Anda di halaman 1dari 12

ANALISA JURNAL

“Ketoasidosis Metabolik”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis

Dosen pengampu : Ns. Amrih Widiati., M. Kep.

Disusun Oleh :

1. Alfiatur Rahmawati 1803009


2. Anis Durrotun Naim 1803013
3. Heny Widayanti 1803045
4. Kusuma Azmil Fatihatin 1803055

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG

2020/2021
No Resume Jurnal Analisa Jurnal Nasional Analisa Jurnal Internasional

1. Nama peneliti Ellis Susanti, Dara Masita, Imas Latifah. Ketan K. Dhatariya, Priyathama Vellanki.

2. Judul Penelitian KORELASI GLUKOSA DAN KETON Pengobatan Ketoasidosis Diabetik (DKA) /
DARAH PADA PASIEN UNIT GAWAT Hiperglikemik Hyperosmolar State (HHS):
DARURAT DAN RAWAT INAP Kemajuan Novel dalam Manajemen Krisis
PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 Hiperglikemik (Inggris versus AS).
DI RSAU DR. ESNAWAN ANTARIKSA
JAKARTA.

3. Tempat dan waktu penelitian di UGD dan rawat inap RSPAU dr. Esnawan Kegawatdaruratan di inggris dan Amerika
Antariksa Jakarta Timur, waktu penelitian Serikat.
periode bulan Mei 2015 - April 2016.

4. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran kadar dan Untuk mengetahui perbedaan utama antara
korelasi glukosa darah sewaktu dan keton Amerika Serikat dan Inggris dalam
darah pada pasien di Unit Gawat Darurat pengobatan Ketoasidosis diabetik (DKA) dan
(UGD) dan rawat inap pada penderita DM hiperglikemik hiperosmolar (HHS).
tipe 2, sehingga dapat menilai tingkat
ketoasidosis pada pasien DM tipe 2 di uni
t gawat daraurat (UGD) dan rawat inap agar
penanganannya dapat dilakukan dengan lebih
tepat.

5. Latar belakang Data terbaru di tahun 2015 yang ditunjukkan Ketoasidosis diabetik (DKA) dan keadaan
oleh Perkumpulan Endokrinologi hiperglikemik hiperosmolar (HHS) adalah
(PERKENI) menyatakan bahwa jumlah keadaan darurat, hiperglikemia yang berlanjut
penderita Diabetes di Indonesia telah di Amerika Serikat dan Inggris. Secara
mencapai 9,1 juta orang. Kali ini Indonesia historis, baik DKA dan HHS pada awalnya
telah bergeser naik dari peringkat ke -7 digambarkan sebagai satu kesatuan tetapi
menjadi peringkat ke-5 teratas diantara kemudian diakui sebagai kondisi yang
negara-negara dengan jumlah Diabetes terpisah. Sejak munculnya insulin, kematian
terbanyak didunia. Hal ini tentu sangat telah menurun untuk DKA dan HHS, tetapi
memprihatinkan, karena Indonesia masih risikonya tetap tinggi.
berada di urutan ke-10 pada tahun 2011 lalu
(PERKENI, 2015).

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu


penyakit kronik yang menyebabkan
gangguan pada metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein sehingga tubuh tidak dapat
menghasilkan insulin (hormon pengatur gula
darah) atau insulin yang dihasikan tidak
mencukupi atau insulin tidak bekerja
dengan baik. Oleh karena itu akan
menyebabkan gula darah meningkat saat
diperiksa.Tingkat kadar glukosa darah
menentukan apakah seseorang menderita
diabetes atau tidak. Sekitar 90-95 %
penderita diabetes melitus termasuk dalam
diabetes tipe 2.

