Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

MIOMA UTERI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Profesi

Maternitas

Di Susun Oleh:

Annisa Oktavia

21.14901.050

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH TANGERANG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI

MIOMA UTERI

A.    PENGERTIAN
  Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan  dikenal dengan istilah
Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
  Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus
genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak sering,
disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas,
abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).
B.   KLASIFIKASI
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana
mereka tumbuh. Klasifikasinya sebagai berikut :
1.  Mioma intramural : merupakan mioma yang paling banyak ditemukan.
Sebagian besar tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling
tengah, yaitu miometrium.
2.   Mioma subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus
yang paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium. Jenis
mioma ini bertangkai (pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Apabila
terlepas dari induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga
peritoneum disebut wandering/parasitic fibroid  Ditemukan kedua terbanyak.
3.   Mioma submukosa : merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus
paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat
bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks, yang disebut mioma geburt
(Chelmow, 2005)

C.    ETIOLOGI
 Etiologi pasti belum diketahui
 Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri 
mempengarui pertumbuhan tumor
 Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom
yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada
pertumbuhan fibroid. Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri
diwariskan dari gen sisi paternal.
 Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah
menopause jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, 2005).

Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:


1.  Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan sekitar
40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007). Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan
pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Joedosaputro,
2005).
2.   Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada jaringan
miometrium normal. (Djuwantono, 2005)
3.   Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan
dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. (Parker, 2007)
4.    Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker, 2007)
5.  Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging
babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan
insiden mioma uteri (Parker, 2007).
6.  Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar esterogen
dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini
mempercepat pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003).
7. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1 (satu) atau 2
(dua) kali (Khashaeva, 1992).

D. PATOFISIOLOGI 
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal
tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat
bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat
juga terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah
endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar
tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan
perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang
menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat
menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat
ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi atau
menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan uterus
dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya
pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.

Pathway Mioma Uteri


E.  TANDA DAN GEJALA
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul diantaranya:
 Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia. Faktor-
faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:
 Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium
karena pengaruh ovarium
 Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
 Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
 Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di
antara serabut miometrium
 Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri terutama saat
menstruasi
 Pembesaran perut bagian bawah
 Uterus membesar merata
 Infertilitas
 Perdarahan setelah bersenggama
 Dismenore
 Abortus berulang
 Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
(Chelmow, 2005)

F.     DIAGNOSIS
Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan dari:
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan antara lain :
a. Timbul benjolan diperut bagian bawah dalam waktu relatif lama.
b. Kadang-kadang disertai gangguan haid
c. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir mioma bertangkai, atau pecah.
2.   Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pemeriksaan abdomen
  Uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen
  Teraba benjolan tidak teratur, tetap dan lunak
  Ada nyeri lepas yang disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal
b.   Pemeriksaan pelvis
  Adanya dilatasi serviks
  Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk nodul
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis mioma uteri , sebagai berikut :
a. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma,
ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma
juga dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT
scan) ataupun Magnetic Resonance Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan
itu lebih mahal.
b. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan
ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal
dan perjalanan ureter.
c. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
f. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena
kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat
menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.
Mioma Uteri

G.    DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis banding yang harus dipikirkan dengan adanya mioma uteri adalah
kehamilan, neoplasma ovarium, adenomiosis, keganasan uterus.

H.    KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen
akut.

I.        PENATALAKSANAAN
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor,
dan terbagi atas :
a.  Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1)  Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2)  Monitor keadaan Hb
3)  Pemberian zat besi
4)  Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b.  Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2) Nyeri pelvis yang hebat
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma
berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4) Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5) Pertumbuhan mioma setelah menopause
6) Infertilitas
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a.  Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan
rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada
penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan
kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan
(Chelmow, 2005).
b.  Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total)
berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001). Histerektomi dapat dilakukan bila
pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma
yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu :
1. Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2. Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12
minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel
atau enterokel (Callahan, 2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi adalah sebagai berikut :
a. Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar
dan dikeluhkan oleh pasien.
b. Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan
bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia
akibat kehilangan darah akut atau kronis.
c. Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut,
rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan
penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering
(Chelmow, 2005).
Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring,
analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih
disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran
apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi
mekanik.

