Anda di halaman 1dari 22

“MAKALAH DISKUSI PERDARAHAN DI LUAR HAID : MENOMETRORARGIA”

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Gangguan Sistem Reproduksi

Dosen Pembimbing : Ratna Diana Fransiska, SST, M.PH

Disusun Oleh :

Nastyazka Subakti (185070607111010)

Fathnuraini Priyahita Iskandar (185070607111011)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020

1
2

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Perdarahan Di Luar Haid : Menometrorargia”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang
“Perdarahan Di Luar Haid : Menometrorargia” ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Jakarta,16 Mei
2021

Penulis
3

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik dan mental dan sosial yang
utuh bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya.Kesehatan reproduksi juga
berarti bahwa orang dapat mempunyai kehidupan sex yang memuaskan dan
aman.Sejalan dengan itu pemeliharaan kesehatan repoduksi merupakan suatu kumpulan
metode teknik dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan penyelesaian masalah
kesehatan reproduksi (Nugroho & Setiawan, 2010).Permasalahan kesehatan reproduksi
merupakan tanggung jawab bersama baik itu tenaga kesehatan maupun masyarakat
karena dampaknya kuat menyangkut berbagai aspek kehidupan.

Salah satu gangguan sistem reproduksi yang berhubungan dengan menstruasi


adalah menometroragia. Menometroragia berupa pendarahan yang belebihandan lama
dengan interval yang irregular dan sering (Gandt,2010).Menometrorargia banyak di alami
oleh para wanita.WHO memperkirakan bahwa hampir 60% wanita mengalami
menometroragia walaupun tidak terlalusignifikan mempengaruhi kehidupan wanita
namun menometroragia tersebut cukup memepengaruhi wanita dalam kehidupan sehari-
hari (Artadiredja, 2012) .

Menurut World Health Organization (WHO) dikutip dalam (Jhon, 2012)


menyatakan bahwa sekitar 10 % orang di Amerika Utara, Eropa Barat, Australia dan
Selandia Baru mengalami kurang pengetahuan dibandingkan dengan sekitar 8 % di
Timur Tengah dan 6 % di Asia. Angka kejadian menometroragia juga cukup besar di
negara berkembang terutama dinegaranegara yang ada di kawasan Asia
Tenggara.Angka kejadian menometrorargia di Asia tenggara hampir di alami oleh 55%
wanita. Menometrorargia yang terjadi di Asia Tenggara lebih banyak dialami wanita dari
40 tahun. Di Indonesia, kejadian menometroragia bisa menimpa wanita mulai remaja
(sudah menstruasi) hingga pre-menopause (menjelang berakhirnya masa menstruasi).
Sekitar 20% bisa dialami oleh wanita remaja dan wanita muda, sedangkan 40% pada
wanita paruh baya : usia lebih 40 tahun.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Menometroragia

2.1.1 Pengertian

1. Menometroragia adalah perdarahan yang banyak, di luar siklus haid dan

biasanya terjadi dalam masa antara 2 haid, perdarahan itu tampak terpisah

dan dapat dibedakan dari haid atau 2 jenis perdarahan ini menjadi 1 yang

pertama dinamakan metroragia yang kedua menometroragia (Widjarnako,

2009).

2. Menometroragia adalah perdarahan rahim yang berlebihan dalam jumlah dan

lamanya perdarahan, dapat terjadi dalam periode menstruasi maupun di

antara periode menstruasi (Rika, 2009).

3. Menometroragia adalah perdarahan yang terjadi antara masa 2 haid yang

dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan

fungsional (Prawirohrdjo, 2007).

4. Menometroragia adalah perdarahan saat menstruasi yang berlangsung terus /

panjang dan dengan jumlah darah yang lebih banyak (Manuaba, 2010).

Dari beberapa pengertian tersebut di atas maka penulis

menyimpulkan bahwa menometroragia adalah suatu keadaan dimana terjadi

perdarahan diluar haid yang berlangsung lama serta dengan jumlah darah

yang lebih banyak.

