MIOMA UTERI
OLEH :
ASTUTI
19.04.034
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
MIOMA UTERI
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos
dinding uterus.
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak
berkapsul, yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa
juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid.
Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang paling sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita usai
produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan
dengan mioma mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan
prematur, dan malpresentasi.
2. Klasifikasi
Berdasarkan posisi mioma uteri terdapat lapisan-lapisan uterus,
dapat dibagi dalam 3 jenis :
1) Mioma Submukosa
Mioma submukosa, menempati lapisan di bawah
endometrium dan menonjol ke dalam (kavum uteri). Pengaruhnya
pada vaskularisasi dan luas permukaan endometrium menyebabkan
terjadinya perdarahan ireguler. Mioma jenis ini dapat bertangkai
panjang sehingga dapat keluar melalui ostium serviks. Yang harus
diperhatikan dalam menangani mioma bertangkai adalah
kemungkinan terjadinya torsi dan nekrosis sehingga risiko infeksi
sangatlah tinggi.
2) Interstinal atau intramural
Terletak pada miometrium. Kalau lebar atau multipel dapat
menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
3) Subserosa atau subperitoneal
Mioma subserosa adalah mioma yang tumbuh di bawah
lapisan serosa uterus dan dapat bertumbuh ke arah luar dan juga
bertangkai. Mioma subserosa juga dapat menjadi parasit
omentum atau usus untuk vaskularisasi tambahan bagi
pertumbuhannya. (Anwar, 2011, hal. 275)
3. Etiologi
Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2
teori yang berpendapat:
1) Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat
bahwa :
a. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum menarche
c. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan
mioma uteri
2) Teori Cellnest atau genitoblas
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot
imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat
dirangsang terus menerus oleh estrogen.
4. Faktor risiko
1) Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun.
Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35 – 45
tahun.
2) Paritas
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang
relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah
infertilitas menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri
yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini
saling mempengaruhi.
3) Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam,
angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras,
kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada
yang menderita mioma.
4) Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah
menarche, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi
setelah monopause.
5. Patofisiologi
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak
dibanding miometrium normal. Teori cell nest atau teori genitoblat
membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan
tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri
dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi
pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara,
faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma
uteri sebagian besar bersifaf degeneratif karena berkurangnya
aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari
mioma submukosum, intramular dan subserosum.
6. Manifestasi Klinis
1) Perdaharahan abnormal seperti dismenore, menoragi, metroragi
2) Rasa nyeri karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma
yang disertai nekrosis dan peradangan.
3) Gejala dan tanda penekanan seperti retensio urine, hidronefrosis,
hidroureter, poliuri.
4) Abortus spontan karena distorsi rongga uterus pada mioma
submukosum.
5) Infertilitas bila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstitialis tuba.
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Darah Lengkap
a. Haemoglobin: turun
b. Albumin : turun
c. Lekosit : turun/meningkat
d. Eritrosit : turun
2) USG: Terlihat massa pada daerah uterus.
3) Vaginal Toucher: Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba
massa, konsistensi dan ukurannya.
4) Sitologi: Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma
tersebut.,
5) Rontgen: Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang
dapat menghambat tindakan operasi.
6) ECG: Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat
mempengaruhi tindakan operasi.
8. Penatalaksanaan
1) Pengobatan konservatif / medikasi
Terapi mioma uteri pada umumnya terbagi atas terapi
ekspetatif Medikamen Tosa (GnRH analog, preparat progesterone,
anti progestin), tindakan bedah (miemektomi / histerektomi),
embolisasi arteri uteri dan beberapa alternative.
Tindakan seperti ultra sonografi frekwensi tinggi, terapi
laser, dan ablasi thermal. Setiap tindakan harus dipilih yang paling
sesuai untuk seorang pasien dengan menimbang banyak hal seperti
umur, keinginan, statks fertilitas, beratnya gejala klinis, ukuran,
jumlah dan lokasi mioma, penyakit sistemik, kemungkinan
malignanni, apakah pasien sudah dekat menopause dan keinginan
pasien untuk mempertahankan rahimnya.
