Disusun oleh:
Siti Maisarah
211901048
2022
A. Pengertian Abortus
B. Macam-macam Abortus
1. Umur
Resiko abortus semakin tinggi dengan semakin bertambahnya usia ibu.
Insiden abortus dengan trisomi meningkat dengan bertambahnya usia
ibu. Resiko ibu mengalami aneuploidi yaitu diatas 35 tahun kerena
kelainan kromosom akan meningkat pada usia diatas 35 tahun.
2. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian
janin dan cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi
dikeluarkan. gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi
seperti:
a. aktor kromosom gangguan terjadi sejak semula pertemuan
kromosom termasuk kromosom seks.
b. faktor lingkungan endometrium.
c. Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi.
d. gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
3. Pengaruh Luar
a. Infeksi endometrium$ endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi
b. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
5. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia tifus abdominalis malaria sifilis
anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensis penyakit ginjal
penyakit hati, dan penyakit diabetes melitus. Kelainan yang terdapat
dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin
dijumpai keadaan anormal dalam bentuk mioma uterus arkuatusuterus
septusretrofleksia uteri serviks inkompeten bekas operasi pada serviks
(konisasi amputasi serviks). robekan serviks postpartum (manuaba,
2010).
6. Riwayat Abortus
Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi
terjadinya abortus berulang. Kejadian ini sekitar 3-59 jumlah kejadian
abortus. Data menunjukan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan akan
bersiko mengalami abortus sebesar 15% (soepada, 2010).
7. Faktor Anatomi
Faktor anatomi dapat memicu terjadinya abortus pada 10-15%
kejadian yang ditemukan. Kejadian abortus dapat disebabkan oleh
beberapa faktor salah satunya adalah sebagai berikut:
a. Lesi anatomi kongenital yaitu kelainan duktus mullerian (uterus
bersepta) kelainan pada duktus ini biasanya terjadi abortus pada
kehamilan tremester kedua.
b. Kelainan kongenital arteri uterina yang membahayakan aliran
darah enometrium.
c. Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia)
leimioma dan endometritis
8. Faktor Infeksi
Infeksi termasuk yang diakibatkan oleh TORC
(toksoplasma,rubella,cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin
sering dihubungkan dengan abortus.
E. Manifestasi Klinis
F. Komplikasi
1.Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus yang dapat menjurus
ke rongga peritoneum ke ligamentum atau ke kandung kencing oleh
sebab itu letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama
pada awal tindakan dan pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan
tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukan dengan hati-hati akan
tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang
lebih besar. bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila
terjadi perforasi dan diduga terjadi peristiwa itu penderita harus diawasi
dengan seksama dengan mengamati keadaan umum nadi, tekanan
darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin dan keadaan perut bawah.
jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya sebaiknya
dilakukan laparatomi percobaan dengan segera.
4. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola
hidatidosa terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu jika perlu
hendaknya dilakukan transfuse darah dan sesudah itu dimasukan
tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5. Infeksi
6. Lain-lain
G. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidu basalis, diikuti nekrosis
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila Pada kehamilan kurang dari 8
minggu villi khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga
hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-17 minggu
villi khorialis sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada
plasenta. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu
singkat, maka dia dapat diliputi oleh lapisan bagian darah. Pada janin yang
telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi
janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab
diserap dan menjadi agak gepeng. .Dalam tingkat lebih lanjut menjadi
tipis. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya meserasi kulit terkelupas tengkorak menjadi lembek perut
membesar karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-
merahan (Prawiroharjo, 2010).
H. Pathway
I. Penatalaksanaan Umum
3. Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan
dan tranfusi darah.