2.1.2 Etiologi

Prawirohardjo (2007), etiologi dari menometroragia antara lain:

1. Sebab – sebab Organik

Perdarahan dari uterus,tuba dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada :


5

a. Servik uteri : Karsinoma partiom, perlukaan serviks, polip servik,

erosi pada portio, ulkus portio uteri.

b. Vagina : Varices pecah, metostase kario, karsinoma keganasan vagina,

karsinoma vagina.

c. Rahim : polip endometrium, karsinoma korpus uteri, submukosa mioma

uteri.

d. Ovarium : radang ovarium, tumor ovarium, kista ovarium

e. Tuba fallopii, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor

tuba.

2. Sebab – sebab disfungsional

Perdarahan uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik.

Perdarahan disfungsional terbagi menjadi 3 bentuk :

a. Perdarahan disfungsional dengan ovulasi (ovulatoir disfunction

bleeding).

Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium

tanpa ada sebab - sebab organik, maka harus diperhatikan sebagai

etiologi.

Korpus lutheum persistens dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-

kadang bersamaan dengan ovarium yang membesar korpus lutheum ini

menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur (irreguler shedding)

sehingga menimbulkan perdarahan. Insufisiensi korpus lutheum

menyebabkan premenstrual spotting, menorhagia dan polimenorrea,

dasarnya adalah kurangnya produksi progesterone disebabkan oleh

gangguan LH releasing factor. Apapleksia uteri pada wanita dengan

hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus.

Kelainan darah seperti anemia, gangguan pembekuan darah purpura

trombosit openik.
6

b. Perdarahan disfungsional tanpa ovulasi (anovulatoir disfunctiond

bleeding).

Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium

dengan menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu. Timbul

perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak

teratur sama sekali.

c. Stres psikologis dan komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi

2.1.3 Patologi

Menurut Schroder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik

pada uterus dan ovario pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa

gangguan perdarahan yang dinamakan metropatia hemorrágica terjadi karena

persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan

pembentukan corpus luteum.

Akibatnya terjadilah hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen

yang berlebihan dan terus menerus. Penelitian menunjukan pula bahwa

perdarahan disfungsional dapat ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis

endometrium yaitu endometrium atropik, hiperplastik, ploriferatif, dan sekretoris,

dengan endometrium jenis non sekresi merupakan bagian terbesar. Endometrium

jenis nonsekresi dan jenis sekresi penting artinya karena dengan demikian dapat

dibedakan perdarahan anovulatori dari perdarahan ovulatoar.

Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan

disfungsional ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan

penanganan yang berbeda. Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoir

gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor neuromuskular, vasomotorik, atau

hematologik, yang mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedang

perdarahan anovulatoir biasanya dianggap bersumber pada gangguan endokrin

(Prawirohardjo, 2007).
7

2.1.4 Gambaran klinik

1. Perdarahan ovulatoar

Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan

disfungsional dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea).

Untuk mendiagnosis perdarahan ovulatoar perlu dilakukan kerokan pada masa

mendekati haid jika sudah di pastikan bahwa perdarahan berasal dari

endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan

sebagai etiologinya:

a. Korpus luteum persistens ; dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang –

kadang bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus dibedakan

dari kehamilan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan

panggul sering menunjukan banyak persamaan antara keduanya. Korpus

luteum persisten dapat pula menyebabkan pelepasan endometrium tidak

teratur (irregular shedding). Diagnosis irregular shedding dibuat dengan

kerokan yang tepat pada waktunya, yakni menurut Prawirohardjo (2007)

pada hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai adanya

endometrium dalam tipe sekresi disamping tipe non sekresi.

b. Insufusiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting,

menoragia atau polimenorea. Dasarnya adalah kurang produksi progesteron

disebabkan oleh gangguan LH (Luteiniozing hormon) releasing factor.

