Disusun Oleh :
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
ANALISA JURNAL
2.3 Etiologi
Menurut (Bobak, 2005; Ratih, 2014) preeklamsia umumnya terjadi pada
kehamilan pertama, kehamilan diusia remaja dan kehamilan wanita diatas 40th,
namun ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya
preeklamsia, faktor tersebut adalah :
a. Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis
b. Riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan
c. Obesitas
d. Riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya
e. Riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan
f. Gizi buruk
g. Gangguan aliran darah ke Rahim
h. Kehamilan kembar
a. Hypertensi
Gejala yang paling dulu timbul adalah hypertensi yang terjadi sekonyong-
konyong sebagai batas diambil tekanan darah 140 mm atau diastolis 15 mm di
atas tekanan yang biasa merupakan pertanda. Tekanan darah dapat mencapai
180 mm systolis dan 110 mm diastolis tapi jarang mencapai 200 mm. Jika
tekanan darah melebihi 200 mm maka sebabnya biasanya essentialis.
b. Oedema
Timbulnya oedema didahului oleh tambah berat badan yang berlebihan.
Penambahan berat ½ kg pada seorang yang hamil dianggap normal, tapi kalau
mencapai 1 kgseminggu atau 3 kg dalam sebulan pre eklamasi harus dicurigai.
Tambah berat yang sekonyong-konyong ini diebab kan retensi air dalam
jaringan kemudian baru oedema nampak. Oedema ini tidak hilang dengan
istirahat.
c. Proteinuria
Protinuria sering diketemukan pada preeklamasi rupa-rupanya kare na
vasospasmus pembuluh-pembuluh dan ginjal.
Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari hypertensi dan tambah
berat.
d. Gejala-gejala subjektif
Perlu ditekankan bahwa hypertensi, tambah berat daan proteinuria yang
merupakan gejala-gejala yang terpenting dari preeklamasi tidak diketahui oleh
penderita. Karena itu pernatal care sangat penting untuk diagnosa dan terapi
preeklamasi dengan cepat.
Baru pada preeklamasi yang sudah lanjut timbul gejala-gejala subjektif
yang membawa pasien ke dokter.
Gejala-gajala subjektif tersebut antara lain :
1. Sakit kepala yang keras karena vasospasmus atau oedema otak.
2. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh hoemorragia atau
oedema, atau sakit karena perubahan pada lambung.
3. Gangguan penglihatan : Penglihatan menjadi kabur malahan kadang-
kadang pasien buta.
2.5 Patofisiologi
Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi yaitu
mengalami spasme pembuluh darah perlu adanya kompensasi hipertensi ( suatu
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifir agar oksigenasi jaringan
tercukupi). Dengan adanya spasme pembuluh darah menyebabkan perubahan –
perubahan ke organ antara lain :
a. Otak
Mengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan terjadi
oedema yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan pusing dan
CVA ,serta kelainan visus pada mata.
b. Ginjal
Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah ke
ginjal berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif , dimana filtrasi
natirum lewat glomelurus mengalami penurunan sampai dengan 50 % dari
normal yang mengakibatkan retensi garam dan air , sehingga terjadi oliguri dan
oedema.
c. URI
Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan gangguan
plasenta maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan terjadi
gangguan pertumbuhan janin, gawat janin , serta kematian janin dalam
kandungan.
d. Rahim
Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan
menyebabkan partus prematur.
e. Paru
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga
oksigenasi terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola nafas. Juga
mengalami aspirasi paru / abses paru yang bisa menyebabkan kematian
f. Hepar
Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati , dan
perdarah.
2.6 Pathway
SOP (Standar Operasional Prosedur)
Instrument yang
di dunakan
untuk mengukur
tekanan darah
adalah
tensimeter
A. Pembahasan
Preeklampsi adalah keadaan di mana hipertensi disertai dengan proteinuria,
edema, atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20
(Mitayani, 2009, hlm.14). Preeklamsi atau yang biasa disebut kehamilan dengan
hipertensi, tidak seperti hipertensi pada umumnya, tetapi mempunyai kaitan erat
dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi baik pada janin maupun ibu.
Preeklamsi dapat diobati secara farmakologis dan non farmakologis.
