Disusun oleh:
Aris Wibowo
(A11000615)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2014
BAB I
A.
Latar Belakang
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak dari miometrium. Neoplasma jinak ini
membentuk lingkaran sel otot-otot polos dengan kolagen. Pertumbuhan dari tumor ini mungkin
satu atau lebih dan mempunyai berbagai ukuran dari sekecil pertumbuhan mikroskopik sehingga
membentuk tumor yang seberat 40kg. Kurang lebih 20% dari wanita pada usia reproduktif
mengalami mioma uteri dan kebanyakannya asimptomatik (Drife et al, 2004).
Neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat menumpangnya, dalam
kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma atau pun fibroid (Saifuddin et al, 2005).
Mioma uteri mempunyai ciri yang khas, bulat, keras, berwarna putih hingga merah muda
pucat, sebagian besar terdiri dari otot polos dengan beberapa jaringan ikat (Benson et al, 2009).
Meskipun penyebabnya tidak diketahui, dua hingga tiga kali prevalen terjadinya mioma
uteri lebih cenderung pada wanita berkulit hitam berbanding wanita berkulit putih, Hispanik dan
wanita asia serta diperkirakan sebanyak 75% histerektomi dilakukan di kalangan wanita berkulit
hitam. Simptom mayor yang berasosiasi dengan mioma adalah menoragia dan efek fisik yang
dihasilkan oleh mioma yang berukuran besar. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2,39 hingga
11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Saifuddin et al, 2005).
Mioma uteri kelihatan pada kurang lebih 1 hingga 2% wanita hamil yang didiagnosis
oleh ultrasonografi. Risiko mioma berkurang dengan meningkatnya paritas dan dengan
meningkatnya usia pada kelahiran terakhir. Wanita dengan sekurang-kurangnya mengalami dua
kehamilan cukup bulan mempunyai separuh dari resiko mioma. Pengurangan resiko mioma uteri
berasosiasi dengan faktor kurangnya kadar estrogen, bentuk badan yang kurus, merokok dan
sering berolahraga (Speroff et al, 2005).
Mioma uteri muncul sebagai kelainan tunggal pada 2 hingga 10% pasien infertilitas.
Penyebabnya kurang jelas namun tindakan terapi miomektomi dapat diusulkan pada infertilitas
jangka panjang tanpa penyebab lain yang jelas. Kemungkinan abortus lebih sering terjadi dua
hingga tiga kali terhadap pasien-pasien dengan mioma uteri. Jika mioma uteri merupakan satusatunya kelainan terjadinya keguguran berulang, maka miomektomi merupakan pilihan pertama.
Tindakan ini menghasilkan angka kehamilan cukup bulan sebesar 40 hingga 50% (Benson et al,
2009).
Bertitik tolak dari masalah diatas, maka penulis menulis karya ilmiah ini dengan judul
Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Klien Ny. P Dengan Hiterektomy Indikasi Mioma
Uteri Di Ruang IBS RSUD Kabupaten Kebumen.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada pembahasan makalah
ini adalah bagaimana pengelolaan pasien dengan operasi mioma uteri indikasi mioma uteri
ditinjau dari asuhan keperawatan perioperatif.
C.
Ruang lingkup
Ruang lingkup pada pembahasan makalah ini adalah pengelolaan pasien selama
dengan operasi mioma uteri indikasi mioma uteri ditinjau dari asuhan keperawatan perioperatif.
Memperoleh pengalaman nyata dalam pelaksanaan rencana keperawatan pada klien dengan
d.
operasi mioma uteri indikasi mioma uteri ditinjau dari asuhan keperawatan perioperatif.
Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan
pada klien dengan operasi mioma uteri indikasi mioma uteri ditinjau dari asuhan keperawatan
perioperatif..
e.
Memperoleh pengalaman nyata dalam mendokumentasikan pelaksanaan asuhan keperawatan
pada klien dengan operasi mioma uteri indikasi mioma uteri ditinjau dari asuhan keperawatan
perioperatif.
E. Manfaat
1. Manfaat bagi Institusi
Sebagai bahan ilmiah dan sumber informasi bagi institusi dalam rangka meningkatkan mutu
2.