Diagnosis dibuat apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak

cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat dari hari

siklus yang bersangkutan.

c. Appoleksia uteri : pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya

pembuluh darah dalam uterus

d. Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan

dalam mekanisme pembekuan darah.


8

2. Perdarahan anavulator

Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium.

Dengan kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang

kadang-kadang tidak teratur sama sekali. Fluktuasi kadar estrogen pada

sangkut pautnya dengan jumlah yang pada suatu waktu fungsional aktif.

Folikel-folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia, dan

kemudian diganti dengan folikel-folikel baru. Endometrium dibawah pengaruh

estrogen tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula proliferatif dapat

terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran itu dijumpai pada

sedian yang diperoleh dengan kerokan, dapat diambil kesimpulan bahwa

perdarahan bersifat anavulatoar.

Walaupun perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap waktu

dalam kehidupan menstrual seorang wanita, namun hal ini paling sering

terdapat pada masa pubertas dan masa pramenopause. Pada masa pubertas

sesudah menarche , perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan atau

terlambatnya proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa

pembuatan realising factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada

wanita dalam masa pramenopause proses terhentinya fungsi ovarium tidak

selalu berjalan lancar.

Bila masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali ada harapan

bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi avulatoar,

pada seorang wanita dewasa dan terutama dalam masa pramenopause

dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan

ada tidaknya tumor ganas.perdarahan disfungsioanl dapat dijumpai pada

penderit-penderita dengan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit

darah penyakit umum yang menahun, tumor – tumor ovarium, dan sebagainya.

Akan tetapi disamping itu, terdapat banyak wanita dengan perdarahan

disfungsional tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut diatas. Dalam hal ini


9

sters yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik didalam maupun diluar

pekerjaan, kejadian-kejadian yang mengganggu keseimbangan emosional

seperti kecelakaan, kematian dalam keluarga, pemberian obat penenang

terlalu lama, dan lain-lain dapat menyebabkan perdrahan anavulatoar

(Prawirohardjo, 2007).

2.1.5 Diagnosis

Pembuatan anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis.perlu

ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang

pendek atau oleh oligomenorea/amenore, sifat perdarahan (banyak atau sedikit-

sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan dan sebagainya. Pada pemeriksaan

umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk ke arah kemungkinan

penyakit metabolik, penyakit endokrin,penyakit menahun dan lain-lain.kecurigaan

terhadap salah satu penyakit tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk

melakukan pemeriksaan dengan teliti ke arah penyakit yang bersangkutan.

Pada pemeriksaan ginekologi perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-

kelainan organik, yang menyebabkan perdarahan abnormal (seperti:

polip,ulkus,tumor). Pada wanita pubertas umumnya tidak perlu dilakukan kerokan

guna pembuatan diagnosis. Pada wanita berumur antara 20 dan 40 tahun

kemungkinan besar adalah kehamilan terganggu, polip, mioma, submukosum dan

sebagainya. Disini kerokan diadakan setelah dapat diketahui benar bahwa tindakan

tersebut tidak mengganggu kehamilan yang masih memberi harapan untuk

diselamatkan. Pada wanita dalam pramenopause dorongan untuk dilakukan

kerokan adalah untuk memastikan ada tidaknya tumor ganas (Prawirohardjo,

2007).
10

2.1.6 Penanganan

Widjanarko (2009), penanganan pada kasus menometroragia ini antara

lain:

1. Bila perdarahan disfungsional sangat banyak, penderita harus istirahat baring

dan dilakukan pemeriksaan darah.

