Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. E DENGAN MIOMA UTERI

DI RUANG AYYUB 1 RS ROEMANI SEMARANG

Disusun Oleh :

Fenia Cahya Astuti

G3A018079

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot
rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Mioma belum pernah ditemukan sebelum
terjadinya menarche, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma
yang masih tumbuh (Guyton, 2002). Mioma uteri sering ditemukan pada wanita
usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi mioma uteri meningkat lebih dari 70
% dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus, membuktikan banyak wanita yang
menderita mioma uteri asimptomatik. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar
20%- 30% dari seluruh wanita (Baziad, 2003).
Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20
tahun, paling banyak pada umur 35-45 tahun . Mioma uteri ini lebih sering didapati
pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga memegang
peran (Prawirohardjo, 2008).
Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi
yang efektif belum didapatkan, karena sedikit sekali informasi mengenai etiologi
mioma uteri itu sendiri. Walaupun jarang menyebabkan mortalitas, namun
morbiditas yang ditimbulkan oleh mioma uteri ini cukup tinggi karena mioma uteri
dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal, serta diperkirakan dapat
menyebabkan kesuburan rendah (Bailliere, 2006). Perdarahan uterus yang
abnormal merupakan gejala klinis yang paling sering terjadi dan paling penting.
Gejala ini terjadi pada 30% pasien dengan mioma uteri. Wanita dengan mioma uteri
mungkin akan mengalami siklus perdarahan haid yang teratur dan tidak teratur.
Menorrhagia dan atau metorrhagia sering terjadi pada penderita mioma uteri.
Perdarahan abnormal ini dapat menyebabkan anemia defesiensi besi (Hadibroto,
2005).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien dengan post operasi mioma uteri.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan dan mendokumentasikan pengkajian pada
klien dengan post operasi mioma uteri.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien post operasi
mioma uteri.
c. Mampu menentukan tujuan dan membuat rencana tindakan
keperawatan pada klien dengan post operasi mioma uteri.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
post operasi mioma uteri.
e. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan post operasi mioma
uteri.

C. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan
metode deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun pengumpulan datanya
dilakukan dengan cara :
1. Observasi partisipatif
Suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien selama
di rumah sakit dan lebih bersifat objektif yaitu: dengan melihat respon
kliensetelah dilakukan tindakan.
2. Wawancara
Diperoleh dengan cara mengadakan tanya jawab dengan klien dan
keluarga klien serta tenaga kesehatan lain untuk mendapatkan
keterangan.
3. Studi documenter
Diperoleh dengan mempelajari buku laporan, catatan medis serta hasil
pemeriksaan yang ada.
4. Studi kepustakaan
Dengan mempelajari buku – buku yang ada untuk membantu,
menegakkan diagnosa keperawatan serta intervensi.

D. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai karya tulis ilmiah
ini, penulis mengguakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab,
yaitu :
Bab I : Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Berisi tentang konsep dasar yang meliputi pengertian, anatomi
dan fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, proses
penyembuhan luka, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,
pengkajian fokus, pathways keperawatan, diagnosa keperawatan
dan fokus intervensi.
Bab III : Berisi tentang tinjauan kasus yang membahas kasus pasien,
meliputi pengkajian, pathways kasus, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
Bab IV : Berisi tentang pembahasan kasus yang bertujuan untuk
menemukan kesenjangan antara konsep teori dan fakta kasus
yang ada mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
Bab V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Mioma uteri adalah tumor yang paling umum pada traktus genitalis
(Derek Llewellyn-Jones, 2007). Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang
beasal dari otot uterus. Dikenal juga dengan istilah fibromatosa, leimioma
atau fibroid (Sarwono, 2006). Mioma uteri merupakan salah satu tumor
jinak yang tumbuh pada miometrium. Dengan adanya pertumbuhan mioma
ini mengakibatkan terganggunya fungsi dari uterus, diantaranya resiko
abortus, perdarahan pada proses persalinan dan juga dapat menyebabkan
infertilitas (Prawirohardjo, Sarwono 2008). Menurut letaknya (Nurarif &
Hardhi, 2015) dibagi menjadi:
1. Mioma Submukosum: di bawah endometrium dan menonjol ke cavum
uteri.
2. Mioma Intramural: berada di dinding uterus di antara serabut
miometrium.
3. Mioma Subserosum: tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uerus, di liputi oleh serosa.
B. ETIOLOGI
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan
sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah
sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom,
khususnya pada kromosom lengan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik adalah estrogen,
progesteron dan human growth hormone.
1. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapat
pertumbuhan tumor yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen
eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan
pengangkatan ovarium. Adanya hubungan dengan kelainan lainnya
yang tergantung estrogen sepertiendometriosis (50%), perubahan
fibrosistik dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia
endometrium (9,3%). Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan
dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. 17B
hidroxydesidrogenase: enzim ini mengubah estradiol (sebuah estrogen
kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang
pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor
estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.
2. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan
17B hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen
pada tumor.
3. Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL,
terlihat pada periode ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat
dari leiomioma selama kehamilan mingkin merupakan hasil dari aksi
sinergistik antara HPL dan Estrogen.

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang


diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu

1. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling
sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan
mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas,
atau apakah kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka
kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini
tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
4. Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan
mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang
setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.
Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi
hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh
estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti
peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan
epidermal dan insulin-like growth factor yang distimulasi oleh estrogen.
Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang
distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada
miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma.
Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak
mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana
yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang
setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.

