Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

MIOMA UTERI

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


State Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :

JUSMIRA S.Kep.
A1C121023

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(……………...……………) (…..…………………...…....)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR

2022
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Mioma Uteri


Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot polos
dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid.
Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,
terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang ditemukan pada wanita usia
produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa
infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).

B. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor predisposisi
terjadinya mioma uteri.
a. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40%-50%
pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche
(sebelum mendapatkan haid).
b. Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan
miometrium normal.
c. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita
tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
d. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan
daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan
insiden menurunkan mioma uteri.
e. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam
kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat pembesaran
mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan
respon dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
f. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan wanita
yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2 (2) kali.
Faktor terbentuknya tomor :
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel- sel yang mati
diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang diturunkan dari orang
tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika seorang ibu
mengidap kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya akan mengalami
hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami
kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak
dapat dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10% – 15%
kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor eksternal
(Apiani, 2017).
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara, makanan,
radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditam,bahkan pada
makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang
ditambahkan dalam makanan seperti pengawet dan pewarna makanan cara memasak
juga dapat mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya
aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati.
Makin sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi sel
kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering
menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat
radikal atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma,
disamping faktor predisposisi genetik.
1) Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen eksogen. Mioma
uteri akan mengecil pada saat menopouse dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma
uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan
sterilitas. Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen
kuat) menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada
jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen yang lebih
banyak dari pada miometrium normal.
2) Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan hidroxydesidrogenase
dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3) Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL, terlihat pada
periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leimioma
selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan
estrogen.

C. Klasifikasi Mioma
Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana mioma tumbuh.
a. Lapisan Uterus
Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya, mioma ini dibagi
menjadi tiga jenis.
1. Mioma Uteri Intramural
Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar tumbuh
diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah (miometrium).
Pertumbuhan tumor dapat menekan otot disekitarnya dan terbentuk sampai
mengelilingi tumor sehingga akan membentuk tonjolan dengan konsistensi padat.
Mioma yaang terletak pada dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan
menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan
keluhan miksi.
2. Mioma Uteri Subserosa
Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar yaitu serosa dan
tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma ini bertangkai atau memiliki dasar lebar.
Apa bila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol kepermukaan
uterus diliputi oleh serosa. Mioma serosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Mioma subserosa yang tumbuh
menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau omentum kemudian
membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wandering parasitis fibroid.
3. Mioma Uteri Submukosa
Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam sehingga menonjol ke dalam
uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh
bertangkai menjadi polip, kemudian di keluarkan melalui saluran seviks yang disebut
mioma geburt. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan
keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa walaupun kecil sering memberikan
keluhan gangguan perdarahan. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama
pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis
mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga
rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan.

D. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan lambat
laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun semacam
pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu
mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural
dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada
dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong
kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat, berbatas
tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan yang khas. Tumor
mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran
berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran
uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di
bawah endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir
membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor
tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus untuk menjadi
leimioma “parasitik”.
Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah
perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat kolagenosa,
bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007).

E. Komplikasi

1. Perdarahan sampai terjadi anemia.


2. Torsi tangkai mioma dari :
a. Mioma uteri subserosa.
b. Mioma uteri submukosa.
3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
4. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
Pengaruh mioma terhadap kehamilan
a. Infertilitas.
b. Abortus.
c. Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
d. Inersia uteri.
e. Gangguan jalan persalinan.
f. Perdarahan post partum.
g. Retensi plasenta.
Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
a. Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
b. Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.

F. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis


Berikut beberapa perubahan yang dapat terjadi pada pada tubuh karena mioma uteri.
a. Degenerasi hialin, merupakan perubahan degeneratif yang paling umum ditemukan.
1. Jaringan ikat bertambah
2. Berwarna putih dan keras
3. Sering disebut “mioma durum”.
b. Degenerasi kistik
1. Bagian tengah dengan degenerasi hialin mencair.
2. Menjadi poket kistik.
c. Degenerasi membantu (calcareous degeneration)
1. Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri.
2. Padat dan keras
3. Berwarna putih.
d. Degenerasi merah (carneus degeneration )
1. Paling sering terjadi pada masa kehamilan.
2. Estrogen merangsang perkembangan mioma.
3. Aliran darah tidak seimbang karena terjadi edema sekitar tungkai dan tekanan hamil.
4. Terjadi kekurangan darah yang menimbulkan nekrosis, pembentukan trombus,
bendungan darah dalam mioma, warna merah hemosiderosis atau hemofusin.
5. Biasanya disertai rasa nyeri, tetapi dapat hilang dengan sendirinya. Komplikasi lain
yang jarang ditemukan meliputi kelahiran prematur, ruptur tumor dengan perdarahan
peritoneal, dan shock.
e. Degenerasi mukoid
Daerah hyalin digantikan dengan bahan gelatinosa yang lembut dan biasa terjadi pada
tumor yang besar, dengan aliran arterial yang tergangu.
f. Degenerasi lemak
Lemak ditemukan dalam serat otot polos.
g. Degenerasi sarkomatous (transformasi maligna)
Terjadi pada kurang dari 1% mioma. Kontraversi yang ada saat ini adalah apakah hal ini
mewakili sebuah perubahan degeneratif ataukah sebuah neoplasma spontan.
Leimiosarkoma merupakan sebuah tumor ganas yang jarang terdiri dari sel-sel yang
mempunyai diferensiasi otot polos.

G. Gambaran Klinis Mioma


Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik
rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan apa- apa dan tidak sadar bahwa mereka
sedang mengalami penyakit mioma uteri dalam rahim.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi hal-hal berikut.
1. Besarnya mioma uteri.
2. Lokalisasi mioma uteri.
3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
4. Gejala klinik terjadi hanya sekitar 35%-50% dari pasien yang terkena.
b. Gejalah klinis lain yang dapat timbul pada mioma uteri adalah sebagai berikut.
1. Perdarahan abnormal merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk
perdarahan yang ditemukan berupa menoragia, metroragia, dan hipermenorhe.
Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat
dijelaskan oleh karena bertambahnya areah permukaan dari endometrium yang
menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi, dan kongesti dari pembuluh
darah disekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
2. Penekanan rahim yang membesar.
3. Terasa berat di abdomen bagian bawah.
4. Terjadi gejalah traktus urinarius: urine freqency, retensi urine, obstruksi ureter, dan
hidronefrosis.
5. Terjadi gejalah intestinal: kontipasi dan obstruksi intestinal.
6. Terasa nyeri karena saraf tertekan.
c. Sedangkan rasa nyeri pada kasus mioma dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut.
1. Penekanan saraf.
2. Torsi bertangkai.
3. Submukosa mioma terlahir.
4. Infeksi pada mioma.
d. Perdarahan kontinu pada pasien dengan mioma submukosa dapat berakibat pada hal-hal
berikut.
1. Menghalangi implantasi terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur
pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa. Kongesti vena terjadi karena
kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstermitas bawah, hemorrhoid, nyeri, dan
dyspareunia. Selain itu terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan kelahiran.
2. Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi.
3. Keguguran dapat terjadi.
4. Persalinan prematuritas.
5. Gangguan proses persalinan.
6. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
7. Gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
8. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.

H. Penanganan Mioma Uteri


Penanganan mioma uteri dilakukan tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan ukuran tumor.
Oleh karena itu penanganan mioma uteri terbagi atas kelompok-kelompok berikut.
a. Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada pra dan
postmenopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan konsevatif adalah sebagai berikut.
1. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2. Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun.
3. Pemberian zat besi.
4. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone) leuprolid asetat 3,75
mg IM pada hari pertama sampai ketiga menstruasi setiap minggu, sebanyak tiga
kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini
menekan sekresi gonodotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa
ditemukan pada periode postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran
tumor diobsevasi dalam 12 minggu.
b. Penanganan operatif, dilakukan bilah terjadi hal-hal berikut.
1. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
2. Pertumbuhan tumor cepat.
3. Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
4. Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.
5. Hiperminorea pada mioma submukosa.
6. Penekanan organ pada sekitarnya.
c. Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat berupa langkah-
langkah berikut.
1. Enukleusi Mioma
Enuklesia mioma dilakukan pada penderita yang infertil yang masih menginginkan
anak, atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Enukleasi dilakukan
jika ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus dan
dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan
tangkai dan tumor yang dengan mudah dijepit dan diikat. Bila miomektomi
menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium,
maka kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio sesarea.
2. Histeroktomi
Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada pasien
yang memiliki leimioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria
ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut.
a) Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari
luar dan dikelukan oleh pasien.
b) Perdarahan uterus berlebihan.
c) Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang-ulang selama lebih
dari delapan hari.
d) Anemia akut atau kronis akibat kehilangan darah.
d. Menurut american college of Obstetricans gynecologists (ACOG), kriteria preoperasi
adalah sebagai berikut.
a) Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
b) Terdapat leimioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
c) Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran yang berulang
tidak ditemukan.
e. Rasa tidak nyaman pada daerah pelvis akibat mioma meliputi hal-hal berikut.
a) Nyeri hebat dan akut.
b) Rasa tertekan yang kronis dibagian punggung bawah atau perut bagian bawah.
c) Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulangdan tidak disebabkan
infeksi saluran kemih.
f. Penanganan radioterapi
Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan. Langkah ini dilakukan
sebagai penanganan dengan kondisi sebagai berikut.

1) Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
2) Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
3) Bukan jenis submukosa.
4) Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
5) Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan menopause.
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. USG untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan
keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan
ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus
sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat
membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan.
2. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya pada
beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus; lebih
lanjut uterus membesar dan berbentuk tak teratur.
3. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta
menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
4. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan
infertilitas.
5. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
6. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati, ureum,
kreatinin darah.
7. Tes kehamilan
BAB II

Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status
pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan
keluarga, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri, misalnya timbul
benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang disertai
gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan pengkajian,
seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri
setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih
nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis pengobatan yang
dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan
tentang riwayat alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu,
penggunaan alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai penyakit
keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah
dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu diketahui
adalah

a. Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma uteri
tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada
masa menopause.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma uteri
tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen,
pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.
c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor- faktor budaya
yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan
tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien
mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri,
personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain atau
tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri,
mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang
lain.
d. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus dikaji adalah
frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.
e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir. Sedangkan pada
BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.

f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain


Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya,
tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan minum,
mobilisasi
g. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan malam hari,
masalah yang ada waktu tidur.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.

b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris

c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan


konka nasal/tidak.

d) Telinga : lihat kebersihan telinga.

e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga
mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.

f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan


kelenjar getah bening/tidak.Dada atau thorax : paru-paru/respirasi,
jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
g) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol, Palpasi: terdapat
nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak Auskultasi: bagaimana
bising usus.

b. Ekstremitas muskoluskletal terjadi pembengkakan pada


ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
c. Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi.

B. Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks spasme
otot sekunder akibat tumor
2) Resiko syok berhubungan dengan perdarahan
3) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat
gangguan hematologis (perdarahan)
4) Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan neoplasma pada
organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik.
5) Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum (prolaps rectum)
6) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, ancaman pada status
kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait penyakit)
7) Perfusi perifer tidak efektif
C. Rencana keperawatan

