Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

STRUMA

Oleh:

Silvy Herlinda Amd. Kep

PELATIHAN PENATALAKSANAAN PERIOPERATIF PASIEN

DI KAMAR BEDAH BAGI PERAWAT

INSTALASI BEDAH SENTRAL

RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

2023
Lembar Pengesahan

Laporan pendahuluan struma

Untuk memenuhi tugas pelatihan penatalaksanaan perioperatif pasien di kamar bedah

bagi perawat-Bedah Onkologi

Disusun oleh

Silvy Herlinda

Malang, November 2023

(…..................................................)
A. PENGERTIAN

Mioma uteri merupakan penyakit tumor jinak pada otot rahim yang disertai
jaringan ikatnya. Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan,
yaitu satu dari empat wanita selama masa reproduksi yang aktif. Gejala terjadinya
mioma uteri sukar dideteksi karena tidak semua mioma uteri memberikan keluhan
dan memperlukan tindakan operatif. Walapupun kebanyakan mioma muncul tanpa
gejala, tetapi sekitar 60% ditemukan secara kebetulan pada laparatomi daearh pelvis
(Setiati, 2018). Mioma uteri berbatas tegas dan berasal dari otot polos jaringan
fibrous sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya
dominan dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan. Mioma uteri
biasanya juga disebut leiomioma uteri, fibroma uteri, fibroleimioma, mioma fibroid
atau mima simple (Setiati, 2018).
Mioma uteri merupakan suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,
leiomioma uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri ini merupakan neoplasma jinak
yang sering ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah
produktif atau menopouse (Aspiani, 2017).
B. ANATOMI
Anatomi normal
Anatomi abnormal

C. KLASIFIKASI
Menurut Setiati (2018) mioma uteri dapat diklasifikasikan menurut letaknya, yaitu:
1) Mioma uteri subserosum
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui
tangkai. Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma
terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik
2) Mioma uteri intramural
Mioma uteri intramural disebut juga sebagai mioma intra epitalial, biasanya
multiple. Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar
akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan
berubah bentuknya
3) Mioma uteri submukosum
Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan
tumbuh kearah kavum uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan
bentuk dan besar kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka
tumor dapat keluar dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt.
Mioma submukosum walaupun hanya kecil, memberikan keluhan perdarahan
melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya
dilakukan histerektomi.
D. ETIOLOGI
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri.
1) Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar
40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan
sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
2) Hormone Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan
miometrium normal.
3) Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
4) Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red
meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran
hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
5) Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen
dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini
mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan
mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain.
6) Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan
wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2 (2) kali
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya myoma uteri
1) Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara, makanan,
radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditam,bahkan
pada makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari polusi. Bahan kimia
yang ditambahkan dalam makanan seperti pengawet dan pewarna makanan
cara memasak juga dapat mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang
berbahaya.
2) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel-sel yang
mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang
diturunkan dari orang tua. Selain faktor genetika, myoma uteri juga
dipengaruhi oleh hormon.
E. PATOFISIOLOGI
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun
semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus
mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu
mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar
dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat menonjol
kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan
yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam
uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh
lebih besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium,
sementara yang lain terletak tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat
dibawah serosa (subserosa). Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat
ke organ disekitarnya, dari mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan
kemudian membebaskan diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”.
(Robbins, 2007).
F. PENATALAKSANAAN
Menurut Setiati (2015) penanganan mioma uteri salah satunya dengan cara
pembedahan, ada dua jenis pembedahan pada penderita mioma uteri yaitu enkleasi
mioma dan histerektomi. Risiko dari post operasi adalah perdarahan (Majid,2011
dalam Anngraeni, 2016), perdarahan akibat prosedur pembedahan dapat
menyebabkan penderita mengalami keletihan akibat penurunan jumlah sel darah
merah yang ada di dalam sirkulasi. Keletihan didefinisikan sebagai ketidakberdayaan
secara fisik maupun psikolog sehingga pasien tidak dapat melakukan aktivitas seperti
biasa, keletihan dapat menurunkan produktivitas dan pada akhirnya akan menurunkan
kualitas hidup (Nugraha, 2018).
Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasinya dapat berupa
1) Enukleasi mioma Enukleasi mioma dilakukan pada penderita yang infertil, masih
manginginkan anak, atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilasi. Sejauh
ini, tempaknya langkah ini aman, efektif dan masih menjadi pilihan terbaik.
Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan jika ada kemungkinan terjadinya karsinoma
edometrium atau sarkoma uterus dan dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini
seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan tumor ya dengan mudah dapat
dijepit dan diikat.
2) Histerektomi
Menurut Khabibi (2017) dalam Arista (2018) ada beberapa jenis histerektomi yang
dilakukan oleh wanita yaitu:
 Histerektomi Radikal
Histerektomi radikal yaitu mereka yang menjalani prosedur ini akan
kehilangan seluruh sistem reproduksi seperti seluruh rahim dan serviks, tuba fallopi,
ovarium, bagian atas vagina, jaringan lemak dan kelenjar getah bening. Prosedur ini
dilakukan pada mereka yang mengidap kanker. Prosedur ini melibatkan operasi yang
luas dari pada histerektomi abdominal totalis,karena prosedur ini juga
mengikutsertakan pengangkatan jaringan lunak yang mengelilingi uterus serta
mengangkat bagian atas dari vagina. Histerektomi radikal ini sering dilakukan pada
kasus-kasus karsinom serviks stadium dini. Komplikasi lebih sering terjadi pada
histerektomi jenis ini dibandingkan pada histerektomi tipe abdominal. Hal ini juga
menyangkut perlukaan pada usus dan sistem urinarius.

