DEFINISI
Metrorrhagia : gangguan siklus menstruasi yaitu adanya perdarahan diluar siklus menstruasi
dimana perdarahan terjadi dengan interval yang tidak teratur dan jumlah darah yang sangat
bervariasi biasanya terjadi dalam masa antara 2 haid. Sedangkan menurut Marni (2013)
Metroragia adalah perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih
dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi. Keluarnya darah terus
menerus diluar batas normal dapat menyebabkan anemia dan memperburuk kelainan yang
menimbulkan gejala tersebut.
KLASIFIKASI
GEJALA
ETIOLOGI
Metroragia dapat disebabkan oleh luka, karsinoma korpus uteri, peradangan, hormonal,
hipofisis, psikis, neurogoen, tumor atau ovarium yang polikistik dan kelainan gizi, metabolic,
penyakit akut maupun kronis (Benson, 2009).
a) Penyakit Sistemik
b) Anovulatoris
Akibat dari tidak terjadinya ovulasi mengakibatkan esterogen melimpah dan tidak seimbang
sehingga terjadi proliferasi endometrium terus menerus yang akhirnya menghasilkan suplai
darah berlebih yang dikeluarkan mengikuti pola iregular dan tidak dapat diprediksi.
c) Ovulatoris
Bercak darah pada pertengahan siklus setelah lonjakan LH biasanya bersifat fisiologis. Itu
menandakan ovulasi. Namun fase luteal mungkin memanjang akibat dari korpus luteum yang
menetap.
Sumber lain menyebutkan bahwa penyebab dari metrorrhagia sendiri dapat diakibatkan karena
kelainan atau penyakit pada organ genital, contohnya :
Serviks Uteri
Contohnya polip serviks, erosio porsiones, ulkus pada portio uteri, karsinoma serviks uteri.
Korpus Uteri
Tuba Falopii
Contohnya KET (Kehamilan Ektopik Terganggu), radang tuba falopii, tumor tuba falopii
Ovarium
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
Anamnesis metroragia :
1. Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek
atau oleh oligomenore/amenorhe, sifat perdarahan (banyak atau sedikit-sedikit dan sakit atau
tidak), lama perdarahan, dan sebagainnya.
3. Pada pemeriksaan ginekologi perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organik yang
menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu).
4. Pada pubertas tidak perlu dilakukan kerokan untuk menegakan diagnosis. Pada wanita umur
20-40 tahun kemungkinan besar adalah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum. 5.
Dilakukan kerokan apabila sudah dipastikan tidak mengganggu kehamlan yang masih bisa
diharapkan. Pada wanita pramenopause dorongan untuk melakukan kerokan adalah untuk
memastikan ada tidaknya tumor ganas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thyroid dan kadar HCG, FSH, LH, Prolaktin dan
androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan atau jika ada tampilan
yang mengarah kesana.
2. Deteksi patologi endometrium melalui dilatasi dan kuretase dan serta histeroskopi.
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba
terapeutik.
PROGNOSIS
Keberhasilan pengobatan bergantung tindakan yang dilakukan pada subjek. Terapi hormonal
menggunakan pil kontrasepsi oral kombinasi efektif dapat mengoreksi banyak sekali kasus
ketidakteraturan menstruasi yang sering ditemukan. Sedangkan dilakukan tindakan kuretase
efektif untuk wanita yang memiliki kelainan structural (Norwitz, 2008).
PENANGANAN
Menurut Anwar, dkk (2011), pengobatan medikamentosa untuk metroragia dapat dilakukan
dengan cara :
a) Kombinasi estrogen progestin, tata cara pengobatan sesuai pada pengobatan perdarahan
ireguler seperti pemberian dengan pil KB dosis 1 x 1 tablet sehari, diberikan secara siklik selama
3 bulan.
b) Progestin, diberikan bila terdapat kontraindikasi pemakaian estrogen serta tata cara
pengobatan sesuai pada pengobatan perdarahan ireguler seperti MPA 10 mg/hari dosis 1 x 1
tablet per hari pada hari ke 16 - 25 siklus menstruasi.
c) NSAD (obat anti inflamasi nonsteroid) dapat memperbaiki hemostasis endometrium dan
mampu menurunkan jumlah darah haid 20 - 50%. Seperti asam mefenamat dosis 250 - 500 mg
2 – 4 kali sehari dan ibuprofen diberikan dengan dosis 600 - 1200 mg per hari.
d) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) berisi Levonorgestrel yang terbukti efektif dan efisien
dibandingkan operasi histerektomi pada kasus metroragia. Efek samping alat KB IUD yang
sering ditemui adalah pendarahan menstruasi hebat.
e) Bila perdarahan lebih dari 8 hari atau terapi dengan obat gagal, pemeriksaan lanjut
menggunakan USG transvagina dan biopsy endometrium serta dianjurkan untuk pemeriksaan
darah rutin.
f) Pada wanita usia 40 tahun keatas, wajib dilakukan kuret bertingkat (fractional curretage)
untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan (Proverawati dan Siti, 2009).