Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FITOTERAPI

“WASIR”

Dosen Pengampu :

Apt. Choirul Huda, M.Farm

Disusun Oleh :

1. Ita Rhosida (1913206019)


2. Lazufa Buyung I.V. (1913206021)
3. Luqyana Salsabila (1913206023)
4. Meilina Rossa N. S. (1913206025)
5. Mochamad Syahrul F. (1913206026)
6. Pera Amelia (1913206036)
7. Syavira Milenia Tasya (1913206045)

PRODI S1 FARMASI

STIKes KARYA PUTRA BANGSA TULUNGAGUNG

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Tulungagung, 24 Maret 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hemoroid atau wasir adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh
darah vena di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis
(Simadibrata, 2009). Hemoroid adalah struktur normal dari tubuh manusia
yang terdiri dari 3 unsur, yaitu mukosa, stroma yang terdiri dari pembuluh
darah, otot polos, dan jaringan penunjang, serta jaringan ikat (Makmun,
2011). Lesi ini sangat sering terjadi karena peningkatan tekanan secara
terus menerus di dalam pleksus hemoroidalis (Kumar et al., 2007).
Hemoroid menyebabkan perdarahan, pembengkakan, dan nyeri pada
kanalis anal (Dorland, 2011). Hemoroid merupakan penyebab umum dari
perdarahan rektum dan ketidaknyamanan anal, namun keakuratan insiden
sulit untuk ditentukan karena pasien cenderung mencari pengobatan
sendiri, bukan penanganan medis. Hemoroid diderita oleh 5% seluruh
penduduk dunia (Slavin, 2008). Insiden hemoroid terjadi pada 13%-36%
populasi umum di Inggris (Lohsiriwat, 2012). Berdasarkan data dari The
National Center of Health Statistics di Amerika Serikat, prevalensi
hemoroid sekitar 4,4% (Buntzen et al., 2013). Di Mesir, hemoroid
dianggap penyakit daerah anus tersering dengan prevalensi tinggi hampir
50% dari kunjungan proctological di Unit Kolorektal (Ali et al., 2011).
Jamu adalah obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang
telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk
kesehatan. Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan serian (generik), atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat (Biofarmaka IPB, 2013). Sebagian besar masyarakat
mengkonsumsi jamu karena percaya memberikan manfaat yang cukup
besar terhadap kesehatan baik untuk pencegahan dan pengobatan terhadap
suatu penyakit maupun dalam hal menjaga kebugaran dan kecantikan dan
meningkatkan stamina tubuh. Sampai saat ini keberadaan jamu terus
berkembang. Hal ini terlihat pada permintaan terhadap jamu yang terus
mengalami peningkatan (Biofarmaka IPB, 2013). Badan Pengawasan Obat
dan Makanan (2004) mengelompokkan obat herbal menjadi tiga bentuk
sediaan yaitu sediaan jamu, sediaan herbal terstandar dan sediaan
fitofarmaka. Persyaratan ketiga sediaan berbeda yaitu untuk jamu
pemakaiannya secara empirik berdasarkan pengalaman, sediaan herbal
tersandar bahan bakunya harus distandarisasi dan sudah diuji farmakologi
secara eksperimen, sedangkan sediaan fitofarmaka sama dengan obat
modern, bahkan harus distandarisasi dan harus melalui uji klinik (Badan
POM, 2004).
Dalam pemasarannya jamu disajikan dalam bermacam-macam
jenis, diantaranya jamu gendong, jamu godokan, serbuk seduhan, pil dan
cairan. Satu jenis jamu disusun dari berbagai tanaman obat yang
jumlahnya antara 5 sampai 10 macam, bahkan bisa lebih. Jamu tidak
memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi cukup dengan
bukti empiris, jamu juga harus memenuhi persyaratan keamanan dan
standar mutu (Suharmiati et al., 2006). Usaha jamu terus berkembang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang banyak menggunakan jamu
sebagai minuman penyegar atau obat penyakit ringan. Jamu telah menjadi
bagian budaya dan kekayaan alam Indonesia (Suharmiati, 2003). Tanaman
obat semakin diminati sebagai alternatif terapi. Adanya tren ”kembali ke
alam” dan harga obat yang terus naik, menjadikan pengobatan herbal
pilihan yang dilirik. Namun di sisi lain, penggunaan yang hanya
mengandalkan pengalaman dan perkiraan, kemungkinan besar dapat
