Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN PENATALAKSANAAN

INSTRUMEN TEKNIK
HISTEREKTOMI ATAS INDIKASI MIOMA UTERI DI RUANG
OK OBGYN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu


Pelatihan Kamar Operasi di RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Oleh:
Truna Adi Saputra

INSTALASI BEDAH SENTRAL


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
PENATALAKSANAAN INSTRUMEN TEKNIK HISTEREKTOMI ATAS
INDIKASI MIOMA UTERI
Untuk memenuhi tugas pelatihan penatalaksanaan perioperative pasien di
kamar bedah bagi perawat bedah di Ruang OK OBGYN RSSA Malang

Disusun Oleh : Truna Adi Saputra

Malang,
Pembimbing OK OBGYN

( )
Konsep Penyakit Mioma Uteri

A. Pengertian Mioma Uteri

Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas, lebih sering

muncul tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis tumornya tidak hanya

satu. Bisa tumbuh dibagian dinding luar rahim, pada otot rahimnya, atau bisa juga

dibagian dinding dalam rahim sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak

ditemukan. Rata-rata pada wanita di atas usia 30 tahun (Irianto, 2015).

Mioma uteri merupakan tumor jinak monoklonal dari sel-sel otot polos

yang ditemukan pada rahim manusia. Tumor ini berbatas tegas dan terdiri dari

sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid, dan kolagen. Mioma uteri

berbentuk padat, relatif bulat, kenyal, berdinding licin, dan apabila dibelah bagian

dalamnya akan menonjol keluar sehingga mengesankan bahwa permukaan

luarnya adalah kapsul (Prawirohardjo, Sarwono. 2011).

B. Etiologi

Penyebab pasti mioma tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali

ditemukan sebelum pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan

hanya manifestasi selama usia reproduktif (Anwar dkk, 2011).

Tumor ini berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada di

dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus.

Apapun asalnya tumor mulai dari benih-benih multipel yang sangat kecil dan

tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif

(bertahun-tahun) dalam hitungan bulan di bawah pengaruh estrogen

(Llewellyn,2009). Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor

pada mioma, disamping faktor predisposisi genetik :

1. Estrogen

Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali,pertumbuhan

tumor yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen.

Mioma uteri mengecil pada saat menopause dan oleh pengangkatan ovarium.
Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan

wanita dengan sterilitas. Enzim hidroxydesidrogenase mengubah estradiol

(sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini

berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor

estrogen yang lebih banyak dari pada miometrium normal (Setiati, 2009: 87).

2. Progesteron

Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron

menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan

hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor

(Setiati, 2009: 87).

3. Hormon pertumbuhan (growth hormone)

Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi

hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL

(Human Placenta Lactogen), terlihat pada periode ini dan memberi kesan

bahwa pertumbuhan yang cepat dari leymioma selama kehamilan mungkin

merupakan hasil dari sinergistik antara HPL dan Estrogen (Setiati, 2009: 87).

C. Klasifikasi Mioma

Mioma dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan lapisan uterus

yang terkena (Setiati. 2009. Hal 89) :

1. Berdasarkan Lokasi

a. Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina dan

menyebabkan infeksi.

b. Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan

traktus urinaria.

c. Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim dan sering kali

tanpa gejala.
2. Berdasarkan Lapisan Uterus

a. Mioma Uteri Subserosum

Tumor yang muncul tepat dari bawah permukaan peritonium

(serosa) uterus, tampak sebagai masa kecil sampai besar atau benjolan

yang menonjol dari permukaan uterus. Tumor ini dapat bertangkai.

