Anda di halaman 1dari 18

askep mioma perioperatif dengan pathways keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KLIEN NY. P DENGAN


OPERASI HISTEREKTOMY INDIKASI MIOMA UTERI
DI RUANG IBS RSUD KABUPATEN KEBUMEN
Disusun Guna Menyelesaikan Tugas Praktik Blok Peminatan

Disusun oleh:
Aris Wibowo
(A11000615)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2014

BAB I
A.

Latar Belakang
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak dari miometrium. Neoplasma jinak ini
membentuk lingkaran sel otot-otot polos dengan kolagen. Pertumbuhan dari tumor ini mungkin
satu atau lebih dan mempunyai berbagai ukuran dari sekecil pertumbuhan mikroskopik sehingga
membentuk tumor yang seberat 40kg. Kurang lebih 20% dari wanita pada usia reproduktif
mengalami mioma uteri dan kebanyakannya asimptomatik (Drife et al, 2004).
Neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat menumpangnya, dalam
kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma atau pun fibroid (Saifuddin et al, 2005).
Mioma uteri mempunyai ciri yang khas, bulat, keras, berwarna putih hingga merah muda
pucat, sebagian besar terdiri dari otot polos dengan beberapa jaringan ikat (Benson et al, 2009).
Meskipun penyebabnya tidak diketahui, dua hingga tiga kali prevalen terjadinya mioma
uteri lebih cenderung pada wanita berkulit hitam berbanding wanita berkulit putih, Hispanik dan
wanita asia serta diperkirakan sebanyak 75% histerektomi dilakukan di kalangan wanita berkulit
hitam. Simptom mayor yang berasosiasi dengan mioma adalah menoragia dan efek fisik yang
dihasilkan oleh mioma yang berukuran besar. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39 hingga
11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Saifuddin et al, 2005).
Mioma uteri kelihatan pada kurang lebih 1 hingga 2% wanita hamil yang didiagnosis
oleh ultrasonografi. Risiko mioma berkurang dengan meningkatnya paritas dan dengan
meningkatnya usia pada kelahiran terakhir. Wanita dengan sekurang-kurangnya mengalami dua
kehamilan cukup bulan mempunyai separuh dari resiko mioma. Pengurangan resiko mioma uteri
berasosiasi dengan faktor kurangnya kadar estrogen, bentuk badan yang kurus, merokok dan
sering berolahraga (Speroff et al, 2005).
Mioma uteri muncul sebagai kelainan tunggal pada 2 hingga 10% pasien infertilitas.
Penyebabnya kurang jelas namun tindakan terapi miomektomi dapat diusulkan pada infertilitas
jangka panjang tanpa penyebab lain yang jelas. Kemungkinan abortus lebih sering terjadi dua
hingga tiga kali terhadap pasien-pasien dengan mioma uteri. Jika mioma uteri merupakan satusatunya kelainan terjadinya keguguran berulang, maka miomektomi merupakan pilihan pertama.
Tindakan ini menghasilkan angka kehamilan cukup bulan sebesar 40 hingga 50% (Benson et al,
2009).

Bertitik tolak dari masalah diatas, maka penulis menulis karya ilmiah ini dengan judul
Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Klien Ny. P Dengan Hiterektomy Indikasi Mioma
Uteri Di Ruang IBS RSUD Kabupaten Kebumen.
B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada pembahasan makalah
ini adalah bagaimana pengelolaan pasien dengan operasi mioma uteri indikasi mioma uteri
ditinjau dari asuhan keperawatan perioperatif.

C.

Ruang lingkup
Ruang lingkup pada pembahasan makalah ini adalah pengelolaan pasien selama

preoperasi, intraoperasi dan postoperasi.


D. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
perioperatif pada klien dengan operasi mioma uteri indikasi mioma uteri di Ruang IBS RSUD
Kebumen.
2. Tujuan Khusus
a.
Memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian analisis data dan perumusan diagnosa
keperawatan pada klien mioma uteri indikasi mioma uteri ditinjau dari asuhan keperawatan
perioperatif.
b.
Memperoleh pengalaman nyata dalam menetapkan perencanaan keperawatan pada klien
c.

dengan operasi mioma uteri indikasi mioma uteri ditinjau dari asuhan keperawatan perioperatif.
Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan rencana keperawatan pada klien dengan

d.

operasi mioma uteri indikasi mioma uteri ditinjau dari asuhan keperawatan perioperatif.
Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan
pada klien dengan operasi mioma uteri indikasi mioma uteri ditinjau dari asuhan keperawatan

perioperatif..
e.
Memperoleh pengalaman nyata dalam mendokumentasikan pelaksanaan asuhan keperawatan
pada klien dengan operasi mioma uteri indikasi mioma uteri ditinjau dari asuhan keperawatan
perioperatif.
E. Manfaat
1. Manfaat bagi Institusi
Sebagai bahan ilmiah dan sumber informasi bagi institusi dalam rangka meningkatkan mutu
2.

pendidikan pada masa yang akan datang.


Manfaat bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat yang ada dirumah sakit dalam
mengambil langkah-langkah kebijaksanaan dalam rangka meningkatkan pelayanan keperawatan
3.

operasi Sectio Caesaria dengan indikasi letak lintang


Manfaat Bagi Penulis
Sebagai bahan evaluasi tentang penetapan konsep perawatan yang didapatkan selama pendidikan
ke dalam praktek keperawatan secara nyata.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
1

Definisi
Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot rahim (miometrium) atau jaringan ikat

yang tumbuh pada dinding atau di dalam rahim. (Lina Mardiana, 2007)
Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga
dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma atau fibroid. (Arif Mansjoer, 1999, hal

387)
Myoma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya sehingga dapat

dalam bentuk padat. (Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998, hal 409)
B. Klasifikasi

Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi atas:


1.

Mioma sub mukosum


Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam kavum uteri. Mioma uteri dapat tumbuh

bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui serviks (mioma geburt)


2. Mioma intiamural
Berada diantara serabut miometrium.
3. Mioma subserosum
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol ke permukaan uterus dan diliputi
serosa. Mioma subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi
mioma intra ligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain
setelah lepas dari uterus, misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian bebas disebut
wondering / parasitic fibroid.(Sarwono, 2005).

C.

Etiologi
Penyebab mioma uteri yang pasti sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti.
Beberapa peneliti menyatakan bahwa mioma uteri tumbuh dari sel neoplastik tunggal
(monoklonal) yang mengalami mutasi gen dari sel-sel normal, sel-sel imatur miometrium atau
dari sel embrional dinding pembuluh darah uterus.
Sedangkan dugaan lain menyatakan bahwa estrogen mempunyai peranan penting tetapi
dengan teori ini sukar diterangkan mengapa pada seseorang wanita estrogen dapat menyebabkan
mioma, sedangkan pada wanita yang lain tidak. Juga pada beberapa wanita dengan mioma uteri
dapat terjadi ovulasi, yang menghasilkan progesteron yang sifatnya anti estrogen.
Untuk mencegah timbulnya myoma pada organ reproduksi sebaiknya dihindari makanan
yang diawetkan, makanan setengah matang, KB suntik dan pil KB, serta melakukan cek
kesehatan secara teratur dan berkala.
Pada myoma uteri terjadi perubahan sekunder. Perubahan sekunder pada myoma uteri
yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini dikarenakan berkurangnya pemberian

darah pada sarang myoma. Perubahan sekunder yaitu:


Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan myoma uteri menjadi kecil.
2. Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut, tumor kehilangan struktur
1.

3.

aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil.
Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari myoma menjadi cair, sehingga
terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi
pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan

konsistensi yang lunak tumor ini sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
4. Degenerasi membatu (calcireous degeneration)
Ini terjadi pada wanita berusia lanjut, karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya
pengendapan garam kapur pada sarang myoma maka myoma menjadi keras dan memberikan
5.

bayangan pada foto rontgen.


Degenerasi merah (carneous degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Diperkirakan karena suatu nekrosis
subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada
kehamilan muda diserai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar

dan nyeri pada perabaan.


Degenerasi lemak
Jarang terjadi merupakan kelanjutan degenerasi hialin. (Sarwono, 2005).
D. Patofisiologi
6.

