Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS

Disusun Untuk Memenuhi Program Pendidikan Profesi Ners Pada


Stase Keperawatan Maternitas

Disusun oleh:

Siti Maisarah

211901048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2022
A. Pengertian Abortus

Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup


diluar kandungan dengan berat kurang dari 1000 gram atau kehamilan
kurang dari 28 minggu (Chandranita 2010).

Abortus ialah berakhirnya suatu kehamilan yang disebabkan oleh


faktor-faktor tertentu pada sebelum kehamilan atau kelurnya hasil
konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungn dengan berat badan
kurang dari 1000gr atau umur kehamilan kurang dari 28 minggu
(Manuamba 2010).

Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat


hidup diluar kandungan dengan berat badan dibawah 500 gram atau
umur kehamilan kurang dari 20 minggu (Nanny, 2011). Peneliti
mengmbil kesimpulan bahwa arbotus merupakan pengeluaran hasil
konsepsi dengan umur kehamilan kurang dari 28 minggu sebelum janin
dapat bertahan hidup.

B. Macam-macam Abortus

Berdasarkan kejadiannya abortus dibagi menjadi dua yaitu sebagai


berikut:

1. Abortus spontan terjadi secara alamiah tanpa interfensi luar (buatan)


untuk mengakhiri kehamilan tersebut. &erdasakan gambaran kliniknya
arbotus dapat dibagi menjadi (prawirohardjo, 2010):
a. Abortus completus (keguguran lengkap) adalah pengeluaran
semua hasil konsepsi dengan umur kehamilan >20 minggu
kehamilan lengkap.
b. Abortus insipiens adalah perdarahan itrauterin sebelum kehamilan
lengkap 20 minggu dengan dilatasi serviks berlanjut tetapi tanpa
pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi pengeluaran sebagian atau
seluruhnya.
c. Abortus incomplit adalah pengeluaran sebagian tetapi tidak semua
hasil konsepsi pada umur > 20 minggu kehamilan lengkap.

d. Abortus imminens adalah pendarahan intrauteri pada umur + 20


minggu kehamilan lengkap dengan satu tanpa kontraksi uterus$
tanpa dilatasi serviks dan tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Hasil
kehamilan yang belum viable benda dalam bahaya tetapi
kehamilannya terus berlanjut.
e. Missed abprtion (keguguran tertunda) adalah kematian embrio
atau janin berumur < 20 minggu kehamilan lengkap tetapi hasil
konsepsi tetahan dalam rahim selama >8 minggu.
f. Abortus habitualis adalah kehilangan 3 atau lebih hasil kehamilan
secara spontan yang belum viabel secara berturut-turut.
g. Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi genetalia
intera sedangkan abortus sepsis adalah abortus terinfeksi dengan
penyebaran bakteri melalui sirkulasi ibu.
2. Abortus provocatus adalah tindakan abortus yang disengaja dilakukan
untuk menghilangkan kehamilan selama umur 28 minggu atau berat
janin 500 gram abortus ini dibagi lagi menjadi sebagai berikut
(Manuaba, 2010):
a. Abortus medisinalis adalah abortus yang dilakukan atas dasar
indikasi vital ibu hamil jika diteruskan kehamilannya akan lebih
membahayakan jiwa sehingga terpaksa dilakukan abortus buatan.
Tindakan itu harus disetujui oleh paling sedikit tiga orang dokter.
b. Abortus kriminalis adalah abortus yang dilakukan pada kehamilan
yang tidak diinginkan diantaranya akibat berbuatan yang tidak
bertanggung jawab sabagian besar dilakukan oleh tenaga yang
tidak terlatih sehingga menimbulkan komplikasi.
C. Etiologi Abortus

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti$ tetapi


terdapat beberapa faktor sebagai berikut (Nanny, 2011):

1. Umur
Resiko abortus semakin tinggi dengan semakin bertambahnya usia ibu.
Insiden abortus dengan trisomi meningkat dengan bertambahnya usia
ibu. Resiko ibu mengalami aneuploidi yaitu diatas 35 tahun kerena
kelainan kromosom akan meningkat pada usia diatas 35 tahun.
2. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian
janin dan cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi
dikeluarkan. gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi
seperti:
a. aktor kromosom gangguan terjadi sejak semula pertemuan
kromosom termasuk kromosom seks.
b. faktor lingkungan endometrium.
c. Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi.
d. gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.

