Anda di halaman 1dari 21

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan reproduksi di Indonesia perlu mendapat perhatian bersama dan bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dengan demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan angka kematian ibu dan kematian anak. Indonesia termasuk negara dengan angka kematian ibu cukup tinggi yaitu sebesar 390/100.000 persalinan hidup. Penyebab langsung dari kematian ibu antara lain : perdarahan 60-70%, gestosis 15-20%, infeksi 1020% (Manuaba, 2005). Faktor penyebab tersebut juga berkaitan dengan kondisi kesehatan reproduksi ibu. Menurut RJPM 2007 AKI sebesar 119 per 100.000 Kelahiran hidup ini merupakan berita bagus karena target penurunan AKI telah terlaksana dari 248 per 100.000 kelahiran hidup ,ini harus menjadi motivasi untuk semakin menekan Angka kematian Ibu. (Pentaloka Organisasi Profesi, 2008 ) Untuk mencapai sasaran agar tercapai kesehatan alat reproduksi sehingga dapat menghasilkan generasi sehat rohani dan jasmani, perlu dilakukan berbagai upaya pencegahan dan diagnosa dini, melalui pengobatan yang tepat dan berhasil guna. Masalah yang mempengaruhi reproduksi mencakup : gizi, infeksi, paritas, proses degenerasi (kemunduran) dimana terjadi keganasan yang memerlukan kemampuan melakukan deteksi dini, sehingga kesembuhan dapat dijamin dengan pengobatan (Myles, 2009). Kelainan haid sering terjadi pada pra menopause dimana terjadi proses kemunduran atau degenerasi. Kelainan tersebut salah satunya dapat bersifat hipermenorea (menoragia) dan metroragia. Metroragia dalam pra menopause disebabkan 77% oleh perdarahan disfungsional, 17,7% oleh polip dan mioma, dan 5,2% oleh karsinoma endometrium. Apabila perdarahan terjadi setelah

menopause, maka 50% dari perdarahan disebabkan oleh karsinoma. Oleh sebab itu gejala ini perlu mendapat perhatian dan penanganan sepenuhnya dari tenaga kesehatan terutama dalam rangka deteksi dini terhadap timbulnya keganasan pada alat reproduksi wanita (Hanifa, 2009). Bidan mempunyai peran dalam mendeteksi dini gangguan yang terjadi pada masa reproduksi termasuk pada gangguan menstruasi. Sehingga jika terjadi kasus ini dapat terdiagnosis dan tertangani dengan cepat. Dengan demikian, penulis tertarik untuk mengkaji pasien dengan gangguan menstruasi di poli kandungan RSUD dr. Soetomo Surabaya.

1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Diharapkan meningkatkan mahasiswa dapat mempunyai pengalaman dan

pengetahuan

dalam

melaksanakan

manajemen

kebidanan pada klien menometrorragia. 1.2.2 Tujuan Khusus Diharapkan mahasiswa, mampu : 1. Melakukan pengkajian data. 2. Melakukan identifikasi masalah atau diagnosa. 3. Menentukan antisipasi masalah potensial. 4. Menentukan identifikasi kebutuhan segera. 5. Menentukan rencana Asuhan Kebidanan. 6. Melaksanakan rencana Asuhan Kebidanan. 7. Melakukan evaluasi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Menorragia atau hipermenorea adalah haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari) (Hanifa, 2009). Metrorragia adalah perdarahan dengan jumlah tidak tidak teratur, tidak bersifat siklik, dan sering berlangsung lama (Derek Llewellyn, 2005). Menometrorrhagia adalah gabungan antara dua perdarahan yaitu menoragia dan metroragia dimana pengeluaran darah terlalu banyak biasanya disertai bekuan darah yang tidak ada hubungannya dengan haid (Hanifa, 2009). 2.2 Faktor Penyebab Menometorrhagia 2.2.1 Sebab-sebab Organik Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada: 1. Serviks uteri, seperti : polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada porsio uteri, karsinoma servisis uteri. 2. Korpus uteri, seperti : polip endometrium, abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma uteri, mioma uteri. 3. Tuba fallopi, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba. 4. Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium.