Rangsangan hormon

Faktor keturunan

Faktor resiko

Estrogen secara

nuli

para
terus-menerus
Sel-sel otot uterus yangbelum matang

Sel-sel otot mengalami


pertumbuhan yang cepat
Sel-sel otot polos uteri diliputi pseudokapsul
Mioma uteri

Rahim membesar
perdarahan berlebih
Nyeri, rasa berat
pada menstruasi
pada abdomen bagian
Abdomen tertekan

bawah,

kontraksi
otot rahim
Traktus urinarius Rektum tertekan
Tertekan

Disfungsi seksual
Konstipasi

Sukar miksi
Retensi urinarius
E.

Pemeriksaan penunjang

Penurunan suplai darah ke jaringan


Anemia
Perubahan perfusijaringan

gangguan

1.
2.
3.
4.
5.
F.
1.

Ultrasonografi
Untuk menentukan jenis tumor, lokasi myoma, ketebalan endometrium.
Foto BNO / IVP
Untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
Tes kehamilan
Darah lengkap dan urine lengkap
Histerografi dan histeroscopi
Untuk menilai pasien myoma sub mukosa disertai infertilitas.
(Chrisdiono, 2004)
Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif / medikasi
Terapi mioma uteri pada umumnya terbagi atas terapi ekspetatif Medikamen Tosa (GnRH
analog, preparat progesterone, anti progestin), tindakan bedah (miemektomi / histerektomi),
embolisasi arteri uteri dan beberapa alternative. Tindakan seperti ultra sonografi frekwensi
tinggi, terapi laser, dan ablasi thermal. Setiap tindakan harus dipilih yang paling sesuai untuk
seorang pasien dengan menimbang banyak hal seperti umur, keinginan, statks fertilitas, beratnya
gejala klinis, ukuran, jumlah dan lokasi mioma, penyakit sistemik, kemungkinan malignanni,
apakah pasien sudah dekat menopause dan keinginan pasien untuk mempertahankan rahimnya.
Terapi obat tidak mempunyai peranan yang penting dalam penanganan leimioma, akan tetapi
agons GnRH (Gonadotropin rekasing hormone) bisa dipakai untuk mengurangi estrogen
yang beredar dalam darah dan bisa membuat tumor mengecil. Agonis GnRH bisa mengurangi
besarnya tumor sekitar 90%, tetapi efeknya hanya sementara. Tumor ini bisa mengecil setelah
menopause. Biasanya GnRH diberikan untuk memperkecil tumor yang besar dan menghindari

perdarahan waktu pembedahan. (Mari Baraden, dkk, 2007)


2. Pengobatan kolaboratif
a.
Observasi
Bila ukuran uterus lebih kecil dari ukuran uterus kehamilan 12 minggu tanpa disertai penyulit
b.

lain.
Ekstirpasi
Biasanya untuk myoma submukosa bertangkai atau myoma lahir / geburt umumnya dianjurkan

dengan tindakan dilatasi dan kuretase.


Laparatomi . momektomi
Bila fungsi reproduksi masih diperlukan.
d. Histerektomi
Bila fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi, pertumbuhan tumor sangat cepat sebagai tindakan
c.

hemostasis.
(Crisdiono, 2004)
G.

Fokus pengkajia

1.
a.
b.

Aktivitas / istirahat
Gejala:
Kelemahan dan / atau keletihan
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktor-faktor

yang mempengaruhi tidur, mis: nyeri, ansietas, berkeringat malam


Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan
Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi
Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada.
Tanda: Perubahan pada TD.
3. Integritas ego
Gejala:
Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (mis: merokok,
c.
d.
2.

4.
5.

minum alkohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius / spiritual)


Masalah tentang perubahan dalam penampilan, mis: alopesia, lesi cacat, pembedahan
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu tidak bermakna / rasa

bersalah, kehlangan kontrol, depresi.


Tanda: Menyangkal, menarik diri, marah.
6. Eliminasi
Gejala: Perubahan pada pola defekasi, mis: darah pada feses, nyeri pada defekasi, perubahan
eliminasi urinarius, mis: nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih
Tanda: Perubahan pada bising usus, distensi abdomen
7. Makanan / cairan
Gejala: Kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet),
anoreksia, mual / muntah, intoleransi makanan, perubahan pada berat badan; penurunan berat
badan hebat, kakeksia berkurangnya massa otot
Tanda: Perubahan pada kelembaban / turgor kulit, edema
8. Neurosensori
Gejala: Pusing, sinkope
9. Nyeri / Kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri atau derajat nyeri bervariasi mis: ketidaknyamanan ringan sampai nyeri
berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
10. Pernapasan
Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), Pemajanan
asbes
11. Keamanan
Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama / berlebihan
Tanda: Demam, ruam kulit, ulserasi
12. Seksualitas

Gejala: Masalah seksual mis: dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan,
nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas
seksual dini, herpes genital

BAB III
TINJAUN KASUS
1.

