifikasi gaya hidup, termasuk asupan diet tinggi serat, kebiasaan
penggunaan kamar mandi yang sehat dan pemberian agen phlebotropic, harus
dilakukan di awalss. Intervensi rawat jalan dan pendekatan bedah harus
diterapkan ketika modalitas lain gagal. Manajemen terapi sangat penting untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut dari wasir internal.

13
BAB II
CRITICAL APPRAISAL
2.1 Identitas Jurnal
1. Judul
Pada jurnal yang saya bahas ini memiliki identitas yang sudah lengkap
karena telah mencantumkan judul jurnal, nama peneliti, tahun penerbitan,
tempat penerbitan, nama jurnal dan koresponden dari jurnal.
 Aturan Penulisan pada jurnal harus spesifik, ringkas dan jelas. Judul
pada Jurnal ini yaitu : “Diagnosis and Management of Internal
Hemorrhoids: A Brief Review” Sudah singkat dan jelas.
 Judulnya efektif dan tidak lebih dari 18 kata, judul tersebut sudah
mencakup isi dari jurnal.
 Judulnya menarik dan pembaca dapat langsung mengerti denga napa
yang akan disampaikan dalam jurnal.
Kriteria Judul Karya Ilmiah
No
Kriteria Checklist Ket.
1. Spesifik  -
2. Menggambarkan Isi jurnal  -
3. Ringkas dan Jelas  -
4. Menarik  -
5. Terdiri dari 10-18 kata X -

2. Penulis
 P. Agus Eka Wahyudi, Stephen William Soesono, dan Febyan
Febyan
 Penulis mencantumkan alamat dan kontak email yang dapat
dihubungi dan digunakan
3. No Seri
Penulis telah mencantumkan no seri jurnal, yaitu
https://dx.doi.org/10.24018/ejmed.2021.3.5.1014
4.Tahun Terbit
14
Jurnal ini dipublikasikan pada September 2021
5.Jenis Jurnal
Jenis jurnal ini adalah jurnal review
2.2 Analisis VIA
 Validitas
1. Apakah sumber Pustaka jurnal ini valid ?
Kurang valid, karena jika dilihat dari tahun terbit sumber referensi
yang digunakan pada jurnal ini yaitu dominan lebih dari 5 tahun
terakhir yaitu 33 jurnal.
2. Apakah Terdapat Randomisasi ? Bagaimana metode randomisasi ?
Tidak, pada penelitian ini tidak dilakukan randomisasi.
3. Apakah fokus penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian?
Ya, karena pada penelitian ini bertujuan untuk membantu dokter
memahami manajemen yang tepat dan memberikan manfaat klinis
yang lebih baik bagi pasien.
4. Apakah subjek penelitian ini diambil dengan cara yang tepat?
Tidak, penelitian ini tidak ada subjek penelitian.
5. Apakah data yang dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian?
Tidak, penelitian ini tidak ada data penelitian.
Tidak, penelitian ini tidak ada subjek penelitian.
a. Apakah penelitian ini mempunyai jumlah subjek yang cukup untuk
meminimalisirkan kebetulan?
6. Apakah analisis data dilakukan cukup baik?
Tidak, pada penelitian ini tidak dilakukan analisis data.
(Penelitian ini valid karena merupakan jurnal review)
 Important
1. Apakah penelitian ini penting?
Mengingat bahwa hemoroid adalah penyaikit yang sering ditemukan
pada dewasa yang menyebabkan rasa sakit, adanya keluar darah
merah segar menutupi tinja dan sensasi yang tidak menyenangkan
maka penelitian ini penting untuk dilakukan.

15
 Applicable
1. Apakah penelitian ini dapat diterapkan?
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai referensi tentang diagnosis
dan tatalaksana hemoroid.
2.12 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal
1. Kelebihan
a. Jurnal ini sangat Informatif karena terdapat informasi terkait definisi,
patofisiologi, diagnosis, diagnosis banding, klasifikasi, tatalaksana, dan
prognosis.
b. Jurnal ini tergolong baru karena diterbitkan pada tahun 2021 sehingga
jurnal ini masih dapat digunakan sebagai acuan terbaru.
2. Kekurangan
a. Tahun terbit sumber referensi yang digunakan pada jurnal ini dominan
lebih dari 5 tahun terakhir.

16
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi diatas, dapat disimpulkan bahwa jurnal ini merupakan
jenis jurnal review dan telah memenuhi kaidah kaidah kepustakaan sehingga
dapat digunakan sebagai sumber referensi. Dalam jurnal ini terdapat informasi
terkait definisi, patofisiologi, diagnosis, diagnosis banding, klasifikasi,
tatalaksana, dan prognosis dari hemoroid. Dengan adanya pembahasan jurnal ini
diharapkan dapat membantu dokter memahami manajemen yang tepat dan
memberikan manfaat klinis yang lebih baik bagi pasien.

17
DAFTAR PUSTAKA

Wahyudi, A. Soesono, S. Febyan, F.(2021). Diagnosis And Management Of Internal


Hemorrhoid: A Brief Review. European Journal of Medical And Health
Sciences. 3(5). https://dx.doi.org/10.24018/ejmed.2021.3.5.1014

18

Anda mungkin juga menyukai