6. Metode penelitian : Desain penelitian menggunakan metode studi terkontrol secara acak yang dilakukan di
observasi potong lintang dengan subyek AS oleh Abbas Kitabchi membentuk dasar
a. Desain penelitian penelitian sebanyak 86 pasien DM tipe 2 di pengobatan DKA dan HHS. menjelaskan
b. Populasi dan sampel UGD dan rawat inap berdasarkan rekam
c. Kriteria inklusi dan eksklusi peningkatan beban rawat inap- Namun, hanya
medik.
d. Teknik pengumpulan data Populasi dan sampel pada penelitian ini sedikit dari studi ini yang diacak untuk
e. Analisa Data adalah pasien penderita DM tipe 2 di memandu dokter tentang cara terbaik untuk
RSPAU dr. Esnawan Antariksa Jakarta mengelola DKA dan HHS Sementara prinsip-
Timur periode bulan Mei 2015 hingga prinsipnya terkenal-cairan, insulin, dan
bulan April 2016. Teknik pengumpulan data elektrolit, pertanyaan tetap tentang seberapa
dilakukan melalui tahapan pendataan terhadap
banyak, seberapa cepat, dll. Kurangnya basis
pasien DM tipe 2 di UGD dan rawat inap
RSPAU dr. Esnawan Antariksa berdasarkan bukti yang kuat telah menyebabkan perbedaan
rekam medik, melakukan pemeriksaaan kecil dalam manajemen di kedua faktor
glukosa darah sewaktu dan keton darah dan tambahan di AS dan Inggris, seperti
mengolah data hasil pemeriksaan. lingkungan perawatan kesehatan, juga
Teknik statistik berdasarkan perhitungan berdampak.
persentase terhadap distribusi frekuensi
penderita DM tipe 2 berdasarkan usia,
jenis kelamin. Kemudian menghitung
rentang dan rerata hasil pemeriksaan glukosa
dan keton serta terhadap nilai rujukan,
menghitung rerata, rentang dan persentase
hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu
dan keton darah.
Untuk menentukan korelasi, sebelumnya
dilakukan uji normalitas. Sehubungan hasil
berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan
menghitung korelasi menggunakan uji korelasi
Pearson.
7. Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil Hasil penelitian Pada tahun 1945, Howard
yang diperoleh korelasi lemah (r= 0,352, Root di Boston menggambarkan bagaimana
p= 0,007) pada pasien UGD dan korelasi mereka telah meningkatkan hasil untuk orang
cukup (r= 0,570, p= 0,001) pada pasien dengan ketoasidosis diabetik (DKA),
rawat inap. Pada pasien UGD tidak mengurangi angka kematian menjadi 129%
mengalami ketoasi dosis berat dibandingkan pada tahun 1940 dan menjadi 1,6% pada
dengan pasien rawat inap, antara lain tahun 1945 menggunakan dosis tinggi
berhubungan dengan durasi patofisiologi. pemberian insulin rata-rata 83 unit dalam 3
jam pertama pengobatan pada tahun 1940 dan
216 unit pada tahun 1945. Mereka
menjelaskan bagaimana pada tahun 1945,
mereka menggunakan rata-rata 287 unit dalam
24 jam pertama. tetapi ini berkisar antara 50
hingga 1770 unit. Birmingham, Inggris,
insulin dosis tinggi juga digunakan dengan
dosis sukses yang serupa yang bervariasi
tergantung pada tingkat kesadaran, dengan
mereka yang tidak dapat bangun dengan dosis
antara 500 dan 1400 unit per 24. DKA tetap
menjadi keadaan darurat medis, seiring
berjalannya waktu, kematian terus menurun
tetapi tetap menjadi risiko yang signifikan,
terutama di antara kaum muda, terisolasi
secara sosial dan ketika penyediaan perawatan
terpecah-pecah. Secara keseluruhan,
diagnosis dan pengobatan DKA sangat mirip
di Inggris dan Amerika Serikat dengan sedikit
perbedaan. Inggris memiliki pedoman
terpisah tentang pengelolaan DKA.
sedangkan Amerika Serikat memiliki
pernyataan posisi tentang DKA dan HHS
yang diperbarui pada tahun 2009.