menyebabkan efek yang merugikan. Oleh karena banyaknya masyarakat
yang percaya akan ramuan jamu yang dapat menyembuhkan segala
penyakit, maka kami Menyusun makalah ini untuk mengumpulkan
beberapa materi terkait ramuan jamu untuk mengatasi wasir atau biasa
juga disebut hemaroid.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang disebut dengan wasir?
2. Apa saja komponen ramuan jamu wasir?
3. Apakah rimpang kunyit memilik manfaat pada penyembuhan wasir?
4. Apakah rimpang temulawak memilik manfaat pada penyembuhan
wasir?
5. Apakah daun ungu memilik manfaat pada penyembuhan wasir?
6. Apakah daun duduk memilik manfaat pada penyembuhan wasir?
7. Apakah daun iler memilik manfaat pada penyembuhan wasir?
8. Apakah herba meniran memilik manfaat pada penyembuhan wasir?
9. Apakah ramuan jamu yang dituliskan sudah rasional?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Mengetahui pengertian wasir.
2. Mengetahui komponen ramuan jamu wasir
3. Mengetahui manfaat rimpang kunyit untuk penyembuhan wasir.
4. Mengetahui manfaat rimpang temulawak untuk penyembuhan wasir.
5. Mengetahui manfaat daun ungu untuk penyembuhan wasir.
6. Mengetahui manfaat daun duduk untuk penyembuhan wasir.
7. Mengetahui manfaat daun iler untuk penyembuhan wasir.
8. Mengetahui manfaat herba meniran untuk penyembuhan wasir.
9. Mengetahui rasionalisme dan bukti ilmiah senyawa yang terkandung
dalam tanaman ramuan jamu wasir.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 WASIR
Wasir, atau ambeien, dalam istilah kedokteran disbut piles, merupakan
penyakit pada bantalan haemorrhoid yang membengkak, dan bergerak tempat
dari lokasi normalnya berada, dapat ditemukan diluar anus atau yang disebut
dengan hemorrhoid eksternal dan di dalam anus yang tidak dapat dilihat,
disebut dengan hemorrhoid internal. Hemorrhoid merupakan suatu bantalan
anal berisi otot halus dan banyak pembuluh darah yang secara normal terdapat
dalam rektum, berperan dalam pengaturan tekanan untuk mengeluarkan
kotoran dari anus, dan melindungi otot sfingter anus dari kontak langsung
dengan kotoran. Terdapat tiga bantal anal utama, yang terletak di anterior
kanan, posterior kanan dan di sebelah kiri secara lateral dari lubang anus, serta
beberapa jumlah bantal kecil yang terletak di antara mereka . Bantal anal
pasien yang mengalami wasir menunjukkan perubahan patologis yang
signifikan. Perubahan ini termasuk dilatasi vena yang abnormal, trombosis
vaskular, proses degeneratif pada serabut kolagen dan jaringan fibroelastik,
distorsi dan pecahnya otot subepitel dubur. Selain temuan di atas, juga terjadi
reaksi peradangan parah yang melibatkan dinding pembuluh darah dan
jaringan ikat di sekitarnya. Kondisi bantalan haemorrhoid yang membengkak
inilah yang kemudian disebut dengan ambeien atau wasir. Kondisi tekanan
sehingga menimbulkan bantalan haemorrhoid meradang diantaranya yaitu
konstipasi (sulit buang air besar) yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi
serat, kurang minum air mineral, terlalu kuat mengejan, dan terlalu lama
berjongkok di toilet.
Tingkat Keparahan Wasir :
 Stage 1 = BAB berdarah atau disertai tetesan darah merah segar saat
BAB. Biasanya pembengkakan atau benjolan terjadi di dalam (internal
hemorrhoid)
 Stage 2 = Terdapat benjolan yang keluar tiap BAB namun bisa masuk
sendiri setiap berhenti meneran tanpa perlu tindakan khusus.
 Stage 3 = Benjolan akan keluar saat mengejan dan harus dilakukan
pemasukkan benjolan dengan bantuan dorongan dari luar karena
benjolan tidak bisa masuk secara otomatis .
 Stage 4 =Terdapat benjolan keluar , nyeri luar biasa, terjadi
pendarahan serta tidak bisa didorong kembali, Membutuhkan tindakan
operatif.
Stage 1-2 dapat dilakukan pengobatan dirumah, pengobatan dengan obat
resep dokter, maupun tindakan seperti koagulasi dengan infra-merah ataupun
tindakan ligasi. Namun untuk stage 3-4 direkomendasikan untuk dilakukan
tindakan operasi (Lohsiriwat, 2012).

