Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA KLIEN Ny. M. L. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS PID DAN MIOMA UTERI
DI RUANG POLI KIA RSUD MGR. GABRIEL MANEK, SVD ATAMBUA

OLEH:

ARYANTO TENA BOLO

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2024
A. Konsep Dasar Mioma Uteri
1. Pengertian
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang
berasal. dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,
leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak
yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita terutama wanita usai
produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma
mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum,
2019),
Mioma uteri adalah tumor jinak rahim ini sebagian besar berasal dari sel muda
otot rahim, yang mendapat rangsangan terus menerus dari hormon estrogen sehingga
terus bertumbuh dan bertambah menjadi besar. Oleh karena itu tumor jinak otot
rahim sebagian besar terjadi pada masa reproduktif aktif, yaitu saat wanita masih
menstruasi(Menurut Manuaba, 2018)
2. Etiologi.
Penyebab pasti mioma tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali
ditemukan sebelum pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan hanya
manifestasi selama usia reproduktif (Anwar dkk, 2018).
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.
1) Umur Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang
ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
2) Hormon Endogen (endogenous hormonal) Konsentrasi estrogen pada jaringan
mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan miometrium normal.
3) Riwayat keluarga Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama
dengan penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri.
4) Makanan
5) Kehamilan
6) Paritas
3. Manifestasi klinis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan.
ginekologik karena tumor ini tidak menggangu. Gejala yang dikeluhkan sangat
tergantung pada tempat sarang miomaberada (serviks, intramural, submukus,
sebserus), besarnya tumor, perubahan dan kompilikasi yang terjadi (Wiknjosastro,
2008). Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Massa di Perut Bawah
Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di perut
bagian bawah.
2) Pendarahan abnormal
Gangguan pendarahan yang terjadi metroragia.
3) Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
dari sirkulasi darah pada sarang mioma, disertai nekrosis setempat dan
peradangan.
4) Gejala dan penekanan
Gangguan ini dapat tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan
pada kantung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra akan dapat
menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada
pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema
tungkai dan nyeri panggul.
5) Penurunan Kesuburan dan Abortus
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan kesuburan masih
belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri
mengalami infertilitas. Penurunan kesuburan dapat terjadi apabila sarang
mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma
submukosa dapat memudahkan terjadinya abortus karena distorsi rongga
uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat
menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implantasi embrio dapat terjadi
pada keberadaan mioma uteri akibat perubahan histologi endometrium
dimana terjadi atrofi karena adanya. kompresi massa tumor.
4. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi
sindrom abdomen akut
5. Penatalaksanaan medis

Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor. Penanganan
mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan terbagi atas:

a) Penanganan konservatif

Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.

2. Monitor keadaan Hb

3. Pemberian zat besi

4. Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma.

b) Penanganan operatif

Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah:

1. Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia

2. Nyeri pelvis yang hebat

3. Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma


berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)

4. Gangguan buang air kecil (retensi urin)

5. Pertumbuhan mioma setelah menopause

6. Infertilitas

7. Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).


B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Anamnesa

a. Identitas klien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.

b. Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan


keluarga, pekerjaan, alamat.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri, misalnya timbul
benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang disertai
gangguan haid

b. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan pengkajian,
seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri
setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih
nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta kualitas nyeri.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis pengobatan
yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan penggunaan obat-obatan,
tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat
persalinan dahulu, penggunaan alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi
sebelumnya.

d. Riwaya Penyakit Keluarga

Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai penyakit


keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung. penyakit kelainan darah
dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental

e. Riwayat Obstetri

Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu
diketahui adalah:
1. Keadaan haid

Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma uteri
tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada masa
menopause.

2. Riwayat kehamilan dan persalinan

Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma uteri


tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen,
pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.

f. Faktor Psikososial

1. Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-faktor


budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien
mioma uteri, dan tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang
pernah dilakukan oleh pasien mioma uteri

