BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.1 Pelaksanaan
Asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi dengan myoma uteri, pada
kasus tersebut dilaksanakan di Poli KIA Puskesmas Plaosan Kabupaten Magetan
pada tanggal 07 Mei 2019.
1.2 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal
dengan retensio plaosenta dilakukan dengan menggunakan metode asuhan
kebidanan secara komprehensif dan SOAP.
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
3
4
Mioma jenis ini dapat bertangkai panjang sehingga dapat keluar melalui
ostium serviks.Yang harus diperhatikan dalam menangani mioma bertangkai
adalah kemungkinan terjadinya torsi dan nekrosis sehingga resiko infeksi
sangatlah tinggi.Mioma intramural atau interstisiel adalah mioma yang
berkembang diantara miometrium. Mioma subserosa adalah mioma yang tumbuh
dibawah lapisan serosa uterus dan dapat tumbuh kearah luar dan juga
bertangkaijuga dapat menjadi parasit omentum atauusus untuk vaskularisasi
tambahan bagi pertumbuhannya (Tanto, 2014: 475).
2.1.4 Gejala Klinik
Menurut Chris Tanto (2014: 477), gejala klinis dan pemeriksaan ginekologis
mioma uteri sebagai berikut:
1. Gejala klinis
a. Infertilitas
b. Perdarahan abnormal
c. Gejala pendesakan abdomen bagian bawah
2. Pemeriksaan ginekologis
Penemuan mioma uteri dalam pemeriksaan ginekologis di jumpai secara
kebetulan. Hal ini disebabkan karena kebanyakan mioma uteri dengan ukuran
kurang dari 10 cm tidak memiliki gejala yang pasti.
2.1.5 Komplikasi Mioma Uteri
Komplikasi dari mioma uteri dapat menyebabkan:
1. Degenerasi ganas, seperti leiomiosarkoma
2. Torsi tangkai mioma dari:
a. Subserosa mioma uteri
b. Submukosa mioma uteri
3. Nekrosis dan infeksi
Setelah torsi dapat diikuti infeksi dan nekrosis
4. Pengaruh timbal balik mioma uteri dan kehamilan
a. Pengaruh mioma terhadap kehamilan
1) Menimbulkan infertiliti
2) Meningkatkan kemungkinan abortus
5
3) Saat kehamilan:
a) Persalinan prematuritas
b) Kelainan letak
4) Inpartu:
a) Inersia uteri
b) Gangguan jalan persalinan
5) Pascapartum
a) Perdarahan pascapartum
b) Retensio plasenta
c) Red degeneration
b. Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
1) Mioma uteri cepat membesar karena pengaruh estrogen
2) Terjadi red degeneration mioma uteri
3) Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai
2.1.6 Penanganan Mioma Uteri
1. Penanganan Konsefatif Mioma Uteri
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua
mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun,
terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulakan gangguan.
Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan.
Penanganan mioma uteri menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor.
a. Penanganan dengan terapi hormonal
Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonis
memberikan hasil yang baik memperbaiki gejala klinis mioma uteri. Tujuan
pemberian GnRH agonis adalah mengurangi ukuran mioma dengan jalan
mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Pemberian GnRH agonis sebelum
dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi vaskularisasi pada tumor
sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormonal yang
lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat progesteron akan mengurangi
gejala pendarahan tetapi tidak mengurangi ukuran mioma uteri (Hadibroto,
2005).
6
sekitar 2 hari. Komplikasi yang serius jarang terjadi namun dapat timbul
perlukaan pada dinding uterus, ketidakseimbangan elektrolit dan perdarahan.
b. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya adalah tindakan
terpilih (Prawirohardjo, 2007).Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar
30% dari seluruh kasus. Histerektomi dijalankan apabila didapati keluhan
menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan
ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu (Hadibroto, 2005).
Tindakan histerektomi dapat dilakukan secara abdominal (laparotomi), vaginal
dan pada beberapa kasus dilakukan laparoskopi. Histerektomi perabdominal
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal hysterectomy (TAH) dan
subtotal abdominal histerectomy (STAH). Masing-masing prosedur ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari
resiko operasi yang lebih besar seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi
pada ureter, kandung kemih dan rektum. Namun dengan melakukan STAH kita
meninggalkan serviks, di mana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks
dapat terjadi. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada tungkul vagina
dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdaraahn paska operasi di
mana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Mioma Uteri
2.2.1 Pengkajian data
1. Data Subyektif
a. Biodata
1) Umur
Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling
banyak pada umur 35-45 tahun (Wiknjosastro, 2010: 339).
