PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berbatas tegas dan tidak memiliki
kapsul, terutama terdiri dari otot dan elemen jaringan penyambung fibrosa.
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang terbanyak pada wanita usia produksi
patologi anatomi uterus. Mioma uteri yang paling banyak diderita wanita adalah
30% dari seluruh wanita (Baziad, 2003). Pendarahan uterus yang abnormal
merupakan gejala yang paling sering terjadi dan paling penting. Gejala ini terjadi
pada 30% pasien dengan mioma uteri. Pendarahan yang abnormal ini dapat
1
prosedur asimilasi disaat kebutuhan nutrisi juga meningkat (Ward, 2003).
Intervensi nutrisi hanya bisa efektif jika kebutuhan energi secara akurat
regression equations dan faktor stres dan aktivitas. Oleh karena itu salah satu
gizi pada penderita mioma uteri di Ruang Teratai RSUD. Prof. Dr. margono
Soekarjo Purwokerto?
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan Nutrition Care Process pada pasien pre dan
2. Tujuan Khusus
mioma uteri.
2
C. Waktu dan Tempat
Soekarjo Purwokerto
1. Jenis Data
a. Data primer
b. Data sekunder
fisik/klinik. Data ini diperoleh dari rekam medis ruang Mawar RSUD Prof.
a. Wawancara
penyakit yang diderita, kondisi pasie, pola makan dan kebiasaan makan.
b. Recall 24 jam.
yang lalu.
3
c. Data rekam medik
E. Manfaat
Memberikan informasi atau wacana bagi institusi rumah sakit terutama bagi
instalasi gizi berkaitan dengan penatalaksanaan diit pada pasien pre dan
Pasien mengetahui terapi diit yang diberikan pada pasien agar termotivasi
3. Bagi Mahasiswa
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penyakit
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
atau fibroid (Mansjoer, Arif, 2001). Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul,
dan berasal dari otot polos jaringan fibrous sehingga mioma uteri dapat
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
penderita ginekologik yang dirawat. Selain itu dilaporkan juga ditemukan pada
kurang lebih 20-25% wanita usia reproduksi dan meningkat 40% pada usia lebih
B. Etiologi Penyakit
Penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti. Tumor ini mungkin
berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada di dalam
miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus.
Mioma tumbuh mulai dari benih – benih multipel yang sangat kecil dan tersebar
pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif (bertahun-
5
tahun, bukan dalam hitungan bulan). Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Estrogen
pada wanita hamil dan akan mengecil pada masa menopause. Adanya
teori Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk
terjadinya mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest
(sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara
alat kontrasepsi hormonal (Pil KB, Suntikan KB dan susuk KB). Alat
6
2. Progesteron
uteri, yaitu
a. Umur
case-control, wanita kulit putih umur 40-44 tahun beresiko 9,3 kali
(Odds Ratio=9,3; 95% CI: 5.5-15.8). Sedangkan pada wanita kulit hitam
umur 40-44 tahun beresiko 23,5 kali untuk menderita mioma uteri jika
b. Paritas
7
c. Diet/makanan
konsumsi seperti daging sapi atau daging merah. Konsumsi daging sapi
C. Patofisiologi Penyakit
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan
uterus mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika
ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini
tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus,
masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian darah pada mioma
dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal
pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa
perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak
(Sastrawinata, 2011).
8
D. Manajemen Terapi Gizi
1. Gambaran Umum
Penderita yang keadaan giziya tidak baik seperti penderita yang mengalami
sakit yang cukup berat sehingga jumlah makanan yang masuk reltif sedikit,
melalui urin naik. Kehilangan nitrogen dalam jumlah yang reltif banyak
muntah dan diare akan kehilangan natrium dan jika terjadi pendarhan akan
injury, dimediasi oleh perubahan hormonal dan sistem saraf simpatis, salah
9
penurunan BB. Secara umum, respon katabolik meningkatkan kebutuhan
energi dan protein, besar dan durasinya tergantung dari lama pembedahan
(Souba & Wilmore, 2004). Intake energi dan protein adekuat penting untuk
protein dan lemak. Namun, kebanyakan pasien tidak dapat makan dengan
dan intake. Pasien yang tidak makan atau tidak cukup makan, cadangan
protein dan lemaknya akan berkurang dengan cepat. Hal ini mendatangkan
dilakukan perawatan diit untuk mencapai tingkat gizi yang layak untuk
10
operasi. Tujuan diit pra bedah adalah untu mengusahakan agar status gizi
Intervensi nutrisi hanya bisa efektif jika kebutuhan energi secara akurat
diset antara 7-8% kebutuhan energi, meskipun pasien yang sakit parah atau
injury mungkin membutuhkan 15- 20% energi mereka dalam bentuk protein.