Tumor subserosum dapat memperoleh pendarahan tambahan dari

omentum yang melekat dipermukaan uterus. Jika demikian, tumor

memberikan gambaran seolah-olah berasal dari omentum. Tumor jenis

ini dapat menjadi tumor parasitik, yang bergerak sesuai aliran darah

yang memasoknya (Norman F.Gant & F.Gary Cunningham,2010:24).

b. Mioma Uteri Intramural

Tumor didalam dinding uterus disebut sebagai tumor intramural

atau interstisial. Jika kecil, tumor ini mungkin tidak menyebabkan

perubahan bentuk uterus.Namun, jika membesarbentuk uterus menjadi

asimetrik dan nodular. Jika menjadi sangat besar tumor ini akan menjadi

atau akan tampak sebagai tumor subserosum dan submukosum

sekaligus. Misalnya tumor berada tepat dibawah peritonium serosa dan

endometrium untuk masing- masing jenis tumor (Norman F.Gant &

F.Gary Cunningham, 2010:25).

c. Mioma Uteri Submukosum

Mioma submukosum jenis yang paling jarang ditemukan, tapi

secara klinis paling penting karena paling sering menimbulkan gejala.

Walaupun tumor mukosum kecil, sering menyebabkan perdarahan uterus

abnormal, baik akibat pergeseran maupun penekanan pembuluh darah

yang memperdarahi endometrium di atasnya atau akibat kontak dengan

endometrium didekatnya. Kadang-kadang tumor submukosum dapat

membentuk sebuah tangkai panjang dan dilahirkan melalui servik.

Gejala-gejala terkait walaupun berlangsung dalam jangka waktu lama


adalah gejala persalinan, yaitu kontraksi uterus yang menyebabkan kram

di abdomen bawah atau panggul, biasanya disertai hipermenorhea.

Jika menonjol melalui servik tumor ini tidak jarang mengalami

ulserasi atau terinfeksi sehingga juga menyebabkan perdarahan tumor

(Norman F.Gant & F.Gary Cunningham,2010:25).

d. Mioma servical

Mioma servical paling sering timbul di bagian posterior dan

biasanya asimtomik. Mioma servical anterior sering menimbulkan gejala

dini karena penekanannya pada kandung kemih.

Gejala yang paling sering dilaporkan adalah poliuria, dan

sebagian perempuan mengeluhkan adanya inkontinensia stres. Jika

tumor terlalu besar, dapat terjadi retensi urin (Norman F.Gant & F.Gary

Cunningham, 2010:26).

D. Anatomi Fisiologi

Anatomi Anatomi Fisiologi Ovarium dan Tuba Palofi

Gambar 2.2 Uterus

Sumber. Kapita selekta penatalaksanaan rutin Obstetri Ginekologi


dan KB(2008)
1) Ovarium

Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus

dibawah tuba uteri dan terikat disebelah belakang oleh ligamentum uterus

(Evelyn, 2009).

Ovarium mempunyai 3 fungsi :

a. Memproduksi ovum

b.Memproduksi hormon estrogen

c. Memproduksi progesterone

Ovarium merupakan dua struktur kecil, masing-masing berbentuk oval

berukuran 2 x 4 x 1.5 dan terletak di dinding lateral pelvis di dalam ruangan bernama

fossa ovarica (Mulyaningsih, 2015).Ovarium diselubungi oleh selaput tipis disebut

tunika albugenia. Ovarium memproduksi hormon-hormon kewanitaan, estrogen, dan

progesteron ( Mulyaningsih, 2015).

Ovarium disebut juga indung telur, di dalam ovarium ini terdapatjaringan

bulbus dan jaringan tubulus yang menghasilkan ovum (telur) dan ovarium hanya

terdapat pada wanita. Letaknya dalam pelvis disebelah kiri dan kanan uterus,

membentuk mengembangkan serta melepaskan ovum dan menimbulkan sifat

kewanitaan. Bentuknya bulat telur, beratnya 5-6 gr. Bagian dalam ovarium disebut

medula ovari dibuat dari jaringan ikat. Bagian luarbernama korteks ovari, terdiri dari

partikel-partikel yaitu kantong- kantong kecil yang berdinding epitelum dan berisi

ovarium. Kelenjar ovarika menghasilkan hormon estrogen dan progesteron.

Apabila folikel de graff sobek, maka terjadi pendarahan sehingga terjadi

pengumpulan darah didalam rongga folikel dan sel yang berwarna kuning yang

berasal dari dinding folikel telah masuk kedalam gumpalan itu dan membentuk

korpus luteum (badan kuning) bila ovum yang keluar dibuahi oleh korpus luteum

tumbuh terus menjadi besar. Bila ovum tidak dibuahi, maka korpus luteum bertahan

selama 12-14 hari tepat sebelum menstruasi berikutnya korpus luteum menjadi
atropi.

2) Tuba Fallopi

Tuba Fallopi merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan

diameter 3-8 mm.

Berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai

saluran dari spermatozoa ovum danhasil konsepsi tempat terjadinya konseps,

dan tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai

bentuk blastula yang siap melakukan implantasi (Walyani, E.S. &

Purwoastuti,T.E, 2015)

Tuba Fallopi merupakan saluran reproduksi wanita yang berfungsi

sebagai jalur sel telur menuju uterus, letaknya pada bagian kanan dan kiri

ovarium (Prayitno, 2014).

Menurut Evelyn (2009) tuba fallopi terdiri atas :

a. Parsinsterstitialis, terletak di antara otot rahim, mulai dari osteuminternum tuba.

b. Parsisthmika tuba, bagian tuba yang berada di luar uterus danmerupakan

bagian yang paling sempit.

c. Parsampularis tuba, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk S.

d. Parsinfundibulo tuba, bagian akhir tuba yang memiliki umbai

yangdisebut fimbriae tuba.

Kondisi Akibat Penyakit


E. Patofisiologi

Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium

dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak

menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor

didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak.

Bila ada satu mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong

kandung kemih keatas sehinggasering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani

2017).

Tetapi masalah akan timbul jika terjadi berkurangnya pemberiandarah

pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehinggamenimbulkan

rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan

abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa

mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan

perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak

bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan dan

timbulnya resiko infeksi.


Dan jika dilakukan operasi atau pembedahan maka akan terjadi

perlukaan sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan integritas kulit (Price,

2009).

Pada post operasi mioma uteri akan terjadi terputusnya integritas

jaringan kulit dan robekan pada jaringan saraf perifer sehingga terjadi nyeri akut.

Terputusnya integritas jaringan kulit mempengaruhi proses epitalisasi dan

pembatasan aktivitas, maka terjadi perubahan pola aktivitas. Kerusakan jaringan

mengakibatkan terpaparnya agen infeksius yang mempengaruhi resiko tinggi

infeksi. Pada pasien post operasi akan terpengaruh obat anestesi yang

mengakibatkan depresi pusat pernapasan dan penurunan kesadaran sehingga pola

nafas tidak efektif (Sarwono, 2010).

F. Manifestasi Klinis

Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan pelvis rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa

– apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam

uterus. Faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :

1. Besarnya mioma uteri

2. Lokalisasi mioma uteri

3. Perubahan – perubahan pada mioma uteri

Menurut (Nurafif & Hardi, 2013) tanda dan gejala mioma uteri yaitu :

a. Perdarahan abnormal : Hipermenore, menoragia, metroragia.

Disebabkan oleh :

1) Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium.

2) Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya.

3) Atrofi enddometrium yang lebih luas dari biasanya

4) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma

diantara serabut miometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah


yang melaluinya dengan baik.

b. Nyeri

Nyeri panggul karena tekanan, muncul karena sebagian besar miom menekan

struktur di daerah panggul. Pada mioma submukosum yang dilahirkan dapat

menyempitkan canalis servikalis sehingga menimbulkan dismenore.

c. Gejala penekanan

Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada uretra

menyebabkan retensio urine, pada ureter menyebabkan hidroureter dan

hidronefrosis, pada rectum menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada

pembuluh darah dan limfe menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

d. Disfungsi reproduksi

Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum

jelas, 27- 40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas.

G. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Nurafif & Hardhi, 2013) pemerikasaan diagnostik mioma uteri

meliputi :

1. Tes laboratorium

Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat disebabkan oleh

nekrosis akibat torsi atau degenerasi. Menurunnya kadar hemoglobin dan

hematokrit menunjukan adanya kehilangan darah yang kronik.

2. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin

Sering membantu dalam evaluasi suatu pembesaran uterus yang simetrik

menyerupai kehamilan atau terdapat bersamaan dengankehamilan.

3. Ultrasonografi

Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat membantu.

4. Pielogram intravena

a. Pap smear serviks

Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia serviks sebelum


histerektomi.

b. Histerosal pingogram

Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi dikemudian hari untuk

mengevaluasi distorsi rongga uterus dan kelangsungan tuba falopi

(Nurarif & Kusuma, 2013).

Menurut (Marmi, 2010) deteksi mioma uteri dapat dilakukan dengan cara:

1) Pemeriksaan darah lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit

turun atau meningkat, Eritrosit turun.

2) USG : terlihat massa pada daerah uterus.

3) Vaginal toucher (VT) : didapatkan perdrahan pervaginam, teraba

massa, konsistensi dan ukurannya.

4) Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.

5) Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang

dapat menghambat tindakan operasi

6) ECG : mendeteksi, kelainan yang mungkin terjadi yang

dapat mempengaruhi tindakan operasi.

Menurut (Setyorini, 2014) pemeriksaan fisik mioma uteri meliputi :

a) Pemeriksan abdomen : teraba massa didaerah pubis atau abdomen

bagian bawah dengan konsistensi kenyal, bulat, berbatas tegas, sering

berbenjol atau bertangkai, mudah digerakan, tidak nyeri.

b) Pemeriksaan bimanual : didapatkan tumor tersebut menyatu atau

berhubungan dengan uterus, ikut bergerak pada pergerakan serviks.


H. Penatalaksanaan

1. Pengobatan Konservatif

Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus

dengan Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan

GnRH agonis selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan

degenerasi hialin di miometrium hingga uterus menjadi kecil. Setelah

pemberian GnRH agonis dihentikan mioma yang lisut itu akan tumbuh

kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih

mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi tinggi.

2. Pengobatan Operatif

Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang

menimbulkan gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan

operatif, tindakan operatif yang dilakukan antara lain :

a. Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa

pengangkatan uterus. Miomektomi dilakukan pada wanita yang ingin

mempertahankan fungsi reproduksinya. Tindakan ini dapat

dikerjakan misalnya pada mioma submukosum dengan cara ekstirpasi

lewat vagina (Wiknjosastro, 2008:345).

b. Histerektomi

Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan

tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdomen atau

pervaginum. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur

pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan

mencegah akan timbulnya karsinoma serviks uteri (Wiknjosastro,

2008:345). Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40

tahun dan tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar

dari kehamilan 12 minggu disertai adanya gangguan penekanan atau


tumor yang cepat membesar.

Menurut (Yatim, 2008) obat-obatan yang biasa diberikan kepada

penderita mioma uteri yang mengalami perdarahan melalui vagina yang tidak

normal antara lain :

a. Obat anti inflamasi yang nonsteroid (Nonsteroid Antiinflamation =

NSAID)

b. Vitamin

c. Dikerok (kuretase)

d. Obat-obat hormonal (misalnya pil KB)

e. Operasi penyayatan jaringan myom ataupun mengangkat

rahim keseluruhan (Histerektomi)

f. Bila uterus hanya sedikit membesar apalagi tidak ada keluhan,

tidak memerlukan pengobatan khusus.

I. Komplikasi

Menurut (Manuaba, 2010:325) Komplikasi mioma uteri terbagi

menjadi 3 yaitu :

1. Perdarahan sampai terjadi anemia

2. Degenerasi ganas mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma

ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-

75% dari semua sarkoma uterus.

3. Torsi atau putaran tangkai mioma bertangkai dapat terjadi torsi atau

terputarnya tumor 24 (Prawirohardjo, 2011). Hal itu dapat

menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosi


64

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan
Nanda Nic-Noc. Edisi revisi jilid 2. MediAction:Jogjakarta
Cipta.

Aspiani, R.Y.2017. Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi NANDA, NIC Dan NOC.

Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Hal
: 45-47.

Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI; 2016.

