OLEH :
NAMA : Nurmilahi M Nur
NIM : G3A017237
PEMBIMBING AKADEMIK :
PEMBIMBING KLINIK :
i
KATA PENGANTAR
Semarang, 29
Mei 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................
A. PENGKAJIAN .......................................................................................
1. KENDALA .....................................................................................
2. SOLUSI ...........................................................................................
B. DIAGNOSA ...........................................................................................
1. PENGERTIAN DIAGNOSA ..........................................................
2. ALASAN PENGANGKATAN DIAGNOSA .................................
3. ALASAN MEMPRIORITASKAN DIAGNOSA ...........................
4. TINDAKAN YANG SUDAH DILAKUKAN, RASIONAL, KENDALA
DAN SOSULI .................................................................................
C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ...................................................
BAB IV PENUTUP .......................................................................................
A. KESIMPULAN ......................................................................................
B. SARAN ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
ST Elevasi Miocard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian
otot jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner
oleh proses degeneratif maupun dipengaruhi oleh banyak faktor
ditandai dengan keluhan nyeri dada peningkatan enzim jantung dan ST
elevasi pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cerminan dari
pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran
darahnya benar-benar berhenti otot jantung yang diperdarahi tidak
mendapat nutrisi dan oksigen dan mati. (Brunner & Suddart, 2008)
Sistem yang digunakan pada individu dengan infark miocard
akut (serangan jantung) untuk mengetahui stratifikasi risiko disebut
klasifikasi killip, yang dibedakan menjadi 4 tahap yaitu:
a. Tahap 1: tidak ada gagal jantung, tidak ada tanda klinis
dekompensasi jantung
b. Tahap 2: gagal jantung. Kriteria diagnostik termasuk krepitasi,
gallop S3, dan hipertensi vena. Kongesti paru dengan ronki basah
halus di bagian basal paru
c. Tahap 3: gagal jantung parah, edema paru
d. Tahap 4: syok kardiogenik. Tanda meliputi (hipertensi, bukti
vasokonstriksi perifer seperti oliguria, sianosis
1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat kita merumuskan masalah
sebagai berikut : “Bagaimana Merawat Klien dengan Nyeri Akut Pada ST
elevation myocardial infarction (STEMI) di ICU RSUD TUGUREJO”
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar penulis mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan Nyeri Akut Pada ST elevation myocardial infarction (STEMI),
dengan menggunakan pendekatan manajemen keperawatan secara benar,
tepat dan sesuai dengan standar keperawatan secara profesional.
2. Tujuan Khusus
b. Penulis dapat mengkaji pasien yang mengalami Nyeri Akut Pada ST
elevation myocardial infarction (STEMI) ICU RSUD TUGUREJO
c. Penulis dapat mengidentifikasi data untuk menentukan diagnosa
keperawatan yang terjadi pada pasien dengan Nyeri Akut Pada ST
elevation myocardial infarction (STEMI).
d. Mengetahui prinsip implementasi asuhan keperawatan pada klien
dengan Nyeri Akut Pada ST elevation myocardial infarction (STEMI).
D. MANFAAT
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis sebagai berikut:
1. Bagi perkembangan keperawatan
Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Nyeri Akut Pada
2
ST elevation myocardial infarction (STEMI), sehingga dapat dilakukan
tindakan yang segera untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pasien.
2. Bagi pembaca
Memberikan pengertian, pengetahuan dan engambilan keputusan
yang tepat kepada pembaca. Khususnya dalam menyikapi dan mengatasi
jika ada penderita nyeri pada ST elevation myocardial infarction
(STEMI).
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
ST elevation myocardial infarction (STEMI) merupakan salah satu
spektrum sindroma koroner akut yang paling berat. Sindroma koroner
akut (SKA) merupakan satu subset akut dari penyakit jantung koroner
(PJK) (Firdaus I, 2012). SKA merupakan spektrum klinis yang mencakup
angina tidak stabil, infark mikard akut tanpa elevasi segmen ST
(NSTEMI) dan infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI)
(Myrtha R, 2011).
(a)
(b)
Gambar 1. (a) gambaran EKG jantung normal; (b) gambaran EKG
jantung STEMI
4
2. ETIOLOGI
Umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi trombus pada plak ateroskerotik yang sudah ada
sebelumnya. Ini disebabkan karena injuri yang disebabkan oleh faktor-
faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Nurarif AH &
Hardhi K, 2013).Penyebab lain infark tanpa aterosklerosis koronaria
antara lain emboli arteri koronaria, anomali arteri koronaria kongenital,
spasme koronaria terisolasi, arteritis trauma, gangguan hematologik, dan
berbagai penyakit inflamasi sistemik (Libby, Bonow, Mann, Zipes, 2008).