8. Diskusi/ Pembahasan Berdasarkan usia yang paling banyak Secara keseluruhan, diagnosis dan pengobatan
menderita DM tipe 2 yaitu pada usia 61- DKA sangat mirip di Inggris dan Amerika
80 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya Serikat dengan sedikit perbedaan. Inggris
peningkatan intoleransi glukosa, adanya memiliki pedoman terpisah tentang
proses penuaan menyebabkan berkurangnya pengelolaan DKA. sedangkan Amerika
kemampuan sel β pankreas dalam Serikat memiliki pernyataan posisi tentang
memproduksi insulin selain itu terdapat DKA dan HHS yang diperbarui pada tahun
penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel 2009. Pedoman Inggris dalam beberapa hal
otot sebesar 35%, hal ini berhubungan dengan berbeda dari pernyataan posisi AS. Konsep
peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% insulin intravena dosis rendah didirikan pada
dan memicu terjadinya resistensi insulin. akhir 1960-an dan awal 1970-an oleh tim di
Selanjutnya pada usia rentang 41-60 tahun kedua sisi Atlantik. Inggris memperjuangkan
fungsi tubuh secara fisiologis menurun penggunaan infus insulin antara 1,2 dan 9,6
karena terjadi penurunan sekresi atau unit per jam pada tingkat yang tetap. Di AS,
resistensi insulin sehingga kemampuan Kitabchi et al. menggunakan berbagai
fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa rejimen insulin dosis rendah, mis. 0,22 unit
darahnya tinggi, Dan yang terakhir pada per kilogram (dengan skala geser berikutnya
usia rentang 20-40 tahun merupakan usia bergantung pada konsentrasi glukosa
produktif, banyak terjadi dikarenakan berikutnya) atau 0,33 unit per kilogram diikuti
pengendalian pola hidup kurang sehat, stres dengan infus 7 unit per jam. Regimen ini
dan kurangnya edukasi terhadap penyakit menyebabkan penurunan konsentrasi glukosa
DM yang dideritanya, kegemukan dan keton yang stabil pada tingkat yang
(obesitas) menyebabkan jaringan lemak sebanding dengan dosis insulin yang lebih
menumpuk, jaringan tubuh dan otot akan tinggi. Hal ini kemudian memimpin jalan ke
makin resisten terhadap kerja insulin, tingkat infus intravena berbasis berat, tingkat
terutama bila lemak tubuh at au kelebihan tetap. Kitabchi dan rekannya melanjutkan
berat badan terkumpul didaerah sentral atau untuk melakukan beberapa pekerjaan penting
perut. Lemak ini akan memblokir kerja untuk melihat efek gangguan elektrolit,
insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut termasuk efek penggunaan bikarbonat di
kedalam sel dan menumpuk dalam peredaran DKA.
darah.

Sedangkan pasien pada rawat inap kadar


glukosa dapat terkontrol, kadar keton
terbentuk tergantung pada diet dan lamanya
komplikasi sehingga korelasi GDS dan
keton darahpada pasien Rawat Inap memiliki
nilai r = 0,570, p = 0,001 yang dapat
dikategorikan memiliki hubungan yang cukup.
9. Saran penelitian Saran penelitian terhadap kondisi DM tipe 2 Data data pd penelitian tersebut masih banyak
terkontrol dan tidak terkontrol untuk dapat yg kurang dan perlu diperbarui tentang
memastikan faktor risiko komplikasi terhadap pengenalan dan pengobatan DKA euglikemik.
DM.

10. Daftar Pustaka Kartikawati, N. Dewi. 2015. Buku Ajar Kim S. Burden of hospitalizations primarily
Dasar-dasar Keperawatan Gawat Darurat. due to uncontrolled
Salemba Medika: Jakarta.
diabetes. Diabetes Care. 2007;30:1281–2.
Boedisantoso, R dan Subekti imam.
2. Health and Social Care Information Centre.
2009.Komplikasi Akut Diabetes Mellitus,
National Diabetes
Jakarta,FKUI.
Inpatient Audit (NaDIA)-2015.
Charles, Fox. 2011. Bersahabat dengan
http://www.hscic.gov.uk/
Diabetes Tipe 2. Jakarta : Jakarta Penebar
Plus Husin. 2015. Pemeriksaan Analis Gas catalogue/PUB20206. 2016. Last 3rd
Darah pada penderita DM untuk mencegah Accessed Feb 2017.
terjadinya komplikasi Ketoasidosis di RSUD
3. Root HF. The use of insulin and the abuse
Koja Jakarta. Universitas MH. Thamrin
of glucose in the treatment of diabetic coma.
Jakarta.
JAMA. 1945;127:557–64.
Perkumpulan Endrorinologi Indonesia
4. Black AB, Malins JM. Diabetic
(PERKENI), 2015, Konsensus Pengendalian
ketoacidosis. A comparison of
dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe2 di
Indonesia 2015, PERKENI, Jakarta. results or orthodox and intensive methods of
treatment based on
Suryono,Slamet , dkk.2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Internal Publishing. Jakarta. 170 consecutive cases. Lancet. 1949;253:56–
9.
Trisnawati, Shara K, dkk. 2013. Faktor
Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 5.• Gibb FW, Teoh WL, Graham J, Lockman
Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng KA. Risk of death following admission to a
Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah UK hospital with diabetic ketoacidosis.
Kesehatan Vol.5 No.1:1-11.
BAB III
PEMBAHASAN