A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
B.
1.
2.
3.
4.
C.
1.
2.

3.
4.
D.
1.
2.
3.
4.
5.
E.
1.

Pengkajian
Hari/tanggal
: Jumat, 27 Desember 2013
Tempat
: Ruang IBS RSUD Kebumen
Jam
: 09.00 WIB
Metode
: Observasi dan anamnesa
Sumber
: Pasien dan Rekam medik
Identitas pasien
Nama
: Ny. P
Umur
: 53 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Kedung bulus 1/1, prembun, kebumen.
Pekerjaan
: Tani
Status
: Menikah
No. RM
: 863796
Tgl. Masuk
: 14 januari 2014
Penanggung Jawab
Nama
: Tn. M
Umur
: 56 tahun
Alamat
: Kedung bulus 1/1, prembun, kebumen
Hubungan dengan pasien : suami
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada lapang perut bawah, nyeri dirasakan sampai pinggang, pasien
mengalami perdarahan sejak 2 hari yang lalu.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami sakit yang dialami saat ini.
Riwayat penyakit keluarga : Fokus pengkajian fungsional menurut Virnia Handersoon
Kebutuhan bernafas dengan normal
Baik sebelum dan selama di rumah sakit pasien dapat bernafas spontan, sesak nafas (-).
Kebutuhan nutrisi
Pasien mengatakan tidak ada keluhan terkait nafsu makanya ,mual (-), muntah (-)
Kebutuhan eliminasi
Pasien mengatakan BAK 3-4 kali/hari, BAB lancer 1 kali/hari.
Kebutuhan istirahat dan tidur
Pasien mengatakan selama sakit sering terbangun ketika tidur, tidur 4-5 jam/hari.
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Pasien mengatakan tidak nnyaman dengan kondisi sakit yang dialami sekarang
Keadaan umum
Suhu
: 36,5 C

2.
3.
4.
5.
F.
1.
2.
3.
a.
b.
c.
d.

peksi

e.
f.
g.

G.

Nadi
Tekanan darah
RR
Berat badan
Pemeriksaan fisik
KU
Kesadaran
Cepalo caudal
Kepala
Leher

: 98 kali/menit
: 140/90 mmHg
: 18 kali/menit
: 50 kg
: cukup
: compos mentis (E4,V5,M6)
:
: mesochepal, konjungtiva anemis, skelera anikterik,
: tidak terdapat pembesaaran kelenjar getah bening, tidak terdapat

peningkatan JVP.
Thoraks:
Auskultasi
: vesicular semua lapang paru. BJ 1-2 murni.
Abdomen:
: perut datar
Auskultasi
: peristaltic (+) 15 x/m.
Palpasi
: tidak terdapat pembesaran hepar maupun limpa
Perkusi
: timpani (+).
Inguinalis: tidak ada pembesaran inguinalis.
Genitalia : tampak perdarahan pervaginam
Ekstremitas (kulit dan kekuatan)
Turgor kulit baik, kulit dingin, akral hangat, pengisian kapiler < 3 detik, terpasang IV line di
lengan sebelah kiri, tidak ada edema maupun varises, kekuatan keempat ekstremitas baik.
Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorim tanggal 27 Desember 2013
Jenis Pemeriksaan
Darah

Hasil

Satuan

Normal

Hb
Leukosit
HT
Eritrosit
Trombosit
BT
CT
Goldar

12

g/dl

11,7-15,5

/ul

3,6-11

10

35-47
36
4,9
290
3
4
A

/ul

3,3-5,2

/ul

150-400

Menit

1-3

Menit

3-6

Kimia klinik
GDS
SGOT
SGPT

H.