Pengobatan farmakologis pada preeklamsi tentunya mengandung bahan kimia
yang dapat menimbulkan efek samping, sedangkan pengobatan non farmakologis
adalah pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan terapi herbal, terapi nutrisi,
aromaterapi, pijat refleksiologi dan terapi rendam kaki dengan air hangat
(Damayanti, 2014, hlm.2).
1. Jurnal 1
Penelitian terkait yang pernah dilakukan Christina Febri Sabattani dkk
(2016) pada ibu hamil penderita preeklamsi dengan tekanan darah ≥/=140/90
mmHg di Puskesmas Ngaliyan Semarang dengan p value 0,0001 (≤ 0,05)
yang mengatakan rendam kaki air hangat merupakan salah satu terapi alamiah
yang secara ilmiah mempunyai banyak manfaat bagi tubuh, khususnya dalam
memperlancar peredaran darah. Banyak metode yang dapat diterapkan dengan
merendam kaki dalam air hangat yang bertemperatur 37o-39oC karena dapat
terjadi pergantian panas dingin yang akan menstabilkan kerja jantung dan
aliran darah.
Penelitian yang dilakukan dengan melakukan beberapa persiapan,
sebagai berikut : klien duduk di atas kursi dengan rileks dan bersandar,
kemudian tuang air hangat dalam ember/baskom hingga suhu 37o -39 oC
kira-kira 2 liter dari kom tersebut, rendam kaki sampai batas pergelangan ke
dalam ember/baskom tersebut selama 15-20 menit, setelah itu keluarkan
kedua kaki, bilas dengan air dingin, kemudian keringkan kaki menggunakan
handuk. Agar kaki tetap halus dan tidak kering, oleskan krim pelembut (body
lotion) (Lalage, 2015, hlm.68 dan Setyoadi & Kushariyadi, 2011, hlm.145).
Dan didapatkan bahwa hasil analisa dari penulis, rendam kaki dengan
air hangat mempunyai efek yang positif terhadap tekanan darah pada ibu
hamil penderita preeklamsi yang dibuktikan dari hasil penelitian sebelum dan
sesudah dilakukan rendam kaki dengan air hangat, bahwa sesudah dilakukan
rendam kaki dengan air hangat pada ibu hamil penderita preeklamsi
mengalami penurunan tekanan darah karena hangatnya air membuat sirkulasi
darah menjadi lancar. Merendam kaki dengan air hangat mempunyai efek
fisik panas/hangat yang dapat menyebabkan zat cair, padat, dan gas
mengalami pemuaian ke segala arah dan dapat meningkatkan reaksi kimia.
Pada jaringan akan terjadi metabolisme seiring dengan peningkatan
pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh. Efek biologis
panas/hangat dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang
mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh
terhadap panas yaitu menyebabkan pelebaran pembuluh darah, menurunkan
kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme
jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler.
Hasil uraian penelitian dan pembahasan tentang efektifitas rendam kaki
dengan air hangat terhadap penurunan tekanan darah pada ibu hamil penderita
preeklamsi di Puskesmas Ngaliyan Semarang diperoleh kesimpulan sebagai
berikut: didapatkan bahwa tekanan darah tinggi akibat preeklamsi sebelum
dilakukan rendam kaki dengan air hangat yaitu sebanyak 16 responden dan
sesudah dilakukan rendam kaki dengan air hangat yaitu sebanyak 16
responden, kemudian hasil penelitian yang telah di uji menggunakan Mc
Nemar yang telah digunakan pada responden penelitian diperoleh hasil P
value 0,0001 (≤ 0,05) artinya terdapat perbedaan tekanan darah pada ibu
hamil penderita preeklamsi sebelum dan sesudah diberikan rendam kaki
dengan air hangat, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima artinya terdapat
efektivitas rendam kaki dengan air hangat terhadap penurunan tekanan darah
pada ibu hamil penderita preeklamsi di Puskesmas Ngaliyan Semarang.