5
semua otot jantung yang disuplai oleh arteri yang terkena mulai mati
(Fogoros RN, 2008).
Serangan jantung tipe ini biasanya ditunjukkaan oleh perubahan
karakteristik pada hasil EKG. Slah satu perubahan EKG adalah elevasi
pada “segmen ST”. Segmen ST yang tinggi menunjukkan bahwa terjadi
kerusakan otot jantung yang relatif besar (karena arteri koroner benar-
benar tersumbat) (Fogoros RN, 2008). Faktor risiko biologis infark
miokard yang tidak dapat diubah yaitu usia, jenis kelamin, ras, dan
riwayat keluarga. Sedangkan faktor risiko yang masih dapat diubah,
sehingga berpotensi dapat memperlambat proses aterogenik, antara lain
kadar serum lipid, hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa, dan
diet yang tinggi lemak jenuh, kolesterol, serta kalori (Santoso &
Setiawan, 2009).
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan sebagai bagian dalam
tatalaksana pasien STEMI tetapi tidak boleh menghambat implementasi
terapi reperfusi. Pemeriksaan petanda kerusakan jantung yang dianjurkan
adalah creatinin kinase (CK) MB dan cardiac specific troponin (cTn) T
atau cTn I, yang dilakukan secara serial. CTn digunakan sebagai petanda
optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal karena
pada keadaan ini juga akan diikuti peningkatan CKMB (Sudoyo AW dkk,
2010).
Terapi reperfusi diberikan segera mungkin pada pasien dengan elevasi
ST dan gejala IMA serta tidak tergantung pada pemeriksaan biomarker.
Peningkatan nilai enzim diatas dua kali nilai batas atas normal
menunjukkan adanya nekrosis jantung(Sudoyo AW dkk, 2010).
CKMB meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan
mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari.
Operasi jantung, miokarditis, dan kardioversi elektrik dapat meningkatkan
CKMB.
6
cTn : ada dua jenis yaitu cTn T dan cTn I. Enzim ini meningkat
setelah 2 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24
jam dan cTn T masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari sedangkan cTn I
setelah 5-10 hari.
Pemeriksaan enzim jantung yang lain yaitu mioglobin, creatinine
kinase (CK), Lactic dehydrogenase (LDH). Reaksi non spesifik terhadap
injuri miokard adalah leukositosis polimorfonuklear yang dapat terjadi
dalam beberapa jam setelah onset nyeri dan menetap selama 3-7 hari.
Leukosit dapat mencapai 12.000-15.000/ul(Sudoyo AW dkk, 2010).
Pemeriksaan EKG 12 sandapan harus dilakukan pada semua pasien
dengan nyeri dada atau keluhan yang dicurigai STEMI, dalam waktu 10
menit sejak kedatangan di IGD sebagai landasan dalam menentukan
keputusan terapi reperfusi. Jika pemeriksaan EKG awal tidak diagnostik
untuk STEMI tetapi pasien tetap simptomatik dan terdapat kecurigaan kuat
STEMI, EKG serian dengan interval 5-10menit atau pemantauan EKG 12
sandapan secara kontinyu harus dilakukan untuk mendeteksi potensi
perkembangan elevasi segmen ST. EKG sisi kanan harus diambil pada
pasien dengan STEMI inferior, untuk mendeteksi kemungkinan infark
ventrikel kanan (Sudoyo AW dkk, 2010).