2. Setelah pemeriksaan ginekologis menunjukkan bahwa perdarahan berasal dari

uterus dan tidak ada abortus incompletus, maka dapat diberikan :

a. Estrogen dosis tinggi supaya kadarnya darah meningkat dan perdarahan

berhenti, diberikan secara intra muscular (propionasi estrodiol 25 mg),

kerugian therapy ini adalah bahwa setelah suntikan dihentikan maka

perdarahan akan timbul lagi atau benzoas ekstradiol/valeras ekstradiol 20

mg.

b. Progesterone : pemberian progesterone mengimbangi pengaruh estrogen

terhadap endometrium diberikan secara intra muscular hidroksi

progesterone 125 mg atau provera 10 mg oral.

c. Jika pemberian estrogen saja atau progesterone saja kurang bermanfaat,

maka diberikan kombinasi estrogen dan progesterone yaitu pil kontrasepsi,

pada therapi ini dapat diberikan progesterone untuk 7 hari mulai hari ke 21

siklus haid.

3. Dilakukan kuretase endometrium terhadap produk-produk konsepsi yang

tertahan.

4 . Antibiotika untuk infeksi pelvis.

2.2 Konsep Dasar Menegemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, temuan,ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang

logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien (Varney, 2007).
11

Manajemen kebidanan terdiri dari VII langkah yang berurutan, yang

dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. langkah –

langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan dalam

semua situasi yaitu:

2.2.1 Step Identifikasi Data Dasar

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap

melalui data subjektif dan objektif dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesis,

Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,

riwayat kesehatan sebelumnya dan riwayat kesehatan terbaru, serta Pemeriksaan

penunjang.

1. Pengumpulan Data

1) Data Subjektif terdiri dari :

a. Biodata / Identitas

Biodata klien mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama,

suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat.

b. Riwayat penyakit

Riwayat penyakit diderita sekarang, riwayat penyakit sekarang yang

menyertai, riwayat kesehatan lalu, riwayat kehamilan dan persalinan,

riwayat pertumbuhan dan perkembangan, riwayat pemenuhan nurtisi,

riwayat kesehatan keluarga, data psikologis klien, data sosial, data

spiritual, pola eliminasi, serta pola tidur/istiahat.

2) Data Objektif meliputi :

a. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum yang harus diperhatikan yaitu keadaan umum dan

tanda-tanda vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi,


12

dan suhu. Pada menometroragia akan didapatkan kegelisahan dan

kekhawatiran dari klien

b. Observasi dan pemeriksaan fisik.

Observasi dan pemeriksaan fisik merupakan metode pengumpulan

data yang tidak dapat dipisahkan, observasi adalah melihat,

memperhatikan sesuatu pada pemeriksaan fisik. Pada saat observasi

dilakukan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Pemeriksaan fisik

yang di lakukan pada klien dengan menometroragia yaitu pemeriksaan

kepala/rambut, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan bibir, leher,

abdomen, kulit, genitalia, dan ekstremitas.

c. Melakukan pemeriksaan penunjang (laboratorium)

2.2.2 Step II Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual

Pada langkah ini di lakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah

berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data (subjektif dan objektif) yang

telah di kumpulkan. Data dasar yang sudah di kumpulkan diinterpretasikan

sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.

2.2.3 Step III Identifikasi Diagnose / Masalah Potensial

Langkah III merupakan langkah ketika bidan melakukan identifikasi

diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. Pada

langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial

berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah di identifikasi. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan di lakukan pencegahan. Bidan di

harapkan waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini

menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan

yang aman. Pada klien dengan menometroragia, masalah potensial dapat terjadi

perdarahan berulang.
13

2.2.4 Step IV Melaksanakan Tindakan Segera.

Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan

segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

berdasarkan kondisi klien. Pada langkah ini, mengidentifikasi perlunya tindakan

segera oleh bidan atau dokter dan/untuk dikonsultasikan atau di tangani bersama

dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Berdasarkan teori, kasus menometroragia perlu dilakukan tindakan segera untuk

mengantisipasi terjadinya perdarahan.

2.2.5 Step V Perencanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang di

tentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosis yang telah di identifikasi

atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat

dilengkapi. Rencana tindakan pada klien dengan menometroragia dapat dibuat

bersama petugas kesehatan, klien dengan keluarganya berdasarkan urutan

prioritas masalah

2.2.6 Step VI Implementasi Asuhan Kebidanan.

Pada langkah ini di lakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien

dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak

melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya.

2.2.7 Step VII Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan

Pada langkah VII ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah

diberikan. Hal yang di evaluasi meliputi apakah kebutuhan telah terpenuhi dan

mengatasi diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi. Rencana tersebut

dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.


14

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedangkan

sebagian lain belum efektif. Mengingat proses manajemen asuhan ini merupakan

suatu kegiatan yang berkesinambungan, maka perlu mengulang kembali dari

awal setiap asuhan yang tidak efektif.


15

2.2.8 Pathway

Gangguan fungsional hipotalamus-


hipofisis, hormonal, dll.

Estrogen diproduksi terus menerus

Peningkatan estrogen

Korpus luteum tidak terbentuk Progesteron rendah

Penurunan sekresi estrogen

Proliferasi endometrium

Stratum kompakta dan stratum


spongisa terlepas

Pembentukan trombosit dan


prostaglandin tidak terjadi

Resiko infeksi Endometrium tebal namun rapuh

Imunitas menurun Perdarahan

Anemia Resiko kekurangan Nyeri


volume cairan

Hb turun

Penurunan transport oksigen

Dyspnea (kesulitan bernapas) Ketidakefektifan pola napas

Hipoksia
Lemah lesu, gangguan Defisit perawatan diri
koordinasi, bingung Intoleransi aktivitas
16

BAB III
STUDY KASUS
Kasus
Seorang perempuan bernama nyonya “K” berumur 41 tahun P1A0 datang ke rumah sakit

dengan Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah, disertai pengeluaran darah dari jalan

lahir, warna merah segar, dengan jumlah yang banyak dan dialami ± 10 hari dirumah.

Sejak setahun terakhir siklus menstruasi tidak teratur dan siklus menstruasi berlangsung

2-3 minggu. Setiap haid ganti pembalut 6-7x/hari dan terdapat disminorea setiap haid.

Hasil pemeriksaan keadaan umum : Tampak lemas, kesadaran : Composmentis,

Pemeriksaan tanda – tanda vital Tekanan darah 90 / 60 mmhg, Pernapasan 20 ×/m,

Suhu : 36 ˚c, Nadi : 82 ×/m

PEMBAHASAN KASUS

DS : Pasien mengatakan mengalami haid berlebih sejak setahun


belakangan

DX : Ny. K 21 tahun dengan menometorargia

Penatalaksanaan :

- Lakukan pendekatan terapeutik dengan pasien


- Lakukan pemeriksaan ttv
- Anjurkan pasien menjaga kebersihan diri
- Jelaskan rencana tindakan yang akan dilakukan
- Kolaborasi dengan dokter
17

Rencana Tindakan Manajemen Kebidanan

DX/ Masalah Rencana Kegiatan


No
Aktual Potensial Tujuan Intervensi Rasional
1 2 3 4 5
1 Diagnosa Agar
Ny “H” umur 41 menometroragia 1. Kaji tingkat 1. Dengan mengkaji
umur 41 thn, bisa teratasi pendarahan tingkat perdarahan
P1, A0, dengan dengan kriteria dapat mengetahui
Menometroragia - Keadaan umum seberapa banyak
dan Anemia baik jumlah darah yang
ringan - Tidak ada keluar agar dapat
pengeluaran mengambil tindakan
darah selanjutnya.
- Hb normal 2. Observasi
11-12 gr% tanda-tanda 2. Dengan mengobservasi
- Keadaan umum vitual tanda-tanda vital klien
baik dapat bertujuan untuk
- Tanda – tanda mengetahui keadaan
vital normal umum klien