2. Tanyakan tentang konsep diri: Body image, ideal diri, harga diri, peran diri,
personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang
lain atau tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien
mioma uteri, mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma
uteri dengan orang lain.
g. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus dikaji
adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu. makan yang terjadi.
h. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau
i. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain.
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan. frekwensinya,
tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan
minum, mobilisasi
j. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan malam
hari, masalah yang ada waktu tidur.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
b. Tanda-tanda vital: Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan.
c. Pemeriksaan Fisik Head to toe
1. Kepala dan rambut: lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
2. Mata lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
3. Hidung lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan
konka nasal/tidak
4. Telinga lihat kebersihan telinga.
5. Mulut lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga
mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
6. Leher dan tenggorokan raba leher dan rasakan adanya pembengkakan
kelenjar getah bening/tidak.
7. Dada atau thorax paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi,
ketiak dan abdomen.
8. Abdomen
- Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
- Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen.
- Perkusi: timpani, pekak
- Auskultasi: bagaimana bising usus
9. Ekstremitas muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas
dan bawah pasien mioma uteri
10. Genetalia dan anus perhatikan kebersihan, adanya lesi, perdarahan diluar
siklus menstruasi.

4. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut b d agen pencendera fisik

5. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Nyeri akut Tingkat nyeri 1. Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) menurun Observasi
(L.080660) a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil: frekwensi, kualitas, intensitas nyeri
 Keluhan b. Identifikasi skala nyeri dan respon nyeri
nyeri non verbal
menurun c. Identifikasi faktor yang memperberat dan
 Meringis memperingan nyeri
menurun d. Monitor efek samping penggunaan
 Sikap analgetik
protektif Terapeutik

 Gelisah a. Berikan terapi nonfarmakologis

menurun b. Kontrol lingkungan yang memperberat

 Kesulitan rasa nyeri

tidur c. Fasilitasi istirahat dan tidur

menurun Edukasi

 Frekwensi a. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu

nadi nyeri

menurun b. Jelaskan strategi meredakan nyeri


c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 TD, RR
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara
membaik
tepat
 Pola
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
tidur
mengurangi nyeri
membaik
Kolaborasi
Pemberian analgetik jika perlu
2. Pemantauan Nyeri (I.08238)
Observasi
a. Identifikasi faktor pencetus dan pereda
nyeri
b. Monitor kualitas, lokasi dan penyebaran,
durasi dan frekwensi nyeri
c. Monitor intensitas nyeri dengan
menggunakan skala
Terapeutik
a. Atur interval pengukuran sesuai dengan
kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan jika perlu
3. Pemberian Analgesik (I.08243)
Observasi
a. Identifikasi karakteristik nyeri
b. Identifikasi riwayat alergi obat
c. Monitor TTV dan efektifitas analgesik
Terapeutik
Tetapkan target efektifitas analgesik untuk
mengoptimalkan respon pasien
Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenisanalgesik

6. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat melaksanakan
rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Berdasarkan terminologi
SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan
tindakan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi (Tim Pokja
SIKIDPPPPNI,2018).
7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP yaitu S
(Subjektif) dimana perawat menemui keluhan pasien yang masih dirasakan setelah
diakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah data yang berdasarkan hasil
pengukuran atau observasi perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan
pasien setelah tindakan keperawatan, A (Assesment) yaitu interpretasi makna data
subjektif dan objektif untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam
rencana keperawatan tercapai. Dapat dikatakan tujuan tercapai apabila pasien mampu
menunjukkan perilaku sesuai kondisi yang ditetapkan pada tujuan, sebagian tercapai
apabila perilaku pasien tidak seluruhnya tercapai sesuai dengan tujuan, sedangkan tidak
tercapai apabila pasien tidak mampu menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai
dengan tujuan, dan yang terakhir adalah planning (P) merupakan rencana tindakan
berdasarkan analisis. Jika tujuan telah dicapai, maka perawat akan menghentikan rencana
dan apabila belum tercapai, perawat akan melakukan modifikasi rencana untuk
melanjutkan rencana keperawatan pasien. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses.
RESUME HARI 1
Tanggal Pengkajian/Pukul : 18 Januari 2024/ 12:00 WITA
Diagnosa Media : PID dan Mioma Uteri
Nama/Usia : Ny. M. L. M/ 47 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Tatakiren