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat yang ada dirumah sakit dalam
mengambil langkah-langkah kebijaksanaan dalam rangka meningkatkan pelayanan keperawatan
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
1
Definisi
Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot rahim (miometrium) atau jaringan ikat
yang tumbuh pada dinding atau di dalam rahim. (Lina Mardiana, 2007)
Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga
dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma atau fibroid. (Arif Mansjoer, 1999, hal
387)
Myoma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya sehingga dapat
dalam bentuk padat. (Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 1998, hal 409)
B. Klasifikasi
C.
Etiologi
Penyebab mioma uteri yang pasti sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti.
Beberapa peneliti menyatakan bahwa mioma uteri tumbuh dari sel neoplastik tunggal
(monoklonal) yang mengalami mutasi gen dari sel-sel normal, sel-sel imatur miometrium atau
dari sel embrional dinding pembuluh darah uterus.
Sedangkan dugaan lain menyatakan bahwa estrogen mempunyai peranan penting tetapi
dengan teori ini sukar diterangkan mengapa pada seseorang wanita estrogen dapat menyebabkan
mioma, sedangkan pada wanita yang lain tidak. Juga pada beberapa wanita dengan mioma uteri
dapat terjadi ovulasi, yang menghasilkan progesteron yang sifatnya anti estrogen.
Untuk mencegah timbulnya myoma pada organ reproduksi sebaiknya dihindari makanan
yang diawetkan, makanan setengah matang, KB suntik dan pil KB, serta melakukan cek
kesehatan secara teratur dan berkala.
Pada myoma uteri terjadi perubahan sekunder. Perubahan sekunder pada myoma uteri
yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini dikarenakan berkurangnya pemberian
3.
aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil.
Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari myoma menjadi cair, sehingga
terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi
pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan
konsistensi yang lunak tumor ini sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
4. Degenerasi membatu (calcireous degeneration)
Ini terjadi pada wanita berusia lanjut, karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya
pengendapan garam kapur pada sarang myoma maka myoma menjadi keras dan memberikan
5.
Rangsangan hormon
Faktor keturunan
Faktor resiko
Estrogen secara
nuli
para
terus-menerus
Sel-sel otot uterus yangbelum matang
Rahim membesar
perdarahan berlebih
Nyeri, rasa berat
pada menstruasi
pada abdomen bagian
Abdomen tertekan
bawah,
kontraksi
otot rahim
Traktus urinarius Rektum tertekan
Tertekan
Disfungsi seksual
Konstipasi
Sukar miksi
Retensi urinarius
E.
Pemeriksaan penunjang
gangguan
1.
2.
3.
4.
5.
F.
1.
Ultrasonografi
Untuk menentukan jenis tumor, lokasi myoma, ketebalan endometrium.
Foto BNO / IVP
Untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
Tes kehamilan
Darah lengkap dan urine lengkap
Histerografi dan histeroscopi
Untuk menilai pasien myoma sub mukosa disertai infertilitas.
(Chrisdiono, 2004)
Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif / medikasi
Terapi mioma uteri pada umumnya terbagi atas terapi ekspetatif Medikamen Tosa (GnRH
analog, preparat progesterone, anti progestin), tindakan bedah (miemektomi / histerektomi),
embolisasi arteri uteri dan beberapa alternative. Tindakan seperti ultra sonografi frekwensi
tinggi, terapi laser, dan ablasi thermal. Setiap tindakan harus dipilih yang paling sesuai untuk
seorang pasien dengan menimbang banyak hal seperti umur, keinginan, statks fertilitas, beratnya
gejala klinis, ukuran, jumlah dan lokasi mioma, penyakit sistemik, kemungkinan malignanni,
apakah pasien sudah dekat menopause dan keinginan pasien untuk mempertahankan rahimnya.
Terapi obat tidak mempunyai peranan yang penting dalam penanganan leimioma, akan tetapi
agons GnRH (Gonadotropin rekasing hormone) bisa dipakai untuk mengurangi estrogen
yang beredar dalam darah dan bisa membuat tumor mengecil. Agonis GnRH bisa mengurangi
besarnya tumor sekitar 90%, tetapi efeknya hanya sementara. Tumor ini bisa mengecil setelah
menopause. Biasanya GnRH diberikan untuk memperkecil tumor yang besar dan menghindari
lain.
