Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN UKM

UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA)


SERTA KELUARGA BERENCANA (KB) (F3)

MENORMETRORAGIA

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh


Program Dokter Internship
Puskesmas Ungaran

Oleh :
dr. William

PUSKESMAS UNGARAN
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : dr. William


Topik : Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga
Berencana (KB) (F3)
Judul : Menormetroragia
Tanggal Pengesahan :

Ungaran, 2017

Mengetahui

Kepala PKM Ungaran, Pendamping,

dr. Nugraha dr. Astri Aninda Niagawati


NIP 19651108 200212 1 003 NIP 19741005 200701 2 017
BAB I
PENDAHULUAN

Menometroragia adalah suatu penyakit yang sering ditemukan pada


wanita-wanita usia subur dan menjelang menopause. Menometrorhagia ini bisa
disebabkan oleh penyebab organik yaitu adanya kelainan pada organ reproduksi.
Selain itu juga disebabkan oleh perdarahan disfungsional mengingat akibat
perdarahan ini sangat bisa membahayakan bagi nyawa pasien, maka diperlukan
penanganan dan pengobatan yang cepat dan tepat agar tidak lebih
membahayakan bagi pasien.
Menometrorrhagia merupakan perdarahan uterus yang berlebihan yang
terjadi pada dan diantara siklus haid. Ini disebut juga dengan perdarahan
disfungsional. Menometrorrhagia banyak sekali terjadi pada wanita dalam masa
pubertas dan masa menjelang menopause. Beberapa penyebab pada perdarahan
ini antara lain karena kelainan anatomis rahim (seperti adanya polip rahim,
mioma uteri), adanya siklus anovulatoir (ditandai dengan siklus haid yang
memanjang), dan karena ketidakseimbangan hormon yang mempengaruhi siklus
haid.
Penanganan pada menotroragia antara lain dengan memberikan estrogen
dalam dosisi tinggi atau progesteron jika terjadi pada masa pra pubertas. Sebagai
tindakan pada wanita dengan perdarahan disfungsional terus menerus ialah
hisrerektomi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Menometrorhagia adalah hipermenorhea atau menoragia adalah perdarahan
haid yang lebih banyak dari normal/lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).
Menometrorhagia adalah perdarahan dari rahim yang terjadi pada waktu
haid juga pada saat-saat lain
Menometrorhagia adalah perdarahan uterus yang tidak sesuai waktu tetapi
dalam jumlah yang banyak
Menurut Safitri (2009), menometrorhagia merupakan perdarahan bukan haid
yaitu perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid. Perdarahan ini tampak
berpisah dan dapat dibedakan dari haid atau 2 jenis perdarahan ini menjadi satu,
yaitu menorrhagia dan menometrorrhagia.

2.2 Etiologi
Menurut Safitri (2009), menometrorhagia kebanyakan terjadi karena
ketidakseimbangan hormonal yang mempengaruhi siklus haid.
1. Penyebab organik
Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan :
a. Servik uteri, seperti karsinoma partiom, perlukaan serviks, polip serviks,
erosi pada portio, ulkus portio uteri, dan kanker serviks
b. Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus imminens, mola
hidatidosa, koriokarsinoma, hyperplasia endometrium, sarcoma uteri,
mioma uteri
c. Tuba fallopii, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba
d. Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium, kista ovarium.