C. PATOFISIOLOGI
Mioma uteri terjadi karena adanya sel-sel yang belum matang dan
pengaruh estrogen yang menyebabkan sub mukosa yang ditandai dengan
pecahnya pembuluh darah dan intranurel, sehingga terjadi kontraksi otot
uterus yang menyebabkan perdarahan pervagina lama dan banyak. Dengan
adanya perdarahan pervagina lama dan banyak akan terjadi resiko tinggi
kekurangan volume cairan dan gangguan peredaran darah ditandai dengan
adanya nekrosa dan perlengketan sehingga timbul rasa nyeri.
Penatalaksanaan pada mioma uteri adalah operasi jika informasi tidak
adekuat, kurang support dari keluarga dan kurangnya pengetahuan dapat
mengakibatkan cemas. Pada post operasi akan terjadi terputusnya integritas
jaringan kulit dan robekan pada jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri
akut. Terputusnya integritas kulit mempengaruhi proses epitalisasi dan
pembatasan aktivitas, maka akan terjadi perubahan pola aktivitas.
Kerusakan jaringan juga mengakibatkan terpaparnya agen infeksius yang
mempengaruhi resiko tinggi infeksi. Pada pasien post operasi akan
terpengaruh obat anestesi yang mengakibatkan depresi pusat pernapasan
dan penurunan kesadaran sehingga pola nafas tidak efektif.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35%-50% dari pasien yang terkena.
Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
1. Perdarahan abnormal. Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa
menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Perdarahan abnormal ini
dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya area permukaan dari
endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim,
distorsi dan kongesti dari pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari
lapisan endometrium.
2. Penekanan rahim yang membesar:
a. Terasa berat diabdomen bagian bawah
b. Gejala traktus urinarius: frekuensi urine, retensi urin, obstruksi
ureter, dan hidronefrosis
c. Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal
d. Terasa nyeri karena tertekannya saraf
3. Nyeri dapat disebabkan oleh:
a. Penekanan saraf
b. Torsi bertangkai
c. Submukosa mioma terlahir
d. Infeksi pada mioma
4. Infertilitas, akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di
kornu. Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa
dapat menghalangi implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan
kelahiran premature pada pasien dengan mioma intramural dan
submukosa.
5. Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan
edema ektremitas bawah, hemoroid, nyeri dan dyspereunia.
6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Abortus spontan

E. PENATALAKSANAAN
Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu penanganan secara
konservatif dan penangana secara operatif.
1. Penanganan konservatif sebagai berikut:
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6
bulan.
b. Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
c. Pemberian zat besi.
d. Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-
3 menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini
mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat
ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan keadaan
hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode post
menopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor
diobservasi dalam 12 minggu. Terapi agonis GnRH ini dapat pula
diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan beberapa
keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama pembedahan, dan
dapat mengurangi kebutuhan akan transfusi darah. Namun obat ini
menimbulkan kahilangan masa tulang meningkat dan osteoporosis
pada wanita tersebut.
Catatan :Baru-baru ini, progestin dan antiprogestin dilaporkan
mempunyai efek terapeutik. Kehadiran tumor dapat ditekan atau
diperlambat dengan pemberian progestin dan levonorgestrol
intrauterin.
2. Penanganan operatif, bila:
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
b. Pertumbuhan tumor cepat
c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi
d. Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya
e. Hipermenorea pada mioma submukosa
f. Penekanan pada organ sekitarnya

Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa:

a. Enukleasi mioma
Dilakukan pada penderita infertile atau yang masih mengingikan anak
atau mempertahanlan uterus demi kelangsungan fertilitas.
b. Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada
penderita yang memiliki leiomioma yang simtomatik atau yang sudah
bergejala.
c. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa pengangkatan
uterus.

F. KONSEP KEBUTUHAN DASAR


1. PENGKAJIAN FOKUS
a. Nyeri akut
1) Mengkaji perasaan klien
2) Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi
nyeri
3) Mengkaji keparahan dan kualitas nyeri
b. Nyeri kronis
Pengkajian difokuskan pada dimensi perilaku afektif dan kognitif.
Selain itu terdapat komponen yang harus di perhatikan dalam
memulai mngkaji respon nyeri yang di alami pasien :
1) Penentu ada tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian nyeri , perawat harus percaya
ketika pasien melaporkan adanya nyeri, meskipun dalam
observasi perawat tidak menemukan adanya cidera atau luka.
2) Pengkajian status nyeri dilakukan dengan pendekatan P,Q,R,S,T
yaitu:
a) P (Provocate)
Faktor paliatif meliputi faktor pencetus nyeri,terasa setelah
kelelahan,udara dingin dan saat bergerak.
b) Q (Quality)
Kualitas nyeri meliputi nyeri seperti di tusuk-tusuk,dipukul-
pukul dan lain-lain.
c) R (Region)
Lokasi nyeri,meliputi byeri abdomen kuadran bawah,luka
post operasi,dan lain-lain.
d) S (Skala)
Skala nyeri ringan,sedang,berat atau sangat nyeri.
e) T (Time)
Waktu nyeri meliputi : kapan dirasakan,berapa lama, dan
berakhir.
3) Respon fisiologis
a) Respon simpatik
1. peningkatan frekuensi pernafasan
2. dilatasi saluran bronkiolus
3. peningkatan frekuensi denyut jantung
4. dilatasi pupil
5. penurunan mobilitas saluran cerna
b) Respon parasimpatik
1. Pucat
2. ketegangan otot
3. penuru nan denyut jantung
4. mual dan muntah
5. kelemahan dan kelelahan
c) Respon perilaku
Respon perilaku yang sering di tunjukan oleh pasien antara
lain perubahan postur tubuh, mengusap, menopong wajah
bagian nyeri yang sakit mengertakan gigi, ekspresi wajah
meringis, mengerutkan alis.
d) Respon afektif
Respon afektif juga perlu di perhatikan oleh seorang
perawat. Dalam melakuk an pengkajian terhadap pasien
dengan gangguan nyeri.
G. PATHWAYS KEPERAWATAN
WOC MIOMA UTERI
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi bedah
2) Nausea berhubungan dengan terapi, biofisik, dan situasional
3) Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4) Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko, prosedur invasif, tidak
cukup pengetahuan dalam menghindari paparan patogen

I. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL

No
Tujuan & KH Intervensi Rasional
Dx

1. Setelah dilakukan 1. Selidiki keluhan nyeri, 1. Nyeri insisi bermakna


tindakan perhatikan lokasi, pada paska operasi
keperawatan intensitas (skala 0-10) awal, diperberat oleh
didapatkan kriteria dan faktor pemberat. pergerakan, dan juga
hasil: 2. Pantau vital sign. batuk.
3. Kaji insisi bedah, 2. Respon autonemik
a) Skala nyeri
perhatikan meliputi perubahan
berkurang
edema,perubahan pada tekanan darah
menjadi 0-2
conter luka ,nadi dan pernafasan
b) Pasien terlihat
(pembetukan yang berhubugan
rileks
heatoma)atau dengan keluhan
c) Melaporkan
inflamasi penghilang nyeri .
Nyeri hilang /
mengeringnya tepi. abnormalitas vital sign
terkontrol
4. Berikan posisi yang terus menerus
nyaman untuk pasien. memerlukan evaluasi
5. Anjurkan pasien untuk lanjut.
melaporkan nyeri 3. Memberikan dukungan
segera saat mulai. relaksasi, dan juga
memfokuskan ulang
6. Berikan analgesik perhatian,
sesuai indikasi meningkatkan rasa
control dan
kemampuan koping.
4. Mengontrol atau
mengurangi nyeri
untuk meningkatkan
istirahat dan
meningkatkan
kerjasama dengan cara
terapeutik.
5. Perdarahan pada
jaringan, bengkak,
inflamasi lokal atau
terjadinya infeksi dapat
menyebabkan
timbulnya peningkatan
nyeri pada luka.
6. Pemberian analgetik
dapat berguna
untuk membantu
mengurangi nyeri
pasien.
2. Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Mengidentifikasi
tindakan lengkap rasa mual keefektifan intervensi
keperawatan termasuk frekuensi, yang diberikan
didapatkan kriteria durasi, tingkat mual, 2. Mengidentifikasi
hasil: dan faktor yang pengaruh mual terhadap
menyebabkan pasien kualitas hidup pasien.
a) Pasien dapat
mual.
menghindari
faktor penyebab 2. Evaluasi efek mual 3. Memenuhi kebutuhan
nausea dengan terhadap nafsu makan nutrisi pasien dan
baik pasien, aktivitas menegah mual
b) Pasien melakukan sehari-hari, dan pola 4. Untuk menghindari
acupressure point tidur pasien terjadinya mual
P6 untuk 3. Ajnurkan makan 5. Untuk menghindari
mencegah sedikit tapi sering dan efek mual
mengurangi mual dalam keadaan hangat 6. Membantu mengurangi
c) Pasien 4. Anjurkan pasien efek mual dan menegah
mengatakan tidak mengurangi jumlah muntah
mual makanan yang bisa 7. Menurangi mual
d) Pasien menimbulkan mual. dengan aksi sentralnya
mengatakan tidak 5. Berikan istirahat dan pada hipotalamus.
muntah tidur yang adekuat
e) Tidak ada untuk mengurangi
peningkatan mual
sekresi saliva 6. Lakukan akupresure
point P6 3 jari
dibawah pergelangan
tangan pasien.
Lakukan selama 2-3
menit setiap 2 jam
selama kemoterapi.
7. Kolaborasi pemberian
antiemetik :
ondansentron 4 mg IV
jika mual
3. Setelah dilakukan 1. Pertahankan kontak 1. Klien mendapatkan
tindakan dengan klien, bicara kepercayaan diri dan
keperawatan dan sentuhlah dengan keyakinan bahwa dia
wajar. benar-benar ditolong.
didapatkan kriteria 2. Berikan lingkungan 2. Dapat menurunkan
hasil: yang tenang dan kecemasan klien.
nyaman. 3. Pemberian informasi
a) Klien dapat
3. Berikan informasi dapat membantu klien
mengurangi rasa
tentang penyakit, dalam memahami
cemasnya
penatalaksanaan, proses penyakitnya.
b) Rileks dan dapat
prognosis secara 4. Dapat menyalurkan
melihat dirinya
akurat. emosi
secara obyektif.
4. Beri kesempatan pada 5. Membantu klien dalam
c) Menunjukkan
klien untuk memahami kebutuhan
koping yang
mengekspresikan rasa untuk pengobatan dan
efektif serta
marah, takut, kecewa. efek sampingnya.
mampu
5. Beri informasi dengan 6. Pola koping klien serta
berpartisipasi
emosi wajar dan mengatasinya/memberi
dalam
ekspresi yang sesuai. kan solusi dalam upaya
pengobatan.
6. Monitor koping yang meningkatkan kekuatan
tidak efektif seperti dalam mengatasi
kurang interaksi kecemasan.
sosial, ketidak 7. Agar klien memperoleh
berdayaan dll. dukungan dari orang
7. Anjurkan untuk yang terdekat/keluarga.
mengembangkan
interaksi dengan
support system.