Ekstirpasi
Biasanya untuk myoma submukosa bertangkai atau myoma lahir / geburt umumnya dianjurkan
hemostasis.
(Crisdiono, 2004)
G.
Fokus pengkajia
1.
a.
b.
Aktivitas / istirahat
Gejala:
Kelemahan dan / atau keletihan
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari; adanya faktor-faktor
4.
5.
Gejala: Masalah seksual mis: dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan,
nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas
seksual dini, herpes genital
BAB III
TINJAUN KASUS
1.
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
B.
1.
2.
3.
4.
C.
1.
2.
3.
4.
D.
1.
2.
3.
4.
5.
E.
1.
Pengkajian
Hari/tanggal
: Jumat, 27 Desember 2013
Tempat
: Ruang IBS RSUD Kebumen
Jam
: 09.00 WIB
Metode
: Observasi dan anamnesa
Sumber
: Pasien dan Rekam medik
Identitas pasien
Nama
: Ny. P
Umur
: 53 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Kedung bulus 1/1, prembun, kebumen.
Pekerjaan
: Tani
Status
: Menikah
No. RM
: 863796
Tgl. Masuk
: 14 januari 2014
Penanggung Jawab
Nama
: Tn. M
Umur
: 56 tahun
Alamat
: Kedung bulus 1/1, prembun, kebumen
Hubungan dengan pasien : suami
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada lapang perut bawah, nyeri dirasakan sampai pinggang, pasien
mengalami perdarahan sejak 2 hari yang lalu.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami sakit yang dialami saat ini.
Riwayat penyakit keluarga : Fokus pengkajian fungsional menurut Virnia Handersoon
Kebutuhan bernafas dengan normal
Baik sebelum dan selama di rumah sakit pasien dapat bernafas spontan, sesak nafas (-).
Kebutuhan nutrisi
Pasien mengatakan tidak ada keluhan terkait nafsu makanya ,mual (-), muntah (-)
Kebutuhan eliminasi
Pasien mengatakan BAK 3-4 kali/hari, BAB lancer 1 kali/hari.
Kebutuhan istirahat dan tidur
Pasien mengatakan selama sakit sering terbangun ketika tidur, tidur 4-5 jam/hari.
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Pasien mengatakan tidak nnyaman dengan kondisi sakit yang dialami sekarang
Keadaan umum
Suhu
: 36,5 C
2.
3.
4.
5.
F.
1.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
peksi
e.
f.
g.
G.
Nadi
Tekanan darah
RR
Berat badan
Pemeriksaan fisik
KU
Kesadaran
Cepalo caudal
Kepala
Leher
: 98 kali/menit
: 140/90 mmHg
: 18 kali/menit
: 50 kg
: cukup
: compos mentis (E4,V5,M6)
:
: mesochepal, konjungtiva anemis, skelera anikterik,
: tidak terdapat pembesaaran kelenjar getah bening, tidak terdapat
peningkatan JVP.
Thoraks:
Auskultasi
: vesicular semua lapang paru. BJ 1-2 murni.
Abdomen:
: perut datar
Auskultasi
: peristaltic (+) 15 x/m.
Palpasi
: tidak terdapat pembesaran hepar maupun limpa
Perkusi
: timpani (+).
Inguinalis: tidak ada pembesaran inguinalis.
Genitalia : tampak perdarahan pervaginam
Ekstremitas (kulit dan kekuatan)
Turgor kulit baik, kulit dingin, akral hangat, pengisian kapiler < 3 detik, terpasang IV line di
lengan sebelah kiri, tidak ada edema maupun varises, kekuatan keempat ekstremitas baik.
Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorim tanggal 27 Desember 2013
Jenis Pemeriksaan
Darah
Hasil
Satuan
Normal
Hb
Leukosit
HT
Eritrosit
Trombosit
BT
CT
Goldar
12
g/dl
11,7-15,5
/ul
3,6-11
10
35-47
36
4,9
290
3
4
A
/ul
3,3-5,2
/ul
150-400
Menit
1-3
Menit
3-6
Kimia klinik
GDS
SGOT
SGPT
H.
2.
1.