No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


Luaran Utama : Tingkat Nyeri ( L.08066 ) Intervensi Utama : Manajemen
1 Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan Nyeri ( I.08238
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, denganonset mendadak Observasi:
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan - Identifikasi lokasi,
Ekspektasi : Menurun karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat - Identifikasi skala nyeri
Menurun Meningkat
Kemampuan 1 2 3 4 5 - Identifikasi respons nyeri
menuntaska non verbal
n aktivitas - Identifikasi faktor yang
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun memperberat dan
Keluhan 1 2 3 4 5 memperingan nyeri
nyeri - Identifikasi pengetahuan dan
Meringis 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5 keyakinan tentang nyeri
Kesulitan 1 2 3 4 5 - Identifikasi pengaruh nyeri
Tidur pada kualitas hidup
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus 1 2 3 4 5 - Monitor efek samping
pada diri penggunaan analgetik
sendiri Terapeutik:
Diaphoresis 1 2 3 4 5
Perasaan 1 2 3 4 5 - Berikan teknik
depresi nonfarmakologi
(tertekan) mengurangi rasa nyeri (mis,
Perasaan 1 2 3 4 5
takut TENS, hypnosis, akupresur,
mengalami terapi music, biodfeedback,
cedera terapi pijat, aromaterapi,
berulang
Anoreksia 1 2 3 4 5 teknik imajinasi terbimbing,
Perineum 1 2 3 4 5 kompres hangat/dingin,
terasa terapi bermain )
tertekan - Kontrol lingkungan yang
Uterus 1 2 3 4 5
teraba memperberat rasa nyeri
membulat - Fasilitasi istirahat dan tidur
Ketegangan 1 2 3 4 5 - Pertimbangkan jenis dan
otot sumber nyeri dalam
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5 pemilihan strategi
Mual 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
meredakan nyeri
Memburuk Membaik Edukasi
Frekuensi 1 2 3 4 5 - Jelaskan penyebab, periode,
nadi
Pola napas 1 2 3 4 5
dan pemicu nyeri
Tekanan 1 2 3 4 5 - Jelaskan strategi meredakan
darah nyeri
Proses 1 2 3 4 5
berfikir
- Ajarkan teknik
Focus 1 2 3 4 5 nonfarmakologis untuk
Fungsi 1 2 3 4 5 mengurangi rasa nyeri
berkemih
Perilaku 1 2 3 4 5
Kolaborasi
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Luaran Utama : Keseimbangan Cairan ( L.03020 ) Intervensi Utama : Manajemen
2 Risiko
Definisi : Ekuilibrium antara volume cairan di ruang intraselular dan Cairan ( I. 03098 )
Ketidakseimbangan
ekstraselular tubuh Observasi
Cairan
Ekspektasi : Meningkat - Monitor status hidrasi
Kriteria Hasil ( mis, frekuensi nadi,
kekuatan nadi, akral,
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat kapiler, kelembapan
Menurun Meningkat
Asupan 1 2 3 4 5 mukosa, turgor kulit,
cairan tekanan darah )
Output 1 2 3 4 5 - Monitor berat badan harian
urin
Membran 1 2 3 4 5 - Monitor berat badan
mukosa sebelum dan sesudah
lembap dialisis
Asupan 1 2 3 4 5
makanan - Monitor hasil pemeriksaan
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun laboratorium ( mis,
Meningkat Menurun hematokrit, Na, K, Cl,
Edema 1 2 3 4 5
Dehidrasi 1 2 3 4 5 berat jenis urine, BUN )
Asites 1 2 3 4 5 - Monitor status
Konfusi 1 2 3 4 5 hemodinamik ( mis, MAP,
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik CVP, PAP, PCWP jika
Tekanan 1 2 3 4 5 tersedia )
darah Terapeutik
Frekuensi 1 2 3 4 5
nadi - Catat intake-output dan
Kekuatan 1 2 3 4 5 hitung balance cairan 24
nadi jam
Tekanan 1 2 3 4 5
arteri - Berikan asupan cairan,
rata-rata sesuai kebutuhan
Mata 1 2 3 4 5 - Berikan cairan intravena,
cekung
Turgor 1 2 3 4 5 jika perlu
kulit Kolaborasi
Berat 1 2 3 4 5 - Kolaborasi pemberian
badab
diuretik, jika perlu
Luaran Utama : Tingkat Infeksi ( L.14137 ) Intervensi Utama : Pencegahan
3 Risiko Infeksi
Definisi : Derajat infeksi berdasarkan observasi atau sumber informasi Infeksi ( I.14539 )
Ekspektasi : Menurun Observasi :
Kriteria Hasil - Monitor tanda dan gejala
infeksi local dan sistemik
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat Terapeutik
Menurun Meningkat
Kebersihan 1 2 3 4 5 - Batasi jumlah pengunjung
tangan - Berikan perawatan kulit
Kebersihan 1 2 3 4 5 pada area edema
badan
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun - Cuci tangan sebelum dan
Meningkat Menurun sesudah kontak dengan
Demam 1 2 3 4 5 pasien dan lingkungan
Kemerahan 1 2 3 4 5
Nyeri 1 2 3 4 5 pasien
Bengkak 1 2 3 4 5 - Pertahankan teknik aseptic
Vesikel 1 2 3 4 5 pada pasien berisiko tinggi
Cairan 1 2 3 4 5
berbau Edukasi
busuk - Jelaskan tanda dan gejala
Sputum 1 2 3 4 5 infeksi
berwarna
hijau - Ajarkan cara mencuci
Drainase 1 2 3 4 5 tangan dengan benar
purulent - Ajarkan etika batuk
Pyuria 1 2 3 4 5
Periode 1 2 3 4 5 - Ajarkan cara memeriksa
malaise kondisi luka atau luka
Periode 1 2 3 4 5 operasi
mengigil
Letargi 1 2 3 4 5 - Ajarkan meningkatkan
Gangguan 1 2 3 4 5 asupan nutrisi
kognitif - Ajarkan meningkatkan
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik asupan cairan