3. Anjurkan ibu 3. Dengan menganjurkan


untuk istrahat ibu untuk istrahat di
harapkan dapat
mengurangi rasa nyeri
dan mempercepat
proses penyembuhan.
4. Observasi
tanda-tanda 4. Dengan mengobservasi
vital tanda-tanda vital di
harapkan dapat
mengetahui keadaan
umum ibu
5. Anjurkan ibu
mengkonsumsi 5. Dengan mengkonsumsi
makanan yang makanan yang
mengandung mengandung zat besi
zat besi diharapkan agar dapat
memenuhi kebutuhan
zat besi yang hilang
2. Masalah aktual : Agar yeri dapat oleh karena perdarahan
gangguan rasa teratasi dengan
nyaman nyeri criteria 1. Kaji tingkat nyeri
- Nyeri tekan 1. Dengan mengkaji
tidak ada tingkat nyeri bertujuan
- keadaan untuk mengetahui
umum ibu seberapa jauh nyeri
baik 2. Atur posisi klien yang di rasakan klien

2. Mengatur posisi baring


klien agar dapat
memberikan rasa
nyaman dan
mengurangi rasa nyeri
18

yang ada

3. Penatalaksaan
pemberian obat
analgetik sesuai
instruksi dokter 3. Dengan memberikan
obat analgetik di
4. Beri penjelasan harapkan rasa nyeri
tentang fisilogis yang berlebihan dapat
haid dan berkurang.
hubungan dengan
keluhan ibu 4. Dengan memberikan
penjelasan tentang
3. Masalah aktual: fisiologis haid ibu lebih
kecemasan Agar mengerti dan memahami
kecemasan keluhan yang di alami.
teratasi dengan 1. Kaji tingkat
kriteria: kecemasan
- ekspresi wajah
tenang 1. Dengan mengkaji
- keadaan umum tingkat kecemasan dapat
baik 2. Beri mengetahui keadaan
- ibu dapat penjelasan mental ibu
menerima pada ibu
keadaannya tentang 2. Dengan memberikan
keadaan yang penjelasan pada ibu
dialaminya diharapkan ibu dapat
mengerti dan memahami
keadaan yang terjadi
3. Anjurkan ibu
untuk selalu 3. Dengan menganjurkan
berdoa ibu untuk berdoa
diharapkan agar dapat
4. Masalah mengurangi rasa cemas
potensial karena dengan berdoa
Perdarahan Agar dapat memberikan
berulang dan perdarahan ketenangan hati dan
Anemia sedang berulang tidak ketentraman jiwa
terjadi dengan 1. Observasi
kriteria: keadaan
- Haid umum dan 1. Dengan mengetahui
berlangsung tanda – tanda atau mengobservasi
normal vital keadaan umum dan
- Tidak ada tanda – tanda vital ibu,
pengeluaran dapat mengetahui
darah yang secara dini
berlebihan 2. Observasi kemungkinan yang
- perdarahan akan terjadi

2. Dengan mengoservasi
pengeluaran darah
dapat mengetahui
seberapa banyak darah
3. Beri yang keluar
penjelasan
19

tentang vulva
hygine
3. Dengan memberikan
penjelasan tentang
perawatan genetalia
diharapkan ibu mampu
melakukan vulva hygine
sendiri, selama dirumah
4. Beri sakit maupun setelah
penjelasan pulang kerumah
tentang
fisiologis haid 4. Dengan memberikan
yang penjelasan tentang
berhubungan fisiologis
dengan haid,diharapkan ibu
keluhan ibu dapat lebih mengerti
dan memahami
keadaan yang
dialaminya
20

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Menometroragia, yaitu perdarahan yang terjadi dengan interval yang tidak teratur
disertai perdarahan yang banyak dan lama. Hingga saat ini penyebab pasti perdarahan
rahim disfungsional belum diketahui secara pasti. Beberapa kondisi yang dikaitkan
dengan perdarahan rahim disfungsional, antara lain: Kegemukan (obesitas), Faktor
kejiwaan ,Alat kontrasepsi hormonal, Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine
devices),Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim, misalnya:
trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah), Kencing Manis
(diabetus mellitus), dan lain-lain. Walaupun jarang, perdarahan rahim dapat terjadi
karena: tumor organ reproduksi, kista ovarium (polycystic ovary disease), infeksi vagina,
dan lain lain.