No
1
96
mg/dl
70-120
18
u/l
0-35
u/l
0-35
Data
Ds : pasien mengeluh nyeri , nyeri
Desember
2013
Masalah
Nyeri akut
Etiologi
Agen injuri biologis
2.
Tujuan
Setelah diberikan tindakan a.
keperawatan selama
1x5menit diharapkan nyeri b.
Intervensi
Tentukan riwayat nyeri,
a.
hasil:
menyenangkan seperti
Rasional
Memberikan informasi yang
asuhan.
b.
Klien mampu
mendengarkan musik
c.
melalui aktivitas
Melaporkan nyeri yang
dialaminya
Menganjurkan tehnik
c.
relaksasi, visualisasi,
Mengikuti program
pengobatan
Mendemontrasikan
tehnik relaksasi dan
pengalihan rasa nyeri
melalui aktivitas yang
mungkinmampu
berpartisipasi dalam
pengobatan.
4.
Dx
Implementasi
Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi
a.
dan intensitas
b.
b.
Berikan pengalihan seperti reposisi dan
aktivitas
menyenangkan
seperti
(tehnik
bimbingan),
relaksasi,
gembira,
visualisasi,
dan
Evaluasi
Nyeri masih dirasakan hilang timbul
pada region suprapubik.
Pasien mampu merespon ketika
ditanya, berkomunikasi terbuka
menceritakan kondisi kesakitanya
Pasien mampu melakukan tekhnik
relaksasi secara mandiri, nyeri masih
hilang timbul
berikan
sentuhan therapeutik
3.
1.
No
1
Data
Ds : Do:
Input :
Masalah
kekurangan volume
Etiologi
Kehilangan cairan
2013
Makan : puasa
Minum : puasa
Infuse : 500 cc
AM
: 5 ml/Kgbb/hari, jadi cc/hari
cairan
aktif
Tujuan
Setelah diberikan tindakan
keperawatan diharapkan
tidak terjadi perdarahan
berlebih dengan kriteria
hasil:
Urin output dalam
rentang normal
Status hemodinamik
dalam rentang normal
Tidak terdapat tanda-
Intervensi
Monitor status hidrasi
Monitor status hemodinamik
Rasional
Mengetahui tanda-tanda syok
hipovolemik
pasien
Mengetahui respon organ vital
Monitor balance cairan
akibat kehilangan cairan aktif
Monitor pemberian cairan
Mempertahankan keseimbangan
melalui intra vena
cairan normal
Monitor perdarahan selama
Memenuhi kebutuhan cairan
operasi
elektrolit tubuh
Monitor pemberian tranfusi
Bernanfaat untuk pemberian
darah WBC jika perlu
terapi resusitasi cairan
Meresusitasi cairan yang hilang
Implementasi
Evaluasi
27/12/2013,
jam 10.00 WIB
4.
1.
No
1
Data
Ds : pasien mengeluh lemes
Do:
Respirasi rate : 95%
Pucat
GCS : E3,V5,M6 (compos mentis)
Nadi : 74 x/menit
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36 C
RT >2 detik
Aldrete score 4
Terpasang binasal kanul 3LPM
Masalah
Ketidakefektifan
Etiologi
Kehilangan cairan
paska operasi
2.
Tujuan
Setelah diberikan tindakan
keperawatan diharapkan
perfusi jaringan perifer
adekuat dengan kriteria
hasil:
Status hemodinamik
Intervensi
Monitor status hemodinamik
Rasional
Mengetahui tanda-tanda syok
pasien
hipovolemik
Monitor status hidrasi pasien
Mengetahui respon organ vital
Pertahankan posisi tirah
akibat kehilangan cairan aktif
baring dengan posisi kepala
Mempertahankan keseimbangan
ekstensi
cairan normal
4.
Dx
a
Implementasi
Memonitor status hemodinamik
Evaluasi
Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84
5.
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri & Ginekologi. 1984. Obstetric Patologi. Bandung; FK UNPAD
Cunningham, Gary. 1995. Obstetri Williams. Edisi 18. Jakarta; EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
-----. 2001. Rencana Perawatan Maternal/ Bayi. Edisi 2. Jakarta: EGC
Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta: EGC
Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta; EGC
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta; Media Aesculapius
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta; EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta; Tridasa
Printer-----. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta; Tridasa Printer