2.2.2

Sebab-sebab Fungsional Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dibedakan menjadi dua, berdasarkan jenis endometriumnya, antara lain : 1. Perdarahan ovulatoar Perdarahan ovulatoar berasal dari endometrium tipe sekresi. Bila sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan etiologinya meliputi : a. Korpus luteum persitens Dijumpai perdarahan kadang-kadang bersamaan dengan

pembesaran ovarium yang hampir sama dengan sindrom pada kehamilan ektopik. Korpus luteum persitens dapat pula menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur (irregular shedding). Diagnosis irregular shedding dibuat melalui kerokan pada hari ke-4 dari mulainya perdarahan, menurut Mc. Lenon. b. Insufisiensi korpus luteum Dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau polumenorea. Penyebabnya ialah kurangnya produksi progesteron karena gangguan LH releasing factor. c. Apopleksia uteri Pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus. d. Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam mekanisme pembekuan darah. 2. Perdarahan anovulator Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan menurunnya kadar estrogen di bawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak

teratur sama sekali. Flukturasi kadar estrogen ada sangkut pautnya dengan jumlah folikel yang ada pada suatu waktu fungsional aktif. Endometrium di bawah pengaruh estrogen terus bertambah, dan dari endometrium yang mula-mula ploriferatif dapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran itu dijumpai pada sediaan yang diperoleh dengan kerokan, dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anovulatoar.

Perdarahan disfungsional paling sering terdapat pada masa pubertas dan pada masa pra menopause. Pada masa pubertas sesudah menarche, disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat pembuatan releasing factor dan hormon gonodotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa pra menopause proses-proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan lancar. Perdarahan disfungsional selain dapat dijumpai pada penderita dengan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, tumor, dan sebagainya juga dapat dialami oleh wanita tanpa adanya penyakit tersebut. Dalam hal ini stress, kejadian yang mengganggu keseimbangan emosional seperti kecelakaan, kematian dalam keluarga, pemberian obat penenang terlalu lama, dan lain-lain, dapat menyebabkan perdarahan anovulatoar. (Hanifa Wiknjosastro, 2005)

2.3 Patofisiologi

Factor diluar uterus

Factor di dalam uterus

Gangguan hemostatis dan infeksi

Infeksi uterus : - Endometriosis - Pemakaian KB

Kelainan uterus : - Polip endometrium - Mioma uteri - Adenomiosis - Adeno karsinoma

DUB (disfunction al uterine bleeding)

Perdarahan tidak teratur atau berlebihan sewaktu menstruasi dan diantara periode

menometrorhagia (Manuaba, 2008)

2.4 Identifikasi Perdarahan Perdarahan pervaginam dapat dilihat dan diidentifikasi melalui : 1. Kualitas Penyembuhan perdarahan pervaginam biasanya diberikan kesan adanya suatu komplikasi kehamilan, keganasan polip fibroid atau perdarahan disfungsional. 2. Durasi Durasi perdarahan dapat membantu membedakan menstruasi normal dari kelainan saluran reproduksi. 3. Episode Episode hipermenorrhoe yang berulang dapat menggambarkan suatu siklus ovulasi yang mengalami komplikasi oleh adenomiosis. Perdarahan yang lebih berat dari biasanya dapat disebabkan oleh polip endometrium. 4. Membantu membedakan perdarahan aktif dari suatu proses kronis. Darah merah segar berarti perdarahan aktif disebabkan oleh suatu komplikasi kehamilan atau laserasi akut. Sedangkan adanya noda coklat merupakan suatu indikasi bahwa darah di dalam vagina telah tercampur oleh sekresi serviks dan vagina. 2.5 Diagnosis Beberapa hal yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis : 1. Anamnesis Meliputi bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek, atau oleh oligonienorea atau amenora, sifat perdarahan (banyak atau sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan, dan sebagainya. 2. Pemeriksaan fisik Perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk ke arah kemungkinan penyakit metabolik, penyakit endokrin, menahun, dan lain-lain. 3. Pemeriksaan laboratorium, meliputi : a. Pemeriksaan darah lengkap.