Terapi obat tidak mempunyai peranan yang penting dalam
penanganan leimioma, akan tetapi agons GnRH (Gonadotropin –
rekasing – hormone) bisa dipakai untuk mengurangi estrogen yang
beredar dalam darah dan bisa membuat tumor mengecil. Agonis
GnRH bisa mengurangi besarnya tumor sekitar 90%, tetapi
efeknya hanya sementara. Tumor ini bisa mengecil setelah
menopause. Biasanya GnRH diberikan untuk memperkecil tumor
yang besar dan menghindari perdarahan waktu pembedahan.
2) Pengobatan kolaboratif
1) Observasi: Bila ukuran uterus lebih kecil dari ukuran uterus
kehamilan 12 minggu tanpa disertai penyulit lain.
2) Ekstirpasi: Biasanya untuk myoma submukosa bertangkai atau
myoma lahir / geburt umumnya dianjurkan dengan tindakan
dilatasi dan kuretase.
3) Laparatomi, momektomi: Bila fungsi reproduksi masih
diperlukan.
4) Histerektomi: Bila fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi,
pertumbuhan tumor sangat cepat sebagai tindakan hemostasis.
9. Komplikasi
1) Nekrosis dan infeksi: Pada mioma sub mukosum yang terjadi
polip, ujungnya kadang dapat melalui kanalis servikalis dan
dialirkan ke vagina.
Dalam hal ini kemungkinan terjadi nekrosis dan infeksi sekunder,
penderita mengeluh tentang pendarahan yang bersifat menoragia
atau metrogania dan leukea.
2) Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi,
timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis
dengan demikian terjadilah sindroma abdomen akut. Jika torsi
terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi, hal ini
hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat
banyak sarang mioma dalam rongga peritonium.
3) Pertumbuhan leioma sarkoma
Ialah tumor yang tumbuh dari miometrium, kecurigaan terhadap
sarkoma dan mioma uteri timbul bila suatu mioma uteri yang
selama beberapa tahun tidak membesar tiba-tiba menjadi besar,
apabila hal itu terjadi setelah menopause.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas pasien meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat,
tanggal masuk, agama, suku, status perkawinan, status paritas.
2) Keluhan Utama
Keluhan adalah rasa nyeri
3) Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Pernah mengalami infeksi pada organ reproduksi atau tidak.
b. Pernah dilakukan pembedahan contohnya miomektomi atau
tidak.
c. Pernah dilakukan kuretase atau tidak.
4) Riwayat kehamilan
a. Gravida : jarang atau tidak pernah hamil.
b. Partus : multipara / nulipara.
c. Abortus : apakah terdapat riwayat abortus atau tidak.
d. Prematur: apakah pernah terjadi persalinan prematur ataukah
tidak.
5) Riwayat hormonal
Apakah pasien mengkonsumsi obat hormonal atau tidak sehingga
ada peningkatan estrogen.
6) Riwayat menstruasi
a. Adakah gangguan haid dan usia berapa haid pertama, pernah
mengalami : Dysminore yaitu nyeri yang berhubungan dengan
menstruasi dan paling kuat dan bersifat kolik atau terus
menerus, Metrorhagi yaitu perdarahan pervaginam yang
berlebih yang tidak teratur dan tidak ada hubungan dengan
siklus haid, Menoraghi yaitu pengeluaran darah menstruasi yang
lebih banyak daripada biasanya dan terjadi pada siklus yang
teratur atau normal.