3. Pengaruh Luar
a. Infeksi endometrium$ endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi
b. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.

4. Kelainan Pada Plasenta


a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab sehingga plasenta
tidak dapat berfungsi.
b. Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada
penderita diabetes melitus.
c. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta
sehingga menimbulkan keguguran.

5. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia tifus abdominalis malaria sifilis
anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensis penyakit ginjal
penyakit hati, dan penyakit diabetes melitus. Kelainan yang terdapat
dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin
dijumpai keadaan anormal dalam bentuk mioma uterus arkuatusuterus
septusretrofleksia uteri serviks inkompeten bekas operasi pada serviks
(konisasi amputasi serviks). robekan serviks postpartum (manuaba,
2010).

6. Riwayat Abortus
Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi
terjadinya abortus berulang. Kejadian ini sekitar 3-59 jumlah kejadian
abortus. Data menunjukan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan akan
bersiko mengalami abortus sebesar 15% (soepada, 2010).

7. Faktor Anatomi
Faktor anatomi dapat memicu terjadinya abortus pada 10-15%
kejadian yang ditemukan. Kejadian abortus dapat disebabkan oleh
beberapa faktor salah satunya adalah sebagai berikut:
a. Lesi anatomi kongenital yaitu kelainan duktus mullerian (uterus
bersepta) kelainan pada duktus ini biasanya terjadi abortus pada
kehamilan tremester kedua.
b. Kelainan kongenital arteri uterina yang membahayakan aliran
darah enometrium.
c. Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia)
leimioma dan endometritis
8. Faktor Infeksi
Infeksi termasuk yang diakibatkan oleh TORC
(toksoplasma,rubella,cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin
sering dihubungkan dengan abortus.

9. Obat-obatan rekreasional dan toksin lingkungan


Peranaan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap
teratogenik harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol
yang berperan karena jika ada mungkin hal ini merupakan salah satu
yang berperan terjadinya abortus.

D. Tanda Gejala Inkomplit


Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi
dari uterus$ sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut
(Soepardan$2010):
1. Amenore
2. Perdarahan dapat dalam jumlah sedikit atau banyak perdarahan
biasanya dalam darah beku
3. Sakit perut dan mulas-mulas dan sudah keluar jaringan atau bagian
janin
4. Pemerikasaan dalam didapatkan servik terbuka pada palpasi teraba
sisa-sisa jaringan dalam kantung servikalis atau kavum uteri.
5. Gejala lain dari abortus incomplit yang dapat muncul adalah sebagai
berikut:
6. Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah
7. Rasa mules (kontraksi) tambah hebat
8. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka
9. Pada pemeriksaan vaginal jaringan dapat diraba dalam cavum uteri
atau kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian
jaringan keluar.
10. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat
menyebabkan syok (Maryunani, 2009).

E. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis abortus inkomplit pada pemeriksaan dapat dijumpai


gambaran sebagai berikut (Prawiroharjo 2010):

1. Kanalis servikalis terbuka


2. Dapat diraba jaringan dalam rahim atau kanalis servikalis
3. Dengan pemeriksaan inspekulum perdarahan bertambah
4. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
5. Pada pemeriksaan fisik seperti keadaan umum tampak lemah
kesadaran menurun $tekanan darah normal atau menurun denyut
nadi normal atau cepat dan kecil suhu badan normal atau meningkat
6. Rasa mulas dan kram perut didaerah atas simfisis sering nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus

F. Komplikasi

Adapun komplikasi yang timbul pada ibu :

1.Perforasi

Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus yang dapat menjurus
ke rongga peritoneum ke ligamentum atau ke kandung kencing oleh
sebab itu letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama
pada awal tindakan dan pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan
tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukan dengan hati-hati akan
tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang
lebih besar. bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila
terjadi perforasi dan diduga terjadi peristiwa itu penderita harus diawasi
dengan seksama dengan mengamati keadaan umum nadi, tekanan
darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin dan keadaan perut bawah.
jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya sebaiknya
dilakukan laparatomi percobaan dengan segera.

2. Luka pada serviks uteri

Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat


timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi
luka pada ostium uteri internum maka akibat yang segera timbul ialah
perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan
vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya
incompetent cerviks.

3. Pelekatan pada ka*um uteri

Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan tetapi jaringan myometrium


jangan sampai terkerok karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya
perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan
dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut
dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.

4. Perdarahan

Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola
hidatidosa terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu jika perlu
hendaknya dilakukan transfuse darah dan sesudah itu dimasukan
tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.

5. Infeksi

Apabila syarat aseptis dan antiseptis tidak diindahkan maka bahaya


infeksi sangat besar .Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke
seluruh peredaran darah sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain
yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran
telur. Akibatnya sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.

6. Lain-lain

Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberi NaCl


hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga
peritoneum atau dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala
konvulsi penghentian kerja jantung, penghentian pernafasan atau
hipofibrino genemia .Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan
pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah dan
diare.

Komplikasi yang dapat ditimbulkan pada janin sesuai dengan tujuan


dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan maka nasib
janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar
meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal
dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik.

G. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidu basalis, diikuti nekrosis
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila Pada kehamilan kurang dari 8
minggu villi khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga
hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-17 minggu
villi khorialis sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada
plasenta. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu
singkat, maka dia dapat diliputi oleh lapisan bagian darah. Pada janin yang
telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi
janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab
diserap dan menjadi agak gepeng. .Dalam tingkat lebih lanjut menjadi
tipis. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya meserasi kulit terkelupas tengkorak menjadi lembek perut
membesar karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-
merahan (Prawiroharjo, 2010).

H. Pathway

I. Penatalaksanaan Umum

1. Tentukan besar uterus (taksir usis gestasi)$kenali dan atasi setiap


komplikasi(perdarahan hebat$syok$infeksi atau sepsis). (Khumaira,
2012)

2. Rujuk ke Dr.SpOG untuk penatalaksaan lebih lanjut.

3. Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan
dan tranfusi darah.

Pemberian cairan pada penatalaksaan syok hipovelemik:


a. Untuk memulihakn status volume,pasang 2 jalur intravena,berikan
1-2 kristaloid seperti NaCL 0,9% atau RL secaa intravena selama
30-60 menit,sambil memantau respirasi dan teruskan pemberian
cairan berdasakan tanda vital.

b. Berikan komponen sel darah merah untuk mempertahankan


hematokrit 30%. (Joseph HK,201)

4. Pemberian obat-obatan uterotonika sepeti metilergometrin maleat 3x1


tablet perhari dan antibiotika apabila terjadi infeksi,seperti amphisllin
3x1000 mg dan metrodinazol 3x 500mg. (Joseph HK,2011)

5. Keluaran jaringan secepat mungkin denagn metode digital dan


kuretase. (Joseph HK.2011). Pada keguguran inkomplet sisa plasenta
didalam rongga uterus dapat mengakibatan perdarahan yang hebat
dan banyak. Evakuasi untuk membuang jaringan yang tertinggal
harus dilakukan dibawah anestesi umum setelah kondisi ibu stabil.
(Diane,2009)

6. Melakukan kuretase yaitu serangkaian proses pelepasan jaringan yang


melekat pada dinding kavum uteri dnegan invasi dan manipulasi
instrumen (sendok kuret) kedalam avum uteri. Sendok kuretakan
melepaskan jaringan tersebut dnegan teknil pergerokan secara
sistematik (Prawiroharjo,2009)