7
6. PATHWAY
Faktor penyebab
injuri vaskular:
Endapan lipoprotein di Endapan lipoprotein di
Merokok
tunika intima tunika intima
Hipertensi
Komplikasi:
Kelemahan miokard Gagal jantung Asaam laktat mengkat
kongesti
Perikarditis
Vol akhir diastolik Nyeri dada
Ruptur jantung
ventrikel kiri
Aneurisma
jantung
Tekanan atrium kiri Defek septum
ventrikel
Tekanan vena pulmonalis
meningkat Nyeri akut Kurang informasi
9
B. KONSEP KEPERAWATAN
PENGKAJIAN (Nurmilahi M Nur, 2018)
Pengkajian Primer :
a. Airways
Jalan nafas tidak evektif, nafas dangkal
b. Breathing
RR: 32x/m, menggunakan alat bantu pernapasan ventilator, ronchi
c. Cirkulasion
Tekanan darah 174/84 mmhg, Hr 132></m, SPO2: 93, akral hangat,
conjungtiva tidak anemise, terpasang kateter, syringepump, infus
pump cairan rl 60 tetes/menit
d. Disability
GCS : E4 V5 E6, kesadaran CM, pupil isokor kanan-kiri, kekuatan
otot ekstremits atas 5-5 dan ekstremitas bawah 5-5
e. Expouse
Suhu 36 C, akral hangat, tidak ada fraktur atau jejas
10
d. Sistem musculoskeletal : tidak ada edema pada ektremitas atas dan
bawah, kekuatan otot dari 5- 5
e. Sistem endokrin : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
f. Sistem gastrointestinal : Tidak ada mual atau muntah,
g. Sistem neurologi : Nyeri di dada kiri seperti di tusuk,hilang timbul 2
menit sekali,skala nyeri 5
h. Sistem urologi : Penurunan haluaran urine
i. Sistem reproduksi : Tidak ada masalah pada reproduksi. Tidak ada
gangguan pada alat reproduksi.
j. Sistem indera
Penglihatan : penglihatan agak rabun bila melihat jauh.
Pendengaran : tidak ada masalah dalam pendengaran
Penciuman : tidak ada masalah dalam penciuman
Pengecap : tidak ada masalah dalam pengecap
Peraba : tidak ada masalah dalam peraba, sensasi terhadap
panas/dingin tajam/tumpul baik.
1. DIAGNOSA
Diagnosa menurut nanda (2015) adalah sebagai berikut :
a. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik) iskemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri.
b. Penurunan curah jantung b.d perubahan faktor-faktor listrik,
penurunan karakteristik miokard.
11
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d iskemik, kerusakan
otot jantung, penyempitan/ penyumbatan pembuluh darah arteri
koronaria.
d. Ansietas b.d ancaman aktual terhadap integritas biologis
e. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang fungsi jantung/
implikasi penyakit jantung.
2. INTERVENSI
Intervensi menurut NIC dan NOC (2013) adalah sebagai berikut :
a. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik) iskemia jaringan sekunder terhadap
sumbatan arteri.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan Menajemen nyeri
di harapkan nyeri akut dapat teratasi
Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan kriteria hasil :
komperhensif termaksud
Mampu mengontrol nyeri, mampu lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi
menggunakan teknik non ,kualitas,dan faktor presipitasi
farmakologi untuk mengurangi Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri ketidaknyamanan
Melaporkan bahwa nyeri Gunakan teknik komunikasi
berkurang dengan menggunakan terapiutik untuk mengetahui
menajemen nyeri pengalaman nyeri pasien
Mampu mengenali nyeri Kontrol lingkungan yang dapat
(skala,intensitas,frekuensi,dan mempengaruhi nyeri seperti suhu
tanda nyeri) ruangan, pencahayaan dan
Menyatakan rasa nyaman setelah kebisingan
nyeri berkurang
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penangan nyeri
(farmakologi,non farmakologi dan
interpersonal)
12
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Tingkatkan istirahat
Gunakan teknik relaksasi
BONOSN
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Monitor TTV
Catat adanya fluktuasi TD
13
Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor suara paru
Identivikasi penyebab dari
perubahan vital sign
14
Memproses informasi
Membuat keputusan
dengan benar
15
di harapkan kurang pengetahuan dapat pengetahuan pasien tentang proses
teratasi dengan kriteria hasil : penyakit
Jelaskan patofisiologis dari
Pasien dan keluarga menyatakan
penyakit
paham tentang
Jelaskan tanda dan gejala yang
penyakit,kondisi,prognosis,dan
muncul dengan cara yang tepat
program pengobatan
Diskusikan gaya hidup yang baik
Pasien dan keluarga mampu
dengan keluarga dan pasien
melaksanakan prosedur yang di
Diskusikan pilihan terapi atau
jelaskan secara benar
penanganan
Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang di
jelaskan perawat dan tim
kesehatan lainya
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN SISTEM
PADA KLIEN DENGAN NYERI ST elevation myocardial infarction (STEMI)
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Tn. S
No Reg : 579975
Usia : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Patemon, Gunung Jati
16
Tanggal masuk RS : 24 Mei 2018
Tanggal pengkajian : 25 Mei 2018
Diagnosa Medis : ST elevation myocardial infarction (STEMI)
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama :
Klien nyeri pada dada tembus sampai ke belakang,nyerinya
datang setiap 2 menit sekali hilang timbul,nyerinya seperti di
tusuk tusuk dan terasa panas,skala nyeri 5
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluarga mengatakan sejak jam 10.00 pagi pasien sesak