7) Pemeriksaan persistem :
a. Breath ( B1): Pola nafas efektif/tidak, ekspansi dada, suara nafas
tambahan.
b. Blood (B2): Anemis, pucat, perdarahan pervaginam,tekanan
darah bisa naik atau turun, bradikardi atau takikardia, CRT
kurang atau lebih dari 2 detik.
c. Brain (B3): Kaji adanya penurunan kesadaran menurun (GCS).
d. Bladder (B4) : Penekanan vesika urinari oleh massa tumor,
retensi urine, disuria/ polakisuria, overflow inkontinesia, nyeri
tekan pada vesika urinaria, hematuria.
e. Bowel (B5):Palpasi abdomen : Tumor teraba seperti benjolan
padat dan kenyal pada perut bagian bawah.
f. Konstipasi: Auskultasi : peristaltik menurun.
g. Bone (B6): terdapat varises, odema tungkai, kelemahan
ekstremitas.
2. Masalah Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (mioma
uteri)
2 Ansietas berhubungan dengan penyakit (mioma uteri)
3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor psikologis (stress)
4 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
5 Risiko infeksi dengan faktor resiko tindakan invasif
(pembedahan)
3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (mioma
uteri)
Tujuan dan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan pemberian
asuhan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan respon nyeri
pasien dapat terkontrol dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1) Pasien mampu mengenal faktor-faktor penyebab nyeri,
beratnya ringannya nyeri, durasi nyeri, frekuensi dan letak
bagian tubuh yang nyeri
2) Ekspresi wajah klien rileks
3) TTV dalam batas normal : BP 120/80 mmHg, HR 80-100
kali permenit, Temperature 36.5-37.50c, RR: 16-20 kali
permenit
Intervensi keperawatan
Manajemen Nyeri
1) Observasi isyarat-isyarat verbal dan non verbal dari
ketidaknyamanan, meliputi ekspresi wajah, pola tidur,
nafsu makan, aktivitas dan hubungan sosial.
2) Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya
nyeri, dan faktor-faktor pencetus
3) Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (seperti:
relaksasi, guided imagery, terapi musik, dan distraksi)
4) Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon
pasien
5) Anjurkan klien untuk meningkatkan tidur/istirahat
6) Anjurkan klien untuk melaporkan kepada tenaga kesehatan
jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan lain
7) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan anjuran.
Pemberian analgetik harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut : prinsip pemberian obat 6 benar (benar nama,
benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu
pemberian, dan benar dokumentasi)
8) Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa
lama terjadi, dan tindakan pencegahan
2. Ansietas berhubungan dengan penyakit (mioma uteri)
Tujuan dan Kriteria Hasil: Setelah dilakukan asuhan
keperawatan kepada pasien selama 3x24 jam, diharapkan
pasien dapat mengkontrol cemas dengan kriteria hasil sebagai
berikut:
1) Pasien mampu menurunkan penyebab-penyebab kecemasan
2) Pasien mampu menggunakan teknik relaksasi untuk
menurunkan cemas
3) Pasien melaporkan kepada perawat tidur cukup, tidak ada
keluhan fisik akibat kecemasan, dan tidak ada perilaku
yang menunjukkan kecemasan
Intervensi keperawatan
Menurunkan cemas:
1) Tenangkan pasien dan kaji tingkat kecemasan pasien
2) Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada pasien dan
perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan
tindakan
3) Berusaha memahami keadaan pasien (rasa empati)
4) Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan
tindakan dengan komunikasi yang baik
5) Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan dan
meningkatkan kenyamanan
6) Ciptakan hubungan saling percaya
7) Bantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa menimbulkan
kecemasan
8) Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang membuat
cemas dan dengarkan dengan penuh perhatian
9) Ajarkan pasien teknik relaksasi
10) Anjurkan pasien untuk meningkatkan ibadah dan berdoa
11) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan
yang mengurangi kecemasan pasien
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor psikologis (stress)
Tujuan dan Kriteria Hasil: Setelah dilakukan asuhan
keperawatan kepada pasien selama 3x24 jam, diharapkan
status nutrisi meliputi intake makanan dan minuman membaik
dengan kriteria hasil sebagai berikut:
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Pasien mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
3) Tidak ada tanda tanda malnutrisi
4) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi Keperawatan
Manajemen Nutrisi
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
nutrisi yang sesuai dengan keadaan pasien
3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe, protein,
karbohidrat, dan vitamin C
4) Berikan diet yang mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi pasien
Monitoring Nutrisi
1) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
2) Berikan lingkungan yang nyaman dan bersih selama makan
3) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
4) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
5) Monitor turgor kulit
6) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
7) Monitor mual dan muntah
8) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
9) Kaji makanan kesukaan
10) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
11) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan
cavitas oral.