7. Diberikan antibotika untuk mencegah infeksi. (Yulianingsih,2009)

Gambaran Klinis dan Penanganan Abortus Inkomplit

Penanganan Abortus Inkomplit

Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum


pasien ,termasuk tanda-tanda vital, Pengawasan pernafasan (jika
ada tanda-tanda gangguan pernafasan seperti adanya
takipnea, sianosis) bebaskan saluran nafas dari sumbatan kemudian
berikan bantuan oksigen. Berikan cairan infus (D5% dan NaCl 0,9%)
Lakukan pemeriksaan laboratorim. Periksa tanda-tada syok
(pucat,berkeringat banyak,pingsan,tekanan sistolik kurang 90
mmHg,nadi lebih 112 kali per menit). Jika perdarahan banyak atau
berlangsung dan usia kehamilan <16 minggu, evakuasi sisa hasil
konsepsi dengan:

Aspirasi Facum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih.


Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM
tidak tersedia. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera,beri
ergometrium 0,2 mg im (diulangi selama 15 menit jika perlu) atau
misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika
perlu).

Jika kehamilan > 16 mingguan)

a. Berikan infus oksitosis 20 unt dalam 500 ml cairan IF (garam


fisiologis atau RL) dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi
ekspulsi konsepsi.
b. Jika perli berikan misoprostol 200 mg pervaginan setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil kosepsi (maksimal 80 mg)
c. Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

Terapi abortus dengan kuretase


Kuretase adalah cara membersihan hasil kosepsi dengan alat
kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase,penolong
harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentuan letak uterus
keadaan serviks dan besarnya uterus (Manuamba,2010) :
1. Persiapan sebelum kuretase
a. Persiapan penderita
b. Lakukan pemeriksaan dalam: tekanan darah,nadi,keadaan
jantung dan paru-paru
c. Pasang infus
d. Persiapan alat-alat kuretase
Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia dalam bak alat
dalam keadaan aseptik
1) Penderita ditidurkan dalam posisi regional
2) Teknik kuretase
3) Persiapan pasien
4) Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,jantung dan
paru-paru
5) Pasang infus
6) Tentukan letak rahim yaitu dengan melakukan
pemeriksaan dalam alat-alat yang umumnya dipakai
biasanya terbuat dari alat-alat metal. Alat yang akan
dimasukan harus disesuaikan dengan letak rahim
sehingga tidak terjadi salah arah.
7) Penduga rahim (sandage), masukanlah penduga rahim
sesuai dengan letak rahim dan tentukan panjang atau
dalamnya penduga Rahim
8) Kuretase,pakailah sendok kuretase yang agak besar.
Memasukannya bukan kekuatan dan melakukan kerokan
biasanya mulailah dibagian tengah. Pakailah sendok
kuretase yang tajam karena pada dinding rahim dalam.
9) Cunan abortus, pada abortus inkomplit dimana sudah
kelihatan jaringan pakailah cunam abortus untuk
mengeluarkan yang biasanya diikuti oleh jaringan lain.
Dengan demikian sendok kuretase dapat dip akai untuk
membersikan sia-sia yang ketinggalan jalan.
2. Perawatan pasca kuretase
a. Periksa kembali tanda vital pasien,segera lakukan tindakan
dan beri instrukdi apabila terjadi kelainan dan komplikasi
b. Catat kondisi dan buat laporan tindakan
c. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi
pasien
d. Beritahu kepada pasien dan kelurganya bahwa tindakan
telah selesai dilakukan tetapi pasien masih memerlukan
perlakuan
e. Jelaskan pada petugas jenis perawatab yang masih
diperlukan,lama perawatan dan kondisi yang diharapkan
f. Kaji dan kontrol nyeri post tindakan invasif.

Anda mungkin juga menyukai