Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

MIOMA UTERI

OLEH
PUTRI NOVIANDINI DAHLAN
PO7120421027

PRECEPTOR KLINIK PRESEPTOR INSTITUSI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2021 - 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
MIOMA UTERI

OLEH
MAYASARI EKA
PO7120421020

PRECEPTOR KLINIK PRESEPTOR INSTITUSI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2021 - 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
MIOMA UTERI

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,
leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak
yang sering ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah
produktif (menopouse). Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif
tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia
produktif berupa infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi
(Aspiani, 2017).
Mioma uteri yaitu tumor jinak pada rahim, selain bisa ganas, lebih sering
muncul tumor jinak pada rahim atau mioma uteri. Jenis tumornya tidak hanya satu.
Bisa tumbuh dibagian dinding luar rahim, pada otot rahimnya, atau bisa juga
dibagian dinding dalam rahim sendiri. Ini jenis tumor yang lebih banyak ditemukan.
Rata-rata pada wanita di atas usia 30 tahun (Irianto, 2015).
Mioma uteri merupakan tumor jinak monoklonal dari sel-sel otot polos
yang ditemukan pada rahim manusia. Tumor ini berbatas tegas dan terdiri dari sel-
sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid, dan kolagen. Mioma uteri
berbentuk padat, relatif bulat, kenyal, berdinding licin, dan apabila dibelah bagian
dalamnya akan menonjol keluar sehingga mengesankan bahwa permukaan luarnya
adalah kapsul (Prawirohardjo, Sarwono. 2011).
2. Etiologi
Penyebab pasti mioma tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali
ditemukan sebelum pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan hanya
manifestasi selama usia reproduktif (Anwar dkk, 2011).
Tumor ini berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada di
dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus.
Apapun asalnya tumor mulai dari benih-benih multipel yang sangat kecil dan
tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif
(bertahun-tahun) dalam hitungan bulan di bawah pengaruh estrogen
(Llewellyn,2009).
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma,
disamping faktor predisposisi genetik :
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali, pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen. Mioma uteri
mengecil pada saat menopause dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri
banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. Enzim hidroxydesidrogenase mengubah estradiol (sebuah estrogen
kuat) menjadi estron (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada
jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih
banyak dari pada miometrium normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
c. Hormon pertumbuhan
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL (Human Placenta
Lactogen), terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan
yang cepat dari leymioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi
sinergistik antara HPL dan Estrogen.
3. Klasifikasi Mioma
Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana mioma tumbuh.
a. Lapisan uterus
Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana mioma
tumbuh.
1) Mioma Uteri Intramural
Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar
tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah
(miometrium). Pertumbuhan tumor dapat menekan otot disekitarnya dan
terbentuk sampai mengelilingi tumor sehingga akan membentuk tonjolan
dengan konsistensi padat. Mioma yaang terletak pada dinding depan uterus
dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke
atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
2) Mioma Uteri Subserosa
Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar yaitu
serosa dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma ini bertangkai atau
memiliki dasar lebar. Apa bila mioma tumbuh keluar dinding uterus
sehingga menonjol kepermukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma serosa
dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intraligamenter. Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan
lain, misalnya ke ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri
dari uterus sehingga disebut wandering parasitis fibroid.
3) Mioma Uteri Submukosa
Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam sehingga menonjol
ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan lebar.
Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian di keluarkan melalui
saluran seviks yang disebut mioma geburt. Mioma jenis lain meskipun
besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma
submukosa walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada
mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis
mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari
rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma
yang dilahirkan.
b. Lokasi
1) Cervical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina dan menyebabkan
infeksi.
2) Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus
urinaria.
3) Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim dan sering kali tanpa
gejala.
4. Manifestasi Klinis
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvis rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa –
apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus.
Faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
a. Besarnya mioma uteri
b. Lokalisasi mioma uteri
c. Perubahan – perubahan pada mioma uteri
Menurut (Nurafif & Hardi, 2013) tanda dan gejala mioma uteri yaitu :
a. Perdarahan abnormal : Hipermenore, menoragia, metroragia
Disebabkan oleh :
1) Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium.
2) Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya.
3) Atrofi enddometrium yang lebih luas dari biasanya.
4) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik.
b. Nyeri
Nyeri panggul karena tekanan, muncul karena sebagian besar miom menekan
struktur di daerah panggul. Pada mioma submukosum yang dilahirkan dapat
menyempitkan canalis servikalis sehingga menimbulkan dismenore.
c. Gejala penekanan
Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, pada uretra menyebabkan
retensio urine, pada ureter menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada
rectum menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan limfe
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
d. Disfungsi reproduksi
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas masih belum jelas,
27- 40% wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas
5. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium
dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak
menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam
uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada
satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak
bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat
menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas
sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan
yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam
uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh
lebih besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium,
sementara yang lain terletak tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat
dibawah serosa (subserosa). Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat
ke organ disekitarnya, dari mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan
kemudian membebaskan diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”.
Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai
daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi
padat kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007).
6. Pathway