J.    PENGKAJIAN KEPERAWATAN


 Data biografi pasien
 Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor
pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat,
upaya yang dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik.
 Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, riwayat
alergi, imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol
 Riwayat kesehatan keluarga
 Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan
kanker servik, pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah
pengkajian obstretri dan ginekologi, meliputi :
 Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan,
lama persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas
serta laktasi, masalah bayi dan keadaan anak saat ini
 Pemeriksaan genetalia
 Pemeriksaan payudara
 Riwayat operasi ginekologi
 Pemeriksaan pap smear
 Usia menarche
 Menopause
 Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
 Kesehatan lingkungan/higiene
 Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,
hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan
kepercayaan dan tingkat perkembangan.
 Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain
 Terapi medis yang diberikan
 Efek samping dan respon pasien terhadap terapi
 Persepsi klien terhadap penyakitnya

K.    DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan
agen injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)
2. PK : Anemia
3. Cemas b.d krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi), ancaman
terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres,
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker)
dan faktor psikososial
5. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan
sekunder; ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi
(kemoterapi), dan prosedur invasi
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit; keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan);
misinterpretasi dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar
dengan sumber informasi
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan dan perubahan
perkembangan penyakit
8. Gangguan eliminasi fekal : Konstipasi b.d menurunnya mobilitas intestinal
9. Retensi urin b.d penekanan yang keras pada uretra
L.     RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KOLABORASI
Nyeri akut berhubungan dengan NOC : Kontrol Nyeri  NIC
agen injuri biologis (kanker Setelah dilakukan pemberian asuhan 1. Manajemen Nyeri
serviks) dan agen injuri fisik keperawatan selama …..x 24 jam, - Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi:
(jika dilakukan terapi diharapkan respon nyeri pasien dapat lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
pembedahan) terkontrol dengan kriteria hasil sebagai intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor pencetus
berikut : - observasi isyarat-isyarat  verbal dan non verbal dari
o Klien mampu mengenal faktor-faktor ketidaknyamanan, meliputi ekspresi wajah, pola
penyebab nyeri, beratnya ringannya tidur, nasfu makan, aktitas dan hubungan sosial.
nyeri, durasi nyeri, frekuensi dan letak - Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan
bagian tubuh yang nyeri anjuran. Pemberian analgetik harus memperhatikan
o Klien mampu melakukan tindakan hal-hal sebagai berikut : prinsip pemberian obat 6
pertolongan non-analgetik, seperti napas benar (benar nama, benar obat, benar dosis, benar
dalam, relaksasi dan distraksi cara, benar waktu pemberian, dan benar
o Klien melaporkan gejala-gejala kepada dokumentasi)
tim kesehatan - Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat
o Klien mampu mengontrol nyeri mengekspresikan nyeri
o Ekspresi wajah klien rileks - Kaji pengalaman masa lalu individu tentang nyeri
o Klien melaporkan adanya penurunan - Evaluasi  tentang keefektifan dari tindakan

tingkat nyeri dalam rentang sedang mengontrol nyeri yang telah digunakan

(skala nyeri: 4 sampai 6) hingga nyeri - Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga

ringan (skala nyeri : 1 sampai 3) - Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab,

o Klien melaporkan dapat beristirahan berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan

dengan nyaman - Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi

o Nadi klien dalam batas normal (80- (seperti: relaksasi, guided imagery, terapi musik,
dan distraksi)
100x/menit)
o Tekanan darah klien dalam batas normal - Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan
respon pasien
(120/80 mmHG)
- Anjurkan klien untuk meningkatkan tidur/istirahat
o Frekuensi pernafasan klien dalam batas
- -    Anjurkan klien untuk melaporkan kepada tenaga
normal (12 – 20 x/menit)
kesehatan jika tindakan tidak berhasil atau terjadi
keluhan lain
PK : Anemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kaji gejala-gejala anemia yang terjadi
selama ......x 24 jam, perawat dapat - Pantau tanda-tanda anemia yang terjadi
meminimalkan komplikasi anemia yang - Monitor hasil pemeriksaan lab untuk pemeriksaan
terjadi dengan kriteria hasil: kadar Hb, RBC, Hct
-     Konjungtiva merah muda - Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan
-     Capilary refille ≤ 2 detik yang seimbang, terutama makanan tinggi kalori dan
-     Mukosa mulut merah muda tinggi protein.
-     Kadar Hb dbn (wanita dewasa: 12-14 - Kolaborasi pemberian suplemen besi tambahan,
g/dl), RBC dbn (wanita dewasa: 3,80-5,80 x vitamin dan mineral sesuai indikasi
105/uL) dan Hct dbn (wanita dewasa : 37,0- - Kolaborasi pemberian transfusi darah sesuai
47,0%) kebutuhan
- monitor efek samping dan respon pasien setelah
dilakukan transfusi darah
Cemas b.d krisis situasional NOC: Kontrol Cemas NIC
(histerektomi atau kemoterapi), Setelah dilakukan asuhan keperawatann Menurunkan cemas:
ancaman terhadap konsep diri, kepada pasien selama …... x 24 jam, - Tenangkan pasien dan kaji tingkat kecemasan
perubahan dalam status diharapkan pasien dapat mengkontrol cemas pasien
kesehatan, stres dengan kriteria hasil sebagai berikut: - Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada pasien
o Perawat memonitor  tingkat kecemasan dan perasaan yang mungkin muncul pada saat
pasien melakukan tindakan
o Klien mampu menurunkan penyebab- -  Berusaha memahami keadaan pasien (rasa empati)
penyebab kecemasan - Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan
o Perawat dan keluarga dapat menurunkan tindakan dengan komunikasi yang baik
stimulus lingkungan ketika pasien - Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan
cemas dan meningkatkan kenyamanan
o Klien mampu mencari informasi tentang - Dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi
hal-hal yang dapat dilakukan untuk perasaannya
menurunkan kecemasan - Ciptakan hubungan saling percaya
o Klien manpu menggunakan strategi - Bantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa
koping yang efektif menimbulkan kecemasan
o Klien melaporkan kepada perawat - Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang
penurunan kecemasan membuat cemas dan dengarkan dengan penuh
o Klien mampu menggunakan teknik perhatian

relaksasi  untuk menurunkan cemas -  Ajarkan pasien teknik relaksasi

o Klien mampu mempertahankan - Anjurkan pasien untuk  meningkatkan ibadah dan


hubungan social, dan konsentrasi berdoa

o Klien melaporkan kepada perawat tidur - Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-
obatan yang mengurangi kecemasan pasien
cukup, tidak ada keluhan fisik akibat
kecemasan, dan tidak ada perilaku yang
menunjukkan kecemasan
Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh Status nutrisi : intake makanan dan 1. Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan faktor minuman - Kaji adanya alergi makanan
biologis (status hipermatebolik Setelah dilakukan asuhan keperawatann - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
berkenaan dengan kanker) dan kepada pasien selama …... x 24 jam, jumlah nutrisi yang sesuai dengan keadaan pasien
faktor psikososial diharapkan status nutrisi meliputi intake - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe,
makanan dan minuman membaik dengan protein, karbohidrat, dan vitamin C
kriteria hasil sebagai berikut: - Berikan diet yang mengandung tinggi serat untuk
- Adanya peningkatan berat badan sesuai mencegah konstipasi
dengan tujuan - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi pasien
- Klien mampu mengidentifikasi kebutuhan 2. Monitoring nutrisi
nutrisi - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi dilakukan
- Berikan lingkungan yang nyaman dan bersih