Hasil pengobatan bergantung kepada proses perjalanan penyakit (patofisiologi).


Penegakan diagnosa yang tepat dan regulasi hormonal secara dini dapat memberikan
angka kesembuhan hingga 90 %. Pada wanita muda, yang sebagian besar terjadi dalam
siklus anovulasi, dapat diobati dengan hasil baik.

4.2. Saran

1. Pada petugas kesehatan

Pada semua petugas ginekologi agar menangani menometrorhagia dengan

cepat dengan mencari penyebab atau sumber perdarahan dan menghentikan

perdarahan dengan segera karena perdarahan yang terlambat penanganan

dapat membahayakan nyawa pasien.

2. Pada Pasien

Diharapkan pada pasien untuk selalu memperhatikan kesehatannya, dan tidak

mengangap remeh adanyan kejadian gangguan haid terutama haid yang

banyak dan melebihi batas normal, jika ada kejadian perdarahan tiba-tiba dan
21

banyak agar segera ketenaga kesehatan agar penyebab perdarahan dapat

segera diketahui dan perdarahan dapat ditangani dengan tepat waktu dan tidak

terjadi komplikasi

3. Bagi mahasiswa

Diharapkan kepada seluruh mahasiswa agar dapat melakukan pengkajian data

dan pemeriksaan dengan tepat dan komprehensif pada kasus menometroragia

sehingga dapat menegakkan diagnosa dan memberikan intervensi dengan

tepat sesuai masalah agar tidak terlambat penanganan yang bisa berakibat

fatal.
22

DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba bagus ida. Reproduksi wanita Arcan Jakarta, 2005


2. Prawirohardjo sarwono, Ilmu Kebidanan, PT BPSSP Jakarta 2009
3. B, Achmad. Ilmu Kesehatan Reproduksi Ginekologi.Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran
4. http:/www.emedicine. com.fastsplash.obgyn
5. Thubert, Thibault, et al. "Menometrorrhagia." La Revue du praticien 64.4 (2014): 531-
539.
6. Moen, M. H., et al. "Menometrorrhagia in the perimenopause is associated with
increased serum estradiol." Maturitas 47.2 (2004): 151-155.
7. H.Hendarto, dalam Ilmu Kandungan, ed. A.Baziad dan R.P. Prabowo, PT.Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2011, hal.168-171.
8. NICE Clinical Guideline, Heavy Menstrual Bleeding, RCOG Press, London, 2007.
Available from : https://www.nice.org.uk/guidance/cg44/evidence/full-guideline-
195071293
9. Shaw, J.A. Menorrhagia 2017. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/255540
10. B.S. Apgar, A.H. Kaufman, U.G. Nwogu, A. Kittendorf. Treatment of Menorrhagia.
American Family Physicians, 2007, 75, 1813-20. Available from :
http://www.aafp.org/afp/2007/0615/p1813.pdf
11. C. Armstrong. ACOG Guidelines of Noncontraceptive Use of Hormonal
Contraceptives. American Family Physicians, 2010. 82(3), 294-5. Available from :
http://www.aafp.org/afp/2010/0801/p288.pdf
12. NICE Clinical Guideline, Heavy Menstrual Bleeding: Assessment and Management,
RCOG Press, London, 2007. Available from:
https://www.nice.org.uk/guidance/cg44/resources/heavy-menstrual-bleeding-
assessment-and-management-975447024325
13. MIMS. Tranexamic Acid. 2017. Available from:
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/tranexamic%20acid/?type=brief&mtype=g
eneric

Anda mungkin juga menyukai