 Histerektomi Abdominal
a) Histerektomi Total
Histerektomi total yaitu seluruh rahim dan serviks diangkat. Namun ada
pula jenis. Keuntungan dilakukan histerektomi total adalah ikut
diangkatnya serviks yang menjadi sumber terjadinya karsinoma dan
prekanker.Berbeda dengan histerektomi sebagian, pada histerektomi total
seluruh bagian rahim termasuk mulut rahim (serviks) diangkat
b) Histerektomi Subtotal
Histerektomi subtotal adalah Pengangkatan bagian atas uterus dengan
meninggalkan bagian segmen bawah rahim. Tindakan ini umumnya
dilakukan pada kasus gawat darurat, biasanya terjadi pada pendarahan
paska persalinan yang disebabkan atonia uteri, prolapsus uteri, dan
plasenta akreta. Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena kanker
mulut rahim sehingga masih perlu pemeriksaan papsmear (pemeriksaan
leher rahim) secara rutin.
G. INSTEK HISTEREKTOMI
1. Persiapan alat dan tempat untuk pembedahan histerektomi (umum)
Meja mayo

No Nama alat Jumlah


1. Washing dan dressing forceps 4 buah
2. Towel clams 6 buah
3. Dissecting forceps 4 buah
4. Tissue forceps 4 buah
5. Scalp blade dan handle 1 buah
6. Mosquito klem pean bengkok 2 buah
kecil
7. Mosquito klem pean bengkok 4 buah
tanggung
8. Klem pean bengkok besar dn 8 buah
panjang
9. Lengeenback 2 buah
10.Metzenboum 1 buah
11.Gunting bedah panjang/bengkok 2 buah
12.Gunting bedah lurus 1 buah
13.Needle holder 2 buah
14.Haak berdaun dalam 4 buah
15.Myoma instrumen 1 buah
16.Haak tajam gigi 4 2 buah
17.Canul suction 1 buah
Persiapan meja linen

No Nama alat Jumlah


1. Doek besar 4 buah
2. Doek panjang atau kecil 3 buah
3. Sarung meja mayo 1 buah
4. Skhort 6 buah
5. Slang suction 1 buah
6. Kabel couter 1 buah
7. Bengkok 2 buah
8. Perlak karet/handuk kecil ¼ buah

Bahan habis pakai

No Nama alat Jumlah


1. Paragon mess 22 1 buah
2. Handscoon -
3. Cairan ns 0,9 % 2 Flash
4. Catgut plain 1
5. PGA 0/1 4/1
6. Ziede 1 1
7. Manosyn 3-0 1
8. Kasa besar 4
9. Deppers 5
10.Kasa sedang 40-50
11.Povidone iodine 100cc
12.Under pad 1
13.Sufratule 1
14.Hipavix 1