Sel-sel imatur Estogen

OPERASI
MIOMA UTERI

Miomektomi Miomektomi

Submukosum Intramural Subserosum Post Operasi

Terputusnya Jaringan Anastesi


Pecahnya Ganngguan Kontraksi Pembesaran Urat Integritas Kulit
Pembuluh Darah otot Uterus

Penekanan pada organ Gastrointestinal Depresi pusat


Robekan pada jaringan
lain Pernapasan
Resiko Perdarahan saraf perifer

Peristaltik Pengembangan Paru


Gangguan Sirkulasi Resiko Kekurangan Nyeri Akut tidak maksimal
Mual Muntah
adarah Volume Cairan
Mual Muntah
Terpaparnya Sesak Napas
Nekrosis dan Infeksius
Peradangan setempat
Ketidakefektifan
Resiko Infeksi Pola Napas
Nyeri Akut
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurafif & Hardhi, 2013) pemerikasaan diagnostik mioma uteri meliputi :
a. Tes laboratorium
Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat disebabkan oleh
nekrosis akibat torsi atau degenerasi. Menurunnya kadar hemoglobin dan
hematokrit menunjukan adanya kehilangan darah yang kronik.
b. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin
Sering membantu dalam evaluasi suatu pembesaran uterus yang simetrik
menyerupai kehamilan atau terdapat bersamaan dengan kehamilan.
c. Ultrasonografi
Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat membantu.
d. Pielogram intravena
1) Pap smear serviks
Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia serviks sebelum
histerektomi
2) Histerosal pingogram
Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi dikemudian hari untuk
mengevaluasi distorsi rongga uterus dan kelangsungan tuba falopi (Nurarif
& Kusuma, 2013).
Menurut (Marmi, 2010) deteksi mioma uteri dapat dilakukan dengan cara:
a. Pemeriksaan darah lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun atau
meningkat, Eritrosit turun.
b. USG : terlihat massa pada daerah uterus.
c. Vaginal toucher (VT) : didapatkan perdrahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya.
d. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut
e. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi
f. ECG : mendeteksi, kelainan yang mungkin terjadi yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi.
Menurut (Setyorini, 2014) pemeriksaan fisik mioma uteri meliputi :
a. Pemeriksan abdomen : teraba massa didaerah pubis atau abdomen bagian bawah
dengan konsistensi kenyal, bulat, berbatas tegas, sering berbenjol atau
bertangkai, mudah digerakan, tidak nyeri.
b. Pemeriksaan bimanual : didapatkan tumor tersebut menyatu atau berhubungan
dengan uterus, ikut bergerak pada pergerakan serviks.
8. Penatalaksanaan
a. Pengobatan Konservatif
Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus dengan
Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH agonis
selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di
miometrium hingga uterus menjadi kecil. Setelah pemberian GnRH agonis
dihentikan mioma yang lisut itu akan tumbuh kembali di bawah pengaruh
estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam
konsentrasi tinggi.
b. Pengobatan Operatif
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan
gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif, tindakan operatif
yang dilakukan antara lain :
1) Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Miomektomi dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan
fungsi reproduksinya. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma
submukosum dengan cara ekstirpasi lewat vagina (Wiknjosastro, 2008)
2) Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan
tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdomen atau
pervaginum. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur
pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan
mencegah akan timbulnya karsinoma serviks uteri (Wiknjosastro,
2008:345). Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40 tahun
dan tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari
kehamilan 12 minggu disertai adanya gangguan penekanan atau tumor yang
cepat membesar.
Menurut (Yatim, 2008) obat-obatan yang biasa diberikan kepada penderita
mioma uteri yang mengalami perdarahan melalui vagina yang tidak normal antara
lain :
a. Obat anti inflamasi yang nonsteroid (Nonsteroid Antiinflamation = NSAID)
b. Vitamin
c. Dikerok (kuretase)
d. Obat-obat hormonal (misalnya pil KB)
e. Operasi penyayatan jaringan myom ataupun mengangkat rahim keseluruhan
(Histerektomi)
f. Bila uterus hanya sedikit membesar apalagi tidak ada keluhan, tidak
memerlukan pengobatan khusus.
9. Komplikasi
Menurut (Manuaba, 2010) Komplikasi mioma uteri terbagi menjadi 3 yaitu :
a. Perdarahan sampai terjadi anemia
b. Degenerasi ganas mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya
0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50- 75% dari semua sarkoma
uterus.
c. Torsi atau putaran tangkai mioma bertangkai dapat terjadi torsi atau terputarnya
tumor 24 (Prawirohardjo, 2011). Hal itu dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis.
KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas
Hal yang berkaitan dengan identitas klien untuk penderita myoma uteri yang perlu
diperhatikan dalam mengkaji adalah umur klien, karena kasus myoma uteri
banyak terjadi pada wanita dengan usia 35 - 45 tahun.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keadaan yang dirasakan oleh klien yang paling utama. Untuk masalah post
operasi myoma uteri yang paling banyak adalah nyeri di sekitar luka .
2) Riwayat kesehatan sekarang
Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa saja yang telah
dilakukan untuk mengatasi keadaan ini. Kaji dengan pendekatan PQRST. P
adalah paliatif (faktor pencetus), Q adalah quality of pain (kualitas nyeri), R
adalah region (lokasi), S adalah skala of pain (skala nyeri), T adalah time
(waktu).
3) Riwayat kesehatan dahulu
a) Riwayat kesehatan klien
Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa hari,
lama haid, warna darah haid, HPHT tidak teratur, terdapat sakit waktu haid
atau tidak. Pada riwayat haid ini perlu dikaji karena pada kasus myoma
uteri, perdarahan yang terjadi kebanyakan perdarahan diluar siklus haid.
Maka dengan kita mengetahui siklus haid klien, maka
kita dapat membedakan dengan jenis perdarahan yang lain
sebagai akibat perjalanan myoma uteri.
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas yang lalu
Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat atau
tidak, penolong siapa, nifas normal atau tidak. Pada riwayat ini perlu dikaji
karena myoma uteri lebih sering terjadi pada wanita nulipara.
c) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Untuk mengetahui jenis KB yang dipakai oleh klien apakah menggunakan
KB hormonal. Jika memakai KB jenis hormonal khususnya estrogen
mempengaruhi perkembangan myoma tersebut menjadi lebih berbahaya.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga untuk kasus myoma uteri
submukosum yang perlu dikaji adalah keluarga yang pernah atau sedang
menderita penyakit yang sama (myoma), karena kasus myoma uteri
submukosum dapat terjadi karena faktor keturunan.
4) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan.
- Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian tingkat kesadaran
- Vital sign
Kaji apakah ada peningkatan tekanan dara, suhu, nadi dan respirasi.
- Pemeriksaan head to toe
a. Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan
rambut.
b. Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c. Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d. Telinga : lihat kebersihan telinga.
e. Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan
rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
f. Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g. Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler
dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h. Abdomen
Inspeksi : Pada post operasi tampak luka operasi tertutup kasa
steril, kulit disekitar luka nampak kemerahan, terdapat darah/tidak
pada kasa steril, apakah ada peradangan pada umbilikus/tidak.
Auskultasi : dengarkan bising usus apakah normal 5-20x/menit.
Palpasi : pada post operasi terdapat nyeri tekan disekitar area luka
Perkusi : kaji suara apakah timpani atau hipertimpani.
i. Payudara
Inspeksi : mengamati kesimetrisan payudara, hiperpigmentasi
pada areola, kemerahan pada puting, bentuk puting
apakah terbenam menjadi rata, amati kulit apakahmengkilap dan
memerah pada payudara,
Palpasi : kaji apakah ada nyeri pada mamae.
j. Ekstremitas
 Atas
Inspeksi : mengkaji kesimetrisan dan pergerakan ekstremitas
atas, intregitas ROM (Range Of Motion), kekuatan dan tonus
otot.
Palpasi : terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas
 Bawah
Inspeksi :mengkaji kesimetrisan dan pergerakan ekstremitas
bawah, intregitas ROM (Range Of Motion), kekuatan dan
tonus otot.
Palpasi :terjadi pembengkakan pada ekstremitas bawah pasien
mioma uteri.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul pada pasien myoma uteri antara lain :
1. Nyeri Akut berhubungan dengan terputusnya jaringan integritas kulit
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual muntah
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan depresi pusat pernapasan
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan kontraksi otot uterus
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pintu masuk kuman
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan


1. Nyeri akut NOC : NIC :
Definisi : pengalaman sensori dan  Pain level Pain Management
emosional yang tidak menyenangkan  Pain control - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
yang muncul akibat kerusakan jaringan  Comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi,
yang aktual atau potensial atau Kriteria hasil : kualitas, dan faktor presipitasi
digambarkan dalam hal kerusakan  Mampu mengontrol nyeri (tahu - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
sedemikian rupa (International penyebab nyeri, mampu menggunakan - Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk
Association for the study of pain) tehnik nonfarmakologi untuk mngetahui pengalaman nyeri pasien
Batasan karakteristik : mengurangi nyeri, mencari bantuan) - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
 Perubahan selera makan  Melapoorkan bahwa nyeri berkurang - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 Perubahan tekanan darah dengan menggunakan manajemen nyeri - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
 Perubahan frekwensi janung  Mampu mengenali nyeri (skala, nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
 Perubahan frekwensi pernapasan intensitas, frekwensi, dan tanda nyeri) kebisingan
 Laporan isyarat  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri - Kurangi faktor prepitasi nyeri
berkurang
 Diaforesis - Plih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
 Perilaku distraksi (mis. berjalan nonfarmakologi dan interpersonal)
mondar mandir mencari orang lain - Ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi
dan atau aktivitas lain, aktivitas yang - Berikan analgetk untuk mengurangi nyeri
berulang) Analgesic Administration
 Mengekspresikan perilaku (mis. - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat
gelisah, merengek, menangis) nyeri sebelum pemberian obat
Faktor yang berhubungan : - Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi
 Agen cedera (mis. biologis, zat kimia, dari analgesik ketika pemberian lebih dari 1
fisik, psikologis)
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : NIC :
dari kebutuhan tubuh  Nutritional status : Nutrition Management
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup  Nutritional status : food and fluid - Kaji adanya alergi makanan
untuk memenuhi kebutuhan metabolik.  Intake - Kolaborasi dngan ahli gizi untuk menentukan
Batasan karakteristik :  Nutritional status : nutrient intake jumlah kalori untuk menentukan jumlah kalori
 Kram abdomen  Weight control dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
 Nyeri abdomen Kriteria hasil : - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
 Menghindari makanan  Adanya peningkatan berat badan - Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
 Diare  Mampu mengidentifikasi kebutuhan serat untuk mencegah konstipasi
 Kehilangan rambut berlebihan nutrisi - Berikan makanan yang terpilih (sudah
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Bising usus hiperaktif
 Menunjukkan peningkatan fungsi - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
 Kurang makanan
pengecapan dari menelan makanan harian
 Penurunan berat badan dengan asupan
Tidak terjadi penurunan berat badan yang - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori,
makanan adekuat
berarti
 Kesalahan konsepsi berikan informasi tentang tentang kebutuhan
 Kesalahan informasi nutrisi
 Kelemahan otot pengunyah - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
 Kelemahan otot untuk menelan nutrisi yang dibutuhkan
Faktor-faktor yang berhubungan : Nutrition Monitoring
 Faktor biologis - BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan berat badan
 Faktor ekonomi
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
 Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi
nutrien dilakukan