dan nyeri pada area dada kiri tembus ke . sore jam 17.15 wib
pasien tiba – tiba lemas tidak bertenaga dan keringat dingin
serta nyeri dada kiri dan oleh keluarga pasien diantar ke IGD
RSUD TUGUREJO. Pukul 20.30 wib pasien tiba di IGD
RSUD TUGUREJO dan mendapat penanganan oleh dokter dan
perawat. Hasil pemeriksaan di IGD didapatkan pasien tampak
sesak, tensi 130/70 mmHg, Nadi 72x/mnt, RR 32x/mnt, Spo2
98x/mnt, suhu 36,°c. Pasien mendapat terapi Infus RL grojok 1
flesh dan dilanjutkan 20 tts/mnt. Pasien juga dilakukan
pemeriksaan CT Csan kepala, ECG dan laboratorium. Hasil
pemeriksaan kadar kolesterol dalam darah 255 dan oleh dokter
IGD pasien di rawat di ruang ICU. Tanggal 1/07/2018 pukul
22.00 WIB pasien dipindahkan oleh perawat di ICU.
Pemeriksaan TTV jam 22.00 wib Tensi 130/70, nadi 54x/mnt,
RR 20x/mnt dan Spo2 94%.
17
atau RS. Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki alergi
terhadap makanan dan obat – obatan.
3. Pengkajian Primer
a. Airways (jalan nafas)
Tidak adanya obstruksi jalan nafas tidak ada suara nafas tambahan
pada klien saat bernafas,terpasang nasal kanul 3 lpm
b. Breathing
RR : 23, Pola nafas normal
Penggunaan alat bantu nafas dengan nasal kanul 3 lpm
FiO2 : 35 %, SpO2 : 97%
Tidak ada suara nafas tambahan
c. Circulation
Nadi : 135 x/m, tidak teratur dan lemah
TD : 152/89 mmHg
MAP : 121 mmHg
Ekstremitas hangat, kemerahan
Pengisian kapiler < 3 detik
Terpasang cairan RL 60 tpm
d. Disabillity
Kesadaran CM
GCS : E4, M5, V:6
Pupil isokor 2 mm
Reaksi cahaya +/+
Kekuatan tonus otot 5 5
5 5
e. Eksposure
Tidak ada fraktur atau jejas
Suhu 36,5 oC
Abdomen datar, turgor kulit, mukosa bibir lembab
18
4. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat Alergi : tidak ada
b. Penilaian nyeri : tidak ada
c. Resiko jatuh : tidak ada
d. Data penunjang :
1) Lab Darah
Hari/ Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Ket
Tanggal Hasil
Minggu/ Hemoglobin 13,4 g/dl 14-18 Normal
Leukosit 13,24 10^3/ul 4-11 Normal
24-5-2018
Thrombosit 302 10^3/ul 150-450 Normal
Hematokrit 38,57 % 36-47 Normal
Eritrosit 4,58 10^6/ul 4,2-5,4 Normal
Kolesterol 255 Mg/dl 70-110 High
Ureum 17 Mg/dl 15-45 Normal
Creatinin 0,97 Mg/dl 0.60-1.30 Normal
SGOT 18 IU/L 1-38 Normal
SGPT 15 IU/L 1-41 Normal
24-5-2018 Foto CT SCAN Normal
24-5- EKG St elevasi
2018
Klinis : kesadaran CM
Cor : CTR = 52%, aorta baik
Pulmo : Normal
Kesimpulan :
Cor tidak membersar
Pulmo gambaran bronchopneumania
2) Therapy
19
25 – 5 - Cairan IV :
2018 - Infus Ringer 90 Komposisi: Per Sumber elektrolit
laktat 60 tpm. tetes/menit 1000 dan air untuk hidrasi.
mL Natrium
laktat 3,1 gram,
NaCl 6 gram,
KCl 0,3 gram,
CaCl2 0,2 gram,
air untuk injeksi
adalah 1,000
mL.
injeksi :
1/12 jam Obat resep Mengatasi infeksi
250 mg Obat anti
cetriaxone
fibrinotilik
20
ranitidin asam lambung
Analisa Data
Nama : Tn. S
Umur : 60 Tahun
NO. CM : 579975
Diagnosa Medis : Stemi
21
103/59,N :59 ,spo2:95%, s : penyumbata kerusakan
37,5 HR : 22 n pembuluh otot
darah arteri jantung,
koronaria. penyempita
n/
penyumbata
n pembuluh
darah arteri
koronaria.