Teknik instrument
Sign in
1. Pasien masuk ruang premedikasi, lakukan prosedur sign in
2. Perawat mendampingi pasien masuk kamar operasi, selajutnya pindah ke meja
operasi
3. Mengatur posisi pasien untuk dilakukan pembiusan
4. Tim anestesi melakukan pembiusan regional / general
5. Perawat instrumen melakukan cuci tangan, memakai gaun operasi dan sarung
tangan steril.
6. Tim operasi melakukan cuci tangan
7. Perawat instrumen memakaikan gaun operasi dan sarung tangan steril steril
kepada tim operasi
8. Perawat sirkuler memasang folley cateter, melakukan pencukuran area operasi
dan pencucian area operasi
9. Asisten operator melakukan antisepsis area operasi dengan memberikan
washing and dressing forceps
10. Tim operasi melakukan drapping area operasi dengan under pad, doek besar,
doek kecil dan towel klamp.
11. Perawat instrument memasang kabel ESU & slang suction, fiksasi dengan
towel clamps
Time Out
12. Operator menentukan area incisi operasi dengan memberikan dressing forceps
13. Insisi area operasi dengan scalp blade and handle
14. Perdarahan dirawat dengan memberikan musquito klem pean dan handle
couter
15. Incisi perdalam lapis demi lapis dengan scalp blade and handle, surgical
scissorsdan dissecting forceps, gunakan army retraktors sampai peritonium
terbuka dan terjepit dgn mikuliez, tampak uterus miomatik
16. Operator melakukan identifikasi, dan memutuskan tindakan TAH/SAH/RAH
17. Operator mencari ligamentum rotudum, perawat instrumen memberikan 2
klem pen untuk menjepit ligamen
18. Perawat instrumen memberikan gunting jaringan kasar untuk memotong
ligamen diantara 2 klem, kemudian memberikan benang absorbable pada lig
yang akan dibuang
19. Perawat instrumen memberikan gunting metzenbaum dan pinset cirugis pada
operator dan klem kokher pada asisten untuk melakukan bladder flap
20. Operator membuat tunnel sara avascular pada ligamentum invundibulum
pelvicum, perawat instrumen memberikan 2 klem pean untuk menjepit
ligamen
21. Perawat instrumen memberikan gunting jaringan kasar untuk memotong lig
diantara 2 klem
22. Kemudian memberikan benang absorbable (PGA) no. 0 untuk menjahit
ligamen yang ditinggal dan benang non absorbable (ziede) pada lig yang akan
di buang
23. Operator melakukan identifikasi istmus uteri
24. Operator melakukan identifikasi stoma, bila ada perdarahan dirawat dengan
ESU atau dijahit.
25. Selanjutnya lapangan operasi di cuci dengan aqua / NaCl
26. Peritoneum di pegang dengan mickulicz 4 posisi,
Sign Out
27. Luka abdomen jahit lapis demi lapis :
• Peritonium : Plain 0
• Otot : Plain no 0
• Fascia : Vycril no 1
• Fat : Vycril no 1
• Kulit luar : Prolane
28. Bersihkan luka operasi dengan kassa basah, keringkan, tutup dengan tulle
dressig & kassa, Fiksasi
29. Bersihkan vagina, ambil kasa alkohol dlm vagina
30. Bersihkan pasien dengan sabun desinfectan.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Y, R. (2018). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM


RSUP. Dr. M. Djamil.(2016). Laporan Catatan Rekam Medik (RM): Mioma Uteri

Kurniaty, R & Sunarsih. (2018, Juli). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Mioma Uteri Di Rsud Dr. H Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2016.
JURNAL KEBIDANAN, volume 4. Diakses 02 Maret 2020, dari
www.ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan/article/viewFile/660/602

Sulastriningsih. ( 2019, Juni). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Mioma Uteri Pada Wanita Di RSUD Pasar Rebo Tahun 2017. Journal Educational
Of Nursing (JEN), Volume 2. Diakses 02 Maret 2020, Dari
https://ejournal.akperrspadjakarta.ac.id

Novita, P.(2018) Histerektomi Dalam Perspektif Undang-Undang Kesehatan No. 36.


Skripsi Strata Satu, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.

Aspiani, Y, R. ( ). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM

Anda mungkin juga menyukai