Ini sekitar 1.5-2.0 g protein/kg BB (Souba & Wilmore, 2004). Penelitian lebih
11
dukungan nutrisi pada tingkat yang seharusnya untuk memenuhi kebutuhan
Keterangan:
b = berat dalam kg
t = tinggi dalam cm
u = umur
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain
(interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia
lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat
digunakan bersama-sama.
Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sebuah
studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus
masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada
efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi
dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih dari
12
satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang
Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa digunakan bersama-
sama. Ketika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu obat,
itu bisa terjadi. Tetapi tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan, dan
obat-makanan dapat terjadi dengan obat-obat yang diresepkan, obat yang dibeli
berbahaya atau bahkan fatal pada kasus yang langka, interaksi yang lain bisa
Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda.
lain dapat disebabkan oleh jumlah protein dalam diet anda, atau bahkan cara
makanan tersebut disiapkan. Salah satu cara yang paling umum makanan
13
ini bekerja lebih cepat atau lebih lambat, baik dengan memperpendek atau
mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan dapat
menjadi kurang efekteif. Jika makanan memperlambat enzim, obat akan berada
lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak
cerna
kompleks
14
BAB III
A. Skrining Gizi
15
pengkajian nutrisi lebih mendetail. Pengkajian nutrisi adalah proses
dari sekedar resiko. Ini membantu dalam mengukur resiko komplikasi dan dapat
2004).
B. Identitas Pasien
No. RM : 00981708
Umur : 41 tahun
Agama : Islam
Ruang : Teratai, 7
16
C. Assesment Gizi
1. Data Subjektif
a. Riwayat Penyakit
b. Riwayat Gizi
17
Cara mengolah makanan Digoreng, direbus
Kebiasaan makan Makanan pokok : nasi 2x/hari @1/2
centong
Lauk hewani : ayam, telor 1x/minggu
Lauk nabati : tempe, tahu setiap hari
@1 potong
Sayur : kangkung, bayam
Buah : tidak suka buah
Susu : tidak suka susu
Snack: jarang makan snack
Asupan makan dirumah Energi : 670,8 kkal
Protein : 38,7 gram
Lemak : 18 gram
KH : 90,3 gram
AKG Energi : 2150 kkal
Protein : 57 gram
Lemak : 60 gram
KH : 323 gram
% Asupan Energi : 31,2%
Protein : 67,8%
Lemak : 30%
KH : 27,9%
Sumber: Data Primer Terolah, 2014
Kesimpulan:
kebiasaan makan yang kurang baik yaitu tidak suka dengan buah. selain
itu asupan makan pasien juga masuk dalam kategori defisit berat dengan
dan anoreksia. Selai itu pasien juga mengalami penurunan berat badan
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Antropometri
18
Berat Badan : 58,5 kg
IMT : BB/TB2
: 58,5/1,532
= 53 - 5,3
= 47,7 kg
diketahui bahwa status gizi pasien adalah overweight dengan IMT 24,9
b. Pemeriksaan Biokimia
19
APT 9,4-12,8 10,4 -
APTT 28-37,8 35,1 -
SGOT 15-37 27 -
SGPT 30-65 36 -
Lanjutan
Pemeriksaan Satuan/nilai Hasil Lab
normal 10-12-2014 11-12-2014
Ureum 14,98-28,5 14,6 -
Kreatin darah 0,6-1 0,73 -
GDS ≤200 132 -
Natrium 136-145 138 -
Kalium 3,5-5,1 3,6 -
Klorida 98-107 99 -
Kalsium 8,4-10,2 9,5 -
HbSAg Non reaktif Non reaktif -
Sumber: Data Rekam Medik, 2014
2. Vital Sign
Tanggal 10-12-2014
Respirasi : 20 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 36,5oC
bahwa pasien dalam keadaan sadar . Nadi, respirasi dan suhu dalam
20
3. Kepala/Abdomen/Ekstremitas: berdasarkan palpasi pada abdomen
d. Dietary History
Riwayat makan pasien sebelum masuk rumah sakit dapat dilihat pada
e. Terapi Medis
21
Inj. Ketorolac Obat anti inflamasi non steroid -
yang menunjukkan aktivitas
antipiretik yang lemah dan anti
inflamasi, menghilangkan rasa
nyeri
Inj. Cefazolin Untuk mengobati infeksi bakteri -
atau mencegah infeksi bakteri
sebelum, selama atau setelah
pembedahan tertentu
Inj. Kalnex Untuk fibrinolis lokal seperti -
epistaksis, prostatektomi,
pendarahan abnormal sesudah
operasi.
1. Diagnosa pasien adalah mioma uteri dengan keluhan utama nyeri perut
bagian bawah dan perut membesar sejak satu bulan yang lalu. Pasien
anoreksia.
2. Status gizi pasien berdasarkan IMT adalah 24,9 dan masuk dalam kategori
overweight.
stres.
4. Hasil pemeriksaan fisik, pasien dalam keadaan sadar atau compos mentis
dan tekanan darah masuk dalam kategori hipertensi ringan. Pada palpasi
5. Asupan makan pasien di rumah berdasarkan hasil recall adalah defisit berat.
E. Diagnosis Gizi
22
1. Pre operasi:
dengan inadekuat intake dibuktikan oleh berat badan turun 6,5 kg dalan
satu bulan.
2. Post Operasi:
F. Intervensi Gizi
1. Tujuan diet :
a. Pre operasi
persiapan operasi
b. Post operasi
2. Syarat/prinsip diet :
a. Pre operasi
23
1) Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan untuk mempertahanan
A,D,E,K
tekanan darah
b. Post operasi
A,D,E,K
tekanan darah
mikrositik
24
7) Makanan diberikan dalam bentuk lunak dan diberikan secara
= 1067,25 Kkal
TEE = BEE x FA x FS
= 1643 Kkal
= 61,62 gram
= 246,5 Kkal
= 410,9 Kkal
= 45,6 gram
= 985,6 Kkal
= 246,4 gram
25
G. Rencana Konsultasi Gizi
1. Antropometri : BB
26
4. Dietary : asupan energi, protein, lemak, karbohidrat dan Natrium
I. Implementasi
Memberikan pasien diit tinggi protein rendah garam III dengan bentuk
makanan biasa pada saat pre operasi dan makanan lunak pada saat post
Zat gizi Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4
(10-12-2014) (11-12-2014) (12-12-2014) (13-12-2014)
Energi (Kkal) 657 535 1611 1626
Protein (gram) 25,2 22,3 64,7 61,8
Lemak (gram) 14,9 13,9 41,8 42,7
KH (gram) 106,2 81,6 245,3 249,7
Natrium (mg) 47,2 49,2 348,9 148,1
J. Rekomendasi Diet
Pembahasan preskripsi diet : diit yang diberikan kepada pasien pada saat pre
operasi adalah TPRG III dengan bentuk makanan biasa dan diberikan secara
27
yaitu 1000-1200 mg/hari karena pasien mengalami hipertensi ringan dan pasien
Post operasi pasien diberikan diit TPRG III. Pemberian protein tinggi bertujuan
untuk memperbaiki jaringan post operasi yang rusak. Makanan diberikan secara
bertahap yaitu 4 jam post operasi pasien diberikan minum air hangat apabila
tidak terdapat keluhan mual dan muntah maka 4 jam kemudian pasien
28
BAB IV
dengan keluhan utama nyeri perut bagian bawah. Perut pasien membesar sejak
satu bulan yang lalu dan terdapat keluhan mual dan muntah. Pasien memiliki
riwayat penyakit hipertensi dan berat badan berkurang 6,5 kg dalam waktu satu
Sakit, dan penurunan status nutrisi selama di rumah sakit, dikaitkan dengan
outcome yang buruk (Green, 2003). Kebiasaan makan pasien adalah makan
nasi 3x/hari ½ centong, lauk hewani dikonsumsi seminggu sekali berupa daging
ayam atau telur. Lauk nabati berupa tempe dan tahu dikonsumsi setiap kali
makan. Sedangkan sayur yang sering dikonsumsi adalah sayur bayam dan
kangkung. Pasien jarang mengkonsumsi buah karena tidak suka buah. Pasien
Asupan makan pasien diperoleh melalui recall 24 jam dan comstok yang
meliputi makan pagi, siang, malam, dan snack. Zat gizi yang dievaluasi adalah
29
energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Hasil monitoring dan evaluasi asupan
makan dan zat gizi pasien selama studi kasus dapat dilihat pada tabel 9 sebagai
berikut:
berat (<70%) yaitu energi sebesar 32,5%, protein 32%, lemak 25,6%, dan
yang telah disediakan. Hal ini disebabkan karena pasien mengalami gangguan
protein dan lemak. Namun, kebanyakan pasien tidak dapat makan dengan
pembedahan. Masalah yang sering terjadi seperti nyeri, mual, pengobatan mulut
kering, rasa tidak nyaman di lambung dan distensi, puasa, prosedur tidak
30
menyenangkan, ansietas, makanan yang tidak familiar dan rutinitas rumah sakit
semuanya berpotensi menurunkan nafsu makan dan intake. Pasien yang tidak
makan atau tidak cukup makan, cadangan protein dan lemaknya akan
signifikan, khususnya bagi mereka dengan gizi kurang sebelum operasi (Bahar,
2013).
secara langsung pada saat skrining awal. Data tinggi badan diperoleh dari
data rekam medik pasien dan ditanyakan langsung kepada pasien. Status
gizi pasien ditentukan dari hasil perhitungan IMT. Hasil pengamatan data
antropometri selama pengamatan studi kasus dapat dilihat pada tabel 10.
31
adiposa) dan cadangan protein (lean muscle mass) dimobilisasi untuk
energi dan protein, besar dan durasinya tergantung dari lama pembedahan
32
HbSAg Non reaktif Non reaktif -
(Data Rekam Medik, 2014)
sebanyak 1 kolf.
33
hipogastrik
Mata = Ca -/- Si -/-
Cor = S1>S2
Eks =
- -
- -
Lanjutan
34
C. Perkembangan Terapi Diet
Terapi diit yang diberikan kepada pasien sebelum operasi adalah diit TPRG
III. Diit RG III diberikan karena tekanan darah pasien masuk dalam hipertensi.
pasien mengalami anemia, selain itu diit tinggi protein juga digunakan untuk
mencegah kehilangan protein yang besar saat operasi, dan untuk memperbaiki
kemampuan pasien. Empat jam post operasi pasien diberi air hangat dan tidak
bentuk saring. H+1 operasi pasien mengeluhkan nyeri pada daerah perut
sehingga pasien masih diberi makanan saring pada pagi dan siang hari. Nyeri
35
perut yang dialami pasien dapat menyebabkan penurunan nafsu makan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Hasil assesment gizi diketahi bahwa status gizi pasien adalah overweight
3. Hasil pemeriksaan fisik dan klinik pasien dalam keadaan compos mentis dan
4. Terapi diit yang diberikan adalah diit TPRG III dengan kebutuhan energi
1643 Kkal, protein 61,62 gram, lemak 45,6 gram, dan karbohidrat 246,4
gram.
5. Diagnosa gizi:
a. Pre operasi:
36
2) NC 3-2 : penurunan berat badan yang tidak diharapkan
c. Post Operasi:
6. Implementasi gizi
Terapi diit yang diberikan kepada pasien pre dan post operasi adalah diit
diberikan kepada pasien, yaitu makanan biasa saat pre operasi, makanan
saring dan makanan lunak post operasi. Rata-rata asupan makan pasien
selama monitoring adalah energi 32,5%, Protein 32%, Lemak 25,6%, dan
regio hipogastrik. Setelah operasi luka dalam kondisi tertutup kasa dan
b. Pemeriksaan biokimia :
37
sebelum operasi. Adanya inflamasi atau infeksi ditandai dengan
B. Saran
1. Bagi pasien
38
39