4 jumat 25 DS: pasien mengatakan khawatir Ansietas ancaman Ansietas b.d
akan penyakitnya
-5-2018 aktual ancaman
DO: KU tampak lemah,pasien
jam 10.00 terhadap aktual
tampak cemas Td : 103/59,N :
integritas terhadap
59 ,spo2:95%, s :37,5 HR : 22
biologis integritas
biologis
o jhaj
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik) iskemia jaringan sekunder terhadap
sumbatan arteri.
b. Penurunan curah jantung b.d perubahan faktor-faktor listrik, penurunan
karakteristik miokard.
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d iskemik, kerusakan otot
jantung, penyempitan/ penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria.
d. Ansietas b.d ancaman aktual terhadap integritas biologis
22
INTERVENSI
No Tujuan dan kriteria hasil (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menajemen nyeri
selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
akut dapat teratasi dengan kriteria Lakukan pengkajian nyeri secara
hasil : komperhensif termaksud
Mampu mengontrol nyeri,
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,da
mampu menggunakan teknik
n faktor presipitasi
non farmakologi untuk
Observasi reaksi nonverbal dari
mengurangi nyeri
ketidaknyamanan
Melaporkan bahwa nyeri
Gunakan teknik komunikasi terapiutik untuk
berkurang dengan
mengetahui pengalaman nyeri pasien
menggunakan menajemen
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
Mampu mengenali nyeri
kebisingan
(skala,intensitas,frekuensi,dan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
tanda nyeri)
Pilih dan lakukan penangan nyeri
Menyatakan rasa nyaman
(farmakologi,non farmakologi dan
setelah nyeri berkurang
interpersonal)
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Tingkatkan istirahat
Gunakan teknik relaksasi BONOSN
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Cardiac care :
selama 3 x 24 jam diharapkan • Evaluasi adanya nyeri
Penurunan curah jantung n teratasi • Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
put put
dengan kriteria hasil :
• Monitor status kardiovaskuler
• Ttv dalam rentang • Monitor balance cairan
normal • Monitor adanya perubahan TD
• Dapat mentoleransi • Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
aktivitas, dan tidak ada kelelahan antiaritmia
• Tidak ada edem paru, • Atur periode latihan dan istirahat untuk
perifer,dan tidak ada ansietas menghindari kelelahan
• Tidak ada penurunan kesadaran • Monitor adanya dyspneu,fatigue,takipneu,dan
23
ortopneu
• Anjurkan untuk menurunkan stres
Motinor TTV :
• Monitor TTV
• Catat adanya fluktuasi TD
• Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
• Monitor jumlah dan irama jantung
• Monitor suara paru
• Identivikasi penyebab dari perubahan vital sign
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menajemen sensation perifer :
selama 3 x 24 jam diharapkan
Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berkurang dengan kriteria hasil : peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
a. Mendemonstrasikan status
sirkulasi yang di tandai dengan :
Monitor adanya paretese
• TTD dalam rentang normal Montitor kemampuan BAB
• Tidak ada ortostatik hipertensi
• Tidak ada tanda tanda peningkatan Kolaborasi pemberian analgetik
tekanan intrakarnial (tidak lebih dari 15
mmhg) Diskusi mengenai penyebab perubahan sensasi
b. Mendemonstrasikan kemampuan
kongnitif yang di tandai dengan
• Berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai dengan kemampuan
• Menunjukan konsentrasi dan orientasi
• Memproses informasi
• Membuat keputusan dengan benar
24
tingkat aktivitas menunjukan
berkurangnya kecemasan
25
faktor presipitasi
20.10 WIB
S : pasien mengatakan, kalau pasien
Mebservasi reaksi
kepikiran tentang penyakitnya maka
nonverbal dari akan terasa nyeri di dada
ketidaknyamanan O : klien tampak cemas dan murung
komunikasi terapiutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
20.20 WIB S : klien mengatakan tertanggu apa bila
Mengontrol lingkungan lampu kamar terlalu terang
O : klien tampak menutup matanya
yang dapat mempengaruhi
dengan tangan
nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
26
2 Jumat 20.50 mengevaluasi adanya S : paien mengatakan nyeri di dada kiri
25 mei WIB seperti terbakar skala nyeri 5 hilang
nyeri
2018 timbul
O : pasien tampak meringis
20.55
memonitor balance cairan
WIB S : pasien mengatakan banyak minum
memonitor adanya O :balance cairan 300ml per 10 jam
21.00 S:-
perubahan TD
WIB O : Td :110/80
Atur periode latihan dan
21.05 WIB istirahat untuk S : pasien mengatakan mau mengikuti
latihan
menghindari kelelahan O : klien tampak antusias dalam
21.10 WIB Monitor adanya mengikuti latihan
S :-
dyspneu,fatigue,takipneu,d O : tidak ada kelainan dalam pernafasan
an ortopneu
21.15
WIB
Anjurkan untuk S:-
menurunkan stres O : pasien mengatakan stres berkurang
Identivikasi penyebab dari
21.20 S : pasien mengatakan kepikiran akan
WIB perubahan vital sign penyakitnya
O : pasien tampak cemas
3 Selasa. 21.25 Menjelaskan patofisiologis S : pasien setuju dan ingin di jelaskan
01 Mei WIB O : pasien tampak antusias dan mengerti
dari penyakit tentang penyakitnya
2018
Menjelaskan tanda dan gejala
S : pasien tampak memperhatikan
21.30
yang muncul dengan cara O : pasien serius dalam memperhatikan
WIB
yang tepat
21.35
mendiskusikan gaya hidup S : pasien setuju denga perencanaan
WIB
yang baik dengan keluarga gaya hidup yang baik
O : pasien tampak kompeehensif saat di
dan pasien diskusikan tantang perencanaan
21.40 Mendiskusikan pilihan terapi S : pasien setuju akan terapi yang akan
di berikan
WIB atau penanganan
O : pasien serius dalam mendengarkan
4 21.45 WIB menggunakan pendekatan S:-
O : pasien tampak tenang saat di lakukan
yang menenangkan pendekatan
meneemani pasien untuk
S: pasien mengatakan khawatir akan
27
21.50 WIB memberikan keamanan dan penyakitnya
O : pasien tampak tenang
mengurangi takut
menengarkan dengan pernuh S : pasien tampak sedih akan
penyakitnya
21.55 WIB
perhatian O : pasien tampak senang dengan
perhatian yang di berikan
EVALUASI HARI I
No Hari/tgl Jam Evaluasi Paraf
Dx
1 Kamis 24 22.10 S : pasien mengakatan masih nyeri dada kiri tapi suda berkurang,seperti
Mei 2018 WIB di tusuk”,panas,timbul menhilang durasi suda sekitar 5 menit,skala nyeri 4
O : pasien tampak suda tidak meringis walau sesekali masih memegang di
area dada kiri, Td : 109/70,N : 59,RR : 23x/m, SpO2 : 97%, ekg: st elevasi
A : masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi :
Gunakan teknik komunikasi terapiutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
Mengurangi faktor presipitasi nyeri
Mengajarkan tehknik relaksasi bonson
Meningkatkan istirahat tidur
2 Kamis 22.10 S : pasien mengatakan rasa nyeri di dada berkurang skala nyeri 4
24 WIB O : klien tampak lebih leluasa dalam bergerak,dan berkomunikasi
Mei2018 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan
Anjurkan untuk menurunkan stres
28
3 kamis 22.10 S : pasien sudah mengerti penyakit apa yang sedang di alaminya
24 Mei WIB O : pasien tampak gelisah
2018 A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
4 kamis 22.10 S : pasien mengatakan masih khawatir tentang apa yg sedang di alaminya
24 Mei WIB O : klien masih tampak cemas dan gelisah
2018 A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
mendorong pasien untuk mengungkapkan apa yang
menimbulkan kecemasan
anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi bonson
IMPLEMENTASI HARI II
No Hari/tgl Jam Implementasi Respon Paraf
Dx
1 jumat. 05.00 Melakukan pengkajian S : klien mengatakan nyeri dada kiri
25 Mei WIB suda berkurang ,seperti di
nyeri secara komperhensif
2018 tusuk”,panas,timbul menhilang durasi
termaksud sekitar 2 menit suda berkurang ,skala
nyeri 3
lokasi,karakteristik,durasi,
O : psien sudah tak tampak meringis
frekuensi,kualitas,dan menahan nyeri, Td : 109/70,N : 59,RR :
faktor presipitasi 23x/m, SpO2 : 97%, ekg: st elevasi
05.10 S:-
Gunakan teknik
WIB O : klien antusias dalam mendengarkan
komunikasi terapiutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
29
05.15 Mengontrol lingkungan
WIB S : klien mengatakan suda tdk tertanggu