12) Monitor variasi makanan yang dikonsumsi pasien
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi Tujuan dan Kriteria Hasil: Setelah dilakukan asuhan
keperawatan kepada pasien selama 3x24 jam, diharapkan
pasien dapat menjelaskan kembali tentang proses penyakit dan
prosedur perawatan dengan kriteria hasil sebagai berikut:
1) Pasien mengenal nama penyakit, proses penyakit, faktor
penyebab atau faktor pencetus, tanda dan gejala, cara
meminimalkan perkembangan penyakit, komplikasi
penyakit dan cara mencegah komplikasi
2) Pasien mengetahui prosedur perawatan, tujuan perawatan
dan manfaat tindakan.
Intervensi Keperawatan
Pembelajaran : proses penyakit
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit
2) Jelaskan nama penyakit, proses penyakit, faktor penyebab
atau faktor pencetus, tanda dan gejala, cara meminimalkan
perkembangan penyakit, komplikasi penyakit dan cara
mencegah komplikasi
3) Berikan informasi tentang kondisi perkembangan klien
4) Anjurkan pasien untuk melaporkan tanda dan gejala
kepada petugas kesehatan
Pembelajaran : prosedur/perawatan
1) Informasikan pasien waktu pelaksanaan
prosedur/perawatan
2) Informasikan pasien lama waktu pelaksanaan
prosedur/perawatan
3) Kaji pengalaman pasien dan tingkat pengetahuan klien
tentang prosedur yang akan dilakukan
4) Jelaskan tujuan prosedur/perawatan
5) Instruksikan pasien untuk berpartisipasi selama
prosedur/perawatan
6) Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah
prosedur/perawatan
7) Ajarkan tehnik koping seperti relaksasi untuk mengurangi
efek dari prosedur yang dilakukan
5. Risiko infeksi dengan faktor resiko tindakan invasif
(pembedahan)
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada pasien selama
3 x24 jam, diharapkan pasien dapat menjelaskan kembali cara
mengkontrol infeksi dengan kriteria hasil sebagai berikut:
1) Mampu menerangkan cara-cara penyebaran infeksi
2) Mampu menerangkan factor-faktor yang berkontribusi
dengan penyebaran
3) Mampu menjelaskan tanda-tanda dan gejala
4) Mampu menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan
resistensi terhadap infeksi
Intervensi Keperawatan
Kontrol Infeksi
1) Bersikan lingkungan setelah digunakan oleh pasien
2) Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan
3) Batasi jumlah pengunjung
4) Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu
5) Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat
6) Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
7) Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan
setelah meninggalkan ruangan pasien
8) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
9) Gunakan universal precautions
10) Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV
11) Lakukan teknik perawatan luka dengan memperhatikan
prinsip septik dan aseptik
12) Anjurkan istirahat
13) Kolaborasi pemberian terapi antibiotik dengan
memperhatikan prinsip pemberian obat 6 benar (benar
obat, benar nama, benar dosis, benar waktu, benar cara
pemberian, dan benar dokumentasi)
14) Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda, gejala
dari infeksi dan cara pencegahan infeksi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. I DENGAN MIOMA
UTERI
DI RUANGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI (GSR)
RS BHAYANGKAR MAKASSAR
OLEH:
ASTUTI
19.04.034
2020
PENGKAJIAN KEPERAWATAN DI RUANGAN GSR
Aktivitas/istirahat
Subyektif :
Pekerjaan : Ahli Gizi
Hobby : Tennis meja
Tidur malam : jam 9 malam
Tidur siang : jam 4 sore
Obyektif:
Status neurologis: Normal
GCS : 15
Pengkajian neuromuskuler : Normal
Muscle stretch reflex : Ada
Rentang gerak sendi (ROM) : Normal
Derajat kekuatan otot : 5 mampu melawan gravitas dan
tahanan dengan kekuatan normal
Kuku (warna ): pucat
Tekstur : halus
Membran mukosa : pucat
Konjungtiva : pucat
Sklera : Putih
Pasien nampak lemah
Hygiene
Subyektif :
Kebersihan rambut : 2-3 kali semingu
Keberishna badan : nampak bersih
Kebersihan gigi : gigi nampak bersih
Kebersihan kuku tangan dan kaki : nampak bersih
Obyektif:
Cara berpakaian : rapi
Kulit kepala : nampak berish
Sirkulasi
Subyektif :
Riwayat penyakit jantung : tidak ada
Riwayat penyakit demam reumatik : tidak ada
Obyektif:
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 86 kali permenit
Distensi vena jugularis: tidak ada
Bunyi jantung : S1 (lup) S2 (dup)
Frekuensi : 90 kali permenit
Irama : teratur
Kualitas : kuat
Ekstremitas
Suhu : akral dingin
CRT : kurang dari 3 detik
Varises : tidak ada
Nyeri/Ketidaknyamanan
Subyektif :
Lokasi : perut bawah
Intensitas : 4 (nyeri sedang)
Frekuensi : Hilang timbul
Durasi : 3-5 menit (yang dirasakan sudah lebih dari 3 bulan)
Faktor pencetus : Haid
Cara mengatasi : Minum obat dan beristirahat
Faktor yang berhubungan : Kelelahan
Obyektif:
Wajah meringis : ya
Melindungi area yang nyeri :ya
Fokus menyempit : ya
Pernapasan :
Subyektif :
Dispnea : tidak ada
Asma : tidak ada
Pneumonia berulang : tidak ada
Penggunaan alat bantu pernapasan : tidak ada
Batuk/sputum : tidak ada
Tuberkulosis : tidak ada
Hiperventilasi : tidak ada
Biots : tidak ada
Riwayat bronkhitis : tidak ada
Emfisema : tidak ada
Perokok : tidak pernah
Obyektif:
Frekuensi : 24 kali permenit
Irama : takipnea
Bunyi napas : vesikuler
Karateristik sputum : tidak ada pengeluaran sputum
Hasil rotgen : pulmo, cor dan diafragma normal
Interaksi Sosial
Subyektif :
Status pernikahan : Sudah menikah
Lama pernikahan : 23 tahun
Tinggal serumah dengan : keponakan
Obyektif:
Komunikasi verbal atau nonverbal dengan orang terdekat :
baik dan harmonis
Integritas Ego
Subyektif :
Perencanaan kehamilan : Ya
Perasaan pasien/ keluarga terhadap penyakit : sedih dan
khawatir
Status hubungan : harmonis
Masalah keuangan : tidak ada
Cara mengatasi stress : shalat dan berdoa meminta kepada
allah serta selalu berkomunikasi dengan suami
Obyektif:
Status emosional : cemas dan takut
Respon fisiologis yang diamati : ibu nampak merasa cemas
dengan kondisi kesehatannya saat ini (ibu selalu
menanyakan tentang hasil pemeriksaan yang sudah
dilakukan : foto dan lab.