2. Penyebab perdarahan disfungsional


Perdarahan uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik.
Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan
menopause, nama lainnya disebut metropathia haemorrhagica cystica atau
folikel persisten.
Perdarahan disfungsional terbagi menjadi 3 bentuk :
a. Perdarahan disfungsional dengan ovulasi (ovulatoir disfunction bleeding)
Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium
tanpa ada sebab-sebab organik, maka harus diperhatikan sebagai etiologi.
- Korpus lutheum persistens
Dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang bersamaan
dengan ovarium yang membesar korpus lutheum ini menyebabkan
pelepasan endometrium tidak teratur (irreguler shedding) sehingga
menimbulkan perdarahan.
- Insufisiensi korpus lutheum menyebabkan premenstrual spotting,
menorhagia dan polimenorrea, dasarnya adalah kurangnya produksi
progesterone disebabkan oleh gangguan LH releasing factor.
- Apapleksia uteri pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya
pembuluh darah dalam uterus.
- Kelainan darah seperti anemia, gangguan pembekuan darah purpura
trombosit openik.
b. Perdarahan disfungsional tanpa ovulasi (anovulatoir disfunctiond bleeding).
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium
dengan menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu. Timbul
perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur
sama sekali. Folikel-folikel mengeluarkan estrogen sebelum mengalami
atresia kemudian diganti dengan folikel-folikel yang baru.
Endometrium tumbuh terus dibawah pengaruh estrogen yang lama
kelamaan menjadi hyperplasia endometrium. Dapat disimpulkan bahwa itu
perdarahan anovulatoar, jika dilakukan kerokan dan diambil sediaan darah
yang diperoleh saat kerokan.
Pada wanita dalam masa pubertas, untuk membuat diagnosa tidak perlu
dilakukan kerokan. Tapi pada wanita yang berumur 20-40 tahun
kemungkinan bisa polip, mioma, dan sebagainya. Pada wanita dalam masa
pramenopause dorongan untuk melakukan kerokan ialah untuk memastikan
ada atau tidaknya tumor ganas.
c. Stres psikologis dan komplikasi dari pemakaian alat kontrasepsi.
2.3 Patofisiologi

Persistensi folikel tidak pecah

Tidak terjadi ovulasi dan


Pembentukan korpus luteum

Hiperplasia endometrium Stimulasi estrogen berlebihan

Gangguan perdarahan
metropatia hemoragika

Gambar 2.1 : Patofisiologi gangguan perdarahan metropatia hemorrhagika menurut


Prawirohardjo (2005)

Menurut Prawirohardjo (2005), Schrder pada tahun 1915, setelah


penelitian pada uterus dan ovarium pada waktu yang sama, menarik kesimpulan
bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan metroplatia hemoragika terjadi
karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan
pembentukan korpus luteum. Akibatnya, terjadilah hiperplasiaendometrium
karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus-menerus.
Akan tetapi, penelitian menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional
dapat ditemukan dengan berbagai jenis endometrium yaitu endometrium atrofik,
hiperpastik, proliferative, sekretorik, dan endometrium jenis nonsekresi merupkan
bagian terbesar. Pembagian endometrium dalam endometrium jenis nonsekresi
dan endometrium sekresi sangat penting. Karena dengan demikian dapat
dibedakan perdarahan yang anovulatoar dari yang ovulatoar. Klasifikasi ini
mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini
mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang
berbeda. Pada perdarahan yang oulatoar gangguan dianggap berasal dari faktor-
faktor neuromuscular, asomotorik atau hematologic, yang mekanismenya belum
seberapa dimengerti, sedang perdarahan anovolatoarbiasanya dianggap sebagai
gangguan endokrin.
2.4 Penanganan
Menurut Prawirohardjo (2005), kadang-kadang pengeluaran darah pada
perdarahan disfungsional sangat banyak, dalam hal ini penderita harus istirahat
baring dan diberi tranfusi darah. Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukkan
bahwa perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus inkompletus,
perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid.
Dapat diberikan
a) Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat
perdarahan berhenti. Dapat diberikan secara intramuskulus dipropionas
estradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 120
mg. Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah suntikan dihentikan,
perdarahan timbul lagi.
b) Progesteron: pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar perdarahan
fungsional bersifat anovulator, sehingga pemberian progesteron
mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan
kaproas hidroksi-progesteron 125mg, secara intramuskular, atau dapat
diberikan per os sehari norethindrone 15mg atau aseras medroksi-progester
(Provera) 10 mg, yang dapat dilindungi, terapi ini berguna pada wanita
dalam masa pubertas.