yang dapat mempengaruhi
apa bila lampu kamar terlalu terang
nyeri seperti suhu ruangan, O : klien tampak menutup matanya
dengan kain
pencahayaan dan
05.20 WIB
kebisingan
05.25 WIB Mengurangi faktor
S : pasien mengatakan suda tdk nyeri
presipitasi nyeri apabila terlalu beraktifitas
O : pasien tampak menjelaskan dengan
05.30 WIB baik
Mengjarkan tentang teknik S : pasien setuju akan di ajarkan teknik
05.35 WIB non farmakologi penanganan nyeri non farmakologi
O : klien tampak antusias
05.40 WIB
05.50 S:-
memonitor status
WIB O : status kardiovaskuler st elevase
kardiovaskuler
memonitor balance cairan
05.55 S : pasien mengatakan banyak minum
WIB memonitor adanya O :balance cairan 300ml per 10 jam
06.00 perubahan TD S:-
WIB O : Td :110/80
30
Atur periode latihan dan
S : pasien mengatakan mau mengikuti
istirahat untuk
06.05 latihan
WIB menghindari kelelahan O : klien tampak antusias dalam
mengikuti latihan
Monitor adanya
06.10 S :-
WIB dyspneu,fatigue,takipneu,d O : tidak ada kelainan dalam pernafasan
an ortopneu
EVALUASI HARI II
No Hari/tgl Jam Evaluasi Paraf
Dx
1 Jumat 25 07.10 S : pasien mengakatan nyeri dada kiri suda berkurang,skala nyeri 2
31
Mei 2018 WIB O : pasien tampak suda tidak meringis walau sesekali masih memegang di
area dada kiri, Td : 109/70,N : 59,RR : 23x/m, SpO2 : 97%, ekg: st elevasi
A : masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi :
Gunakan teknik komunikasi terapiutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
Mengurangi faktor presipitasi nyeri
Mengajarkan tehknik relaksasi bonson
Meningkatkan istirahat tidur
2 Jumat 07.10 S : pasien mengatakan rasa nyeri di dada berkurang skala nyeri 2
25 WIB O : klien tampak lebih leluasa dalam bergerak,dan berkomunikasi
Mei2018 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan
Anjurkan untuk menurunkan stres
4 Jumat 07.10 S : pasien mengatakan suda tdk khawatir tentang apa yg sedang di
25 Mei WIB alaminya
2018 O : klien masih suda tdk tampak cemas dan gelisah
A : Masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
32
ketidaknyamanan O : klien sudah tak tampak cemas dan
murung
Mengajarkan tehknik
relaksasi bonson S : pasien setuju dengan tekhnik
relaksasi bonson
O : pasien tampak mengikuti dan
Meningkatkan istirahat tampak rilek dengan tekhnik tersebut
S : pasien mengatakan suda baik dalam
istirahat
O : pasien tampak lelap dalam
Mengkolaborasikan istirahatnya
dengan dokter jika ada S : pasien mengatakan mau mengikuti
saran
keluhan dan tindakan nyeri O : pasien tampak semangat dalam
tidak berhasil mengikuti anjuran
33
20.50 S:-
memonitor status
WIB O : status kardiovaskuler st elevase
kardiovaskuler
20.55
memonitor balance cairan
WIB S : pasien mengatakan banyak minum
21.00 memonitor adanya O :balance cairan 600ml per 10 jam
WIB S:-
perubahan TD
O : Td :110/80
21.05 Atur periode latihan dan S : pasien mengatakan mau mengikuti
WIB istirahat untuk latihan
O : klien tampak antusias dalam
menghindari kelelahan mengikuti latihan
21.10 Monitor adanya
WIB S :-
dyspneu,fatigue,takipneu,d O : tidak ada kelainan dalam pernafasan
21.15 an ortopneu
WIB
Anjurkan untuk S:-
menurunkan stres O : pasien mengatakan stres berkurang
2 Jumat 21.10 S : pasien mengatakan rasa nyeri di dada kiri suda tidak ada
25 WIB O : klien tampak lebih leluasa dalam bergerak,dan berkomunikasi
34
Mei2018 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan
Anjurkan untuk menurunkan stres
35
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
1. KENDALA PENGKAJIAN
a. Lengkap
Data yang dikumpulkan lengkap dikarenakan data didapat
melalui hasil observasi dan pengkajian fisik dan wawancara
b. Akurat dan nyata
Keakuratan dari data yang didapatkan belum dalam dijadikan
patokan untuk pengambilan diagnosa keperawatan dikarenakan
belum ada data penunjang yang mendukung.
c. Tidak Relevan
Data yang didapatkan tidak relevan disebabkan tidak sesuai
dengan proses pengkajian yang melalui tahap wawancara karena
pasien yang dalam komunikasinya memakai bukan bahasa indonesia
dan pasien dalam keadaan kebingungan saat di tanya.