b. Skrining koagulasi jika diindikasikan dan kemungkinan tes fungsi tiroid. 4. Pemeriksaan tambahan, jika wanita tersebut berusia di atas 35 tahun. a. Histeroskopi Dapat dilihat rongga uterus dan kelainannya seperti polip endometrium, mioma submukosa. Selain itu, dapat dilakukan pengambilan sampel endometrium untuk pemeriksaan histologik.

b. Biopsi endometrium Biopsi endometrium dilakukan dengan memasukkan kuret biopsi sempit melalui serviks uteri untuk mendapatkan sampel representatif dari endometrium. c. Ultrasonografi transvaginal Merupakan metode non-invasif untuk memotret rongga uterus. Metode ini dapat mendeteksi mioma submukosa dan mengukur luasnya endometrium. d. Kuretase diagnostik Bersifat invasif dan dilakukan di bawah anestesi umum. Seluruh endometrium dikuret dan dikirim untuk pemeriksaan histologik. Metode ini telah digantikan oleh histeroskopi dan biopsi endometrium. (Derek Llewellyn, 2001) 2.6 Penanganan Pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak. Dalam hal ini penderita harus tirah baring dan diberi transfusi darah. Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukkan bahwa perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus incompletus, perdarahan untuk sementara waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan : 1. Estrogen dalam dosis tinggi supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan berhenti. Dapat diberikan secara IM dipronipionas estradial 2,5

mg, atau benzoas estradial 1,5 mg, atau valeras estradial 20 mg. Keberatan terapi ini ialah setelah suntikan dihentikan perdarahan timbul lagi. 2. Progesteron Sebagian besar perdarahan fungsional bersifat anoviilatoal, sehingga pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen terhadap

endometrium. Dapat diberikan kaproas hidraksi-progesteron 125 mg, secara intramuskular, atau dapat diberikan per OS sehari norethindrone 15 mg atau asetas medroksi-progesterone (provera) 10 mg. Terapi ini berguna pada wanita dalam masa pubertas. Kecuali pada wanita dalam masa pubertas, terapi yang paling baik ialah dilatasi dan kerokan. Tindakan ini digunakan untuk terapi maupun diagnosis. Apabila setelah dilakukan kerokan, perdarahan disfungsional timbul lagi, dapat diusahakan terapi hormonal. Pemberian estrogen dan progesteron dalamm kombinasi dapat dianjurkan. Terapi ini dapat dilakukan mulai hari ke-5 perdarahan terus untuk 21 hari. Dapat pula diberikan progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke-21 siklus haid. Tindakan terakhir pada wanita dengan perdarahan disfungsional terus menerus ialah histerektomi (Hanifa Wiknjosastro, 2005).

2.7 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan 2.7.1 Pengertian Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawab Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada klien (Varney, 2007). Manajemen Asuhan Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-

penemuan, ketrampilan, dan rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2007).

2.7.2

Sasaran Sasaran ditujukan, kepada individu, ibu, dan anak, keluarga maupun masyarakat.

2.7.3

Langkah-langkah Asuhan Kebidanan Dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada klien, Bidan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney yang terdiri dari 7 langkah : 1. Pengumpulan data dasar. 2. Identifikasi masalah / diagnosa. 3. Antisipasi masalah potensial. 4. Identifikasi kebutuhan segera. 5. Intervensi / menyusun rencana asuhan. 6. Implementasi / pelaksanaan asuhan. 7. Evaluasi. (PPKC, 2005 : 2-5)

2.7.3.1 Pengumpulan Data Dasar (Langkah 1) Bidan mengumpulkan data yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Terdiri dari 1. Data Subyektif a. Biodata Nama dan alamat Nama klien dan suami perlu ditanyakan agar tidak terjadi kekeliruan bila ada kesamaan dengan klien lain. Umur