Androgen mempunyai efek baik terhadap perdarahan disebabkan oleh


hiperplasia endometrium. Terapi ini tidak dapat diselenggarakan terlalu lama
mengingat bahaya virilisasi. Dapat diberikan proprionas testoteron 50 mg
intramuskulus yang dapat diulangi 6 jam kemudian. Pemberian metiltesteron per
os kurang cepat efeknya.
Kecuali pada wanita dalam masa pubertas, terapi yang paling baik ialah
dilatasi dan kerokan. Tindakan ini penting, baik untuk terapi maupun untuk
diagnosis. Dengan terapi ini banyak kasus perdarahan tidak terulang lagi. Apabila
ada penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, dan lain-lain yang
menjadi sebab perdarahan, tentulah penyakit itu harus ditangani.
Apabila setelah dilakukan kerokan perdarahan disfungsional timbul lagi
dapat diusahakan terapi hormonal. Pemberian estrogen saja kurang bermanfaat
karena sebagian besar perdarahan disfungsional disebabkan oleh hiperestrinisme.
Pemberian progesteron saja berguna apabila produksi estrogen secara endogen
cukup. Dalam hubungan dengan hal-hal tersebut diatas, pemberian estrogen dan
progesteron dalam kombinasi dapat dianjurkan untuk keperluan ini pil-pil
kontrasepsi dapat digunakan. Terapi ini dapat dilakukan mulai hari ke-5
perdarahan terus ntuk 21 hari. Dapat pula diberikan progesteron utuk 7 hari, mulai
hari ke-21 siklus haid.
Androgen dapat berguna pula dalam terapi terhadap perdarahan
disfungsional yang berulang. Terapi per os umumnya lebih dianjurkan daripada
terapi suntikan. Dapat diberikan metiltestosteron 5 mg, sehari dalil dalam terapi
dengan androgen ialah pemberian dosis yang sekecil-kecilnya dan sependek
mungkin.
Terapi dengan klomfien, yang bertujuan untuk menimbulkan ovulasi pada
perdarahan anovulator, umumnya tidak seberapa banyak digunakan. Terapi ini
lebih tepat pada intertilitas dengan siklus anovulator sebagai sebab.
Sebagai tindakan yang terakhir pada wanita dengan perdarahan
disfungsional terus-menerus (walaupun sudah dilakukan kerokan beberapa kali,
dan yang sudah mempunyai anak cukup) ialah histerektomi.
Penyebab Perdarahan Abnormal Uterus

Perdarahan Uterus Abnormal

Sebab-sebab :
Kelainan hormonal
Gangguan hemostatik
Kelainan anatomi genetalia
Keganasan genetalia

Kelainan anatomi genetalia Kelainan Hormonal: Kontak berdarah: asal


Tumor jinak Anoulasi/ovulasi Endometrium
Pemakaian IUCD Gangguan korpus luteum Portio uteri
KB hormonal Vagina
Labia

Dasar Diagnosis
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
o Dalam / Inspekulo
Pemeriksaan Khusus
o KB Hormonal
o PAP smear/ biopsy
o Konisasi
o Kolposkopi
o Histerektomi
Faal hemostatik

Pengobatan :
Umum
o Promotif suportif - preentif
Khusus
o Disesuaikan dengan
diagnosis hasil PA dan
sitologi
Gangguan perdarahan uterus disfungsional

Anovulatoar: Ovulatoar
- Folikel degraaf tanpa - Korpus luteum persisten
ovulasi - Korpus luteun insufisien

Diagnosis:
- Anamnese
- Periksa Fisik Laboratorium
- DC PA Penunjang
o Laparotomi - Laboratorium dasar
o Histeroskopi - Faal Lever
- Faal ginjal
- Faal Hemostatis

Pengobatan Umum
- Infus Transfusi
- Suportif Vitamin
- Sediaan Fe

Belum Kawin : Sudah Kawin


- Rectal Toucher
- Spekulum Hidung
Dilatasi Kuretase
- Periksa PA
- Suportif Vitamin
Hormonal :
- Hormonal Terapi
- Estrogen dan Progesteron
- Pil Oral
- Testosteron
- GnRh Agonis Histerektomi :
- Umur, paritas
- Hasil PA
Berhasil : o Hiperplasia berulang
Gagal o Karsinoma endometrial
- Pil oral 3-6 bl
insitu
- DUB Berulang

Laparoskopi/ laparotomi
- Poliklinik Ovari
- Wedge reseksi
BAB III
DESKRIPSI KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. L
Usia : 36 tahun
Pendidikan : SMA
Alamat : Langensari, Ungaran
Tanggal Kunjungan : 1 September 2017

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama :
Mensttruasi tidak berhenti
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masih menstruasi sudah lebih dari 1 minggu, 1 minggu lalu juga
pernah seperti ini dan banyak flek-flek. Setiap kali mestruasi ganti balut 5-
6x per hari. Hal ini baru dirasakan pertama kali dan sebelumnya tidak
pernah. Keluhan keluar air dari alat kelamin (-), keluar darah dari alat
kelamin (-), nyeri kepala (-), bengkak-bengkak pada kaki (-), pusing (-),
mual (-), muntah (-) , demam (-), lemas (-), tekanan darah tinggi (-).
Menarkhe usia 14 tahun.
Siklus menstruasi tidak teratur

3. Riwayat Obstetri : G3P2A0


Anak Keadaan saat dilahirkan Keadaan sekarang
1 Aterm, 3100 gr, langsung menangis, Normal, bidan, Sehat (15 th)
laki-laki
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Alergi (-)
Hipertensi (-)
Diabetes Melitus (-)
Asthma (-)
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Alergi (-)
Hipertensi (-)
Diabetes Melitus (-)
Asma (-)
6. Riwayat Imunisasi TT : Imunisasi TT (2x)

C. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : compos mentis
2. Keadaan Umum : baik
3. TB : 161 cm
4. BB : 55 kg
5. IMT : 21,2 kg/m2
6. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/ 80 mmHg
Nadi : 88 x/ menit, reguler, isi cukup
RR : 20 x/ menit, reguler
Suhu : 36,2 C
7. Status Generalisata
Kepala : normocephal, konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-)
Leher : tidak tampak pembesaran
Thorax :I : simetris, retraksi (-/-)
P : pengembangan dada simetris, NT (-)
P : sonor (+/+)
A : vesikuler (+/+), RBK (-/-), wheezing (-/-), S1-S2
reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : dalam batas normal
Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan
Ekstremitas : Edema (-) di keempat ekstremitas, akral hangat, CRT
< 2, sianosis (-)
D. Diagnosis Kerja
Wanita, 36 tahun, dengan Menormetroragia
E. Manajemen Kasus
Suplemen Vitamin K untuk menghentikan perdarahan menstruasi
Motivasi untuk periksa USG di rumah sakit
F. Edukasi
Menstruasi pada pasien sudah dianggap sebagai hal yang tidak wajar dan
merupakan tanda dari kelainan menormetrorrhagia
Dibutuhkan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui penyebab menstruasi
abnormal
Pemeriksaan USG diperlukan supaya menyingkirkan kemungkinan penyebab
seperti polip, fibroid, dan lainnya
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus ini, ibu mengalami perdarahan menstruasi yang abnormal. Pasien
tidak mempunyai riwayat penyakit seperti ini sebelumnya. Pemeriksaan fisik lainnya
dalam batas normal. Diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui ada tidaknya
kelainan anatomis di uterus, tuba fallopi, cervix, dan lainya.
LAMPIRAN

Pemeriksaan Kesehatan Ibu


DAFTAR PUSTAKA

1. Barbara, Stright. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Bayi baru lahir.


Jakarta: EGC
2. Bothamley, judy dan Maureen boyle. 2011. Patofisiologi Dalam Kebidanan.
Jakarta: EGC
3. Levero, Kenneth J dkk. 2009. Obstetric Williams. Jakarta: EGC
4. Manuaba IBG:Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana.1998.Jakarta.EGC
5. Moechtar,Rustam: Sinopsis Obstetri.1998. Jakarta.EGC

Anda mungkin juga menyukai