- Tidak terjadi penurunan berat badan yang selama makan

berarti - Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama


jam makan
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
- Kaji makanan kesukaan
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
- - Monitor variasi makanan yang dikonsumsi
pasien
Resiko infeksi dengan faktor NOC NIC
resiko ketidakadekuatan Pengetahuan:Kontrol infeksi Kontrol Infeksi
pertahanan sekunder; Setelah dilakukan asuhan keperawatann o Bersikan lingkungan setelah digunakan oleh pasien
ketidakadekuatan pertahanan kepada pasien selama …... x 24 jam, o Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan
imun tubuh; imunosupresi diharapkan pasien dapat menjelaskan o Batasi jumlah pengunjung
(kemoterapi), dan prosedur kembali cara mengkontrol infeksi dengan o Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan
invasi kriteria hasil sebagai berikut: individu
- Mampu menerangkan cara-cara o Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat
penyebaran infeksi
o Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
- Mampu menerangkan factor-faktor
o Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan
yang berkontribusi dengan penyebaran
sebelum dan setelah meninggalkan ruangan pasien
- Mampu menjelaskan tanda-tanda dan
o Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
gejala pasien
- Mampu menjelaskan aktivitas yang o Gunakan universal precautions
dapat meningkatkan resistensi terhadap o Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV
infeksi o Lakukan teknik perawatan luka dengan
memperhatikan prinsip septik dan aseptik
o Anjurkan istirahat
o Kolaborasi pemberian terapi antibiotik dengan
memperhatikan prinsip pemberian obat 6 benar
(benar obat, benar nama, benar dosis, benar waktu,
benar cara pemberian, dan benar dokumentasi)
o Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda,
gejala dari infeksi dan cara pencegahan infeksi
Kurang pengetahuan NOC NIC
berhubungan dengan kurangnya Pengetahuan : proses penyakit 1.   Pembelajaran : proses penyakit
informasi tentang penyakit; Pengetahuan : prosedur perawatan - Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
keterbatasan kognitif (dilihat dari Setelah dilakukan asuhan keperawatann - Jelaskan nama penyakit, proses penyakit, faktor
tingkat pendidikan); kepada pasien selama …... x 24 jam, penyebab atau faktor pencetus, tanda dan gejala,
misinterpretasi dengan informasi diharapkan pasien dapat menjelaskan cara meminimalkan perkembangan penyakit,
yang diberikan ; dan tidak kembali tentang proses penyakit dan komplikasi penyakit dan cara mencegah
familiar dengan sumber prosedur perawatan dengan kriteria hasil komplikas
informasi sebagai berikut: - Berikan informasi tentang kondisi
-    Pasien mengenal nama penyakit, proses perkembangan klien
penyakit, faktor penyebab atau faktor - Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan
pencetus, tanda dan gejala, cara gejala kepada petugas kesehatan
meminimalkan perkembangan penyakit,
komplikasi penyakit dan cara mencegah 2.   Pembelajaran : prosedur/perawatan
komplikasi - Informasikan klien waktu pelaksanaan
-    Pasien mengetahui prosedur perawatan, prosedur/perawatan
tujuan perawatan dan manfaat tindakan. - Informasikan klien lama waktu pelaksanaan
prosedur/perawatan
- Kaji pengalaman klien dan tingkat
pengetahuan klien tentang prosedur yang akan
dilakukan
- Jelaskan tujuan prosedur/perawatan
- Instruksikan klien utnuk berpartisipasi selama
prosedur/perawatan
- Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah
prosedur/perawatan
- Ajarkan tehnik koping seperti relaksasi untuk
mengurangi efek dari prosedur yang dilakukan
Gangguan citra tubuh NOC NIC
berhubungan dengan Meningkatkan citra tubuh, Peningkatan citra tubuh
pembedahan dan perubahan Setelah dilakukan asuhan keperawatann - Kaji penerimaan pasien tentang kondisinya saat ini
perkembangan penyakit kepada pasien selama …... x 24 jam, - Bantu klien untuk mendiskusikan perubahan tubuh
diharapkan citra tubuh atau gambaran akibta penyakit
tubuh pasien meningkat dengan kriteria - Bantu klien untuk mendiskusikan fungsi tubuh
hasil sebagai berikut: yang terganggu
- Pasien mengungkapkan penerimaan - Kaji perasaan klien ketika berinteraksi dengan