10

Kurun waktu reproduksi sehat, umur 20-30 tahun (Christina Ibrahim, 1989 : 30). Pendidikan Pendidikan ibu membantu dalam pemberian penyuluhan pada klien (Christina Ibrahim, 1989 : 25). Perkawinan Untuk mengetahui berapa kali dan berapa lama ibu menikah. Hal ini berkaitan dengan kondisi kesehatan alat reproduksi ibu (Christina Ibrahim, 1989 : 25). Pekerjaan Untuk menentukan sosial ekonomi pasien, misalnya : menentukan anjuran atau pengobatan apa yang diberikan (Sulaiman Sastrawinata, 1983 : 154). b. Keluhan utama Apakah ada pengadaan-pengadaan yang penting dan sedang dialami (Sulaiman Sastrawinata, 1983 : 154). c. Riwayat Haid Hal yang perlu ditanyakan sehubungan dengan riwayat

menstruasi antara lain : menarche, siklus teratur atau tidak, banyak darah yang keluar, fluor albus, lamanya menstruasi, dysmenorrhoe, warna dan bau darah menstruasi. d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Kehamilan Adakah gangguan seperti perdarahan, muntah-muntah,

toxemia gravidarum. Persalinan Spontan atau buatan, aterm atau premature, perdarahan ditolong oleh siapa. Nifas

11

Adakah gangguan seperti perdarahan, infeksi, panas, masa laktasi ibu. (Sulaiman Sastrawinata, 1983 : 155) e. Riwayat penyakit ibu Apakah ibu memiliki riwayat penyakit carsinoma, tumor, menderita kehamilan ektopik, abortus sebelumnya (Depkes RI, 1993 : 8). f. Riwayat penyakit keluarga Dalam keluarga perlu diketahui adakah penyakit keturunan atau menular yang dapat mempengaruhi keadaan ibu, contoh : carsinoma, sarcoma, hepatitis, AIDS. g. Riwayat psiko sosial budaya h. Pola kebiasaan sehari-hari. 2. Data Obyektif Bidan mengumpulkan data melalui pemeriksaan secara menyeluruh pada pasien, meliputi : a. Pemeriksaan umum Keadaan umum Tekanan darah : Ukuran normal sistokel 100-130 mmHg dan diastole 70-90 mmHg. Suhu Nadi Pernafasan : Ukuran normal 360C-370C : Normalnya 80-100x/menit : Normal 18-20x/menit

b. Inspeksi Kepala : Adakah lesi, benjolan, tanda bekas operasi, kebersihan. Muka : Pucat atau tidak, oedema.

12

Mata

: Simetris atau tidak, konjungtiva pucat atua tidak, sklera mata kuning atau tidak, adakah bintik bitot.

Hidung

: Kebersihan, septum nasi di tengah atau tidak, mengeluarkan sinusitis. cairan atau tidak, adakah

Telinga

: Simetris, kebersihan, mengeluarkan cairan atua tidak.

Mulut

: Bibir pucat atau tidak, adakah stomatitis, tanda rhagaden, gigi lengkap atau ada yang tanggal.

Leher

: Adakah pembesaran kelenjar limfe dan thyroid, adakah bendungan vena jugularis.

Ketiak Tangan Payudara Perut

: Adakah pembesaran kelenjar limfe. : Simetris, jari tangan lengkap atau tidak. : Simetris, puting susu menonjol atau tenggelam. : Adakah luka bekas operasi, adakah benjolan.

Pelipatan paha : Adakah pembesaran kelenjar limfe. Kaki : Simetris atau tidak, adakah oedema, varices, jari-jari kaki lengkap atau tidak. Punggung Genitalia : Simetris, adakah lordosis, kifosis, skoliasis. : Adakah oedema, perdarahan, condilomatalata dan condiloma aquminata, bartholinitis. Anus c. Palpasi Payudara Perut d. Auskultasi Dada Perut : Adakah wheezing dan ronchi. : Bising usus normal atau tidak : Adakah benjolan, motil atau tidak. : Adakah benjolan, pembesaran hepar dan lien. : Adakah haemorroid.

13

e. Perkusi Perut Kaki : Kembung atau tidak : Reflek patella (-) menandakan pasien

kekurangan vit. BI 2.7.3.2 Identifikasi Masalah / Diagnosa (Langkah II) Pada langkah ini Bidan menganalisa data dasar yang diperoleh pada langkah pertama, menginterpretasikan secara logis sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan masalah. Contoh : Diagnosa Masalah : P....... dengan menometorrhagia : Cemas

Kebutuhan : - KIE tentang menometorrhagia - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapie.