Gant, Norman F. 2010. Dasar – Dasar Ginekologi & Obsetri. Jakarta : EGC. Hermanus MZ,

Arwam. (2015). Riset Kesehatan. Yogyakarta: Ombak Jakarta:


CV Trans Info Media. Kementrian kesehatan RI. 2018. Riset

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 diakses dari :studi kasus\
BAB 1\604-1800-1-SM (1).pdf

Manuaba, Ida Ayu. 2010. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta : TIM.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Jakarta :Salemba Medika.

Price, Sylvia Anderson. 2009. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed.6.
Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Reeder, Sharon j. 2011.Keperawatan Maternitas Vol 2. Jakarta: EGC.


WHO (World health organization).2010.Karakteristik Mioma uteri. Di akses dari:
http://eprints.uns.ac.id tanggal 10 Juni 2023 jam 21.05.
TEKNIK INSTRUMENTASI
HISTEREKTOMY E.C MYOMA UTERI

1. DEFINISI
Histerektomi adalah suatu prosedur medis untuk mengangkat rahim
(uterus) dan leher rahim (serviks). Rahim atau uterus merupakan organ
reproduksi tempat bayi berkembang selama masa kehamilan.
Dilansir dari WebMD, terdapat tiga macam histerektomi. Pilihannya
berdasarkan penyakit pasien serta seberapa banyak jaringan rahim yang
terlibat dalam penyakit tersebut.
Histerektomi supraservikal adalah tipe yang hanya mengangkat
bagian atas rahim saja, sehingga rahim masih berada di tempatnya.
Histerektomi total adalah tipe yang mengangkat seluruh jaringan
rahim dan serviks.
Histerektomi radikal adalah tipe yang mengangkat seluruh jaringan
rahim, jaringan di sekitar rahim, serviks, dan bagian atas dari vagina. Tipe
ini biasanya hanya dilakukan pada kasus kanker.

2. INDIKASI
Klien dengan Myoma uteri
3. TUJUAN
Sebagai pedoman tindakan Histerectomy di kamar operasi
4. PETUGAS
Perawat perioperatif
- Perawat sirkuler
5. PENGKAJIAN
- keadaan umum

- hasil lab dan radiologi normal

- hasil ECG normal

- Tanda –tanda vital normal


6. PERSIAPAN PASIEN
- puasa
- meninggalkna semua perhiasan dan gigi palsu
- personal hygine
- inform konsent
- persiapan psikologi
7. Persiapan Lingkungan (ruangan & elektronik/elektromedik)
- Mengatur suhu ruangan kamar operasi 19o- 24o C
- Memastikan pencahayaan lampu operasi apakah terang atau redup
- Memastikan meja operasi bisa di gunakan dengan baik
- Memastikan mesin ESU bisa di gunakan dengan baik
- Memastikan mesin suction bisa digunakan dengan baik
- Menyiapkan tempat sampah medis dan tempat linen kotor

8. Persiapan Alat
Meja Mayo
Handvant mess (Scalpel and handle) no. 4 1
Gunting Metzenboum (Metzenboum scissor) 1
Gunting jaringan kasar (Surgical scissor) 1
Pinset Anatomis (Tissue forceps) 1
Pinset Anatomis Manis 1
Pinset Cirurgis (Dissecting forceps) 2
Desinfeksi Klem (Washing and dressing Clamp) 1
Duk Klem (Towel Clamp) 5
Pean Bengkok Sedang 2
Pean Bengkok Besar 4
Kocker bengkok klem (Delicate hemostatic forcep kocher 2
): 2 buah
Histerectomy klem lurus (Histerectomy forcep straight): 2 2
buah
Nalvoeder (Needle Holder) 2
Gunting Benang (Surgical Scissor Straight) 1
Ring klem u/ stil depres 2
Peritoneum klem 4
Histerektomy klem bengkok/klem kuat 2
Langenbeck 1
Double langenbeck (US Army refractor) ricakson 1
Haak dalam 1
Canule Sution 1

