MIOMA UTERI
Maternitas
Di Susun Oleh:
Annisa Oktavia
21.14901.050
MIOMA UTERI
A. PENGERTIAN
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah
Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang paling sering ditemukan pada traktus
genitalia wanita,terutama wanita usai produktif. Walaupun tidak sering,
disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma mencakup infertilitas,
abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).
B. KLASIFIKASI
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana
mereka tumbuh. Klasifikasinya sebagai berikut :
1. Mioma intramural : merupakan mioma yang paling banyak ditemukan.
Sebagian besar tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling
tengah, yaitu miometrium.
2. Mioma subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus
yang paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium. Jenis
mioma ini bertangkai (pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Apabila
terlepas dari induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga
peritoneum disebut wandering/parasitic fibroid Ditemukan kedua terbanyak.
3. Mioma submukosa : merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus
paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat
bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks, yang disebut mioma geburt
(Chelmow, 2005)
C. ETIOLOGI
Etiologi pasti belum diketahui
Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri
mempengarui pertumbuhan tumor
Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom
yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada
pertumbuhan fibroid. Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri
diwariskan dari gen sisi paternal.
Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah
menopause jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, 2005).
D. PATOFISIOLOGI
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal
tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat
bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat
juga terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah
endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar
tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan
perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang
menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat
menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat
ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi atau
menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan uterus
dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya
pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan dari:
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan antara lain :
a. Timbul benjolan diperut bagian bawah dalam waktu relatif lama.
b. Kadang-kadang disertai gangguan haid
c. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir mioma bertangkai, atau pecah.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pemeriksaan abdomen
Uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen
Teraba benjolan tidak teratur, tetap dan lunak
Ada nyeri lepas yang disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal
b. Pemeriksaan pelvis
Adanya dilatasi serviks
Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk nodul
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis mioma uteri , sebagai berikut :
a. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma,
ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma
juga dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT
scan) ataupun Magnetic Resonance Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan
itu lebih mahal.
b. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan
ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal
dan perjalanan ureter.
c. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
f. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena
kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat
menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.
Mioma Uteri
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen
akut.
I. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor,
dan terbagi atas :
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2) Monitor keadaan Hb
3) Pemberian zat besi
4) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2) Nyeri pelvis yang hebat
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma
berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4) Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5) Pertumbuhan mioma setelah menopause
6) Infertilitas
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan
rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada
penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan
kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan
(Chelmow, 2005).
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total)
berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001). Histerektomi dapat dilakukan bila
pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma
yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu :
1. Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2. Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12
minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel
atau enterokel (Callahan, 2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi adalah sebagai berikut :
a. Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar
dan dikeluhkan oleh pasien.
b. Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan
bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia
akibat kehilangan darah akut atau kronis.
c. Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut,
rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan
penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering
(Chelmow, 2005).
Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring,
analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih
disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran
apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi
mekanik.
RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KOLABORASI
Nyeri akut berhubungan dengan NOC : Kontrol Nyeri NIC
agen injuri biologis (kanker Setelah dilakukan pemberian asuhan 1. Manajemen Nyeri
serviks) dan agen injuri fisik keperawatan selama …..x 24 jam, - Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi:
(jika dilakukan terapi diharapkan respon nyeri pasien dapat lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
pembedahan) terkontrol dengan kriteria hasil sebagai intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor pencetus
berikut : - observasi isyarat-isyarat verbal dan non verbal dari
o Klien mampu mengenal faktor-faktor ketidaknyamanan, meliputi ekspresi wajah, pola
penyebab nyeri, beratnya ringannya tidur, nasfu makan, aktitas dan hubungan sosial.