2. Jurnal 2
Terapi rendam kaki air hangat dan serai dapat menurunkan tekanan
darah, dengan kata lain terapi ini efektif terhadap penurunan tekanan darah
pada ibu hamil penderita preeklamsia. Hal ini karena salah satu khasiat serai
adalah menurunkan tekanan darah, penelitian telah dilakukan pada potensi
ekstrak serai sebagai sumber zat hipolipidemik yang dapat menurunkan resiko
hipertensi. Efek hipolipidemik tercatat dengan pengurangan nyata dalam
tingkat kepadatan lipid yang rendah dalam aliran darah. Senyawa anti
hipertensi flabonoid dan alkaloid yang terkandung di dalam ekstrak serai
karena mengandung minyak esensial. (Olorunnisola, Asiyanbi, Hammed, &
Simsek, 2014).
Dalam Penelitian Isneni Yuli Rustant (2020) Implementasi keperawatan
dilakukan selama 3 hari pada kedua kasus. Sebelum melakukan implementasi
terlebih dahulu dilakukan pengkajian, pemeriksaan fisik, analisa data,
menetapkan diagnosa keperawatan, menyusun intervensi dan baru melakukan
implementasi. Implementasi yang dilakukan pada ketiga pasien hampir sama,
diantaranya yang telah dilakukan sesuai intervensi untuk diagnosa resiko
perfusi perifer tidak efektif adalah dengan cara mengaplikasikan terapi
rendam kaki dengan air hangat dan serai.
Pelaksanaan implementasi pada ketiga kasus tidak jauh berbeda, untuk
terapi rendam kaki dengan air hangat dan serai yaitu dengan mengukur
tekanan darah pasien 10 menit sebelum pemberian terapi terlebih dahulu
dengan menggunakan bedset monitor kemudian di lakukan perendaman kaki
dengan air hangat dan serai selama 15 menit. Lalu 10 menit setelah pemberian
terapi rendam kaki dengan air hangat dan serai dilakukan pengukuran tekanan
darah kembali. Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan,
evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses, dan hasil evaluasi terdiri dari
evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif menghasilkan umpan balik
selama program berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan
keputusan.
Evaluasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan didokumentasikan
dalam bentuk Subjektif, Objektif, Assessment, Planning (SOAP). Evaluasi
keperawatan pada pasien 1,2 dan 3 dengan masalah keperawatan resiko
perfusi perifer tidak efektif, di dapatkan masalah teratasi sebagian ditandai
dengan adanya penurunan tekanan darah secara signifikan meskipun belum
berada dalam batas normal.
Setelah dilakukan terapi selama 3 hari berturut, hasil evaluasi
didapatkan adanya penurunan tekanan darah terhadap ibu post partum section
caesaria dengan Pre-eklampsia Berat setelah melakukan rendam kaki dengan
air hangat dan serai. Perubahan terjadi pada seluruh responden dengan rata-
rata penurunan systole sebanyak 7 mmHg dan pada diastole sebanyak 7,6
mmHg. Masalah keperawatan resiko perfusi perifer tidak efektif teratasi
sebagian di tandai dengan turunnya tekanan darah pada seluruh responden.
3. Jurnal 3
Hasil dari penelitian pengukuran tekanan darah responden yang
dilakukan 10 menit sebelum dilakukan rendam kaki dengan air hangat dan
serai adalah seluruh responden yang berjumlah 15 orang mengalami tekanan
darah tinggi. Tekanan darah tertinggi yaitu sebesar 153/95 mmHg terendah
138/83 mmHg. Sedangkan rata-rata tekanan darah responden yaitu sebesar
142.57/90.12 mmHg.Menurut penelitian Rahim pada responden 17 orang
(100%) rata-rata tekanan darah pada ibu hamil preeklamsia sebelum diberikan
rendam kai air hangat dan serai mengalami hipertensi (tekanan darah tinggi)
dengan hasil tekanan darah tertinggi (Rahardjo, 2009)
Setelah responden diberikan perlakuan rendam kaki dengan air hangat
dan serai responden kembali diukur tekanan darahnya. Pengukuran tekanan
darah dilakukan pada 10 menit setelah dilakukan rendam kaki air hangat dan
serai untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan tekanan darah setelah
diberikan perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan semua responden (n=15)
mengalami penurunan tekanan darah baik pada tekanan sistolik atau diastolik
setelah dilakukan rendam kaki.tekanan darah sistolik tertinggi menjadi 146
mmHg dan diastolik 91 mmHg. Sedangkan tekanan darah sistolik terendah
yaitu 130 mmHg dan diastolik 81 mmHg. Rata-rata tekanan darah responden
menjadi 135.73/85.51 mmHg.