citra tubuh secara verbal maupuan non orang lain
verbal - Kaji persepsi klien dan keluarga tentang perubahan
- Pasien mampu mempertahankan kontak tubuh yang terjadi
mata ketika berkomunikasi - Kaji strategi mengatasi masalah (koping) yang
- Pasien mampu melakukan komunikasi digunakan
terbuka - Kaji apakah perubahan gambaran diri
- Pasien menunjukkan tingkat mempengaruhi hubungan sosial klien
kepercayaan diri - Bantu klien mengidentifikasi bagian tubuh lain
yang bernilai positif
- Kaji dukungan sosial yang dimiliki klien
Gangguan eliminasi fekal : NOC NIC : Manajemen Konstipasi
Konstipasi b.d menurunnya Buang Air Besar - Monitor tanda dan gejala konstipasi
mobilitas intestinal Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Monitor warna, konsistensi, jumlah dan waktu
kepada pasien selama ….x 24 jam, buang air besar
diharapkan pasien tidak mengalamai - Konsultasikan dengan dokter tentang pemberian
gangguan dalam buang air besar, dengan laksatif, enema dan pengobatan
kriteria hasil: - Berikan cairan yang adekuat
- Pasien kembali ke pola dan normal dari
fungsi bowel
- Terjadi perubahan pola hidup untuk
menurunkan factor penyebab konstipasi
Retensi urin b.d penekanan yang NOC NIC: Pemasangan Kateter
keras pada uretra Inkontinensia urin - Menjelaskan prosedur dan rasional intervensi
Setelah dilakukan asuhan keperawaran kateterisasi
selama ...x24 jam, pasien tidak mengalami - Monitore intake dan output
inkontinensia urin, dengan kriteria hasil: - Menjaga teknik aseptik dalam melakukan
- Pasien mampu memprekdisikan pola kateterisasi
eliminasi urin - Memelihara drainase urinari secara tertutup.
- Pasien mampu memulai dan
memghentikan aliran urin
- Tidak adanya tanda-tanda infeksi
M.   Discharge Planning
1.  Berikan informasi yang jelas tentang penyakit, tanda, gejala dan pengobatan.
2.    Berikan informasi tentang obat yang diberikan, baik waktu minum obat, jumlah
obat, efek samping yang mungkin muncul, cara minum obat saat di rumah.
3.    Jelaskan bahwa obat antibiotic harus dihabiskan.
4.    Jelaskan kapan waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas seksual
5.    Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, buah-buahan, sayur
dan biji-bijian yang dapat membantu penyembuhan luka operasi jika dilakukan
histerektomi.
6.    Berikan informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kekeringan luka
pada luka post histerektomi.
7.    Berikan informasi tentang tanda-tanda infeksi luka, yang meliputi kemerahan
pada luka, panas di area luka, bengkak, penurunan fungsi dan nyeri.
8.    Motivasi pasangan dan keluarga pasien agar ikut memberi dukungan kepada
pasien
9.    Tekankan agar pasien kontrol rutin sesuai jadwal, dan bila terjadi hal-hal yang
tidak wajar, seperti perdarahan per vagina yang banyak, nyeri yang tidak
tertahan dan  keluhan seperti sebelum pengobatan, segera periksa ke rumah
sakit.
10.  Anjurkan agar pasien banyak istirahat dan tidak melakukan aktivitas-aktivitas
berat, seperti mengangkat beban berat, naik turun tangga,dll.
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital
Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing,
Chelmow.D. 2005. GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331
9.html.
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston :
Elsevier Saunders
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi.
Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta
 Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2000. Fibroids in Gynaecology Illustrated.
London : Churchill Livingstone.
Joedosapoetro MS. 2003.  Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadi
T. Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi 2.
Jakarta : EGC
Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates
Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al. 2004. Fibroids in Obstetrics and Gynaecology.
London : Mosby
Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas.
Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of
Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine

Rayburn WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA Chalik. Jakata.
Widya Medika,

Anda mungkin juga menyukai