Klem 90’ 1
Timan 1

Meja Instrument
Gown steril 6
Doek besar 3
Doek sedang 4
Doek kecil 3
Sarung meja mayo 1
Handuk steril 5
Kom kecil 1
Kom sedang 1
Bengkok kecil 1
Bengkok sedang 1

Bahan Habis Pakai


Handscoen steril sesuai ukuran Secukupnya
Paragon mess no. 22 1
Aquadest 1 Lt 1
Underpad on/steril 2/3
Alkohol 25 ml
Providon Iodin 100 ml
Sufratule 1
Hypafix Secukupnya
Kasa sedang/big kasa 20/5
Deepers 10 buah
Benang : Byosin 3/0 Polysorb 1 1/ 1
Polysorb 0 3
Silk 1 1
Plain gut 1 2
Catheter 16 / urobag / spuit 10 cc 1/1/1
Spongostan 3
Teknik instrumentasi
1. Pasien datang melakukan sign in (konfirmasi identitas, area operasi,
tindakan operasi, lembar persetujuan, area operasi telah ditandai, mesin
anestesi dan obat – obatan diperiksa kesiapannya, pulse oksimetri telah
berfungsi baik, riwayat alergi, penyulit airway atau resiko aspirasi, resiko
kehilangan darah)
2. Pasang U-pad dibawah punggung pasien
3. Setelah pasien mendapat general anestesi pasien diposisikan supinasi.
4. Pasang kateter sesuai ukuran dan arde couter di betis kanan
5. Lakukan disinfeksi pada lap operasi dengan chlorhexidine cuci dan
keringkan dengan kassa kering steril, dilakukan oleh perawat sirkuler.
6. Perawat instrumen melakukan surgical scrub, gowning dan gloving,
kemudian membantu operator dan asisten untuk memakai handuk, baju steril
dan sarung tangan steril.
7. Berikan disinfeksi klem dan deepers yang berisi povidone iodine
8. kepada asisten untuk melakukan antisepsis.
9. Lakukan drapping area operasi dengan memberikan U.pad steril diatas
simfisis pubis, doek besar untuk bawah dan atas, doek sedang untuk
samping kanan dan kiri, fiksasi dengan memberikan doek klem , doek kecil
di atas simfisis pubis.
10. Beri kassa basah dan kering untuk membersihkan area operasi dari povidone
iodine
11. Meletakkan selang suction dan couter di atas doek steril dan memfiksasi
dengan kassa dan doek klem, cek fungsi kelayakan alat (couter dan selang
suction).
Time Out
12. Memberikan pinset cirurgis kepada operator dan asisten untuk menandai
daerah insisi
13. Beri Handvat mess no 4 dan mess no 22 di dalam bengkok dan pinset
cirurgis kepada operator untuk insisi kulit.
14. Mosquito klem dan pinset cirugis + kassa kering kepada asisten lalu mulai
dilakukan insisi, rawat perdarahan dengan coutter dan suction.
15. Insisi diperdalam dari fat sampai tampak fasia dengan coutter, rawat
perdarahan
16. Berikan gunting kasar dan pinset chirurgis kepada operator untuk
memperlebar fasia dan berikan pinset chirurgis dan langen beck kepada
asisten untuk memperluas lapang pandang operasi.
17. Fasia dilebarkan hingga tampak musculus dectus abdominalis, otot di
split/dibuka secara tumpul dengan menggunakan bokong pinset sampai
kelihatan peritonium.
18. Berikan pinset anatomis dan gunting matzenboum kepada operator untuk
membuka peritonium (berikan peritonium klem untuk menjepit peritonium
pada kedua sisi dan diperlebar mengikuti garis insisi kulit dengan gunting
matzenboum).
19. Berikan big kass (basah) untuk menyisihkan dan melindungi usus, dan
memberikan haak besar untuk membebaskan lapang pandang.
20. Operator mengidentifikasi bentuk uterus, ukuran, adanya perlengketan, bila
ada perlengketan bebaskan dengan pincet anatomis dan metzenbaum.
21. Memberikan klem bengkok pada operator untuk menjepit ligamentum
rotondum dan potong diantara 2 klem dengan metzenbaum atau couter,
lakukan pada sisi kontra lateralnya
22. Instrument membemberikan gunting metzenbaum dan pinset chirurgis pada
operator untuk membuka blader flep, dan instrument memberikan pinset
anatomis kepada asisten untuk membantu memegang flep dan diberi haak
dalam untuk melindungi vesica urinaria.
23. Kemudian operator membuka para vesika urinaria, instrument memberikan
venster dilanjut membuka para polika berikan couter, setelah terbuka
berikan timan ke arah kranio medial untuk membuka lapang pandang.
24. Kemudian instrument memberikan steel deppers kepada operator untuk
mengidentifikasi ureter, kemudian instrument memberikan venster & klem
90 dan pinset anatomis. Siapkan couter dan metzenbaum u/ menurunkan
ureter.
25. Berikan klem panjang dan ,gunting kasar untuk memotong tunelavaskular.
Untuk jaringan yang ditinggal jahit dengan polysorb 0 dan jarum round,
jaringan yang dibuang dengan mersilk 1 (ikat), setelah itu lepaskan kedua
klem. Lakukan pada sisi kontra lateralnya juga. Dilanjut menyusuri
ligamentum latum untuk dipotong siapkan histetrektomi klem bengkok dan
gunting kasar kemudianjahit dengan polysorb 0.
26. Operator menyusuri hingga bawah sampai portio. Setelah menyusuri,
instrument memberikan klem hysterectomy bengkok dan berikan gunting
kasarpada operator untuk memotong uterus sampai portio, asisten diberi
peritoneum klem untuk memjepit vagina stump dan diberikan kassa alkohol
menggunakan pinset anatomis untuk memasukkan ke dalam vagina.
27. Berikan gunting jaringan pada operator untuk memotong uterus sampai
portio, asisten diberi kocher panjang untuk menjepit vagina stump dan
diberikan kassa alkohol menggunakan pinset anatomis untuk memasukkan
ke dalam vagina.
28. Berikan polysorb 0 dan pinset chirurgis kepada operator untuk menjahit
sudutkanan kiri pada vaginal stump dan dengan benang yang sama
dilakukan penutupan vaginal stump dan berikan klem pean untuk menjepit
benang.
29. Evaluasi dan rawat perdarahan, siapkan pinset anatomis cantik dan stil
deppers serta couter.
30. Berikan klem pean (cantik) panjang untuk merawat pedarahan dari retro.
31. Mengeluarkan big kass dari rongga peritonium dan pastikan tidak
adasesuatu yang tertinggal (inventarisasi kasa dan alat).
32. Berikan peritonium klem (4) untuk menjepit sisi peritonium (atas,
bawah,samping kanan dan kiri).
33. Menyiapkan cairan WFI hangat untuk mencuci rongga abdomen dan berikan
steal deppers dan suction. Pastikan tidak ada perdarahan aktif, jika selesai
instrument memberikan spongostan kepada operator untuk diletak dan di
daerah stoma yang diligasi.
Sign out
34. Melakukan penutupan luka operasi lapis demi lapis.
35. Peritonium dengan plain 1 + pinset anatomis.
36. Musculus dengan plain 1 + pinset anatomis
37. Fascia dengan polysorb 1 + pinset cirurgis
38. Lemak dengan cat gut plain no 1 + pinset cirurgis.
39. Kulit dengan byosin 3/0 + pinset cirurgis (jahitan subkutikuler)
40. Setelah selesai dijahit bersihkan luka dengan kassa basah dan kassa
kering,kemudian beri sufratule dan tutup dengan hipafix.
41. Melakukan vaginal toucher untuk mengambil kassa alkohol melalui vagina.
42. Operasi selesai dan rapikan pasien.
43. Lakukan pembersihan alat dengan cairan enzimatic, inventarisasi alat,
packing alat instrumen untuk disteril di cssd
44. Lakukan cuci tangan prosedural
45. Mengembalikan Bahan Habis Pakai yang belum diginakan ke depo farmasi
IBS

Anda mungkin juga menyukai