Agama : islam
Neurosensori
Subyektif :
Alergi/ sensitivitas : tidak ada
Penyakit masa kanak-kanak : demam, batuk (tidak ada
penyakit yang serius)
Riwayat imunisasi : lengkap
Infeksi virus terakhir : tidak ada
Binatang peliharaan di rumah : tidak ada
Masalah obstetrik sebelumnya : tidak ada (pasien belum
pernah hamil selama menikah)
Jarak waktu kehamilan terakhir : pasien belum pernah hamil
selama menikah
Riwayat kecelakaan : tidak ada
Fraktur dislokasi : tidak ada
Pembesaran kelenjar : tidak ada
Obyektif:
Integritas kulit : ada luka bekas operasi pada pinggul kanan
Cara berjalan : normal (tegap)
Penyuluhan/Pembelajaran
Subyektif :
Bahasa dominan : indonesia
Pendidikan terakhir : sarjana
Pekerjaan suami : dosen
Faktor penyakit dari keluarga : tidak ada anggota keluarga
yang menderita penyakit yang sama seperti yang dialami
pasien saat ini
Sumber pendidikan tentang penyakit : dokter dan perawat
yang merawat
Tanggal
No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
Pemeriksaan
1. 19/03/2020 Darah Rutin
Leukosit (WBC) 12.4 4.0-10.0 (103/µL)
Eritrosit (RBC) 3.73 Lk4.5-5.0 Pr4.0-5.0 (106/ µL)
Hemoglobin (HGB) 8.2 Lk 14-18, Pr 12-16 g/dl
Hematokrit (HCT) 26.7 Lk 40-50, Pr 37-45 %
MCV 71.6 80-96 FL
MCH 22.0 27-31 pg
Trombosit (PLT) 289 150-400 (106/µL)
-
Retikulosit
-
Differential Count
-
Eosinofil -
-
Basofil -
Stab - 0-1%
Segmen -
Limfosit 17.9 37.0-54.0FL
Monosit - 11.5-14.5%
RDW-SD 53.0 10.0-18.0 FL
RDW-CV 20.4 Lk 6.1-8.9 Pr6.3-9.1FL
PDW 11.5 -
MPV 8.8
LED/BBS -
2. 19/03/2020 Imun
HbsAg (Rapid) Non Non Reaktif
Reaktif
3 19/03/2020 Kimia Darah
Glukosa darah sewaktu 109 < 200 mg/dL
Kreatinin 0.66 L 0.8-1.4 P 0.6-1.2 mg/dL
SGOT 14 L 10.40 P 9-25 U/L
SGPT 12 L 10-55 P 7-30 U/L
4. 19/03/2020 Imun
Anti HIV (Rapid) Non Non Reactive
Reactive
5. 19/03/2020 Foto thorax Pulmo,co -
r, dan
diafragma
normal
TERAPI
No Therapi Dosis
1. Asam traneksamat 8 jam/IV
2. Cefotaxime 12jam/IV
3. Asam Mefenamat 3X1 Tab/Oral
4. Transfusi PRC 4 Bag 252 cc
ANALISA DATA
Nama pasien : Ny. I
Diagnosa Medis :Mioma uteri + Anemia berat
DS:
1. Pasien mengatakan darahnya yang
keluar banyak sekali (±80cc)
2. Pasien mengatakan darahnya Hipovolemia b/d trauma/perdarahan
mengumpal pervaginam
3. Pasien mengatakan BB sekarang 61
kg, BB sebelumnya 65 kg
DO:
1. Turgor kulit menurun
2. Membran mukosa nampak kering
3. Pasien nampak lemah
Faktor risiko
1. Konjungtiva pucat
2. CRT < 3 detik Risiko infeksi faktor risiko
3. Akral dingin ketidakadekuatan pertahanan tubu
4. HGB 8.3 sekunder (penurunan hemoglobin)
DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
1. Hipovolemia b/d trauma/perdarahan pervaginam
2. Nyeri kronis Nyeri kronis b/d agens cedera biologis
(mioma uteri)
3. Risiko infeksi faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan
tubu sekunder (penurunan hemoglobin)
RENCANA KEPERAWATAN
2. Nyeri kronis Nyeri kronis b/d agens Setelah dilakukan tindakan Pain managemen
cedera biologis (mioma uteri) keperawatan selama 3x24 jam di 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
DS: harapkan tingkat nyeri pasien dapat komprehensif
1. Pasien mengatakan nyeri menurun dengan kriterai hasil : 2. Observasi reaksi non verbal dari
pada perut bawah, nyeri yang 1. Ekspresi wajah rileks ketidaknyamanan
dirasakan seperti melilit, 2. TTV dalam batas normal Analgesic administration
yang timbul pada saat haid, 3. Pasien dapat melaporkan 1. Cek instruksi dokter tentang
dan berlangsung hilang nyeri berkurang jenis obat, dosis, dan frekuensi
timbul 2. Lakukan pemberian analgesik
2. Pasien mengatakan nyeri sesuai dengan prinsip 7 benar
yang dirasakannya sudah 3. Pantau efektivitas analgesik
lebih dari 3 bulan
DO
1. Ekspresi wajah pasien
nampak meringis kesakitan
2. Nampak melindungi area
yang sakit
Evaluasi (S O A P)
Tgl/Jam Implementasi Tanda Tangan
Tanggal/Jam
26/03/2020 Hipovolemia manajemena 26/03/2020
(09.00) 1. Pantau status cairan (14.00)
Hasil : mukosa pucat, dan S: Pasien mengatakan darah yang
membran mukosa kering, keluar masih banyak
akral dingin O: akral dingin, membran mukosa
(09.05) 2. Pantau HGB dan HCT kering
HGB A: Masalah Hipovolemia belum
Hasil : HGB 8.2 g/dL, teratasi
HCT 26.7 % P: Lanjutkan intervensi
(09.10) 3. Monitor TTV 1. Pantau status cairan
Hasil : BP 120/80 mmHG, 2. Pantau HGB dan HCT
HR 84 x/menit 3. Monitor TTV
T: 36.3OC 4. Pantau BB
RR: 22 x/menit 5. Pantau tanda-tanda syok
(09.15) 4. Pantau BB 6. Kolaborasi dengan dokter
Hasil : 61 Kg untuk pemberian produk
(09.20) 5. Pantau tanda-tanda syok darah dan anti perdarahan
Hasil : Mukosa kering, Crt
< 3 detik, konjungtiva
pucat, turgor kulit buruk,
akral dingin
(09.25) 6. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian produk
darah dan anti perdarahan
Hasil : Pemberian Injeksi
Asam traneksamat 1
amp/8 jam, dan transfusi
PRC 2 bag 252 cc/ 28
TPM
Evaluasi (S O A P)
Tgl/Jam Implementasi Tanda Tangan
Tanggal/Jam
26/03/2020 Hipovolemia manajemena 26/03/2020
(09.00) 1. Pantau status cairan (14.40)
Hasil : mukosa nampak S: Pasien mengatakan darah yang
pucat, dan membran keluar masih ada
mukosa kering, akral O: akral dingin, membran mukosa
dingin nampak kering
(09.05) 2. Pantau HGB dan HCT A: Masalah Hipovolemia belum
HGB teratasi
Hasil : HGB 8.2 g/dL, P: Lanjutkan intervensi
HCT 26.7 % 1. Pantau status cairan
(09.10) 3. Monitor TTV 2. Pantau HGB dan HCT
Hasil : BP 120/80 mmHG, 3. Monitor TTV
HR 82 x/menit 4. Pantau BB
T: 37.5OC 5. Pantau tanda-tanda syok
RR: 22 x/menit 6. Kolaborasi dengan dokter
(09.15) 4. Pantau BB untuk pemberian produk
Hasil : 61 Kg darah dan anti perdarahan
(09.20) 5. Pantau tanda-tanda syok
Hasil : Mukosa kering, Crt
< 3 detik, konjungtiva
pucat, turgor kulit buruk,
akral dingin
(09.25) 6. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian produk
darah dan anti perdarahan
Hasil : Pemberian Injeksi
Asam traneksamat 1
amp/8 jam, dan rencana
transfusi PRC 2 bag
Pembesaran Uterus
Penurunan Imun Tubuh Perdarahan Pervaginam
Nyeri Kronis