2) Suku/bangsa
Kulit hitam lebih banyak berisiko terkena mioma uteri daripada kulit putih
(Wiknjosastro, 2010: 337)
8
b. Keluhan utama
Menurut Mansjoer (2011: 387) penderita datang dengan keluhan ada benjolan
di perut bagian bawah, rasa berat, perdarahan abnormal, retensio urin.
c. Riwayat kesehatan
1) Kesehatan sekarang
Adanya perdarahan tidak normal berupa hipermenore saat menstruasi,
akibat perdarahan dapat mengeluh anemis, pusing, cepat lelah, dan mudah
terjadi infeksi, terasa berat di abdomen bagian bawah, sukar BAK/BAB,
nyeri karena tertekannya urat saraf (Manuaba, 2012: 556).
2) Kesehatan keluarga
Dalam anggota keluarga pasien pernah menderita yang sama seperti berupa
perdarahan yang terus menerus dan lama karena presdiposisi dari mioma
uteri atau faktor keturunan. Pada keluarga adakah riwayat gangguan
pembekuan darah dapat mengakibatkan perdarahan yang sulit berhenti
(Wiknjosastro, 2010: 340)
d. Riwayat kebidanan
1) Riwayat hamil, bersalin, nifas yang lalu
Pada kehamilan pertumbuhan tumor ini makin besar, tetapi menurun setelah
menopouse. Perempuan nulipara mempunyai resiko yang tinggi untuk
terjadinya mioma uteri, sedangkan multipara mempunyai resiko relatif
menurun untuk terjadinya mioma uteri. Pengaruh mioma pada kehamilan
dan persalinan yaitu mengurangi kemungkinan perempuan menjadi hamil,
kemungkinan abortus bertambah, kelainan letak janin dalam rahim,
menghalangi lahirnya bayi, mengakibatkan inersia uteri dan atonia uteri, dan
mempersulit lepasnya plasenta.
Sementara, pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma uteri yaitu
tumor tumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofi dan edema,
tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk dan
mudah terjadi gangguan sirkulasi di dalamnya sehingga terjadi perdarahan
dan nekrosis terutama di tengah-tengah tumor. Lebih sering komplikasi ini
terjadi dalam masa nifas karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat
9
oksigen, akibat kadar oksigen dalam darah yang tinggi, keadaan jantung
tidak abnormal (Manuaba, 2012: 558).
3) Abdomen
Pada pemeriksaan bimanual akan teraba benjolan pada perut, bagian bawah,
terletak di garis tengah maupun agak kesamping dan sering kali teraba
benjolan-benjolan dan kadang-kadang terasa sakit (Wiknjosastro, 2010 :
344).
4) Genetalia
Adanya perdarahan pervaginam yang banyak encer sampai bergumpal-
gumpal (Manuaba, 2012: 559)
5) Ekstremitas
Edema tungkai sebagai akibat penekanan mioma pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe di panggul (Wiknjosastro, 2010: 342)
c. Pemeriksaan penunjang
1) USG
USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan
klinis (Wiknjosastro, 2010: 344)
2) Pemeriksaan bimanual
Didapatkan tumor padat uterus yang sering teraba berbenjol atau bertangkai
(Mansjoer, 2011:387)
3) Dengan sonde didapatkan kavum uteri lebih besar (Mansjoer, 2011:387).
4) Pemeriksaan Laboratorium
Ibu dengan mioma uteri berisiko mengalami anemia karena perdarahan yang
terus-menerus menyebabkan kadar Hb turun (Mansjoer, 2011: 387).
2.2.2 Diagnosa/Masalah Kebidanan
P0/≥1APIAH usia > 35 tahun dengan mioma uteri, keadaan umum baik/buruk
dengan masalah:
1. Anemia berhubungan adanya perdarahan yang abnormal
2. Gangguan pola eliminasi BAK dan BAB berhubungan dengan penekanan
mioma uteri terhadap kandung kencing dan rektum
12
3. Rasa nyeri akibat dengan penekanan pada urat saraf oleh mioma uteri.
Prognosa baik/buruk.