2. SOLUSI
Solusi untuk kendala-kendala yang didapatkan saat pengkajian
yaitu :
a. Melakukan wawancara dengan keluarga pasien demi mendapatkan
data-data tambahan sebagai acuan untuk membuat diagnosa.
b. Mencocokan hasil wawancara dengan keluarga, hasil observasi dan
hasil pengkajian fisik dengan buku rekamedik.
c. Melihat hasil pemeriksaan penunjang seperti hasil Lab, hasil ct-scan,
hasil EKG dan sebagainya untuk melengkapi data-data dalam
pembuatan diagnosa keperawatan.
36
B. DIAGNOSA
1. DEFINISI DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan : “Nyeri akut b.d agen injuri (fisik) iskemia
jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri.”
Nyeri adalah pengalaman sensorik/emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual fungsional,dengan onset mendadak atau
lambat dan berentesitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan(sdki, 2016).
37
4. TINDAKAN YANG SUDAH DILAKUKAN, RASIONAL, KENDALA
DAN SOLUSINYA
a. Tindakan dan rasional
1. Gunakan teknik komunikasi terapitik
Rasional : agar menjalin hubungan saling percaya
2. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termaksud
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,dan faktor
presipitasi
Rasional : agar dapat mengetahui lokasi nyeri dan skala
nyeri yang psien alami
3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Rasional :agar menambahkan tingkat kenyamanan pada
saat di lakukan teknik relaksasi
4. Ajarkan tehknik relaksasi bonson
Rasional : agar menambah relaksasi dan mengurangi nyeri
yang rasakan
5. Tingkatkan istirahat pada pasien
Rasional : agar kebutuhan istirahat pasien dapat terpenuhi
b. Kendala Tindakan
Kendala selama tindakan yaitu karna pasien sering kali
menggunakan yang bukan bahasa indonesia, yang membuat perawat
sulit untuk meakukan tindakan dengan baik,apalagi pada saat pertama
melakukan tindakan butuh waktu untuk pasien dapat mengerti tentang
apa yang sedang perawat lakukan, apalagi semua tindakan teknik
relaksasi bonson ini harus menggunakan komunikasi terapiutik yang
baik.
c. Solusi
Mengingat tindakan relaksasi bonson ini menggunakan komunikasi
yang baik maka tindakan ini harus di sertakan bersama keluarganya
38
atau yang dapat mengerti bahasa yang pasien ungkapkan dalam
bercakap,dan teknik ini suda di uji dan berhasil walaupun harus lebih
dari 3 pasien untuk melihat perbandingan yang signfikan,tapi sejauh
tindakan yang di lakukan pasien merasa lebih tenang dan nyeri teratasi
dan walaupun setelah di lakukan tindakan nyerinya akan muncul lagi,
oleh karena itu di harapkan kolaborasi dengan dokter akan
penanganan farmakologi dalam penanganan nyeri pasien.
5. Hasil
Hasil sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi bonson :
Skala nyeri Skala nyeri
Hari/tgl Lama relakasi
sebelum sesudah
Kamis 26
Mei 2018 jam 15 menit 5 4
20.30
kamis
26 Mei 2018 jam 15 menit 4 3
05.30
Jumat 27 Mei
15 menit 3 2
2018 jam 20.35
Rata-rata penurunan skala nyeri 1 skala
39
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada klien yang mempunyai nyeri dan skala nyeri sedang akan
mengalami gangguan kenyamanan, dan selama terapi bonson di lakukan
terlihat adanya penurunan nyeri walaupun hanya dengan satu skala dalam
setiap terapi.
B. SARAN
Jurnal terkait dapat dijadikan sebagai referensi terkait dalam
penurunan nyeri yang tingkatan nyeri dari ringan sampai sedang, dan apabila
kondisi pasien dalam keadaan tingkat nyeri skala berat maka harus di
kolaborasikan dengan dokter terkait dengan pemberian analgetik.
40
DAFTAR PUSTAKA
Ackley BJ, Ladwig GB. 2011. Nursing Diagnosis Handbook an Evidence-Based
Guide to Planning Care. United Stated of America : Elsevier.
Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP. 2008.Braunwald’s Heart Disease : A
textbook of Cardiovascular Medicine. Philadephia: Elsevier.
Myrtha R. 2011. Perubahan Gambaran EKG pada Sindrom Koroner Akut (SKA).
CDK 188; 38 (7): 541-542.
Robbins SL, Cotran RS, Kumar V. 2007.Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta:
EGC.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. 2010.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
41