- Monitor interaksi anak atau orang tua selama
 Ketidakmampuan untuk mencerna
makanan makan
- Monitor lingkungan selama makan
 Ketidakmampuan menelan makanan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
 Faktor fisiologis
jam makan
3 Ketidakfektifan pola nafas NOC NIC
Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi  Respiratori status : ventilation Airway Management
yang tidak memberi ventilasi  Respiratori status : airway patenchi - Buka jalan nafas, gunakan teknik chinlift atau jaw
Batasan karaktareistik :  Vital sign status thrust bila perlu
- Perubahan kedalaman pernafasan Kriteria Hasil : - Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Perubahan ekskursi dada - Mendemonstrasikan batuk efektif dan - Identifikasi pasien perlunnya pemasangan alat
- Mengambil posisi tiga titik suara nafas yang bersih, tidak ada jalan nafas buatan
- Bradipneu sianosis dan dispneu (mampu - Pasang mayo bila perlu
- Penurunan tekanan ekspirasi mengeluarkan sputum, mampu bernafs - Lakukan fisioterapi dada jika perlu keluarkan
- Penurunan ventilasi semenit dengan mudah, tidak ada pursed lips) sekret dengan batuk atau suction
- Penurunan kapasitas vital - Menunjukkan jalan nafas yang paten - Auskultasi suara napas, catat adanya suara
- Dispneu ( klien tidak merasa tercekik, irama tambahan
- Peningkatan diameter anterior nafas, frekuensi pernafasan dalam - Lakukan suction pada mayo
posterior rentang normal,tidak ada suara nafas
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Pernapasan cuping hidung abnormal)
- Berikan pelembab udara kassa basah NACL
- Ortopneu - TTV dalam rentang normal (tekanan
lembab
- Fase ekspirasi memanjang darah, nadi, pernafasan)
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
Faktor yang berhubungan :
Vital sign monitotoring
- Ansietas
- Monitor TD , nadi ,suhu dan RR
- Posisi tubuh
- Deformitas tulang - Catat adanya fluktasi tekana darah
- Deformitas dinding dada - Monitor VS saat pasien berbaring , duduk atau
- Keletihan berdiri
- Hiperventilasi - Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Sindrom hipoventilasi - Monitor TD, nadi, RR,sebelum,selama, dan
- Gangguan musculoskeletal setelah aktifitas
- Kerusakan neurologis - Monitor kualitas dari nadi
- Imaturitas neurologi - Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Monitor suara paru
4 Resiko perdarahan NOC NIC
Definisi : Beresiko mengalami  Blood lose severity Bleeding precautions
penurunan volume darah yang dapat  Blood koagulation - Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
mengganggu kesehatan - Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah
Kriteria Hasil : terjadìnya perdarahan
Faktor Resiko : - Tidak ada hematuria dan hematemesis - Monitor nilai lab (koagulasi) yang meliputi PT,
- Aneurisme - Kehilangan darah yang terlihat PTT, trombosit
- Sirkumsisi - Tekanan darah dalam batas normal sistol - Monitor TTV ortostatik
- Defisiensi pengetahuan dan diastole - Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif
- Koagulopati intravaskuler diseminata - Tidak ada perdarahan pervagina ·     Bleeding reduction
- Riwayat jatuh - Tidak ada distensi abdominal
- Gangguan gastrointestinal - Identifikasi penyebab perdarahan
- Hemoglobin dan hematrokrit dalam batas
- (mis.,penyakit ulkus lambung, polip, - Monitor trend tekanan darah dan parameter
normal
varises) hemodinamik (CVP,pulmonary capillary / artery
- Plasma, PT, PTT dalam batas normal
- Gangguan fungsi hati (mis, sirosis, wedge pressure
hepatitis) - Monitor status cairan yang meliputi intake dan
- Koagulopati inheren (mis, output
trombositopenia) - Monitor penentu pengiriman oksigen ke jaringan
- Komplikasi pascapartum (mis, atoni (PaO2, SaO2 dan level Hb dan cardiac output)
uteri, retensi plasenta) - Pertahankan patensi IV line
- Komplikasi terkait kehamilan (mis, Bleeding reduction: wound/luka
plasenta previa, kehamilan mola, - Lakukan manual pressure (tekanan) pada area
solusio plasenta) perdarahan
- Trauma - Gunakan ice pack pada area perdarahan
- Efek samping terkait terapi (mis, - Lakukan pressure dressing (perban yang
pembedahan, pemberian obat, menekan) pada area luka
pemberian produk darah defisiensi Bleeding reduction : gastrointestinal
trombosit, kemoterapi) - Observasi adanya darah dalam sekresi cairan
tubuh: emesis, feces, urine, residu lambung, dan
drainase luka
- Monitor complete blood count dan leukosit
5 Resiko Infeksi NOC NIC
Definisi : Mengalami peningkatan resiko - Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
terserang organisme patogenik - Knowledge : Infection control - Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
- Risk control lain
Faktor Resiko : - Pertahankan teknik isolasi
Penyakit kronis. Kriteria Hasil: - Batasi pengunjung bila perlu
- Diabetes melitus - Klien bebas dari tanda dan gejala - Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
- Obesitas infeksi tangan saat berkunjung dan setelah
Pengetahuan yang tidak cukup untuk - Mendeskripsikan proses penularan berkunjung meninggalkan pasien
menghindari pemanjanan patogen. penyakit, faktor yang mempengaruhi - Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
Pertahanan tubuh primer yang tidak penularan serta penatalaksanaannya tangan
adekuat. - Menunjukkan kemampuan untuk - Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
- Gangguan peritalsis mencegah timbulnya infeksi tindakan keperawatan
- Kerusakan integritas kulit - Jumlah leukosit dalam batas normal - Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
(pemasangan kateter intravena, - Menunjukkan perilaku hidup sehat pelindung
prosedur invasif) - Pertahankan lingkungan aseptik selama
- Perubahan sekresi pH pemasangan alat
- Penurunan kerja siliaris - Ganti letak IV perifer dan line central dan
- Pecah ketuban dini dressing sesuai dengan petunjuk umum
- Pecah ketuban lama - Gunakan kateter intermiten untuk
- Merokok menurunkan infeksi kandung kencing
- Stasis cairan tubuh - Tingktkan intake nutrisi
- Trauma jaringan (mis, trauma - Berikan terapi antibiotik bila perlu
destruksi jaringan) - Infection Protection (proteksi terhadap
Ketidakadekuatan pertahanan infeksi)
sekunder - Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
- Penurunan hemoglobin lokal
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan yang


spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah intervensi disusun dan ditunjukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasilan dari diagnose keperawatan, intervensi dan
implementasi. Tujuan adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Yosi. (2013). Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Mioma Uteri di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol. 2
No. 5

Aspiani, Y, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM

Aimee, et al. (2010). Association of Intrauterine and Early-Life Exposures with


Diagnosis of Uterine Leimyomata by 35 Years of Age in the Sister Study.
Environmental Health Perpectives. Volume 118. No 3 pages 375-380

Bararah, T., Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap


menjadi Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Copaescu, C. (2007). Laparoscopic Hysterectomy. Chirurgia (Bucur). Volume 102. No. 2.


Romanian

Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC

NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017edisi (Budi


Anna Keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC

Nugroho, T. (2012). Obstetri dan Ginekologi. Yokyakarta: Nuha Medika

Setiati, Eni. (2009). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yokyakarta: Andi

Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai