A. DEFINISI
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram (Sarwono, 2009)
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500 gram melalui
sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2006)
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding rahim (Mansjoer, 2002)
B. JENIS – JENIS
1. Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah uterus. insisi pada bawah rahim,
bisa dengan teknik melintang atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
a. Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b. Bahaya peritonitis tidak besar.
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari tidak besar karena pada
nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka
dapat sembuh lebih sempurna.
2. Sectio cacaria klasik atau section cecaria korporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini yang agak mudah
dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan section cacaria transperitonealis
profunda. Insisi memanjang pada segmen atas uterus.
3. Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi bahaya injeksi perporal akan tetapi
dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di
lakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
4. Section cesaria Hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
§ Atonia uteri
§ Plasenta accrete
§ Myoma uteri
§ Infeksi intra uteri berat
Asuhan Keperawatan pada ibu Nifas Page 2
STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung
C. ETIOLOGI
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab
sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran
lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan
yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan
atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus
dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab
terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan
penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini
amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam
belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu,
sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko
terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan,
adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
D. PATOFISIOLOGI
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding
uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,
distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin
besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek
kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk
oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan
prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun
anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-
kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa
mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri
sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif
akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi
saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses penghancuran dengan
bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi.
Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan
menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi
sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada
perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.
(Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)
Pathway SC
Sering
terbangun
Gangguan pola
tidur
E. TEKHNIK PENATALAKSANAAN
1. Bedah Caesar Klasik/ Corporal.
a. Buatlah insisi membujur secara tajam dengan pisau pada garis tengah korpus uteri diatas segmen
bawah rahim. Perlebar insisi dengan gunting sampai sepanjang kurang lebih 12 cm saat menggunting
lindungi janin dengan dua jari operator.
b. Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah. Janin dilahirkan dengan meluncurkan kepala
janin keluar melalui irisan tersebut.
c. Setelah janin lahir sepenuhnya tali pusat diklem ( dua tempat) dan dipotong diantara kedua klem
tersebut.
d. Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan uterotonika kedalam miometrium
dan intravena.
e. Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :
§ Lapisan I
Miometrium tepat diatas endometrium dijahit secara silang dengan menggunakan benang chromic catgut
no.1 dan 2
§ Lapisan II
lapisan miometrium diatasnya dijahit secara kasur horizontal (lambert) dengan benang yang sama.
§ Lapisan III
Dilakukan reperitonealisasi dengan cara peritoneum dijahit secara jelujur menggunakan benang plain
catgut no.1 dan 2
f. Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa darah dan air ketuban
g. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
2. Bedah Caesar Transperitoneal Profunda
a. Plika vesikouterina diatas segmen bawah rahim dilepaskan secara melintang, kemudian secar
tumpul disisihkan kearah bawah dan samping.
b. Buat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen bawah rahim kurang lebih 1 cm dibawah irisan
plika vesikouterina. Irisan kemudian diperlebar dengan gunting sampai kurang lebih sepanjang 12 cm saat
menggunting lindungi janin dengan dua jari operator.
c. Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah dan janin dilahirkan dengan cara meluncurkan
kepala janin melalui irisan tersebut.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan
metabolik atau alirann darah dalam otak.
5. Uji laboratorium
a. Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah
G. KOMPLIKASI
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi menjadi:
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
3. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-cabang arteri uterine
ikut terbuka atau karena atonia uteri.
4. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru yang sangat
jarang terjadi.
5. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur
uteri.
Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal
H. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan awal
§ Letakan pasien dalam posisi pemulihan
§ Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama, kemudian tiap 30 menit jam
berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit sampai sadar
§ Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
§ Transfusi jika diperlukan
§ Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera kembalikan ke kamar bedah
kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah pemberian
minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan
pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
§ Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
§ Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar
§ Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam
lalu menghembuskannya.
§ Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler)
§ Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari,
belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4. Fungsi gastrointestinal
§ Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
§ Jika ada tanda infeksi , tunggu bising usus timbul
§ Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
§ Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik
§ Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia seperti
neurobian I vit. C
11. Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan
§ Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan komplikasi berupa perdarahan dan
hematoma pada daerah operasi
§ Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya hematoma.
§ Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut ditekuk) agar diding abdomen
tidak tegang.
§ Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.
§ Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadiny infeksi
§ Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
§ Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat menaikkan tekanan intra abdomen
§ pengkajian difokuskan pada kelancaran saluran nafas, karena bila terjadi obstruksi kemungkinan terjadi
gangguan ventilasi yang mungkin disebab-kan karena pengaruh obat-obatan, anestetik, narkotik dan
karena tekanan diafragma. Selain itu juga penting untuk mempertahankan sirkulasi dengan mewaspadai
terjadinya hipotensi dan aritmia kardiak. Oleh karena itu perlu memantau TTV setiap 10-15 menit dan
kesadaran selama 2 jam dan 4 jam sekali.
§ Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa nyeri dan kenya-manan psikologis juga
perlu dikaji sehingga perlu adanya orientasi dan bimbingan kegi-atan post op seperti ambulasi dan nafas
dalam untuk mempercepat hilangnya pengaruh anestesi.
§ Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan ulang tekanan darah, frekuensi nadi dan nafas. Jadwal
pengukuran jumlah produksi urin Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci bila dijumpai adanya
penyimpangan
§ Penatalaksanaan medis, Cairan IV sesuai indikasi. Anestesia; regional atau general Perjanjian dari
orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria. Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi. Pemberian
oksitosin sesuai indikasi. Tanda vital per protokol ruangan pemulihan, Persiapan kulit pembedahan
abdomen, Persetujuan ditandatangani. Pemasangan kateter fole
N DIAGNOSA
O KEPERAWATAN LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan
analgetik,jika perlu
menyusui keperawatan selam 1 x 24 jam
diharapakan status menyusui
Edukasi menyusui
membaik.
Observasi :
Dengan kriteria hasil : - Identifiksi kesiapan dan
kemampuan menerima
- Perlekatan bayi pada
informasi
ayudara ibu membaik
- Identifikasi tujuan dan
- Kemampuan ibu
keinginan masyarakat
memposisikan bayi dengan
Terapeutik :
benar membaik
- Sediakan materi dan media
- Miksi bayi lebih
sebagai Pendidikan kesehatan
dari8kali/24jam
- Jadwalkan Pendidikan
- Berat badan bayi membaik
kesehatan sesuai kesepakatan
- Tetesan atau pancaran ASI
- Berikan kesempatan untuk
membaik
bertanya
- Suplai ASI adekuat
- Dukung ibu meningkatkan
membaik
kepercyaan diri dalam
- Putting tidak lecet setelah
menyusui
2 minggu melahirkan
- Libatkan system pendukung :
membaik
suami,keluarga,tenkes,dan
- Kepercayaan ibu membaik
masyakarat
- Lecet pada putting
Edukasi :
membaik
- Berikan konselling menyusui
- Kelelahan maternal
- Jelaskan manfaat menyusui
membaik
bagi ibu dan bayi
- Kecemasana maternal
- Ajarkan 4 posisi menyusui
membaik
dan perlekatkan dengan benar
. Observasi :
Dengan kriteria hasil : Identifikasi pola aktivitas dan
Kesulitan tidur membaik tidur
Keluhan sering terjaga Identifikasi factor pengganggu
membaik tidur
Keluhan tidak puas tidur Identifikasi obat tidur yang
membaik dikonsumsi
Keluhan pola tidur Terapeutik :
berubah membaik Lakukan prosedur untuk
Keluhan istirahat tidak meningkatkan kenyamanan
cukup membaik (misalnya pijat,pengaturan
posisi)
Sesuaikan jadwal pmberian
obat dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus idur terjaga
Edukasi :
Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologis lainnya
4. Resiko infeksi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 2 x 24 jam Pencegahan infeksi
diharapakan tingkat infeksi Observasi :
menurun - Monitor tanda dan gejala
Dengan kriteria hasil : infeksi local dan sistemik
- Demam menurun Terapeutik :
- Kemerahan menurun - Berikan pearawatan kulit
- Nyeri menurun pada area edema
- Bengkak menurun - Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
- Pertahankan Teknik aspetik
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara menuci tangan
dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
I. IDENTITAS / BIODATA
Nama Pasien : Ny. H Nama Suami : Tn . M
Umur : 29 Th Umur : 36 Tahun
3. Riwayat Obstetri :
A. Riwayat Menstruasi :
Menarche : Umur 12 Th Teratur / tdk teratur : teratur
Siklus : 28 hari Lamanya : 5- 6 hari
2. Keadaan Ketuban
Pecah jam : 06.00 WIB
: keruh
Warna air ketuban
:amis
Bau air ketuban
: tidak terlalu banyak
Banyaknya air ketuban
: tidak ada
Lain – lain
3. Keadaan Placenta
: 07.00 WIB( lengkap/tidak lengkap )
Lahir jam
: tindaka
Spontan / tindakan
: 10 cm
Lebar
: 5 cm
Tebal : 2450 gram
Berat : 46 cm
Panjang tali pusat : tidak ada
Insersi : tidak ada
Kelainan - kelaian
Utuh
4. Keadaan Perineum
: ± 80 cc cm
5. Jumlah Perdarahan
: Pemberian obat anti nyeri
6. Pengobatan yang diberikan
6. Pola Kebiasaan :
: laki – laki
: wanita
D. Buah dada
Konsistensi : lunak
Puting susu : menonjol
Asi / Colostrum : produksi ASI banyak
Kebersihan : Bersih
Kelainan lain : Tidak ada
E. Keadaan perut
Luka operasi : ya / tidak
Tanda – tanda infeksi : ya / tidak
F. Uterus
Tinggi fundus uteri : 1 jari dibawah umbilicus(10 cm dari simpisis pubis)
Kontraksi uteri : kuat
G. Keadaan vulva
Odem : ya / tidak
Varises : ya / tidak
Nyeri : ya / tidak
H. Perineum : Odem
I. Episiotomi : Tidak ada
Jenis : Tidak ada
Jahitan : Tidak ada
Tanda infeksi : Tidak ada
J. Lochia
Warna : Tidak ada
Bau : Tidak ada
Jumlah : Tidak ada
K. Keadaan anus
Hemoroid : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
L. Genetalia luar
Bartolinitis : Tidak ada
Kelainan lain : Tidak ada
1. Laboratorium
A. Darah
Hb sahli / talquis : 8,9 g/Dl
Golongan darah :A
Darah lengkap :-
B. Urien
Protein urine : tidak ada
Lain – lain : tidak ada
2. Foto Rontgen :
Tidak ada
3. U S G :
Hasil USG menunjukkan bahwa bayi letak lintang
Mahasiswa
( __________________ )
NIM. ………………
ANALISA DATA
Nama pasien : Ny. H
Umur : 29 Tahun
No. Register : S12356
1 Gejala Dan Tanda Mayor Sectio Caesarea Nyeri akut b.d agen pencedera
Subjektif : ↓ fisik ( proses operasi)
Pasien mengeluh Post operasi
nyeri pada luka post ↓
operasi Fisiologis
P : luka jahitan post ↓
operasi dan sangat System integument
dirasakan saat berjalan ↓
Q : Seperti terisis-iris Diskontinuitas jaringan
R : Bagian abdomen,dan ↓
tidak menjalar Ruang insisi di isi
S : skala 6 gumpalan
T : 1-2 menit ↓
Objektif : Radang mendadak
Pasien tampak ↓
meringis menahan Rangsangan reseptor nyeri
nyeri ↓
Pasien tampak Nyeri Akut
menghindari posisi
yang dapat
menyebabkan nyeri
Pasien tampak
gelisah
Pasien terlihat sulit
tidur
TTV
- TD : 130/80 mmHg
- N :78 x/mnit
- RR : 19 x/mnit
- T :36,7 C
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : --
Objektif :
- Tekanan darah
meningkat
TD : 130/80 mmHg
- Pola nafas berubah
RR : 19x/mnit
- Berfokus pada diri
sendiri
2 Gejala dan Tanda Mayor Sectio Caesarea Gangguan Pola Tidur b.d
Subjektif : ↓ kurang kontrol tidur
- Pasien Post operasi
mengeluhsulit tidur ↓
Fisiologis
Asuhan Keperawatan pada ibu Nifas Page 23
STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung
- Pasien mengatakan ↓
sering terbangun di System integument
malam hari ↓
- Pasien mengeluh Diskontinuitas jaringan
tidur tidak nyenyak ↓
- Pasien mengeluh Ruang insisi di isi
istirahatnya kurang gumpalan
Objektif : ↓
- Radang mendadak
↓
Gejala dan Tanda Minor Rangsangan reseptor nyeri
↓
Subjektif : Nyeri Akut
Pasien mengeluh ↓
kemampuan Sering terbangun saat
beraktivitas menurun malam hari
Objektif : ↓
- Kurang control tidur
↓
Gangguan pola tidur
TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL
2.
20-12-2008
Gangguan pola tidur b.d kurang control tidur
DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
Manajemen nyeri
1 Nyeri akut b.d agen cedera fisik Setelah dilakukan asuhan
(prose operasi)
keperawatan selama 2 x 24 Observasi :
jam diharapakan tingkat
Identifikasi
nyeri menurun.
lokasi,karakteristik,durasi,fr
Dengan kriteria hasil : ekuensi,kualitas dan
intesitas nyeri
Keluhan nyeri
Identifikasi skala nyeri
menurun
Identifikasi respon nyeri
Meringis menurun
non verbal
Sikap protektif
Identifikasi pengaruh nyeri
menurun
pada kualitas hidup
Kesulitan tidur
Terapeutik :
menurun
Berikan teknik
Frekuensi nadi
norfarmakologis untuk
menurun
mengurangi rasa nyeri
Fasilitas istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
Jelaskan
penyebab,periode,dan
pemidu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Asuhan Keperawatan pada ibu Nifas Page 27
STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu
Dukungan tidur
2
Gangguan pola tidur b.d kurang Setelah dilakukan asuhan
control tidur
keperawatan selama 2 x 24 Observasi :
jam diharapakan pola Identifikasi pola aktivitas
tidur membaik . dan tidur
Dengan kriteria hasil : Identifikasi factor
Kesulitan tidur pengganggu tidur
membaik Identifikasi obat tidur yang
Keluhan sering dikonsumsi
terjaga membaik Terapeutik :
Keluhan tidak puas Lakukan prosedur untuk
tidur membaik meningkatkan kenyamanan
Keluhan pola tidur (misalnya pijat,pengaturan
berubah membaik posisi)
Keluhan istirahat Sesuaikan jadwal pmberian
tidak cukup obat dan/atau tindakan
membaik untuk menunjang siklus idur
terjaga
Edukasi :
Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologis lainnya
Nama Pasien : Ny.H . Umur : 29 Tahun No. Register : S12356 Kasus : Post operasi ( SC)
Nama Pasien : Ny.H . Umur : 29 Tahun No. Register : S12356 Kasus : Post operasi ( SC)
Nama Pasien : Ny.H . Umur : 29 Tahun No. Register : S12356 Kasus : Post operasi ( SC)
Nama Pasien : Ny.H . Umur : 29 Tahun No. Register : S12356 Kasus : Post operasi ( SC)
2 II 22-12-2008 22-12-2008 S:
(Dinas sore) 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan (Dinas sore) - Pasien mengeluh masih sulit tidur
Hari Kedua tidur Hari Kedua - Pasien mengatakan kadang terbangun
16.00 WIB 16.00 WIB di malam hari
2. Mengidentifikasi factor pengganggu - Pasien mengeluh tidur tidak nyenyak
tidur - Pasien mengeluh istirahatnya kurang
O:
3. Mengidentifikasi obat tidur yang Klien tampak mengantuk
dikonsumsi
A : Masalah belum teratasi
4. Melakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan P : Lanjutkan intervensi 1-6
Nutrisi pada ibu yang baru melahirkan sebenarnya tidak sulit. Cara yang termudah adalah
melanjutkan mengonsumsi makanan yang bergizi saat hamil. Kebutuhan gizi pada masa nifas
akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan
memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Nutrisi ibu post partum yaitu nutrisi
yang bergiziseimbang. Nutrisi di butuhkan oleh ibu post partum sebagai sumber tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur tubuh supaya pertumbuhan dan perkembangan bayi yang disusui
dapat tumbuh dengan sehat dan memperlancar produksiASI serta dapat mempertahankan
kesehatan ibu sendiri.Ibu post partum memerlukan makanan yang mengandung tinggi protein,
sayuran daun hijau dan buah-buahan setiap hari.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 20 menit. Pasien Ibu Post Partum, mampu mengetahui
kebutuhan nutrisi yang dibutuhkannya selama masa nifas. Sehingga mampu mempertahankan kesehatan
pada diri dan bayinta.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 20 menit peserta penyuluhan diharapkan dapat :
a. Menjelaskan Pengertian gizi Pada Ibu Nifas
b. Menjelaskan Tujuan pemenuhan gizi seimbang pada Ibu Nifas
c. Menjelaskan tanda-tanda kekurangan gizi
d. Menjelaskan kebutuhan kalori dan zat gizi bagi ibu nifas
e. Menjelaskan cara mengatasi kekurangan gizi
f. Menjelaskan 13 dasar peran dasar gizi seimbang
g. Menjelaskan contoh gizi seimbang untuk ibu yang menyusui
C. Pokok bahasan
Kebutuhan Nutrisi pada Ibu Nifas
D. Sub Pokok Bahasan
a. Pengertian gizi Pada Ibu Nifas
b. Tujuan pemenuhan gizi seimbang pada Ibu Nifas
c. Tanda-tanda kekurangan gizi
d. Kebutuhan kalori dan zat gizi bagi ibu nifas
e. Cara mengatasi kekurangan gizi
f. 13 dasar peran dasar gizi seimbang
g. Contoh gizi seimbang untuk ibu yang menyusui
E. Metode
1. Jenis model pembelajaran pertemuan (tatap muka)
2. Langkah pokok :
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberi komentar
e. Menetapkan tindak lanjut
F. Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan ini yaitu leaflet,book leat,dan flip card
G. Proses kegiatan
1 2 Menit Pembukaan:
Salam pembuka Menjawab salam
Memperkenalkan diri Mendengarkan dan
Menjelaskan tujuan dari penyuluhan. memperhatikan
Melakukan kontrak waktu dan bahasa.Mendengarkan dan
Mengkaji pengetahuan audiens memperhatikan
tentang Nutrisi yang diperlukan Ibu Membuat kesepakatan
Nifas Menjawab pertanyaan yang
Menyebutkan materi penyuluhan yang diajukan
akan diberikan Mendengarkan dan
memperhatikan
2 15 Menit Pelaksanaan :
Menjelaskan tentang Mendengarkan dan
Pengertian Nutrisi Pada Ibu Nifas memperhatikan
Tujuan Pemberian Nutrisi Tepat Mendengarkan dan
pada Ibu Nifas memperhatikan
Nutrisi yang dibutuhkan Ibu Nifas. Bertanya dan menjawab
Menjelaskan Menu Makanan pertanyaan yang diajukan
Seimbang
4 1 Menit
Penutup :
Menyimpulkan materi penyuluhan
Mendengarkan dan
Mengucapkan terima
memperhatikan
kasih dilanjutkan salam penutup
Mendengarkan dan
Membagikan leaflet
menjawab salam
H. Evaluasi
Evaluasi yang diberikan berupa pertanyaan terbuka,antara lain :
Asuhan Keperawatan pada ibu Nifas Page 38
STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung
I. Referensi
Dewi, V.N.L., Sunarsih, T. 2011. Asuhan Kebidanan pada : Ibu Nifas. Yogyakarta: Salemba Medika
Bahiyatun. 2013. Buku Ajar: Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
J. Lampiran
1. materi : Kebutuhan Nutrisi pada Ibu Nifas
2. leaflet
Padang,14 April 2020
Pemateri
Ekita Molis Febrian
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan proteindan
kaerbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan
meningkat, integritas kulit baik, tonus otot, serta kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu menyusui
tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang penting adalah makanan yang menjamin
pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
2. Tujuan Pemenuhan Gizi Seimbang Bagi Ibu Nifas
a. Memulihkan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan dan mencegah perombakan zat gizi dari tubuh
ibu
b. Memproduksi ASI yang cukup dan memberi kadar kalori max dalam ASI .
c. Meningkatkan daya tahan penyakit bagi ibu dan bayi
d. Mempertahankan dan meningkatkan kebugaran dan stamina
e. Memberi cukup vit A bagi ibu dan bayi sehingga terhindar dari kebutaan
f. Unutuk memperlnacar bekerjanya fungi organ-organ tubuh
g. Mengoptimalkan tumbuh kembang bayi
h. Meningkatkan perkembangan sel sel otak bayi
bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal.
Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui. Makanan yang dikonsumsi
ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi
ASI, serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti : susunya
harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas dan berlemak, serta tidak
mengandung alkohol, nikotin dan bahan pengawet dan pewarna.
b. Protein
Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah ini
hanya 16% dari tambahan 500 kal yang dianjurkan . Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani
dan protein nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang, kerang, susu, dan keju.
Sementara itu, protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan dan lain-
lain.
c. Cairan
Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum
2-3 liter per hari dalam bentuk air putih, susu dan jus buah (anjurkan ibu minum tiap kali
menyusui). Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit
dan mengatur kelancaran metabolisme didalam tubuh. Sumber zat pengatur tubuh tersebut bisa
diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar.
d. Vitamin dan mineral
Kegunaan vitamin dan mineral adalah untuk melancarkan metabolisme tubuh. Beberapa vitamin
dan mineral yang ada pada air susu ibu perlu mendapat perhatian khusus karena jumlahnya kurang
mencukupi, tidak mampu memenuhi kebutuhan bayi sewaktu bayi bertumbuh dan berkembang.
1) Zat besi
Zat besi dapat mencegah anemia dan meningkatkan daya tahan tubuh. Sumber zat besi antara lain
hati, telur, sumsum tulang dan sayuran hijau. Kebutuhan zat besi sebanyak 28 mg per hari. Pil zat
besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
2) Iodium
Iodium dapat meningkatkan pertumbuhan fisik dan mental. Sumber iodium yaitu garam
beriodium. Kebutuhan iodium sebanyak 200 mg per hari.
3) Vitamin C dan A
Vitamin C digunakan untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh, produksi ASI. Sumber
vitamin C antara lain buah-buahan atau sayuran berwarna hijau kuning. Kebutuhan vitamin C
sebanyak 85 mg per hari. Vitamin A sebanyak 850 mg per hari
Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan
24 jam setelahnya agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
6) Lemak
Rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 41/2 porsi lemak (14 gram perporsi) perharinya. Satu
porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga sendok makan kacang tanah atau kenari, empat sendok
makan krim, secangkir es krim, ½ buah alpukat, dua sendok makan selai kacang, 120-140 gram daging
tanpa lemak, sembilan kentang goreng, dua iris cake, satu sendok makan mayones atau mentega, atau dua
sendok makan saus salad.
7) Garam
Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari makanan asin seperti kacang
asin, keripik kentang atau acar.
8) Zinc (Seng)
Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan pertumbuhan. Kebutuhan Zinc didapat
dalam daging, telur dan gandum. Enzim dalam pencernaan dan metabolisme memerlukan seng.
Kebutuhan seng setiap hari sekitar 12 mg. Sumber seng terdapat pada seafood, hati dan daging.
e. Mendukung dan melaksanakan program pemerintah tentang cara mengatasi gizi buruk