1. Pembahasan Untuk Jurnal Nasional


Membahas tentang penderita DM tipe 2 berdasarkan usia, yang paling banyak
yaitu pada usia 61-80 tahun. Hal ini disebabkan karna terjadinya peningkatan
intoleransi glukosa, adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β
pankreas dalam memproduksi insulin selain itu terdapat penurunan aktivitas
mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%, hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin. Selanjutnya pada
usia rentang 41-60 tahun fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena terjadi
penurunan sekresi atau resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap
pengendalian glukosa darahnya tinggi, Dan yang terakhir pada usia rentang 20-40
tahun merupakan usia produktif, banyak terjadi dikarenakan pengendalian pola hidup
kurang sehat, stres dan kurangnya edukasi terhadap penyakit DM yang dideritanya,
kegemukan (obesitas) menyebabkan jaringan lemak menumpuk, jaringan tubuh dan
otot akan makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh at au
kelebihan berat badan terkumpul didaerah sentral atau perut. Lemak ini akan
memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut kedalam sel dan
menumpuk dalam peredaran darah.
Sedangkan pasien pada rawat inap di penelitian ini kadar glukosa dapat terkontrol, kadar
keton terbentuk tergantung pada diet dan lamanya komplikasi sehingga korelasi
GDS dan keton darahpada pasien Rawat Inap memiliki nilai r = 0,570, p = 0,001 yang
dapat dikategorikan memiliki hubungan yang cukup.
2. Pembahasan Untuk Jurnal Internasional
Membahas tentang perbandingan pengobatan KAD dan HHS di Inggris dan Amerika
Serikat bahwa secara keseluruhan, diagnosis dan pengobatan DKA sangat mirip di Inggris
dan Amerika Serikat dengan sedikit perbedaan. Inggris memiliki pedoman terpisah
tentang pengelolaan DKA. sedangkan Amerika Serikat memiliki pernyataan posisi
tentang DKA dan HHS yang diperbarui pada tahun 2009. Pedoman Inggris dalam
beberapa hal berbeda dari pernyataan posisi AS. Konsep insulin intravena dosis rendah
didirikan pada akhir 1960-an dan awal 1970-an oleh tim di kedua sisi Atlantik. Inggris
memperjuangkan penggunaan infus insulin antara 1,2 dan 9,6 unit per jam pada tingkat
yang tetap. Di AS, Kitabchi et al. menggunakan berbagai rejimen insulin dosis rendah,
mis. 0,22 unit per kilogram (dengan skala geser berikutnya bergantung pada konsentrasi
glukosa berikutnya) atau 0,33 unit per kilogram diikuti dengan infus 7 unit per jam.
Regimen ini menyebabkan penurunan konsentrasi glukosa dan keton yang stabil pada
tingkat yang sebanding dengan dosis insulin yang lebih tinggi. Hal ini kemudian
memimpin jalan ke tingkat infus intravena berbasis berat, tingkat tetap. Kitabchi dan
rekannya melanjutkan untuk melakukan beberapa pekerjaan penting untuk melihat efek
gangguan elektrolit, termasuk efek penggunaan bikarbonat di DKA.
BAB IV
PENUTUP

Dari kedua jurnal tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa dalam kegawatdaruratan
ketoasidosis metabolik, penderita DM tipe 2 ini masih banyak di Indonesia maupun luar
negri. Hal ini disebabkan karna terjadinya peningkatan intoleransi glukosa, adanya proses
penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi
insulin selain itu terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%,
hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu
terjadinya resistensi insulin. Kondisi ini yang sangat memprihatinkan walaupun jumlah
penderita yang meninggal sudah menurun tapi penderita DM tipe 2 ini masih banyak.
Diharapkan untuk kedepannya tenaga kesehatan dapat memperhatikan lagi mengenai
faktor risiko komplikasi terhadap DM dan memperbarui data – data tentang pengenalan dan
pengobatan DKA euglikemik.
REFERENSI

Dhatariya, K. K. (2017). Treatment of Diabetic Ketoacidosis (DKA)/Hyperglycemic


Hyperosmolar State (HHS): Novel Advances in the Management. Curr Diab Rep, 17-
33.

Susanti, E. (2018). KORELASI GLUKOSA DAN KETON DARAH PADA PASIEN UNIT
GAWAT DARURAT DAN RAWAT INAP PENDERITA DIABETES MELITUS
TIPE 2 DI RSAU DR. ESNAWAN ANTARIKSA JAKARTA . Jurnal Ilmiah
Kesehatan, Vol 10 (2).

Anda mungkin juga menyukai