Kadar sel 1 2 3 4 5 Kolaborasi
darah putih
Kultur 1 2 3 4 5 - Kolaborasi pemberian
darah
Kultur 1 2 3 4 5 imunisasi, jika perlu
urine
Kultur 1 2 3 4 5
sputum
Kultur area 1 2 3 4 5
luka
Kultur 1 2 3 4 5
feses
Nafsu 1 2 3 4 5
makan
Luaran Utama : Eliminasi Urine ( L.04034 ) Intervensi Utama : Kateterisasi
4 Retensi Urin
Definisi : Pengosongan kandung kemih yang lengkap Urine ( I.04148 )
Ekspektasi : Membaik Observasi
Kriteria Hasil - Periksa kondisi pasien (mis,
kesadaran, tanda-tanda vital,
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat daerah perineal, distensi
Menurun Meningkat
Sensasi 1 2 3 4 5 kandung kemih,
berkemih inkontinensia urine, refleks
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun berkemih )
Meningkat Menurun
Desakan 1 2 3 4 5 Terapeutik
berkemih - Siapkan peralatan, bahan-
( urgensi ) bahan dan ruangan tindakan
Distensi 1 2 3 4 5
kandung - Siapkan pasien, bebaskan
kemih pakaian bawah dan
Berkemih 1 2 3 4 5 posisikan dorsal rekumben
tidak tuntas (
hesitancy ) ( untik wanita ) dan supine
Volume 1 2 3 4 5 ( untik laki-laki )
residu urine - Pasang sarung tangan
Urin menetes 1 2 3 4 5
Nokturia 1 2 3 4 5 - Bersihkan daerah perineal
Mengompol 1 2 3 4 5 atau preposium dengan
Enuresis 1 2 3 4 5 cairan NaCl atau aquades
Dysuria 1 2 3 4 5
Anuria 1 2 3 4 5 - Lakukan insersi kateter urine
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik dengan menerapkan prinsip
Memburuk Membaik aseptic
Frekuensi 1 2 3 4 5
BAK - Sambungkan kateter urin
Karakteristik 1 2 3 4 5 dengan urine bag
urine - Isi balon dengan NaCL 0,9%
sesuai anjuran pabrik
- Fiksasi selang kateter diatas
simpsis atau di paha
- Pastikan kantung urine
ditempatkan lebih rendah
dari kandung kemih
- Berikan label waktu
pemasangan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemasangan kateter urine
- Anjurkan menarik napas saat
insersi selang kateter
Luaran Utama : Pola Tidur ( L.05045 ) Intervensi Utama : Edukasi
5 Gangguan Pola Tidur
Definisi : Keadekuatan kualitas dan kuantitas tidur Aktivitas/Istirahat
Ekspektasi : Membaik Observasi
Kriteria Hasil - Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat informasi
Menurun Meningkat
Terapeutik
Kemampuan 1 2 3 4 5
beraktivitas - Sediakan materi dan media
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun pengaturan aktivitas dan
Meningkat Menurun istirahat
Keluhan 1 2 3 4 5
- Jadwalkan pemberian
sulit tidur
Keluhan 1 2 3 4 5 pendidikan kesehatan sesuai
sering kesepakatan
terjaga - Berikan kesempatan kepada
Keluhan 1 2 3 4 5
pasien dan keluarga untuk
tidak puas
tidur bertanya
Keluhan 1 2 3 4 5 Edukasi
pola tidur - Jelaskan pentingnya
berubah
Keluhan 1 2 3 4 5
melakukan aktivitas fisik /
istirahat olahraga secara rutin
tidak cukup - Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok, aktivitas
bermain atau aktivitas
lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
- Ajarkan cara
mengidentifikasi kebutuhan
istirahat ( mis, kelelahan,
sesak napas saat aktivitas )
- Ajarkan cara
mengidentifikasi target dan
jenis aktivitas sesuai
kemampuan
Luaran Utama : Tingkat Ansietas ( L.09093 ) Intervensi Utama : Reduksi
6 Ansietas
Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek Ansietas ( I.09314 )
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang Observasi
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi - Identifikasi saat tingkat
ancaman ansietas berubah (mis,
Ekspektasi : Menurun kondisi, waktu, stressor)
Kriteria Hasil - Identifikasi kemampuan
mengambil keputusan
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun - Monitor tanda-tanda ansietas
Meningkat Menurun
Verbalisasi 1 2 3 4 5 ( verbal dan nonverbal )
kebingungan Terapeutik
Verbalisasi 1 2 3 4 5 - Ciptakan suasana terapeutik
khawatir
akibat untuk menumbuhkan
kondisi yang kepercayaan
dihadapi - Temani pasien untuk
Perilaku 1 2 3 4 5
gelisah mengurangi kecemasan, jika
Perilaku 1 2 3 4 5 memungkinkan
tegang - Pahami situasi yang
Keluhan 1 2 3 4 5
pusing membuat ansietas
Anoreksia 1 2 3 4 5 - Dengarkan dengan penuh
Palpitasi 1 2 3 4 5 perhatian
Diaphoresis 1 2 3 4 5
Tremor 1 2 3 4 5 - Gunakan pendekatan yang
Pucat 1 2 3 4 5 tenang dan meyakinkan
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik - Tempatkan barang pribadi
Memburuk Membaik
Konsentrasi 1 2 3 4 5 yang memberikan
Pola tidur 1 2 3 4 5 kenyamanan
Frekuensi 1 2 3 4 5 - Motivasi mengidentifkasi
pernapasan
Frekuensi 1 2 3 4 5 situasi yang memicu
nadi kecemasan
Tekanan 1 2 3 4 5 - Diskusikan perencanaan
darah
Kontak 1 2 3 4 5 realistis tentang peristiwa
mata yang akan dating
Pola 1 2 3 4 5 Edukasi
berkemih
Orientasi 1 2 3 4 5 - Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
- Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
- Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
- Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