Penelitian yang dilakukan oleh (Wulandari et al., 2016) tentang
pengaruh rerndam kaki menggunakan air hangat dengan campuran garam dan
serai terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah
podorejo rw 8 ngaliyan hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan
tingkat hipertensi. Dari 17 responden pada tekanan darah sistolik penuruan
tingkat hiperensi menjadi hipertensi stadium 1 (ringan) dan 69 responden
menjadi normal, untuk tekanan darah diastolik 21 responden turun menjadi
stadium 1 dan 65 responden menjadi normal.
Hasil penelitian ditemukan bahwa terapi rendam kaki dengan air hangat
dan serai memiliki pengaruh dalam menurunkan tekanan darah pada ibu
hamilyang mengalami preeklampsia. Hasil penelitian menunjukkan terjadi
penurunan tekanan darah yang signifikan dilihat dari adanya selisihi rata-rata
tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi rendam kaki dengan air
hangat dan serai selama 20 menit 3.408 mmHg pada tekanan sistolik dan
4.607 mmHg pada tekanan diastolic. Uji Wilcoxon pada tekanan sistolik
didapatkan p value = 0.001. Sedangkan uji Paired t-test pada tekanan diastolik
menghasilkan p value = 0.000 maka Ha diterima dan Ho ditolak, dengan arti
bahwa ada pengaruh rendam kaki air hangat dan serai terhadap tekanan darah
ibu hamil dengan preeklamsia di wilayah kerja Puskesmas Bangetayu,
Tlogosari Wetan dan Gayamsari.
Berdasarkan analisis dapat diambil kesimpulan bahwa rendam kaki air
hangat dan serai dapat menurunkan tekanan darah, dengan kata lain terapi ini
efektif terhadap penurunan tekanan darah pada ibu hamil penderita
preeklamsia. Hal ini karena Salah satu khasiat serai adalah menurunkan
tekanan darah, penelitian telah dilakukan pada potensi ekstrak serai sebagai
sumber zat hipolipidemik yang dapat menurunkan resiko hipertensi. Efek
hipolipidemik tercatat dengan pengurangan nyata dalam tingkat kepadatan
lipid yang rendah dalam aliran darah. Senyawa anti hipertensi flabonoid dan
alkaloid yang terkandung di dalam ekstrak serai karena mengandung minyak
esensial. (Olorunnisola, Asiyanbi, Hammed, & Simsek, 2014)
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa jurnal, dapat disimpulan sebagai berikut :
Terapi rendam kaki dengan air hangat/ air hangat dan sereh berpengaruh
pada penurunan tekanan darah pada ibu hamil dengan preeklampsi, karena
hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC
Christina Febri Sabattani. dkk (2016) Efektivitas Rendam Kaki Dengan Air Hangat
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Ibu Hamil Penderita Preeklamsi Di
Puskesmas Ngaliyan Semarang. Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK)
Damayanti, D. (2014). Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Hidroterapi Rendam Hangat Pada Penderita Hipertensi Di Desa Kebondalem
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Semarang: Jurnal STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran
Doengoes, Marylinn (2001) Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi. Jakarta :
EGC
Fety Liszayanti, Sri Rejeki (2019) Pengaruh Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat
dan Serai Terhadap Tekanan Darah Ibu Hamil Penderita Pre Eklamsi. Fakultas
Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang . ISSN : 2654-766X
Isneni Yuli Rustanti. dkk (2020) Penurunan Tekanan Darah Pada Ibu dengan
Preeklamsi Berat Dengan Terapi Rendam Kaki Air Sereh. Ners Muda, Vol 1
No 2, Agustus 2020 e-ISSN: 2723-8067 DOI: 10.26714/nm.v1i2.5798
Wulandari, P., & Arifianto, D. S. (2017). Pengaruh Rendam Kaki Menggunakan Air
Hangat dengan Campuran Garam dan Serai Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Poderejo Rw 8 Ngaliyan.