2.
1.
No
1

96

mg/dl

70-120

18

u/l

0-35

u/l

0-35

Hasil USG (tgl 26 Desember 2013)


Tampak pembesaran uterus

Asuhan Keperawatan Pre Operasi


Analisa Data
Hari/ tgl/jam
Jumat, 27

Data
Ds : pasien mengeluh nyeri , nyeri

Desember

bertambah ketika beraaktifitas dan

2013

Masalah
Nyeri akut

Etiologi
Agen injuri biologis

berkurang saat istirahat, nyeri


dirasakan seperti terbakar pada area
suprapubik, nyeri dirasakan hilang
timbul, skala nyeri 7
Do : pasien tampak menahan sakit,
tampak mengerutkan dahi, Nadi 98
kali/menit, TD: 140/90 mmHg.

2.

Rumusan Diagnosa Keperawatan


Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
3. Rencana Pre Operasi
Dx

Tujuan
Setelah diberikan tindakan a.
keperawatan selama
1x5menit diharapkan nyeri b.

Intervensi
Tentukan riwayat nyeri,

a.

lokasi, durasi dan intensitas

diperlukan untuk merencanakan

Berikan pengalihan seperti

berkurang dengan criteria

reposisi dan aktivitas

hasil:

menyenangkan seperti

Rasional
Memberikan informasi yang
asuhan.

b.

Untuk meningkatkan kenyamanan


dengan mengalihkan perhatian klien

Klien mampu

mendengarkan musik

mengontrol rasa nyeri

c.

melalui aktivitas
Melaporkan nyeri yang
dialaminya

dari rasa nyeri.

Menganjurkan tehnik

c.

Meningkatkan kontrol diri atas

penanganan stress (tehnik

efek samping dengan menurunkan

relaksasi, visualisasi,

stress dan ansietas

bimbingan), gembira, dan

Mengikuti program

berikan sentuhan therapeutik.

pengobatan
Mendemontrasikan
tehnik relaksasi dan
pengalihan rasa nyeri
melalui aktivitas yang
mungkinmampu
berpartisipasi dalam
pengobatan.

4.
Dx

Pelaksanaan Dan Evaluasi Preoperasi


Tanggal/jam
27/12/2013, a.
09.05

Implementasi
Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi
a.
dan intensitas

b.

b.
Berikan pengalihan seperti reposisi dan
aktivitas

menyenangkan

seperti

mendengarkan musik atau berkomunikasi


c.
c.
Menganjurkan tehnik penanganan
stress

(tehnik

bimbingan),

relaksasi,

gembira,

visualisasi,

dan

Evaluasi
Nyeri masih dirasakan hilang timbul
pada region suprapubik.
Pasien mampu merespon ketika
ditanya, berkomunikasi terbuka
menceritakan kondisi kesakitanya
Pasien mampu melakukan tekhnik
relaksasi secara mandiri, nyeri masih
hilang timbul

berikan

sentuhan therapeutik
3.
1.
No
1

Asuhan Keperawatan Intra Bedah


Analisa data intra operasi
Hari/ tgl/jam
Jumat, 27
Desember

Data
Ds : Do:
Input :

Masalah
kekurangan volume

Etiologi
Kehilangan cairan

2013

Makan : puasa
Minum : puasa
Infuse : 500 cc
AM
: 5 ml/Kgbb/hari, jadi cc/hari

cairan

aktif

= 10 ml/jam, dalam 2 jam = 20


ml/jam
Output
Urin
: 0,5-1ml/Kgbb/jam, jadi 2550 cc/jam, dalam 2 jam = 100cc/jam
Perdarahan : 900 cc
Iwl
: 15ml/kgbb/hari, jadi
62,5cc / 2 jam.
Bc : intake output
: 520- 1062,5
: - 542,5 cc
Kebutuhan cairan : 30-40 ml/kg
bb/hari = 1500-2000 ml/hari = 125
166,7 cc/3 jam
2. Rumusan Diagnosa Keperawatan
Kekurangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Rencana intra operasi
Dx

Tujuan
Setelah diberikan tindakan
keperawatan diharapkan
tidak terjadi perdarahan
berlebih dengan kriteria
hasil:
Urin output dalam
rentang normal
Status hemodinamik
dalam rentang normal
Tidak terdapat tanda-