2.2 RESEP RAMUAN JAMU WASIR


Resep ramuan jamu wasir (Mana, et al., 2017).
Bahan :
1. 15 gram daun ungu,
2. 12 gram daun duduk,
3. 9 gram daun iler,
4. 3 gram temulawak,
5. 3 gram kunyit,
6. dan 3 gram meniran.

Cara Pembutan :
Siapkan bahan bahan yang sudah tertera, rebus dengan 4 gelas air (800 cc)
sampai mendidih dan ditunggu selama 20 menit, didinginkan, disaring.

Cara Pakai :
Diminum dua kali tiap pagi dan sore.
2.3 RIMPANG KUNYIT

Dalam taksonomi tumbuhan, Rimpang kunyit dikelompokkan sebagai berikut


(Winarto, 2004) :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma domestica Val
Pemerian Rimpang kunyit yaitu memiliki bau khas aromatik, rasa agak
pahit serta pedas namun lama kelamaan menimbulkan rasa tebal; kepingan
ringan, rapuh, warna kuning jingga, kuning jingga kemerahan sampai kuning
jingga kecoklatan, bentuk hampir bundar sampai bulat panjang, kadang-
kadang bercabang, lebar 0,5 cm sampai 3 cm, panjang 2 cm sampai 6 cm,
tebal 1 mm sampai 5 mm, umumnya melengkung tidak beraturan, kadang-
kadang terdapat pangkal upih daun dan pangkal akar. Batas korteks dan
silinder pusat kadang-kadang jelas dan bekas patahan agak rata, berdebu,
warna kuning jingga sampai coklat kemerahan (Depkes R.I, 1977).

2.4 RIMPANG TEMULAWAK

Temulawak (Curcuma zanthorrhiza L.) termasuk ke dalam :


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma zanthorrhiza L. (Anonymous, 2011).

Rimpang temulawak merupakan hasil dari tanaman temulawak yang


didapatkan dari akar. Satu rimpang induk biasanya menghasilkan 3-4 rimpang
12 temulawak. Rimpang temulawak biasanya berbentuk bulat seperti telur
dengan warna kulit rimpang cokelat kemerahan atau kuning tua, sedangkan
warna daging rimpang orange tua atau kuning. Temulawak dimanfaatkan
sebagai pewarna alami pada pengolahan makanan serta sebagai salah satu
bahan untuk pembuatan jamu tradisional. Temulawak dengan kandungan
kurkuminnya juga dikenal sebagai anti-tumor, antioksidan, obat malaria dan
juga dapat mencegah tertularnya HIV pada manusia. Temulawak mengandung
zat kuning kurkuminoid, minyak atsiri, pati, protein, lemak (fixedoil),
sellulosa dan mineral. Dari beberapa senyawa tersebut yang merupakan zat
warna kuning adalah kurkuminoid yang merupakan salah satu bahan pewarna
alami (natural curcumin) dan aman digunakan untuk pewarna makanan
maupun tekstil (Ramdja, 2009)

2.5 DAUN UNGU

Klasifikasi Daun Ungu :

 Kingdom : Plantae
 Subkingdom : Tracheobionta
 Super Divisi : Spermatophyta
 Divisi : Magnoliophyta
 Kelas : Magnoliopsida
 Sub Kelas : Asteridae
 Ordo : Scrophulariales
 Famili : Acanthaceae
 Genus : Graptophylum
 Spesies : Graptophylum pictum Griff

Daun ungu (Graptophyllum pictum) atau biasa disebut juga daun wungu
adalah tumbuhan obat dari Papua Nugini dan Polinesia yang kemudian
menyebar ke Indonesia. Spesies ini memiliki nama daerah sebagai berikut,
demung, tulak, wungu (Jawa), handeuleum (Sunda), karotong (Madura), kadi-
kadi, kobi-kobi (Ternate), dan daun putri (Ambon). Di Jawa, daun ungu
tumbuh sampai pada 1250 mdpl. Tumbuhan ini dibudidayakan sebagai
tumbuhan pagar dan tumbuhan hias, yaitu yang bervarietas daun yang
berwarna merah. Habitatnya, biasanya daun ungu tumbuh di tempat yang
banyak disinari matahari. Selain itu pula, ia tumbuh di tempat yang lembab,
dan hangat.

Daun wungu merupakan tumbuhan perdu menahun (parenial) yang tegak,


dengan ketinggian antara 1,8-2 meter. Batangnya aerial, berkayu, silindris,
tegak, warna ungu kehijauan, bagian dalam solid, permukaan licin,
percabangan simpodial (batang utama tidak tampak jelas), arah cabang miring
ke atas. penampang batangnya berbentuk mendekati segi tiga tumpul. Kulit
dan daun berlendir dan baunya kurang enak. Daun tanaman wungu adalah
tunggal, mempunyai struktur posisi daun tersusun berhadapan (folia oposita),
warna ungu tua, panjang 15-25 cm, lebar 5-11 cm, helaian daun tipis tegar,
bentuk bulat telur, ujung runcing, pangkal meruncing (acuminatus), tepi rata,
pertulangan menyirip (pinnate), permukaan mengkilat (nitidus). Bunga
tersusun dalam 1 rangkaian tandan yang berwarna merah tua. Bunga
majemuk, muncul dari ujung batang (terminalis). Buah memiliki tipe buah
kotak sejati (capsula), lonjong, warna ungu kecoklatan, bentuk biji bulat –
berwarna putih (Namun di jawa jarang sekali terbentuk buah).

2.6 DAUN DUDUK


Desmodium triquertum (L) DC merupakan tanaman perdu, termasuk suku
Leguminosae, batang berkayu, bulat, beruas, diameter 2 cm, tinggi sampai 3
m. Daun tunggal berseling, bentuk lancet ujung meruncing, tepi rata, tulang
daun menyirip. Bunga majemuk, tumbuh di ujung batang, mahkota putih
keunguan berbentuk kupu kupu, benang sari tiga, pangkal berlekatan, tangkai
sari putih, putik putih keunguan. Berbuah polong, masing-masing polong 4-8
biji dan berakar tunggang (Kloppenburg, 1983).
Klasifikasi daun duduk (Desmodium Triquetrum)

Kerajaan :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Fabales
Famili :Fabaceae.
Genus :Desmodium
Spesies :D. triquetrum
Manfaat daun duduk desmodium merupakan satu diantara sekian banyak
bahan obat tradisional. Kegunaan tanaman ini adalah sebagai obat wasir, yang
diperoleh dari seduh daunnya. Manfaat yg lain adalah bisa digunakan untuk
obat gosok sakit pinggang dan pegal pada kaki dan sebagai peluruh air seni
(Sastrapradja, 1978).

2.7 DAUN ILER


Tanaman Iler merupakan tumbuhan terna, tumbuh tegak atau berbaring
pada pangkalnya, bagian yang menyentuh tanah mengeluarkan akar, tinggi 0,5
– 1,5 m, jika seluruh bagian diremas akan mengeluarkan bau harum. Batang
bersegi empat dengan alur yang agak dalam pada masing-masing sisinya,
berambut, percabangan banyak, berwarna ungu kemerahan. Daun tunggal,
panjang tangkai 3-4 cm. Helaian daun berbentuk bulat, tulang daun menyirip
jelas, permukaan daun agak mengkilap, berambut halus, berwarna ungu
kecoklatan sampai ungu kehitaman (Kandowangko dkk., 2011).

Klasifikasi Daun Iler

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Coleus
Spesies : Coleus atropurpureus Benth. (Kandowangko dkk., 2011)
Daun iler dapat digunakan untuk mengatasi diare, pematangan bisul, obat
cacing, gangguan pencernaan, keputihan, perut mules, radang telinga,
terlambat haid dan wasir. Sedangkan akar tumbuhan ini juga berkhasiat untuk
mengatasi perut mules (Hariana, 2015; Dalimartha, 2008).

2.8 HERBA MENIRAN

Secara ilmiah, meniran memiliki. klasifikasi sebagai berikut : (BPOM RI,


2008)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri L.
Habitus berupa semak semusim setinggi 30-100 cm. Batang berupa
batang masif, bulat, licin, tak berambut, berdiameter ±3 mm, berwarna
hijau. Daun majemuk dan saling berseling. Anak daun berjumlah 15-24,
berbentuk bulat telur, ujung daun tumpul dan pangkalnya membulat.
Panjang daun ±1,5 cm, lebar ±7 mm, bertepi rata, dan berwarna hijau.
Bunga berupa bunga tunggal, terletak di dekat tangkai anak daun,
menggantung, berwarna putih. Daun kelopak berbentuk bintang. Benang
sari dan putik tidak tampak jelas. Mahkota kecil dan berwarna putih. Buah
bulat, pipih, berdiameter ±2 mm dan berwarna hijau keunguan. Biji kecil,
keras, berbentuk ginjal, dan berwarna coklat. Akar tunggang berwarna
putih kotor (BPOM RI, 2008).

2.9 RASIONALISME DAN BUKTI ILMIAH SENYAWA YANG


TERKANDUNG DALAM TANAMAN
1. Rimpang kunyit
a. Rasionalisme dan Senyawa yang Terkandung dalam Rimpang
Kunyit Skrining fitokimia bertujuan untuk memastikan
keberadaan seyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam
rimpang kunyit (Harborne, 2006). Menurut penelitian Hariyati
(2015), rimpang kunyit mengandung senyawa flavonoid, tanin,
alkaloid, minyak atsiri dan kurkumin.
b. Penggunaan kunyit, temulawak, dan meniran bertujuan untuk
menjaga daya tahan tubuh. Famili Zingiberaceae merupakan
tanaman yang umum digunakan dalam herbal Indonesia (jamu)
(Mana, et al., 2017).
2. Rimpang temulawak
a. Wasir atau hemoroid merupakan penyakit dengan prevalensi cukup
besar di masyarakat. Terapi hemoroid menggunakan obat
tradisional menjadi salah satu alternatif bagi penderitanya.
Rimpang temulawak mengandung kurkuminoid, minyak atsiri,
pati, protein, lemak, selulosa, dan mineral. Pati merupakan
komponen terbesar dalam rimpang temulawak. Pati biasanya
berwarna putih kekuningan karena mengandung kurkuminoid.
Manfaat temulawak telah terbukti dalam pengobatan tradisional
China. Banyak yang menggunakan temulawak, baik temulawak
asli maupun dalam bentuk krim sebagai obat anti peradangan serta
penyembuh luka. Penggunaan temulawak bertujuan untuk menjaga
daya tahan tubuh, karena temulawak merupakan tanaman yang
umum digunakan dalam herbal indonesia (jamu) (Elfahmi, 2014)
b. Penggunaan kunyit, temulawak, dan meniran bertujuan untuk
menjaga daya tahan tubuh (Mana, et al., 2017).
3. Daun ungu

a. Daun pada tumbuhan ungu berkhasiat untuk mengatasi wasir


(hemoroid) dan sembelit (konstipasi), bunganya untuk mengatasi
datang haid tidak lancar. Tanaman daun ungu mengandung
kandungan kimia antara lain. Alkaloid non toksik, flavonoid,
glikosid, steroid, saponin, tanin, calsium oksalat, asam format dan
lemak. Dengan berbagai kandungan kimiawinya daun ungu
mempunyai sifat sebagai antiinflamasi, antiplak gigi, dan
mencegah sakit ketika menopause. peluruh kencing (diuretik),
mempercepat pemasakan bisul, pencahar ringan (laksatif), dan
pelembut kulit (emoliens). Rebusan daun wungu dapat
menghilangkan gejala hemoroid ektsernum derajat II (Sardjono O.
Santoso dan B. Dzulkarnaen, Farmakologi FK UI dan Puslit.
Farmasi DEPKES).
b. Senyawa kimia yang ada dalam daun ungu antara lain golongan
flavonoid, antosianin, leukoantosinin, dan tanin. Golongan
flavonoid mempunyai efek untuk menurunkan hiperpermeabilitas
dan meningkatkan elastisitas pembuluh darah, sehingga dapat
mengurangi pendarahan. Efek laksatif ringan juga dimiliki oleh
daun ungu,12 sehingga dapat membantu keluhan susah buang air
besar oleh penderita (Mana, et al., 2017).
c. Prof dr H Sardjono Oerip Santoso dari Farmakologi FKUI.
Sebanyak 9-10 gram daun ungu segar kemudian direbus dalam 2
gelas air (600 cc) sampai menjadi 1 gelas rebusan dan diminum
tiap hari 1 kali. Lima hari kemudian, efek yang ditimbulkan oleh
gejala hemorroid seperti nyeri, pendarahan, dan panas hilang tak
berbekas.
d. Dr JM Sugiarto memberikan bukti, Konsumsi 1 gelas rebusan daun
ungu selama dua bulan berturut-turut ternyata bisa membebaskan
penderita dari gangguan wasir. Berkat daun ungu, pengidap
ambeien tak perlu lagi mengkonsumsi obat-obatan jenis
phlebodinamic seperti radium dan daflon. Obat itu lazim
diresepkan dokter untuk melancarkan sirkulasi darah di daerah
anus serta menghilangkan bengkak, tonjolan, dan pendarahan.
e. Analgesik. Sebagai analgesik pun khasiat daun ungu teruji
sebagaimana ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Dr drg
Nur Permatasi MS, dr Umi Kalsum MKes, dan dr Nurdiana MKes
dari FK Unbraw, Malang. Mereka menyatakan bahwa kandungan
alkaloid dalam daun ungu mempunyai kemampuan sebagai
antiinflamasi dan juga sebagai analgesik pada hewan percobaan.
Efek analgesik tersebut ditunjukkan dengan terjadinya penurunan
nilai ambang nyeri setelah pemberian ekstrak alkaloid pada dosis
1,5, 3, dan 6 mg/kg. Menurut trio peneliti tersebut kemampuan
efek analgesik dan antiinfl amasi fraksi alkaloid dari ekstrak etanol
daun ungu ampuh menurunkan nilai ambang nyeri pada dosis 3
mg/kg bobot tubuh. Itu setara dengan pemberian aspirin dengan
dosis 125 mg/kg bobot tubuh. Hal ini berkat kemampuan alkaloid
daun wungu dalam menghambat pembentukan prostaglandin.
f. Penelitian yang dilakukan oleh drg Endang Wahyuningtyas MS
SpPros dari Jurusan Ilmu Prostodonsia FKG UGM, menyimpulkan
daun ungu bermanfaat untuk sanitasi gigi palsu. Penelitian yang
menggunakan 40 sampel gigi tiruan arkrilik dibagi dalam 4
kelompok. Masing-masing kelompok diberikan konsentrasi 5%,
10%, 20%, dan 40% daun ungu dan direndam selama 15 menit.
Setelah dipakai oleh pasien selama 4 jam, gigi palsu itu kemudian
dibilas dan diperiksa. Hasilnya, daun ungu ampuh mencegah
pertumbuhan bakteri mutan streptococcus, cendawan, dan
mencegah pertumbuhan plak. Penelitian tersebut
merekomendasikan bahwa pencegahan terbaik untuk menghambat
plak, bakteri, dan cendawan terjadi pada konsentrasi kandungan
daun ungu sebanyak 40%.

4. Daun duduk
a. Penderita hemoroid. Skrining fitokimia pada daun duduk,
menunjukkan flavonoid, steroid, tanin, alkaloid, trigonelin, dan
hipaforin. Daun duduk menunjukkan aktivitas penyembuhan luka
yang baik. Hal ini bermanfaat dalam mengatasi perlukaan pada
rektal yang menyebabkan pendarahan (Mana, et al., 2017).
5. Daun iler
a. Daun iler secara fitokimia mengandung metabolit sekunder
flavonoid, steroid, dan tannin. Kandungan senyawa steroid yang
tinggi terdiri dari campuran sterol dengan komponen utamanya,
sitosterol dan stigmasterol. Senyawa steroid daun iler dapat
berfungsi sebagai pengganti kortikosteoid, dalam mengurangi
iritasi dan rasa gatal penderita hemoroid (Vaishali et al, 2013).
b. Tanaman Iler merupakan salah satu tanaman yang banyak
mengandung zat-zat yang berkaitan dengan kesehatan. Tanaman
Iler mengandung berbagai komposisi senyawa kimia yang
bermanfaat yaitu minyak atsiri, tanin, flavonoid, saponin, thymol,
karvakrol dan eugenol. Daun iler digunakan oleh masyarakat dari
berbagai daerah untuk obat diare karena mengandung zat kimia
yang bersifat antidiare dan mengandung zat yang bersifat
antibakteri (bakteri penyebab diare), jika ditinjau dari kandungan
kimianya sebagai obat diare daun iler kedudukannya lebih
diperkuat karena adanya kandungan zat aktif seperti minyak atsiri,
alkaloid, flavonoid dan turunan fenolik (polifenol) yang bersifat
antibakteri (Rahmawati, 2008).
6. Herba meniran
a. Penggunaan kunyit, temulawak, dan meniran bertujuan untuk
menjaga daya tahan tubuh. Khasiat meniran sebagai
imunomodulator, telah dibuktikan pada beberapa studi (Mana, et
al., 2017).
b. Meniran merupakan herba yang berasal dari genus Phyllanthus
dengan nama ilmiah Phyllanthus niruri Linn. Tumbuhan ini
mengandung beberapa konstituen fitokimia seperti alkaloid dan
fenol yang tinggi, flavonoid, terpenoid, steroid, cardiac glycosides,
saponin, tanin, glikosida dan sianogenik. Analisis menunjukkan
bahwa P. niruri mengandung kandungan karbohidrat dan serat
yang tinggi. Beberapa senyawa kimia yang penting diisolasi dari
Phyllanthus niruri seperti phyllanthin, hypophyllanthin, niranthin,
nirtetralin, phyltetralin, phyllangin, nirphilin, phyllnirurin dan
corilagin. Senyawa ini bertanggung jawab atas beberapa kegiatan
farmakologis. Tanaman P. niruri ini mengandung saponin dan tanin
dengan tingkat tinggi dan glikosida sianogen yang rendah (Danladi
et al., 2018).
c. Kandungan flavonoid dari meniran mampu menstimulir
(merangsang) kekebalan tubuh. Flavonoid rutin dan kuersetin
dikenal memiliki khasiat sebagai antikarsinogen atau dapat
berperan sebagai penghambat kanker. Selain itu, Flavonoid
kuersetin pada meniran terbukti mampu menghambat dari sintesis
histamin yang merupakan mediator penting pada penyakit
dermatitis alergika (eksim). Meniran juga terbukti mampu
mengurangi kerusakan jaringan pada penderita alergi kulit selain
itu kandungan Nirurin dan kuersetin yang terdapat di dalam
meniran akan mampu berkhasiat sebagai peluruh air seni (diuretik).
Filantin, hipofilantin, vitamin K, tanin dan damar berperan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan sebagai hepatoprotektor
(Danladi et al., 2018).
d. Imunomodulator dikenal pula sebagai biological respons modifier.
Fungsi dari imunodulator adalah untuk memperbaiki sistem imun
tubuh dengan cara mengembalikan fungsi sistem imun
(imunorestorasi),menstimulasi (imunostimulan) imun yang
terganggu, atau menekan (menormalkan) reaksi (imunodepresan)
imun yang mengalami kondisi abnormal. Berbagai macam bahan
baik sintetik, rekombinan, maupun alamiah yang merupakan obat-
obatan yang mampu mengembalikan ketidakseimbangan sistem
imun yang dipakai pada imunoterapi disebut dengan
imunoaugmentor (Kayser et al., 2003).
e. Meniran mampu merangsang sistem imun tubuh manusia, senyawa
flavonoid yang terkandung meniran akan mengaktivasi sel NK
untuk merangsang produksi interferon γ. IFN-γ yang diproduksi
berbagai sel sistem imun merupakan sitokin utama MAC
(Macrophage Activating Cytokine) dan berperan terutama dalam
imunitas non spesifik seluler. IFN-γ adalah sitokin yang dapat
mengaktifkan makrofag, sehingga makrofag mengalami
peningkatan aktivitas fagositosis secara cepat dan efisien dalam
menyingkirkan antigen (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).
f. Herba meniran dapat bertindak sebagai imunosupresan dengan
menekan sistem imun melalui interaksi diberbagai titik dari sistem
tersebut. Titik kerjanya dalam proses imun melalui penghambatan
terhadap transkripsi dari sitokin, sehingga rantai penting dalam
sistem imun akan diperlemah khususnya pada IL-2. IL-2 esensial
bagi perbanyakan dan diferensial limfosit dapat dihambat oleh efek
sitostatis langsung. efek imunosupresi juga dapat menghambat
proses fagositosis dan pengolahan Ag menjadi Ag imunogenik oleh
makrofag, menghambat pengenalan Ag oleh sel limfosit, merusak
sel limfoid, menekan diferensiasi dan poliferasi sel
imunokompeten sehingga tidak akan terbentuk sel plasma
penghasil dari antibodi atau sel T yang tersesitisasi untuk respon
imun seluler, selain itu imunosupresi mampu menghentikan
produksi antibodi oleh sel plasma serta melenyapkan sel T
tersensitisasi yang telah terbentuk (Febryantono et al, 2020).
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Hemoroid atau wasir adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena
di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis (Simadibrata,
2009). Hemoroid adalah struktur normal dari tubuh manusia yang terdiri
dari 3 unsur, yaitu mukosa, stroma yang terdiri dari pembuluh darah, otot
polos, dan jaringan penunjang, serta jaringan ikat (Makmun, 2011).
2. Wasir, atau ambeien, dalam istilah kedokteran disbut piles, merupakan
penyakit pada bantalan haemorrhoid yang membengkak, dan bergerak
tempat dari lokasi normalnya berada, dapat ditemukan diluar anus atau
yang disebut dengan hemorrhoid eksternal dan di dalam anus yang tidak
dapat dilihat, disebut dengan hemorrhoid internal.
3. Ramuan jamu wasir terdiri dari : 15 gram daun ungu, 12 gram daun duduk,
9 gram daun iler, 3 gram temulawak, 3 gram kunyit, dan 3 gram meniran.
4. Pemerian Rimpang kunyit yaitu memiliki bau khas aromatik, rasa agak
pahit serta pedas namun lama kelamaan menimbulkan rasa tebal; kepingan
ringan, rapuh, warna kuning jingga, kuning jingga kemerahan sampai
kuning jingga kecoklatan, bentuk hampir bundar sampai bulat panjang,
kadang-kadang bercabang, lebar 0,5 cm sampai 3 cm, panjang 2 cm
sampai 6 cm, tebal 1 mm sampai 5 mm, umumnya melengkung tidak
beraturan, kadang-kadang terdapat pangkal upih daun dan pangkal akar.
Batas korteks dan silinder pusat kadang-kadang jelas dan bekas patahan
agak rata, berdebu, warna kuning jingga sampai coklat kemerahan.
5. Rimpang temulawak merupakan hasil dari tanaman temulawak yang
didapatkan dari akar. Satu rimpang induk biasanya menghasilkan 3-4
rimpang 12 temulawak. Rimpang temulawak biasanya berbentuk bulat
seperti telur dengan warna kulit rimpang cokelat kemerahan atau kuning
tua, sedangkan warna daging rimpang orange tua atau kuning. Temulawak
dimanfaatkan sebagai pewarna alami pada pengolahan makanan serta
sebagai salah satu bahan untuk pembuatan jamu tradisional. Temulawak
dengan kandungan kurkuminnya juga dikenal sebagai anti-tumor,
antioksidan, obat malaria dan juga dapat mencegah tertularnya HIV pada
manusia.
6. Daun ungu (Graptophyllum pictum) atau biasa disebut juga daun wungu
adalah tumbuhan obat dari Papua Nugini dan Polinesia yang kemudian
menyebar ke Indonesia. Spesies ini memiliki nama daerah sebagai berikut,
demung, tulak, wungu (Jawa), handeuleum (Sunda), karotong
(Madura), kadi-kadi, kobi-kobi (Ternate), dan daun putri (Ambon). Di
Jawa, daun ungu tumbuh sampai pada 1250 mdpl. Tumbuhan ini
dibudidayakan sebagai tumbuhan pagar dan tumbuhan hias, yaitu yang
bervarietas daun yang berwarna merah. Habitatnya, biasanya daun ungu
tumbuh di tempat yang banyak disinari matahari. Selain itu pula, ia
tumbuh di tempat yang lembab, dan hangat.
7. Desmodium triquertum (L) DC merupakan tanaman perdu, termasuk suku
Leguminosae, batang berkayu, bulat, beruas, diameter 2 cm, tinggi sampai
3 m. Daun tunggal berseling, bentuk lancet ujung meruncing, tepi rata,
tulang daun menyirip. Bunga majemuk, tumbuh di ujung batang, mahkota
putih keunguan berbentuk kupu kupu, benang sari tiga, pangkal
berlekatan, tangkai sari putih, putik putih keunguan. Berbuah polong,
masing-masing polong 4-8 biji dan berakar tunggang.
8. Tanaman iler memiliki banyak sinonim, yaitu piladang, si gresing (batak),
jawek kotok (sunda), ati-ati (bugis), adong-ado ng (Palembang), mayana
(tagalog). Tanamam iler juga mempunyai nama latin yang berbeda beda
yaitu dengan nama Coleus blunei, Coleus atropurpureus. Bent, C. ingrates.
Benth, Coleus laciniatus. Benth, Coleus hybridus Hort Plectranthus
scutellariodes, (Linn), Solenostemon scutellariodes Codd.
9. Habitus berupa semak semusim setinggi 30-100 cm. Batang berupa batang
masif, bulat, licin, tak berambut, berdiameter ±3 mm, berwarna hijau.
Daun majemuk dan saling berseling. Anak daun berjumlah 15-24,
berbentuk bulat telur, ujung daun tumpul dan pangkalnya membulat.
Panjang daun ±1,5 cm, lebar ±7 mm, bertepi rata, dan berwarna hijau.
Bunga berupa bunga tunggal, terletak di dekat tangkai anak daun,
menggantung, berwarna putih. Daun kelopak berbentuk bintang. Benang
sari dan putik tidak tampak jelas. Mahkota kecil dan berwarna putih. Buah
bulat, pipih, berdiameter ±2 mm dan berwarna hijau keunguan. Biji kecil,
keras, berbentuk ginjal, dan berwarna coklat. Akar tunggang berwarna
putih kotor.
10. rimpang kunyit mengandung senyawa flavonoid, tanin, alkaloid, minyak
atsiri dan kurkumin.
11. Penggunaan kunyit, temulawak, dan meniran bertujuan untuk menjaga
daya tahan tubuh.
12. Senyawa kimia yang ada dalam daun ungu antara lain golongan flavonoid,
antosianin, leukoantosinin, dan tanin. Golongan flavonoid mempunyai
efek untuk menurunkan hiperpermeabilitas dan meningkatkan elastisitas
pembuluh darah, sehingga dapat mengurangi pendarahan. Efek laksatif
ringan juga dimiliki oleh daun ungu,12 sehingga dapat membantu keluhan
susah buang air besar oleh penderita.
13. penderita hemoroid. Skrining fitokimia pada daun duduk, menunjukkan
flavonoid, steroid, tanin, alkaloid, trigonelin, dan hipaforin. Daun duduk
menunjukkan aktivitas penyembuhan luka yang baik. Hal ini bermanfaat
dalam mengatasi perlukaan pada rektal yang menyebabkan pendarahan.
14. Daun iler secara fitokimia mengandung metabolit sekunder flavonoid,
steroid, dan tannin. Kandungan senyawa steroid yang tinggi terdiri dari
campuran sterol dengan komponen utamanya, sitosterol dan stigmasterol.
Senyawa steroid daun iler dapat berfungsi sebagai pengganti kortikosteoid,
dalam mengurangi iritasi dan rasa gatal penderita hemoroid.
15. Khasiat meniran sebagai imunomodulator, telah dibuktikan pada beberapa
studi.

3.2 saran

Harus dilakukan penelitian lebih lanjut terkait ramuan wasir.

DAFTAR PUSTAKA

Astana, P. R. W., Ardiyanto, D., Triyono, A., & Mana, T. A. (2017). Uji
keamanan dan manfaat ramuan jamu untuk hemoroid dibandingkan
dengan diosmin hisperidin. Media Penelit dan Pengemb Kesehat, 27(1),
57-64.

Elfahmi, Woerdenbag HJ, Kayser O. Jamu: Indonesian traditional herbal


medicine towards rational phytopharmacological use [Internet]. J
Herb Med. 2014;4(2):51–73.[cited 2016 Sep 24]. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j. hermed.2014.01.002.

Kandowangko, dkk. 2011. Kajian Etnobotani Tanaman Obat oleh Masyarakat


Kabupaten Bonenolango Provinsi Gorontalo. Jurusan Biologi Fakultas
MIPA Universitas Negeri Gorontalo.

Lohsiriwat V. Hemorrhoids: from basic pathophysiology to clinical management.


World J Gastroenterol. 2012;18(17):2009–17.

Obat, B. P. (2008). Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Badan


Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Perdana, P. R. (2022). AKTIVITAS IMUNOMODULATOR EKSTRAK HERBA
MENIRAN (Phyllanthus niruri L.). Jurnal Farmagazine, 9(1), 50-54.

Vaishali RM, Vinitha RP, Pratapchandra KH, Smitha H., Preliminary


phytochemical screening of members of Lamiaceae family: Leucas
linifolia, Coleus aromaticus, and Pogestemon patchouli [Internet]. Int. J.
Pharm. Sci. Rev. Res. 2013. 21(1):131-137.

Anda mungkin juga menyukai