2.7.3.3 Antisipasi Masalah Potensial (Langkah III) Bidan mengantisipasi masalah potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Contoh : Potensial terjadi anemia. 2.7.3.4 Mengidentifikasi Kebutuhan Segera (Langkah IV) Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh Bidan atau dokter sesuai dengan kondisi ibu untuk menyelamatkan jiwa ibu. Dalam kasus ini bidan perlu melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi maupun pemeriksaan USG, dan lain-lain. 2.7.3.5 Intervensi / Menyusun Rencana Asuhan (Langkah V) Pada langkah ini asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkahlangkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya

14

meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, rujukan. Contoh : Personal hygiene, pemberian KIE berkaitan dengan diagnosa, kolaborasi dengan tim medis. 2.7.3.6 Pelaksanaan Rencana Asuhan / Implementasi Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh pada langkah 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Pelaksanaan bisa dilaksanakan secara efisien dan aman. Pelaksanaan bisa dilakukan seluruhnya oleh Bidan atau sebagian dilakukan oleh Bidan atau sebagian dilakukan oleh lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan yang lainnya.

2.7.3.7 Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Dapat dilakukan pengulangan kembali proses manajemen dengan benar terhadap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana. (PPKC, 2002 : 1-5)

15

BAB 3 TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN MENOMETRORHAGIA DI POLI KANDUNGAN RSUD DR. SOETOMO SURABAYA Hari/Tanggal /jam Pengkajian Tempat Pengkajian Pengkaji No. Register Pasien Data Subjektif Identitas : Nama Usia Alamat Pekerjaan Pendidikan Agama : : : : : : Pasien Suami Ny. RD Tn A 43 Tahun Griya kartika V/16 Sedati Tidak Bekerja SMA Katolik : : : : Rabu/18 Agustus 2010/pkl 09.00 Poli Kandungan RSUD dr. Soetomo Baharika Suci Dwi A/010830460 11080159

Keluhan Sekarang : Ibu datang untuk kunjungan ulang untuk menunjukan hasil pemeriksaan darah, saat ini perdarahan sudah berhenti hanya tinggal flek-flek saja. Pada tanggal 12 Agustus 2010 Ibu datang ke Poli kandungan RSUD dr Soetomo dengan keluhan mens tidak berhenti, keluar darah terus awalnya bulan Mei 2010,hanya sedikit flek-flek warnanya kehitaman, lama-lama keluar darah kadang bergumpal tapi tak banyak, bulan juli ke dokter SpOG dan diberi obat tablet putih, obat habis darah keluar lagi. Setelah dilakukan USG terdapat penebalan pada endometrium. Pada tanggal 15 Juli 2010 dilakukan curettage di RSDS dari hasil PA didapatkan polip pada endometrium sudah dilakukan ekstraksi polip. Namun masih juga perdarahan flek-flek. Riwayat Kesehatan/Penyakit Klien : - Tidak ada riwayat penyakit TBC, ginjal, hepatitis, DM, asma, jantung Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada riwayat penyakit TBC, ginjal, jantung, hepatitis, DM, asma, jantung, tidak ada riwayat tumor baik jinak maupun ganas pada keluarga. Riwayat Menstruasi dan Keputihan: Menarche : 13 tahun Siklus : 30 hari, teratur Lama : 5 hari Jumlah : Rata-rata 2 hari banyak, selanjutnya sedikit Sifat : Cair berwarna merah ,encer dan berbau agak amis

16

Dismenore HPHT Keputihan

: : :

Tidak ada 15-5-2010 Tidak ada

Riwayat Perkawinan : Ibu menikah 1 kali sudah 13 tahun, menikah pada usia 30 tahun. Riwayat Obstetri : Ibu mempunyai 2 anak, semua hidup, belum pernah keguguran, semua anak dilahirkan pada kehamilan 9 bulan, selama kehamilan, persalinan dan nifas tidak ada penyulit, anak yang terkecil berusia 7 tahun. Riwayat KB : Ibu tidak KB Keadaan Psikologis : Ibu merasa khawatir dengan keluhan yang dirasakannya sekarang. Pola Kehidupan Sehari-hari : 1. Pola Nutrisi : Frekuensi makan 3kali/hari porsi sedang, nasi satu piring dengan sayur, ikan, tempe/tahu, nafsu makan sedikit menurun, minum 5 gelas/hari 2. Pola Eliminasi Buang air besar 1x/hari dengan konsistensi lunak, warna kuning ; buang air kecil 4-5x/hari warna air kencing kuning jernih. 3. Pola Istirahat Dapat tidur dengan baik, malam sekitar 7 jam, siang 1 jam 4. Pola Aktivitas Pasien mengerjakan pekerjaan di rumah tanpa pembantu. Data Objektif - Kesadaran compos mentis - Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah : 110/70 mmHg, Nadi 88/menit, Respirasi 20x/menit, Suhu 36,7 C - Wajah dan leher : Konjunctiva pucat, sklera tak ikterik, tidak ada bengkak pada wajah, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening. - Mammae : Mammae simetris, tidak ada benjolan, putting everted tidak ada cairan yang keluar - Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada benjolan - Genitalia : tidak ada oedem,tidak ada pengeluaran darah dari jalan lahir, tidak ada pengeluaran keputihan, tidak ada pembengkakan kelenjar bartholini dan skene - Anus : tidak ada hemoroid 17

Ekstremitas : Pergerakan normal, kebersihan kulit dan kuku baik, tidak ada oedem dan varises, reflex patella +/+, akral dingin

Assessment : Diagnosa : Ibu P20002 dengan menometrorhagia Masalah : Ibu merasa khawatir dengan keluhan perdarahan yang dialaminya Kebutuhan : Kolaborasi dengan dokter untuk penentuan diagnosis pasti dan pemberian dukungan untuk mengurangi kekhawatiran Planning : 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan diagnosis selanjutnya kepada pasien E : pasien menyetujui prosedur pemeriksaan selanjutnya dan masih merasa belum tenang karena diagnosis pasti belum ditegakkan 2. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk penentuan diagnosis dengan pemeriksaan inspekulo,vaginal tusi dan USG serta kolaborasi untuk prosedur selanjutnya E : Hasil pemeriksaan inspekulo didapatkan portio licin, tidak tampak darah dari ostium, hasil vaginal tusi didapatkan v/v fluxus -, fluor tidak ada, hasil USG tidak didapatkan kelainan. 3. Melakukan kolaborasi untuk pemeriksaan hemoglobin ke laboratorium E : hasil HB 11,3 g/dl 4. Memberikan dukungan psikologis pada ibu atas diagnosis menometrohagia yang dialaminya E: pasien gelisah dan khawatir, lebih tenang setelah diberikan penjelasan dan motivasi 5. Menjelaskan komplikasi dari menometrorhagia yang dialami ibu E : pasien dapat menyebutkan kembali komplikasi dari mioma uteri 6. Menjelaskan kunjungan selanjutnya segera datang jika ada salah satu komplikasi dari gejala menometrorhagi yang dialaminya. E : Pasien akan datang segera setelah siap kuret dan jika terjadi gejala komplikasi lain dari keluhan yang dirasakannya.

18

BAB 4 PEMBAHASAN

Berikut ini adalah pembahasan kasus asuhan kebidanan pada Ny. RD dengan menometrorhagia yaitu : 1. Pada pengumpulan data subjektif sudah digali sesuai dengan standar pengkajian secara teori. 2. Pada pengumpulan data objektif atau pemeriksaan tidak didapatkan adanya kelainan. 3. Pada assesment sudah sesuai hasil pemeriksaan 4. Pada planning sudah sesuai dengan kebutuhan klien.

19

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan konsep asuhan yang seharusnya diberikan pada kasus menometrorhargia

5.2 Saran Pada kunjungan selanjutnya diharapkan pemberian asuhan tetap

dipertahankan sesuai dengan standar pengkajian dan sesuai dengan kebutuhan pasien

20

DAFTAR PUSTAKA

Hecker, Neville F. 2001. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates. Llewellyn Jones, Derek. 2001. Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates. PPKC. 2002. Pelatihan Manajemen Asuhan Kebidanan. Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : FKU-PB. Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP.

21

Anda mungkin juga menyukai