2.2.3 Perencanaan
Diagnosa : P0/≥1APIAH usia > 35 tahun dengan mioma uteri, KU baik/buruk,
Prognosa baik/buruk
Tujuan : Mioma uteri teratasi
Kriteria :
1. Perdarahan berhenti
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
T : 110/70-130/80 mmHg, N :80-100 x/mnt, S : 36,5-37,5oC, R : 16-24 x/mnt
Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan dari penyakitnya.
Rasional: Ibu bisa kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan.
2. Jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi penyakit ibu.
Rasional: Agar ibu lebih tenang dalam menghadapi pengobatan yang dilakukan.
3. Minta persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan.
Rasional: Agar klien dan keluarganya bisa kooperatif dengan tindakan yang
akan dilakukan.
4. Melakukan rujukan kepada dokter spesialis untuk penatalaksanaan mioma uteri.
Rasional: Untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
1. Masalah 1 : Anemia berhubungan dengan adanya perdarahan yang abnormal.
Tujuan : Anemia teratasi
Kriteria : - Kadar Hb normal yaitu 12 gr-16 gr%
- Kepala tidak pusing
- Muka tidak pucat
- Konjungtiva palpebra merah muda
Intervensi
a. Jelaskan kepada ibu penyebab perdarahan yang dialami.
Rasional:Dengan diberikan informasi tentang penyakit ibu akan lebih
mengerti dan kooperatif.
b. Jelaskan pada ibu untuk makan-makanan yang mengandung ferum.
13
Rasional: Proses pengeluaran urine dan feses yang lancar dapat mencegah
terjadinya proses infeksi serta dapat memberikan rasa nyaman.
c. Berikan ransangan apabila kandung kemih penuh.
Rasional: Ibu dapat segera BAK.
d. Observasi intake dan output cairan.
Rasional: Mengetahui keseimbangan cairan dengan pantauan intake dan
output
3. Masalah 3 : Rasa nyeri akibat dengan penekanan urat syaraf oleh mioma uteri
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang
Kriteria : - Klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang
- Klien tidak menangis menahan sakit.
- TTV dalam batas normal (TD: 110/70-140/90 mmHg, N: 80-
100 x/menit)
Intervensi
a. Jelaskan kepada klien tentang penyebab nyeri.
Rasional: Dengan menjelaskan mengenai penyebab nyeri, klien akan
mengerti dan kooperatif dengan tindakan.
b. Ajarkan kepada klien tentang strategi relaksasi dengan bernafas perlahan,
teratur atau nafas dalam.
Rasional: Dapat mengurangi rasa nyeri.
c. Beri pengurang rasa nyeri (analgesic) bila nyeri sangat hebat.
Rasional: Obat analgesic akan merangsang syaraf dengan menekan rasa
nyeri sehingga mengurangi rasa nyeri.
d. Observasi tanda-tanda vital
Rasional: Nyeri hebat ingin menimbulkan pengeluaran adrenalin yang
berlebihan sehingga berpengaruh pada kenaikan frekuensi denyut nadi dan
tekanan darah.
2.2.4 Pelaksanaan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan (2011: 6),
bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,
15
efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi, dan rujukan.
2.2.5 Evaluasi
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan (2011: 7), bidan
melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk melihat
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan segera setelah
selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat
dan dikomunikasikan pada klien dan/atau keluarga. Hasil evaluasi harus
ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien. Evaluasi ditulis dalam bentuk
catatan perkembangan SOAP, yaitu sebagai berikut:
S :Adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa.
O :Adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan.
A :Adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan.
P :Adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up, dan rujukan.
TTD Nama Terang
Petugas
16
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Ibu mengeluh ada benjolan diperut bagian bawah dan sering BAK, menstruasi
banyak dan bergumpal.
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit dengan gejala jantung
berdebar-debar (penyakit jantung), tekanan darah tinggi (hipertensi), batuk
lama lebih dari 2 minggu (TBC), sakit saat BAK (ginjal), banyak makan,
banyak minum dan sering kencing (DM), gangguan jiwa ataupun pembekuan
darah. Ibu tidak pernah operasi di daerah perut, disekitar panggul, alat genetalia
ataupun bagian tubuh yang lain.Dan tidak pernah menderita riwayat tumor
sebelumnya.