Intervensi
Monitor status hidrasi
Monitor status hemodinamik

Rasional
Mengetahui tanda-tanda syok

hipovolemik
pasien
Mengetahui respon organ vital
Monitor balance cairan
akibat kehilangan cairan aktif
Monitor pemberian cairan
Mempertahankan keseimbangan
melalui intra vena
cairan normal
Monitor perdarahan selama
Memenuhi kebutuhan cairan
operasi
elektrolit tubuh
Monitor pemberian tranfusi
Bernanfaat untuk pemberian
darah WBC jika perlu
terapi resusitasi cairan
Meresusitasi cairan yang hilang

tanda syok hipovolemik


4.
Dx

Pelaksanaan Dan Evaluasi Intra Operasi


Tanggal/jam

Implementasi

Evaluasi

27/12/2013,
jam 10.00 WIB

Memonitor status hidrasi


Memonitor status hemodinamik

Pasien tampak pucat, pasien

mengeluh kedinginan, CRT > 2 detik


pasien
Tekanan darah : 100/70 mmHg, nadi
Memonitor balance cairan
80 x/menit, RR :20 kali/menit, SpO2 : 98
Memonitor pemberian cairan melalui
%, akral dingin
intra vena
Bc : intake output
Memonitor perdarahan selama operasi
: 520- 1062,5
: - 542,5 cc
Kebutuhan cairan : 30-40 ml/kg
bb/hari = 1500-2000 ml/hari = 125
166,7 cc/3 jam
Cairan Rl 1000 ml, masuk via intra
vena, loading.
Perdarahan aktif selama operasi (+)

4.
1.
No
1

Asuhan Keperawatan Paska Operasi


Analisa Data Pasca Operasi
Hari/ tgl/jam
Selasa, 17
Desember
2013

Data
Ds : pasien mengeluh lemes
Do:
Respirasi rate : 95%
Pucat
GCS : E3,V5,M6 (compos mentis)
Nadi : 74 x/menit
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36 C
RT >2 detik
Aldrete score 4
Terpasang binasal kanul 3LPM

Masalah
Ketidakefektifan

Etiologi
Kehilangan cairan

perfusi jaringan perifer

paska operasi

2.

Rumusan Diagnosa Keperawatan


Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kehilangan cairan paska operasi
3. Rencana Pasca Operasi
Dx
a

Tujuan
Setelah diberikan tindakan
keperawatan diharapkan
perfusi jaringan perifer
adekuat dengan kriteria
hasil:
Status hemodinamik

Intervensi
Monitor status hemodinamik

Rasional
Mengetahui tanda-tanda syok

pasien
hipovolemik
Monitor status hidrasi pasien
Mengetahui respon organ vital
Pertahankan posisi tirah
akibat kehilangan cairan aktif
baring dengan posisi kepala
Mempertahankan keseimbangan
ekstensi

cairan normal

dalam rentang normal

Pantau perfusi perifer dengan

Memenuhi kebutuhan cairan dan

mengkaji kekuatan nadi perifer, elektrolit tubuh


Mengetahui cairan yang aktif
CRT, dan suhu
Berikan oksigen sesuai
indikasi
Monitor status kesadaran
pasien

4.
Dx
a

Pelaksanaan Dan Evaluasi Pasca Operasi


Tanggal/jam
17/12/2013,

Implementasi
Memonitor status hemodinamik

Evaluasi
Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84

jam 10.15 WIB pasien


kali/menit, RR 18 kali/menit,
Memonitor status hidrasi pasien
Tak tampak tanda-tanda syok
Mempertahankan posisi tirah baring
Posisi kepala ekstensi, jalan nafas
dengan posisi kepala ekstensi
efektif, nafas spontan,obstruksi(-).
Memantau perfusi perifer dengan
Kulit pucat, CRT 3 detik, nadi kuat,
mengkaji kekuatan nadi perifer, CRT, dan suhu 36 C
Oksigen 3 LPM masuk via binasal
suhu
Memberikan oksigen sesuai indikasi
kanul
Memonitor status kesadaran pasien
Aldrete score 5

5.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri & Ginekologi. 1984. Obstetric Patologi. Bandung; FK UNPAD
Cunningham, Gary. 1995. Obstetri Williams. Edisi 18. Jakarta; EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
-----. 2001. Rencana Perawatan Maternal/ Bayi. Edisi 2. Jakarta: EGC
Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta: EGC
Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta; EGC
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta; Media Aesculapius
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta; EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta; Tridasa
Printer-----. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta; Tridasa Printer

Anda mungkin juga menyukai