4. Setelah dilakukan 1. Monitor karakteristik, 1. Untuk mengetahui


tindakan warna, ukuran, cairan keadaan luka dan
keperawatan dan bau luka perkembangannya
didapatkan kriteria 2. Bersihkan luka 2. Normal salin
hasil: dengan normal salin merupakan cairan
a) Integritas kulit 3. Rawat luka dengan isotonis yang sesuai
klien normal konsep steril dengan cairan di tubuh
b) Temperatur kulit 4. Ajarkan klien dan 3. Agar tidak terjadi
klien normal keluarga untuk infeksi dan terpapar
c) Tidak adanya lesi melakukan perawatan oleh kuman atau
pada kulit luka bakteri
d) Tidak ada tanda- 5. Berikan penjelasan 4. Memandirikan pasien
tanda infeksi kepada klien dan dan keluarga
e) Menunjukkan keluarga mengenai 5. Agar keluarga pasien
pemahaman tanda dan gejala dari mengetahui tanda dan
dalam proses infeksi gejala dari infeksi
perbaikan kulit 6. Kolaborasi pemberian 6. Pemberian antibiotic
dan mencegah antibiotik untuk mencegah
terjadinya cidera timbulnya infeksi
berulang
f) menunjukkan
terjadinya proses
penyembuhan
luka
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pengkajian Keperawatan Kasus Kelolaan


Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 Juni 2019 di ruang Ayyub 1 RS Roemani
Semarang, didapatkan data sebagai berikut :

A. BIODATA
Identitas pasien
Nama : Ny. E
Umur : 44 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Tanggal masuk : 21 Juni 2019
No. Registrasi : 17-97-44
Diagnosa medis : Mioma Uteri

Penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien : Suami

B. RIWAYAT KESEHATAN :
1. Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri perut bawah.
2. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien datang kiriman dari dr. Ristiyati,
SpOG dari poliklinik dengan uterus miomatosus dan heavy mens bleeding
(menoragia).
3. Riwayat menstruasi: Pasien mengatakan bulan juni ini mentruasinya
banyak dan tidak berhenti selama 11 hari.
4. Menarche umur : 14 tahun
a. Siklus Menstruasi : 28 hari
b. Lama Menstruasi : 4 - 6 hari, mengganti pembalut sebanyak 4 – 5 kali
pada hari pertama
c. Adakah gangguan dalam menstruasi jika ada bagian cara
mengatasinya : Pasien mengatakan nyeri pada saat menstruasi, jika
sakit pasien mengurangi rasa nyeri dengan cara mengompres dengan
air hangat pada daerah yang nyeri, istirahat sejenak.
5. Riwayat KB
a. Jenis KB : Suntik 3 bulan
b. Lama KB : 3 tahun
c. Adakah keluhan ? Jika ada bagaimana cara mengatasinya ?
Pasien mengatakan tidak ada keluhan selama menggunakan KB suntik
6. Status obstetri: 𝑃3 𝐴0
Anak Tipe BB Keadaan Komplikasi Umur
ke Persalinan Lahir Bayi Nifas
Waktu
Lahir
1 Partus normal 3000 Sehat - 13 thn
gr
2 Partus normal 3200 Sehat - 10 thn
gr
3 Partusnormal 3400 Sehat - 6 thn
gr
C. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL GORDON (DATA FOKUS)
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit : Ny.E mengatakan tidak pernah memeriksakan
kesehatannya, ketika sakit pasien hanya minum obat warung
Selama sakit : Ny.E mengatakan nyeri pada perut bawah, Ny.E menyadari
kesehatan sangat penting
2. Pola nutrisi dan metabolic
Sebelum sakit : Ny.E mengatakan tidak ada masalah dalam nutrisi, pasien
makan 3 x/hari, mengkonsumsi makanan dengan nasi, sayur, lauk pauk.
Porsi sedang dan selalu habis
Selama sakit : Ny.E mendapatkan diet nasi, asupan makan 3 x/hari mual
(+), muntah (-),tidak habis, makan setengah porsi.
3. Pola eliminasi
a. Eliminasi feses
Sebelum sakit : Ny.E mengatakan tidak ada masalah dalam BAB,
pasien BAB 1 x/hari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau
khas
Selama sakit : Ny.E mengatakan sehari ini belum BAB
b. Eliminasi BAK (frekwensi, waktu, warnanya, jumlah)
Sebelum sakit : Ny.E mengatakan tidak ada masalah pada BAK,
frekuensi 3 x/hari, warna kuning dan bau khas
Selama sakit : Ny.E mengatakan tidak ada masalah dalam BAK,
frekuensi 3 x/hari, warna kuning dan bau khas
4. Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada masalah dalam
aktifitas. Pasien mampu beraktifitas normal, tidak ada masalah dalam
pergerakan.
Selama sakit : Pasien mengatakan aktifitas dibantu oleh keluarganya,
resiko jatuh sedang (45)
5. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Ny.E mengatakan tidak ada masalah dalam istirahat dan
tidur, pola tidur 8 jam, tidur jam 21.00 bangun jam 05.00
Selama sakit : Ny.E mengatakan tidak ada masalah dalam pola tidur,
selama dirawat pasien bisa tidur nyenyak. Pola tidur 6 – 7 jam
6. Pola persepsi sensori dan kognitif
Sebelum sakit : Ny.E mengatakan tidak ada masalah dalam penglihatan
maupun pendengaran
Selama sakit : Ny.E mengatakan tidak ada masalah dalam penglihatan dan
pendengaran tidak menggunakan alat bantu apapun
7. Pola hubungan dengan orang lain
Sebelum sakit : Ny.E sebelum sakit hubungan dengan orang lain baik,
interaksi dengan tetangga maupun saudara baik, tidak ada masalah
Selama sakit : Ny.E mengatakan selama sakit ada orang terdekat yang
menjenguk tidak ada masalah dalam pola hubungan dengan orang lain
8. Pola reproduksi dan seksual
Sebelum sakit : Ny.E mengatakan tidak ada masah dalam pola reproduksi
dan seksual
Selama sakit : Ny.E mengatakan nyeri di perut bawah terjadi masalah
dalam organ reproduksi hasil USG ada mioma uteri ukuran 3,8 x 3,6 cm
9. Persepsi diri dan konsep diri
Sebelum sakit : Ny.E mengatakan tidak ada masalah
Selama sakit : Penerimaan diri terhadap penyakitnya mampu diterima oleh
pasien tidak menarik diri
10. Pola mekanisme koping
Sebelum sakit : Ny.E mengatakan tidakada masalah
Selama sakit : Ny.E mengatakan jika ia mengerti dan memahami tentang
penyakitnya saat ini, pasien dapat menerima edukasi dari perawat, dokter,
maupun tenaga kesehatan lainnya
11. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Sebelum sakit : Ny.E mengatakan tidak ada masalah dalam beribadah,
pasien juga rutin menjalankan ibadah sholat 5 waktu
Selama sakit : Ny.E mengatakan ada kendala saat beribadah karena ada
pendarahan

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
TD : 120/79 mmHg
N : 81 x/mnt
SPO2 : 99 %
S : 36.8 ºC
RR : 20 x/mnt
2. Keadaan Umum : Composmentis, baik
3. Kulit, kuku : kulit bersih, kuku bersih, cafilary refil < 2 detik
4. Kepala leher :
Kepala : normal tanpa deformitas
Leher : tidak ada pembesaran tiroid
5. Thorak, payudara :
Inspeksi :
Auskultasi : Sonor
Perkusi : Vatikuler
Palpasi : Massa (-), Nyeri tekan (-)
6. Abdomen : Inspeksi : Lesi (-) kontur perut cembung
Palpasi : Nyeri tekan
Auskultasi Perkusi : Bising usus 15 x/mnt (normal 5-
30x/mnt)
Perkusi : Suara timpani
7. Perianal :
a. Kebersihan,keuntuhan
Perianal terlihat kotor keluar darah
b. Tanda REEDA (-)
c. Hemorhoid : tidak ada hemorhoid
8. Ekstremitas
a. Varises : -
b. Tanda Homan : -

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan USG abdomen
Hepar => Ukuran dan bentuk normal
Vesika felea => Tak membela,dinding tidak menebal
Pancreas => Ukuran normal
Ginjal kanan dan kiri => ukuran dan bentuk normal, tak tampak massa
Aorta => tak tampak melebar
Uterus => ukuran normal, posisi antefleksi, tampak massa solid lobulated
batas tegas tepi regulerdiuterus ( ukuran sekitar 3,01 x 3,14 x 3,16 cm)
2. Pemeriksaan Hematologi
Hematologi (21 Juni 2019)

Nama test Hasil Satuan Nilai rujukan

HEMATOLOGI
Hemoglobin (L) 11.6 gr/dL 11.7 – 15.5

Lekosit 5700 /mm3 3600 – 11000

Hematokrit 35.7 % 35 – 47

Trombosit 378000 /mm3 150000 – 440000

Eritrosit 5.18 juta/mm3 3.8 – 5.2

GDS 89 Mg/dL 75 - 140


Negatif : < 0.13
HBsAg Negatif Positif : > = 0.13
3. Laporan Operasi
a. Nama operasi : kuretase endocervic dan kuretase endometrium
b. Pasien dilakukan operasi pada tanggal 22 Juni 2019 pada pukul
08.10 WIB
c. Pasien tidur terlentang dengan regional anestesi di meja operasi.
d. Perdarahan : 25 cc
4. Terapi
 RL (IV) 20 tpm : sebagai penambah cairan dan elektrolit tubuh
untuk mengembalikan keseimbangannya.
 Cebactam (IV) 1gr/extra : jenis obat injeksi yang mampu
membantu mengobati beberapa jenis infeksi pada tubuh yang
disebabkan oleh bakteri.
 Cefixime (PO) 200mg/12 jam : untuk mengobati berbagai macam
infeksi bakteri. Obat ini termasuk obat antibiotik kelas
cephalosporins, yang bekerja dengan menghentikan pertumbuhan
bakteri.
 Methylergometrine (PO) 1tab/8jam : digunakan untuk mencegah
dan menangani kasus perdarahan postpartum dan postabortal.
Methylergometrine adalah alkaloid ergot, yang secara langsung
merangsang kontraksi otot polos rahim dan vaskular.
 Vit. C (PO) 1tab/8jam : untuk menyerap zat besi yang diperlukan
untuk produksi sel darah merah.
 Vit. B complec (PO) 1tab/8jam : Vitamin B kompleks pada saat
mengubah karbohidrat menjadi glukosa yang pada gilirannya
menghasilkan energi pada saat beraktivitas ataupun latihan.

5. Diit : nasi, sayur lauk dan buah


F. ANALISA DATA
Pre OP

Data (DS dan DO) Masalah Etiologi

DS : klien mengatakan Hipovolemia Sel yang blm matang


mengalami menstrusi yang dan pengaruh hormon
berkepanjangan dan juga dalam
jumlah darah yang banyak mioma uteri

DO : mioma submukosum

 Pemeriksaan Hb (L) 11.6 perdarahan pervagina


gr/dL
 Tanda tanda vital
TD : 110/80 mmHg HB menurun
N : 90 x/mnt
SPO2 : 99 %
S : 36.6 ºC
Hipovolemia
RR : 18 x/mnt
CRT : < 2 dtk

Post OP

Data (DS dan DO) Masalah Etiologi

DS : klien mengatakan nyeri di Nyeri akut mioma uteri


bagian perutnya,
operasi (kuretase
 P : nyeri bertambah ketika endocervic dan
bergerak, kuretase endometrium)
 Q : terasa seperti tersayat-
sayat, post operasi
 R : di bagian perut terutama
pada luka jahitan post
operasi, terputusnya jaringan
 S : skala nyeri 4, kulit
 T : nyeri terus menerus.

DO :
robekan pada jaringan
 Klien terlihat tidak nyaman saraf perifer
sambil mengelus perutnya,
 Terlihat balutan luka post
operasi letak horisontal
Respon nyeri
tertutup kasa dengan
hipavix.
 Tanda tanda vital
TD : 120/79 mmHg Nyeri akut
N : 81 x/mnt
SPO2 : 99 %
S : 36.8 ºC
RR : 20 x/mnt
DS: Gangguan mioma uteri
mobilitas fisik
 Klien mengatakan nyeri operasi (kuretase
untuk bergerak endocervic dan
 Klien takut untuk bergerak kuretase endometrium)
karena nyeri
 Klien mengatakan badannya post operasi
masih lemas
 Klien mengatakan masih
belum berani miring ke kiri terputusnya jaringan
kulit
DO :

 Keadaan umum klien


Nampak lemah proses epilesasi
 Klien hanya bisa terbaring
pembatasan aktivitas
ditempat tidur
 Klien masih dalam posisi
satu arah
gangguan mobilitas
fisik

DS : Pasien mengatakan mual, Resiko Mioma Uteri


makan kadang tidak habis Defisit Nutrisi
DO : Adanya massa
 Antopometri Penekanan organ lain
BB : 48 Kg
TB : 155 cm Operasi
IMT : 19,9
Post operasi
 Biomekanical : Hb 11.6 (L)
 Clinical sign : terlihat pucat
 Diet : makan tidak habis, dari Pegaruh obat anestesi
RS mendapatkan makan nasi,
Gatrointestinal
sayur lauk dan buah
 Terapi obat mendapatkan Peristaltik usus
vit.C dan vit.B komplek menurun

Mual, muntah

Nafsu makan menurun

Resiko Defisit Nutrisi


G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Hipovolemia
Post Operasi
1. Nyeri akut
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Resiko defisit nutrisi

H. PERENCANAAN
Pre Operasi

No.Dx Tujuan&KH Rencana Intervensi

1 Hipovolemia NOC : NIC :


berhubungan
dengan:  Syok prevention  monitor status
 Syok management cairan, meliputi
Perdarahan Setelah dilakukan tindakan intake dan output
keperawatan selama …. dengan tepat
Pasien tidak mengalami  pertahankan
syok, dengan kriteria hasil: kepatenan IV
 monitor nilai
 Nadi dalam batas normal
hemoglobin dan
(60 - 100 x/mnt)
hematokrit
 Frekuensi nafas dalam
 monitor adanya
batas normal (18 – 24
kehilangan cairan
x/mnt)
(contoh, perdarahan,
 Hematokrit dalam
muntah, diare,
rentang normal (35 –
perspirasi dan
47%)
takipnea)
 Hb dalam rentang normal
 monitor tanda –
(11.7 – 15.5 gr/dL)
tanda vital
 monitor berat badan
 observasi indikasi
dehydrasi (turgor
kulit yang jelek,
capiler refil
terlambat, lemah,
haus, membran
mukosa kering,
penurunan output
urin, dan hipotensi)
 dorong intake cairan
melalui oral jika di
indikasikan
 berikan produk darah
(platelet dan plasma)

Post Operasi (kuretase endocervic dan endometrium)

No.Dx Tujuan&KH Rencana Intervensi

1 Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan
dengan:  Pain Level, -Lakukan pengkajian
 pain control, nyeri secara
Agen injuri  comfort level komprehensif termasuk
(biologi, kimia, Setelah dilakukan tindakan lokasi, karakteristik,
fisik, psikologis), keperawatan selama …. durasi, frekuensi,
kerusakan Pasien tidak mengalami kualitas dan faktor
jaringan nyeri, dengan kriteria hasil: presipitasi
-Observasi reaksi
 Mampu mengontrol nyeri nonverbal dari
(tahu penyebab nyeri, ketidaknyamanan.
mampu menggunakan -Bantu pasien dan
tehnik nonfarmakologi keluarga untuk mencari
untuk mengurangi nyeri, dan menemukan
mencari bantuan) dukungan
 Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan -Kontrol lingkungan
menggunakan yang dapat
manajemen nyeri mempengaruhi nyeri
 Mampu mengenali nyeri seperti suhu ruangan,
(skala, intensitas, pencahayaan dan
frekuensi dan tanda kebisingan
nyeri)
-Kurangi faktor
 Menyatakan rasa nyaman
presipitasi nyeri
setelah nyeri berkurang
 Tanda vital dalam -Kaji tipe dan sumber
rentang normal nyeri untuk
 Tidak mengalami menentukan intervensi
gangguan tidur
-Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi: napas
dala, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin

-Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri

-Tingkatkan istirahat

-Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur

-Monitor vital sign


sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

2 Gangguan NOC : NIC :


mobilitas fisik Exercise therapy :
berhubungan  Joint Movement :
ambulation
dengan luka post Active  Monitoring vital
op  Mobility Level sign
 Self care : ADLs sebelum/sesudah
 Transfer performance latihan dan lihat
Setelah dilakukan tindakan respon pasien saat
keperawatan latihan
selama….gangguan  Konsultasikan
dengan terapi fisik
mobilitas fisik teratasi tentang rencana
dengan kriteria hasil: ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
 Klien meningkat  Bantu klien untuk
dalam aktivitas fisik menggunakan
 Mengerti tujuan dari tongkat saat
peningkatan mobilitas berjalan dan cegah
 Memverbalisasikan terhadap cedera
perasaan dalam  Ajarkan pasien atau
meningkatkan tenaga kesehatan
kekuatan dan lain tentang teknik
kemampuan ambulasi
berpindah  Kaji kemampuan
 Memperagakan pasien dalam
penggunaan alat mobilisasi
Bantu untuk  Latih pasien dalam
mobilisasi (walker) pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri
sesuai kemampuan
 Dampingi dan
Bantu pasien saat
mobilisasi dan
bantu penuhi
kebutuhan ADLs
ps.
 Berikan alat Bantu
jika klien
memerlukan.
 Ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan
jika diperlukan
3 Resiko defisit NOC : NIC :
nutrisi Nutrition Management
berhubungan  Nutritional Status : - Kaji pola makan, kaji
dengan intake food and Fluid Intake adanya alergi makanan
tidak adekuat - Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
Setelah dilakukan tindakan jumlah kalori dan nutrisi
keperawatan yang dibutuhkan pasien.
selama….resiko deficit - Anjurkan pasien untuk
nutrisi teratasi dengan meningkatkan intake Fe
kriteria hasil: - Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein
 Adanya peningkatan dan vitamin C
berat badan sesuai - Berikan substansi gula
dengan tujuan. - Yakinkan diet yang
 Berat badan ideal dimakan mengandung
sesuai dengan tinggi tinggi serat untuk
badan. mencegah konstipasi
 Mampu - Berikan makanan yang
mengidentifikasi terpilih ( sudah
kebutuhan nutrisi. dikonsultasikan dengan
 Tidak ada tanda tanda ahli gizi) dan sajikan
malnutrisi. dalam keadaan hangat
 Tidak terjadi - Anjurkan pasien
penurunan berat badan makan sedikit tapi
yang berarti sering.
- Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
- Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
- Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya
penurunan berat badan
- Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
- Monitor makanan
kesukaan
- Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan
intake nuntrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
- Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet.
I. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Pre Operasi
No. TTD
Implementasi Evaluasi
dx
1 Mempertahank S : -
an kepatenan O : Klien terlihat terpasang infus RL 20tpm pada F
IV. punggung tangan kiri. E
A : masalah keperawatan hipovelemia belum N
teratasi. I
P : lanjutkan intervensi dan monitor nilai A
hemoglobin dan hematokrit

1 Memonitor S : klien mengatakan badannya terasa lemas


nilai O : klien tampak tiduran. Hb (L) 11.6 gr/dL, F
hemoglobin hematokrit 35.7 %, CRT < 2 dtk E
dan hematokrit A : masalah keperawatan hipovelemia teratasi N
sebagian. I
P : lanjutkan intervensi dan monitor adanya A
kehilangan cairan.
1 Memonitor S : klien mengatakan tidak muntah, tidak
adanya mengalami diare
F
kehilangan O : Hb (L) 11.6 gr/dL, hematokrit 35.7 %, CRT
E
cairan (contoh, < 2 dtk
N
perdarahan, A : masalah keperawatan hipovelemia teratasi
I
muntah, diare, sebagian.
A
perspirasi dan P : lanjutkan intervensi dan memonitor berat
takipnea) badan

Post Operasi
No. TTD
Implementasi Evaluasi
dx
1 Mengkaji S : klien mengatakan nyeri di bagian perutnya,
keadaan umum P: nyeri bertambah ketika bergerak, Q: terasa F
klien dan seperti tersayat-sayat, R: nyeri yang klien E
mengkaji rasakan adalah di bagian perut terutama pada N
karakteristik luka jahitan post operasi, S: skala nyeri 4, lama I
nyeri nyeri terus menerus. A
O : Klien terlihat tidak nyaman sambil mengelus
perutnya, Terlihat balutan luka post operasi letak
horisontal tertutup kasa dengan hipavix. Tanda
tanda vital :
TD : 120/79 mmHg
N : 81 x/mnt
SPO2 : 99 %
S : 36.8 ºC
RR : 20 x/mnt
A : masalah keperawatan nyeri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi dan ajarkan teknik
relaksasi
1 Mengajarkan S: Klien mengatakan mau diajari dan
tekhnik mengaplikasikan teknik relaksasi, skala nyeri F
relaksasi nafas turun menjadi 2 E
dalam O: Nampak klien mempragakan tekhnik nafas N
dalam I
A : masalah keperawatan nyeri teratasi sebagian A
P : lanjutkan intervensi dan berikan obat pereda
nyeri.
2 Mengkaji S: Klien mengatakan masih lemas, Klien
kemampuan mengatakan tidak mampu untuk miring, Klien F
fisik klien. mengatakan jika bergerak nyeri E
O: Klien Nampak terbaring lemas di bed N
A : masalah gangguan mobilitas fisik belum I
teratasi. A
P : lanjutkan intervensi dan motivasi klien untuk
mobilisasi .
2 Mengajarkan S : Klien ingin sekali diajari agar bisa bergerak
klien untuk dan tidak takut lagi F
mobilisasi dini O : Klien mencoba perlahan-lahan memiringkan E
badannya N
A : masalah gangguan mobilitas teratasi I
sebagian A
P : lanjutkan intervensi dan tetap bantu pasien
dalam pemenuhan ADL.
3 Mengkaji pola S: Klien mengatakan tidak memiliki alergi
F
makan dan terhadap makanan ataupun minuman, porsi
E
mengkaji makan tidak habis, hanya setengah porsi saja,
N
adanya alergi masih terasa mual.
I
makanan O : tampak nampan masih berisi makanan yang
A
tersisa.
A : masalah resiko defisit nutrisi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi dan berkolaborasi
konsultasi dengan pihak gizi.
3 Berikan S : pasien mengatakan makan makanan RS
makanan yang O : tampak makanan di nampan sudah dimakan F
terpilih (sudah tetapi tidak habis, hanya setengah porsi E
dikonsultasika A : masalah resiko defisit nutrisi belum teratasi N
n dengan ahli P : lanjutkan intervensi dan sajikan makanan I
gizi) dan pendamping A
sajikan dalam
keadaan
hangat
3 Anjurkan S : pasien mengatakan makan nasi dan juga F
pasien makan cemilan roti, buah yang disajikan pihak RS E
sedikit tapi O : nampak piring cemilan sudah kosong N
sering. A : masalah resiko defisit nutrisi teratasi I
sebagian A
P : lanjutkan intervensi dan kolaborasi
pemberian obat anti mual.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan.
Pengkajian dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data dasar yang digunakan
untuk menetapkan status kesehatan klien, menentukan masalah actual atau
potensial (Debora, 2011).
Pada kasus diatas klien berusia 44 tahun dimana dalam teori disebutkan
bahwa jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling
banyak pada umur 35-45 tahun. Klien memiliki riwayat obstetri yaitu P3 A0
yang menurut Prawirohardjo (2008) yaitu mioma uteri ini lebih sering didapati
pada wanita nulipara atau yang kurang subur.
Sesuai data dari keluhan klien adalah terasa nyeri pada saat menstruasi
dan juga mengalami mentruasi dengan jumlah banyak selama 11 hari. Dalam
pengkajian didapatkan kesesuaian dengan teori dimana pada manifestasi
mioma uteri terdapat perdarahan abnormal yang ditemukan berupa menoragia,
metroragia dan hipermenorrhea (manuaba, 2013).
Manuaba (2013) juga menjelaskan perdarahan abnormal ini dapat
dijelaskan oleh karena bertambahnya area permukaan dari endometrium yang
menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari
pembuluh darah di sekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium. Dikasus
juga disebutkan ada penambahan massa pada organ reproduksi dengan hasil
USG ada mioma uteri ukuran 3,8 x 3,6 cm.
Diteori Raybun (2011) menyebutkan manifestasi klinis yaitu abdomen
akan mengalami nyeri karena tertekannya saraf. Dalam kasus juga disebutkan
klien mengalami nyeri pada perut bagian bawah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis terhadap gangguan
kesehatan atau proses kehidupan tentang respon dari individu, keluarga,
kelompok atau komunitas. (NANDA, 2015). Hasil analisa data klien juga
mengatakan nyeri P : nyeri bertambah ketika bergerak, Q : terasa seperti
tersayat-sayat, R : di bagian perut terutama pada luka jahitan post operasi, S :
skala nyeri 4, T : nyeri terus menerus. Klien mengatakan nyeri untuk bergerak,
Klien takut untuk bergerak karena nyeri, Klien mengatakan badannya masih
lemas, Klien mengatakan masih belum berani miring ke kiri. Pasien
mengatakan mual, makan kadang tidak habis. Sedangkan Data obyektif klien
terlihat tidak nyaman sambil mengelus perutnya, Terlihat balutan luka post
operasi letak horisontal tertutup kasa dengan hipavix. Tanda tanda vital : TD :
120/79 mmHg, N : 81 x/mnt, SPO2 : 99 %, S : 36.8 ºC, RR : 20 x/mnt. Keadaan
umum klien nampak lemah, Klien hanya bisa terbaring ditempat tidur, Klien
masih dalam posisi satu arah. Untuk pemeriksaan Antopometri didapatkan BB
: 48 Kg, TB : 155 cm, IMT : 19,9. Biomekanical : Hb 11.6 (L), Clinical sign :
terlihat pucat Diet : makan tidak habis, dari RS mendapatkan makan nasi, sayur
lauk dan buah Terapi obat mendapatkan vit.C dan vit.B komplek. Dari hasil
USG ada mioma uteri ukuran 3,8 x 3,6 cm.
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
(International Association for the study of Pain): awitan yang tiba-tiba atau
lambat dan intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan (NANDA,2017). Gangguan
moblisasi fisik adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami
penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2013). Resiko defisit
nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (SDKI, 2017).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang beasal dari otot uterus, Sampai
saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Asuhan keperawatan pada Ny. E dengan post kuretase
indikasi mioma uteri didapatkan 3 diagnosa keperawatan sesuai dengan data
yang diperoleh melalui pengkajian yang telah dilakukan yaitu Nyeri akut
berhubungan dengan : Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan
jaringan. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post op. Resiko
defisit nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat.

B. Saran
Berdasarkan dari temuan penulis selama melakukan pengelolaan pada
Ny.E dengan post kuretase indikasi mioma uteri khususnya di ruang Ayyub 1
RS Roemani Semarang, untuk meningkatkan kualitas penulis memberikan
saran sebagai berikut :

1. Guna tercapainya hasil asuhan keperawatan yang optimal sebaiknya terjalin


kerjasama yang baik dan saling mendukung antara perawat dan ruangan dan
mahasiswa praktikan dalam merumuskan rencana dan tindakan keperawatan
yang akan diberikan kepada klien dengan post kuretase indikasi mioma uteri
ataupun pada klien dengan masalah yang lain.

2. Untuk perawat, perlunya mencatat masalah keperawatan yang timbul


pada klien agar memudahkan perawat dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan yang sesuai.
4. Bagi klien, perlunya peran serta keluarga dalam pengelolaan pada klien
post kuretase indikasi mioma uteri, sehingga diharapkan keluarga dan klien
tahu tentang cara perawatan pada luka post op agar tidak terjadi infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Djuwantono T. 2014. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau


Miomektomi.Farmacia.Vol III NO. 12. Jakarta

Joedosapoetro MS. 2013. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB,


Rachimhadi T. Editor.Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Manuaba, IBG. 2013. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi Ed


2. Jakarta : EGC

Moore JG. 2011. Essensial obstetri dan ginekologi Ed2. Jakarta : Hipokrates

Rayburn WF. 2011. Obstetri dan Ginekologi. Jakata :Widya Medika,

Sarjadi. 2009. Patologi Ginekologi Hipokrates. Semarang: FK Undip.

Anda mungkin juga menyukai