Ibu haid yang pertama usia 12 tahun, siklus haid teratur, perdarahan normal.
biasanya lama 7-8 hari. 1 tahun terakhir ini haid ibu sudah tidak normal.
Terkadang haid hanya bercak, terkadang haid lebih dari 1 minggu, darah yang
dikeluarkan banyak dan bergumpal. 4 bulan yang lalu ibu haid selama 3
minggu bergumpal, setelah itu 2 bulan tidak haid. Bulan berikutnya ibu haid
bercak bercak saja selam 3 hari. Bulan Ini ibu haid mulai tanggal 10 mei 2019
darah bergumpal
17
Ibu mempunyai 3 anak. Anak pertama saat hamil normal, persalinan spontan,
selama nifas normal, perempuan, usia 15 tahun. Anak kedua hamil, persalinan
dan nifas normal, laki-laki, saat ini usia 10 tahun. Anak ketiga hamil,
persalinan, nifas normal, laki-laki usia 7 tahun.
Setelah menikah yang pertama ibu tidak pernah menggunakan kontrasepsi.
Setelah melahirkan anak pertama ibu menggunakan KB pil selama +4 tahun,
berhenti karena ingin punya anak lagi. Kemudian setelah anak kedua lahir, ibu
menggunakan KB IUD selama + 3 bulan, ibu berhenti menggunakan karena
sering merasa nyeri saat haid, lalu ibu menggantinya dengan KB suntik 3
bulanan, berhenti menggunakan KB suntik karena ingin mempunyai anak,
setelah melahirkan anak ketiga ibu menggunakan KB suntik lagi.
Ibu BAB 1x/hari, konsistensi lembek, tidak ada keluhan, BAK sering 6-7x/hari
dan tidak ada keluhan.
Aktivitas ibu tidak terganggu selama terjadi perdarahan. Ibu masih menyapu,
memasak, dan lain-lain.
Di dalam keluarga, suami merokok tidak sering terkadang di luar rumah atau di
dalam rumah.
O :
KU ibu cukup, kesadaran composmentis
Tekanan darah : 120/90 mmHg, Nadi : 84x/meni, Suhu : 37oC, RR: 22x/menit
BB : 60 kg, TB : 157 cm.
Muka tidak sembab, tidak ikterus, tidak oedem, tidak pucat, conjunctiva
palpebra merah muda
Tidak ada pembendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada pembengkakan kelenjar limfe.
Gerak nafas teratur.
Tidak ada luka bekas operasi, pusar tidak menonjol, teraba massa diperut
bagian bawah, sedikit nyeri jika ditekan.
Tidak ada kondiloma akuminata/matalata, tidak odema, tidak ada varises,
terdapat perdarahan pervaginam ± 5 cc warna merah.
18
Ekstremitas atas dan bawah tidak oedema, tidak ada kelainan,tidak varises.
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan USG Tanggal: 23 Mei 2019 Pukul: 11.00 WIB
Posisi uterus : retrofleksi, kelainan yang ditemukan massa padat didekat OUI
dengan ukuran 5 cm. Pada cavum douglas tidak ada kelainan, ovarium kanan
dan kiri ukuran dalam batas normal.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal: 23 Mei 2019 Pukul: 10.30 WIB
Hemoglobin : 12,2 gr%, Golongan darah: O, HbsAg : Negatif, HIV/AIDS: NR,
Protein urin : Negatif.
A :
Ny “N” P30003 usia 42 tahun dengan mioma uteri, keadaan umum baik,
prognosa baik.
P :
1. Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu perlu
dilakukan pemeriksaan lab dan USG. E/ ibu mengerti dan bersedia.
2. Menjelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu mempunyai
penyakit mioma uteri. E/ Ibu mengerti.
3. Menjelaskan pada ibu mengenai mioma uteri, penyebab, dampak dan cara
mengatasi. E/ Ibu mengerti.
4. Menjelaskan pada ibu bahwa ibu perlu dirujuk ke RS untuk mendapatkan
tindakan lebih lanjut. E/ Ibu akan mempertimbangkan dengan keluarga.
5. Memberikan surat rujukan ke RSUD dr. Sayidiman Magetan.
6. Mendokumentasikan tindakan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Fraser dan Cooper. 2009. Myles Buku Ajar Bidan.Edisi 14 di terjemahkan oleh
Sri Rahayu. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
20