Ny. M. L. M usia 47 tahun datang ke poli KIA RSUD Mgr. Gabriel Manek,
SVD Atambua pada tanggal 15 Januari 2024 jam 12.00 Wita. Saat pengkajian, pasien
mengatakan nyeri di perut bagian bawah, sembelit keluhan dirasa sudah kurang lebih
2 minggu, Haid tidak lancar. Dari pengkajian juga diperoleh data menarche usia 13
tahun, siklus tidak teratur (29 hari), lamanya 3-4 hari dan jumlah darah banyak.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarga dan tidak menggunakan
kontrasepsi apapun. Dilakukan pengukuran TTV ibu diperoleh TD: 128/88 mmhg, N:
103x/menit, RR: 18x/menit, S: 36,5 derajat celsius, BB: 45,8 kg, TB: 161 cm.
Pengkajian terkait pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari tidak ditemukan
masalah pada pola nutrisi, dimana pasien biasa makan 3 kali sehari, mampu
menghabiskan porsi 1 piring dengan jenis makanan seperti nasi, sayur, ikan, telur.
Pada pola aktivitas atau istirahat, personal hygiene, psikososial, dan spiritual, serta
eliminasi tidak ditemukan masalah.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh data:
1. Kepala-leher:
a. Kepala: simetris, tidak ada benjolan, tidak ada lesi.
b. Mata: simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil mengecil
jika terkena cahaya
c. Hidung: simetris, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, tidak ada perdarahan,dan
tanda infeksi
d. Mulut: mukosa bibir lembab, tidak ada lesi dan stomatitis
e. Telinga: simetris, tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada lsi
f. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
2. Dada:
a. Jantung: tidak ada bunyi nafas tambahan
b. Paru: vesikuler dan tidak ada bunyi napas tambahan
c. Payudara: tampak membesar
3. Abdomen: pada pemeriksaan penunjang terdapat hasil, PID dan Mioma
intramural Uteri
4. Vulva dan perineum: Tidak ada luka pada vulva, dan tidak ada pengeluaran
cairan pervaginam
5. Anus: Tidak ada hemoroid
6. Ekstremitas:
5 5
5 5
Keterangan: Pergerakan normal, tidak ada kekakuan sendi
ANALISA DATA

Hari/tanggal Data Etiologi Masalah


Keperawatan
Senin, 15/01/2024 Ds: Agen pencendera Nyeri akut
pasien mengatakan fisik
nyeri di perut bagian
bawah, sembelit
keluhan dirasa sudah
kurang lebih 2
minggu, Haid tidak
lancar.
Do:
Pasien tampak
sedikit meringis, dan
bersikap protektif
dengan posisi
menhindari nyeri

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencendera fisik Ditandai Dengan Pasien
mengatakan nyeri di perut bagian bawah, sembelit keluhan dirasa sudah kurang lebih
2 minggu, Haid tidak lancar, Pasien tampak sedikit meringis, dan bersikap protektif
dengan posisi menhindari nyeri
INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. 1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.
Berhubungan asuhan keperawatan 01014)
Dengan Agen selama 1x30 menit Observasi:
Pencendera fisik diharapkan Tingkat 1. Identifikasi lokasi,
Ditandai Dengan nyeri menurun: karakteristik, durasi,
Pasien mengatakan (L.08066) frekuensi, kualitas,
nyeri di perut 1. Keluhan nyeri dan intensitas nyeri
bagian bawah, menurun 2. Identifikasi skala
sembelit keluhan 2. Meringis nyeri
dirasa sudah menurun 3. Identifikasi respon
kurang lebih 2 3. Sikap protektif nyeri non verbal
minggu, Haid tidak menurun Terapeutik:
lancar, Pasien - Berikan terapi
tampak sedikit nonfarmakalogis
meringis, dan untuk mengurangi rasa
bersikap protektif nyeri (relaksasi nafas
dengan posisi dalam)
menghindari nyeri

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa Hari/Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan


1 Senin, 15 11.05: 11.20:
januari 2024 Mengindentifikasi lokasi, karakteristik, S: Pasien mengatakan
durasi, frekuensi, kulaitas, intensitas nyeri yang dirasakan
nyeri, dan skala nyeri berkurang setelah
P: nyeri pada bagian perut bawah. melakukan teknik
Q: seperti tertusuk-tusuk relaksasi nafas dalam
R: nyeri ketika beraktifitas O: Pasien tampak tidak
S: 3 dari 10, nyeri ringan. meringis, pasien juga
T: hilang timbul antusias mengikuti apa
11.10: yang diajarkan
Memberikan Teknik nonfarmakologis A:
untuk mengurangi rasa nyeri (Teknik Masalah keperawatan
relaksasi nafas dalam) nyeri:
11.15: - Keluhan nyeri
Mengajarkan pasien tenik cukup menurun
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa - Meringis
nyeri. menurun
- Sikap protektif
cukup menurun
P:Intervensi dihentikan
pasien pulang

Anda mungkin juga menyukai