nyeri, durasi nyeri, frekuensi dan letak - Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan
bagian tubuh yang nyeri anjuran. Pemberian analgetik harus memperhatikan
o Klien mampu melakukan tindakan hal-hal sebagai berikut : prinsip pemberian obat 6
pertolongan non-analgetik, seperti napas benar (benar nama, benar obat, benar dosis, benar
dalam, relaksasi dan distraksi cara, benar waktu pemberian, dan benar
o Klien melaporkan gejala-gejala kepada dokumentasi)
tim kesehatan - Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat
o Klien mampu mengontrol nyeri mengekspresikan nyeri
o Ekspresi wajah klien rileks - Kaji pengalaman masa lalu individu tentang nyeri
o Klien melaporkan adanya penurunan - Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan
tingkat nyeri dalam rentang sedang mengontrol nyeri yang telah digunakan
(skala nyeri: 4 sampai 6) hingga nyeri - Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga
ringan (skala nyeri : 1 sampai 3) - Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab,
o Klien melaporkan dapat beristirahan berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan
o Nadi klien dalam batas normal (80- (seperti: relaksasi, guided imagery, terapi musik,
dan distraksi)
100x/menit)
o Tekanan darah klien dalam batas normal - Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan
respon pasien
(120/80 mmHG)
- Anjurkan klien untuk meningkatkan tidur/istirahat
o Frekuensi pernafasan klien dalam batas
- - Anjurkan klien untuk melaporkan kepada tenaga
normal (12 – 20 x/menit)
kesehatan jika tindakan tidak berhasil atau terjadi
keluhan lain
PK : Anemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kaji gejala-gejala anemia yang terjadi
selama ......x 24 jam, perawat dapat - Pantau tanda-tanda anemia yang terjadi
meminimalkan komplikasi anemia yang - Monitor hasil pemeriksaan lab untuk pemeriksaan
terjadi dengan kriteria hasil: kadar Hb, RBC, Hct
- Konjungtiva merah muda - Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan
- Capilary refille ≤ 2 detik yang seimbang, terutama makanan tinggi kalori dan
- Mukosa mulut merah muda tinggi protein.
- Kadar Hb dbn (wanita dewasa: 12-14 - Kolaborasi pemberian suplemen besi tambahan,
g/dl), RBC dbn (wanita dewasa: 3,80-5,80 x vitamin dan mineral sesuai indikasi
105/uL) dan Hct dbn (wanita dewasa : 37,0- - Kolaborasi pemberian transfusi darah sesuai
47,0%) kebutuhan
- monitor efek samping dan respon pasien setelah
dilakukan transfusi darah
Cemas b.d krisis situasional NOC: Kontrol Cemas NIC
(histerektomi atau kemoterapi), Setelah dilakukan asuhan keperawatann Menurunkan cemas:
ancaman terhadap konsep diri, kepada pasien selama …... x 24 jam, - Tenangkan pasien dan kaji tingkat kecemasan
perubahan dalam status diharapkan pasien dapat mengkontrol cemas pasien
kesehatan, stres dengan kriteria hasil sebagai berikut: - Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada pasien
o Perawat memonitor tingkat kecemasan dan perasaan yang mungkin muncul pada saat
pasien melakukan tindakan
o Klien mampu menurunkan penyebab- - Berusaha memahami keadaan pasien (rasa empati)
penyebab kecemasan - Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan
o Perawat dan keluarga dapat menurunkan tindakan dengan komunikasi yang baik
stimulus lingkungan ketika pasien - Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan
cemas dan meningkatkan kenyamanan
o Klien mampu mencari informasi tentang - Dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi
hal-hal yang dapat dilakukan untuk perasaannya
menurunkan kecemasan - Ciptakan hubungan saling percaya
o Klien manpu menggunakan strategi - Bantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa
koping yang efektif menimbulkan kecemasan
o Klien melaporkan kepada perawat - Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang
penurunan kecemasan membuat cemas dan dengarkan dengan penuh
o Klien mampu menggunakan teknik perhatian
o Klien melaporkan kepada perawat tidur - Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-
obatan yang mengurangi kecemasan pasien
cukup, tidak ada keluhan fisik akibat
kecemasan, dan tidak ada perilaku yang
menunjukkan kecemasan
Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh Status nutrisi : intake makanan dan 1. Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan faktor minuman - Kaji adanya alergi makanan
biologis (status hipermatebolik Setelah dilakukan asuhan keperawatann - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
berkenaan dengan kanker) dan kepada pasien selama …... x 24 jam, jumlah nutrisi yang sesuai dengan keadaan pasien
faktor psikososial diharapkan status nutrisi meliputi intake - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe,
makanan dan minuman membaik dengan protein, karbohidrat, dan vitamin C
kriteria hasil sebagai berikut: - Berikan diet yang mengandung tinggi serat untuk
- Adanya peningkatan berat badan sesuai mencegah konstipasi
dengan tujuan - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi pasien
- Klien mampu mengidentifikasi kebutuhan 2. Monitoring nutrisi
nutrisi - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi dilakukan
- Berikan lingkungan yang nyaman dan bersih
Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital
Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing,
Chelmow.D. 2005. GynecologicMyomectomy Http://www.emedicine.com/med/topic331
9.html.
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston :
Elsevier Saunders
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi.
Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta
Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2000. Fibroids in Gynaecology Illustrated.
London : Churchill Livingstone.
Joedosapoetro MS. 2003. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadi
T. Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi 2.
Jakarta : EGC
Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates
Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al. 2004. Fibroids in Obstetrics and Gynaecology.
London : Mosby
Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas.
Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of
Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine
Rayburn WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA Chalik. Jakata.
Widya Medika,