Luaran Utama : Perfusi Perifer ( L.02011 ) Intervensi utama : Manajemen


7 Perfusi Perifer Tidak
Definisi : Keadekuatan aliran darah pembuluh darah distal untuk Sensasi Perifer ( I.06195 )
Efektif
menunjang fungsi jaringan Obervasi
Ekspektasi : Meningkat - Identifikasi penyebab
Kriteria Hasil perdarahan sensasi
- Identifikasi penggunaan alat
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat pengikat, prosthesis, sepatu
Menurun Meningkat
Kekuatan 1 2 3 4 5 dan pakaian
nadi perifer - Periksa perbedaan sensasi
Penyembuha 1 2 3 4 5 panas atau dingin
n luka
Sensasi 1 2 3 4 5 - Periksa perbedaan sensasi
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun tajam atau tumpul
Meningkat Mennurun - Periksa kemampuan
Warna kulit 1 2 3 4 5
pucat mengidentifikasi lokasi dan
Edema 1 2 3 4 5 tekstur benda
perifer - Monitor terjadinya
Nyeri 1 2 3 4 5
ekstremitas paresthesia, jika perlu
Parastresia 1 2 3 4 5 - Monitor perubahan kulit
Kelemahan 1 2 3 4 5 - Monitor adanya
otot
Kram otot 1 2 3 4 5 tromboflebitis dan
Bruit 1 2 3 4 5 tromboemboli vena
femoralis Terapeutik
Nekrosis 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik - Hindari pemakaian benda-
Memburuk Membaik benda yang berlebihan
Pengisian 1 2 3 4 5 suhunya ( terlalu panas atau
kapiler
Akral 1 2 3 4 5 dingin
Turgor kulit 1 2 3 4 5 Edukasi
Tekanan 1 2 3 4 5 - Anjurkan penggunaan
darah sistolik
Tekanan 1 2 3 4 5 thermometer untuk menguji
darah suhu air
diastolic - Anjurkan penggunaan
Tekanan 1 2 3 4 5
arteri rata- sarung tangan termal saat
rata memasak
Indeks ankle- 1 2 3 4 5 - Anjurkan memakai sepatu
brachial
lembut dan bertumit rendah
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Yosi. 2003. Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Mioma
Uteri di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol. 2 No. 5
Aspiani, Y, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM
Aimee, et al. (2007). Association of Intrauterine and Early-Life Exposures with Diagnosis of
Uterine Leimyomata by 35 Years of Age in the Sister Study. Environmental Health
Perpectives. Volume 118. No 3 pages 375-
Bararah, T., Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap menjadi
Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Copaescu, C. (2007). Laparoscopic Hysterectomy. Chirurgia (Bucur). Volume 102. No. 2.
Romanian
Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC
NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017edisi (Budi
Anna Keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC
Nugroho, T. (2012). Obstetri dan Ginekologi. Yokyakarta: Nuha Medika Robbins. (2007).
Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC
RSUP. Dr. M. Djamil.(2016). Laporan Catatan Rekam Medik (RM): Mioma Uteri
Setiati, Eni. (2018). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yokyakarta: Andi
Prawirohardjo, Sarwono. (2010).Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Wise, L, et al. (2009). A Prospective Study of Dairy Intake and Risk of Uterine
Leimoyomata. American Journal of Epidemiologi. Vol.171. No. 2. Page 221
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik . Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai