Anda di halaman 1dari 13

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Dari

hasil penelitian akan diuraikan data umum dan data khusus. Hasil penelitian dari

data umum disajikan dalam bentuk diagram, sedangkan data khusus disajikan

dalam bentuk tabel.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Tempat Penelitian

Puskesmas Sukorejo merupakan salah satu FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama) di Kota Blitar. Puskesmas ini berada di Jl Cemara No. 163 Kota Blitar

dan merupakan jenis puskesmas non rawat inap. Kecamatan Sukorejo merupakan

salah satu kecamatan di Kota Blitar dengtan luas wilayah 9,92 km². Sukorejo

memberikan pelayanan di 7 kelurahan yang masuk di wilayah kecamatan

Sukorejo yaitu kelurahan Blitar, Karangsari, Sukorejo, Tlumpu, Turi, Tanjungsari,

dan Pakunden. Jumlah pasien gangguan jiwa di wilayah ini pada tahun 2015

sebanyak 116 jiwa.

Penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti mendatangi rumah responden

(secara door to door) dengan dibantu 1 orang teman pada tanggal 25-26 Juni 2016.

Responden dalam penelitian ini adalah keluarga ODGJ yang bertempat tinggal di

wilayah UPTD Puskesmas Kecamatan Sukorejo. Gambaran wilayah responden

yaitu, terdapat lokasi rumah yang berada di pinggir jalan, sehingga memudahkan

untuk menemukan lokasinya. Namun sebagian besar rumah responden masuk ke

51
52

gang kecil yang padat penduduknya. Kondisi ODGJ tidak ada yang mengamuk

atau melakukan perilaku kekerasan, ada ODGJ yang bisa diajak berkomunikasi,

namun ada juga yang diajak berkomunikasi diam saja atau menjawab seperlunya.

Didalam kesehariannya ODGJ lebih sering dirumah dari pada keluar untuk

bersosialisasi dengan orang lain.Namun ada juga keluarga yang memberikan

kepercayaan bagi ODGJ untuk berbelanja ke pasar. Dalam penelitian ini jumlah

respondendari 14 keluarga ODGJ menjadi 13 keluarga ODGJ dikarenakan salah

satu ODGJ meninggal dunia.

4.1.2 Data Umum

Data umum menyajikan karakteristik keluarga dari ODGJmeliputi jenis

kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, hubungan dengan pasien, tinggal

satu rumah dengan pasien, mendampingi saat terapi aktivitas kelompok, pernah

mendapatkan informasi, sumber informasi.

a) Jenis Kelamin

15,4%

Laki-laki
Perempuan

84,6%

Gambar 4.1 Diagram lingkaranjenis kelaminkeluarga dari ODGJdi wilayah


kerja UPTD Kesehatan Kecamatan Sukorejo Kota Blitar,
Juni2016 (n=13).

Berdasarkan gambar 4.1 diketahui bahwa sebagian besar 84,6% (11 responden)

berjenis kelamin perempuan.


53

b) Umur keluarga ODGJ

23,1%
30,8%

26-45 tahun
46-65 tahun
>65 tahun

46,2%

Gambar 4.2 Diagram lingkaran umur keluarga dari ODGJ di wilayah kerja
UPTD Kesehatan Kecamatan Sukorejo Kota Blitar, Juni 2016
(n=13).

Berdasarkan gambar 4.2diketahui bahwa hampir separuh 46,2% (6 responden)

berumur antara 46-65 tahun.

c) Pendidikan

23,1%

SD
SMP
SMA

15,4% 61,5%

Gambar 4.3 Diagram lingkaran pendidikan keluarga dari ODGJ di wilayah


kerja UPTD Kesehatan Kecamatan Sukorejo Kota Blitar, Juni
2016 (n=13).

Berdasarkan gambar 4.3 diketahui bahwa lebih dari separuh 61,5% (8

responden) berpendidikan SD.


54

d) Pekerjaan

46,2%
wiraswasta
53,8%
IRT

Gambar 4.4 Diagram lingkaran pekerjaan keluarga dari ODGJ di wilayah


kerja UPTD Kesehatan Kecamatan Sukorejo Kota Blitar, Juni
2016 (n=13).

Berdasarkan gambar 4.4 diketahui bahwa lebih dari separuh 53,8% (7

responden) pekerjaan sebagai IRT.

e) Hubungan dengan pasien

7,7%

30,8%

Istri
Orang tua
Kakak

61,5%

Gambar 4.5 Diagram lingkaran hubungan keluarga dari ODGJ dengan


pasien di wilayah UPTD Kesehatan Kecamatan Sukorejo Kota
Blitar, Juni 2016 (n=13).

Berdasarkan gambar 4.5 diketahui bahwa lebih dari separuh 61,5% (8

responden) hubungan keluarga dengan ODGJadalah orang tua.


55

f) Tinggal satu rumah dengan pasien

7,7%

Satu rumah
Tidak satu rumah

92,3%
Gambar 4.6 Diagram lingkaran tingal satu rumah dengan keluarga dari ODGJ
di wilayah UPTD Kesehatan Kecamatan Sukorejo Kota Blitar,
Juni 2016 (n=13).

Berdasarkan gambar 4.6diketahui bahwa hampir seluruh 92,3% (12

responden) tinggal satu rumah dengan keluarga ODGJ.

g) Mendampingi saat terapi aktivitas kelompok

15,8%

Tidak pernah
Pernah
53,8% Selalu
30,8%

Gambar 4.7 Diagram lingkaran mendampingi saat terapi aktivitas kelompok


keluarga dari ODGJdi wilayah UPTD Kesehatan Kecamatan
Sukorejo Kota Blitar, Juni 2016 (n=13).

Berdasarkan gambar 4.7 diketahui bahwa lebih dari separuh53,8% (7

responden) keluarga tidak pernahmendampingi saat terapi aktivitas kelompok.


56

h) Pernah mendapat inforrmasi tentang terapi aktivitas kelompok


100%

Ya

Gambar 4.8 Diagram lingkaran berdasarkan kelarga ODGJ pernah mendapat


informasi di wilayah UPTD Kesehatan Kecamatan Sukorejo
Kota Blitar, Juni 2016 (n=13).

Berdasarkan gambar 4.8 diketahui bahwa seluruh 100% (13 responden)

keluarga ODGJ pernah mendapatkan informasi mengenai terapi aktivitas

kelompok.

i) Sumber informasi terapi aktivitas kelompok

46,1%

pelayanan kesehatan
Kader
53,9%

Gambar 4.9 Diagram lingkaran berdasarkan keluarga ODGJ mendapat


sumber informasi di wilayah UPTD Kesehatan Kecamatan
Sukorejo Kota Blitar, Juni 2016 (n=13).

Berdasarkan gambar 4.9 didapatkan bahwa lebih dari separuh53,9%

(8responden) keluarga mendapat sumber informasi dari pelayanan kesehatan .


57

4.1.3 Data Khusus

Data khusus menyajikan hasil penelitian tentang manfaat terapi aktivitas

kelompok perilaku kekerasan pada ODGJ bagi keluarga.

a) Manfaat terapi aktivitas kelompok perilaku kekerasan pada ODGJ bagi

keluarga

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi manfaat terapi aktivitas kelompok perilaku


kekerasan pada ODGJ bagi keluargadi wilayah kerja UPTD
Kesehatan Kecamatan Sukorejo, Juni 2016 (n=13).

No Kategori Manfaat Frekuensi Prosentase


1. Bermanfaat 11 84,6%
2. Tidak bermanfaat 2 15,4%
Jumlah 13 100%
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar yaitu 84,6% (11

responden) mendapatkan manfaat terapi aktivitas kelompok perilaku kekerasan

pada ODGJ bagi keluarga.

b) Parameter manfaat terapi aktivitas kelompok perilaku kekerasan pada ODGJ

bagi keluarga

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi manfaat terapi aktivitas kelompok perilaku


kekerasan pada ODGJ bagi keluarga berdasarkan parameter di
wilayah kerja UPTD Kesehatan Kecamatan Sukorejo, Juni 2016
(n=13).

No Parameter Manfaat
Bermanfaat Tidak
bermanfaat
1. Mengenal perilaku kekerasan 12 1
yang biasa dilakukan 92,3% 7,7%
2. Mencegah perilaku fisik 8 5
61,5% 38,5%%
3. Mencegah perilaku kekerasan 8 5
sosial 61,5% 38,5%
4. Mencegah perilaku kekerasan 6 7
spiritual 46,2% 53,8%
5. Mencegah perilaku kekerasan 13 0
dengan patuh minum obat 100% 0%
58

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa dari 5 parameter manfaat terapi

aktivitas kelompok perilaku kekerasan pada ODGJ bagi keluarga didapatkan

prosentase dalam kategori bermanfaat paling banyak pada parameter mencegah

perilaku kekerasan dengan patuh minum obat yaitu 100% (13 responden)

sedangkan yang tidak bermanfaat pada parameter mencegah perilaku kekerasan

secara spiritual yaitu 53,8% (7 responden).

4.2 Pembahasan

Menurut Keliat & Akemat (2004) manfaat yang dapat diperoleh keluarga

setelah anggota keluarga ODGJ mengikuti terapi aktivitas kelompok perilaku

kekerasanyaitu klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan,

klien dapat mencegah perilaku kekerasan fisik, klien dapat mencegah perilaku

kekerasan sosial, klien dapat mencegah perilaku kekerasan spiritual, klien

mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengonsumsi obat.Berdasarkan hasil

penelitian manfaat terapi aktivitas kelompok perilaku kekerasan pada ODGJ bagi

keluarga yang telah dilakukan di wilayah kerja UPTD Kesehatan Kecamatan

Sukorejo Kota Blitar kepada 13 responden menunjukkan bahwa 84,6% (11

responden) dalam kategori bermanfaat, 15,4% (2 responden) dalam kategori tidak

bermanfaat.Menurut peneliti, kelarga dari ODGJ yang mendapat manfaat terapi

aktivitas kelompok perilaku kekerasan pada ODGJ bagi keluarga dengan kategori

bermanfaat yaitu84,6% (11 responden) memperoleh keuntungan. Berdasarkan

hasil wawancara, keluarga dari ODGJ mendapat manfaat setelah anggota keluarga

mengikuti terapi aktivitas kelompok yaitu ODGJ tidak emosi atau melakukan

tindakan perilaku kekerasan seperti membanting peralatan disekitarnya, keluarga


59

memberikan kepercayaan pada ODGJ untuk pergi berbelanja ke pasar. Selain itu

ada ODGJ yang sudah melakukan kegiatan seperti orang biasanya seperti

membereskan rumah, memasak, menyapu tanpa disuruh oleh keluarga.Dalam hal

ini keluarga dari ODGJ juga mengatakan bahwa ODGJ sudah patuh dalam

mengonsumsi obat klien mengetahui kapan harus minum obat, obat yang di

minum adalah miliknya, minum obat sesuai aturan dan minum obat sesuai takaran

yang pas.Di sisi lain masih ditemukan manfaat terapi aktivitas kelompok perilaku

kekerasan pada ODGJ bagi keluargadalam kategori tidak bermanfaat yaitu tidak

bermanfaat dalam mencegah perilaku kekerasan dengan spiritual yaitu

sebelumnya ODGJ rutin pergi ke masjid akan tetapi sekarang tidak mau pergi

rutin ke masjid, serta jarang membaca Al-Quran.

Menurut Keliat & Akemat (2004), keluarga mendapatkan manfaat mengenal

perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, yaitu mengetahui stimulasi penyebab

kemarahan, mengetahui respons yang dirasakan saat marah, reaksi yang dilakukan

saat marah, mengetahui akibat perilaku kekerasan. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 92,3% (12 responden)bermanfaat dalam

mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, 7,7% (1 responden) tidak

bermanfaat dalam mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Sesuai dengan hasil dari tabulasi data didapatkan hasil bahwa sebanyak 12

keluarga ODGJ mendapat manfaat dalam mengenal perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan. Berdasarkan hasil dari tabulasi data keluarga ODGJ mendapat manfaat

klien mampu meluapkan emosi tanpa melukai diri sendiri dan orang lain. Menurut

Ernawati (2009) respon marah diungkapkan secara verbal/langsung pada saat itu

sehingga dapat melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti
60

perasaannya, menekankan kemarahan atau pura-pura tidak marah.Menurut

peneliti, keluarga mengatakan ODGJ sudah mengalami perubahan setelah

dilakukannya terapi aktivitas kelompok perilaku kekerasan sebagian besar klien

sudah tidak marah saat disuruh, mampu mengontrol emosi saat diejek dengan

pergi melakukan ativitas yang berguna seperti mencuci pakaian, menyapu ada

juga yang keluar rumah.

Menurut Keliat & Akemat (2004), mencegah perilaku fisik bertujuan dapat

melakukan kegiatan fisik yang biasa dilakukan, melakukan kegiatan fisik yang

dapat mencegah perilaku kekerasan.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebagian besar yaitu 61,5% (8 responden) bermanfaat dalam mencegah

perilaku fisik, 38,5% (5 responden)tidak bermanfaat dalam mencegah perilaku

fisik.

Sesuai dengan hasil dari tabulasi data didapatkan hasil bahwa sebanyak 8

keluarga ODGJ mendapat manfaat mencegah perilaku fisik. Berdasarkan tabulasi

data keluarga ODGJ mendapat manfaat klien mempunyai cara mengalihkan emosi

saat marah. Menurut peneliti, berdasarkan hasil wawancara keluarga ODGJ

mendapat manfaat dari mencegah perilaku fisik atau melukai diri sendiri dan

orang lain. Dari hasil penelitian kondisi ODGJ saat ditemui tidak ada yang

mengamuk atau melakukan perilaku kekerasan, ada ODGJ yang bisa diajak

berkomunikasi secara lancar meskipun ada juga yang hanya dian atau menjawab

seperlunya. Keluarga merasa bahwa ODGJ mampu mngendalikan emosi dengan

menghindari orang yang akan di amuk, mencari kgiatn serti mnyapu, menuci baju,

ada pula mengalihkan emosinya dengan merokok.


61

Menurut Keliat & Akemat (2004) mencegah perilaku kekerasan sosial

bertujuan untuk dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa,

mampu mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 61,5% (8

responden) bermanfaat dalam mencegah perilaku kekerasan sosial, 38,5% (5

responden) tidak bermanfaat dalam mencegah perilaku kekerasan sosial.

Sesuai dengan hasil dari tabulasi data didapatkan hasil bahwa 8keluarga ODGJ

mendapat manfaat dalam mencegah perilaku kekerasan sosial. Dalam hal ini

ODGJ tidak berperilaku kekerasan ketika keinginannya tidak dipenuhi. Menurut

peneliti, berdasarkan hasil wawancara keluarga ODGJ mendapat manfaat dalam

mencegah perilaku kekerasan sosial meenjadikan ODGJ mampu mengungkapkan

sesuatu yang diinginkannya tanpa melakukan tindakan yang membahayankan

dirinya atau orang lain.Di dukung dengan hampir seluruh ODGJ tinggal satu

rumah dengan keluarga. Apabila ODGJ meminta atau menginginkan sesuatu

barang saat itu juga tetapi keluarga tidak memenuhi keinginannya, klien tidak

marah dan melakukan perilaku kekerasan. Dalam hal ini jika keluarga tidak bisa

memenuhi keinginannya saat itu juga, ada keluarga yang memeberikan janji pada

ODGJ contohnya ODGJ ingin dibelikan setrika karena setrikanya sudah rusak

tetapi keluarga memberitahu pada ODGJ apabila sekarang membelikan tidak bisa

karena tidak mempunyai uang tapi nanti jika punya uang akan di belikan, ODGJ

menjawab “iya” tanpa emosi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruhnya yaitu 100% (13

responden) bermanfaat dalam mencegah perilaku kekerasan dengan patuh

mengonsumsi obat.Menurut Keliat & Akemat (2004) patuh mengonsumsi obat


62

bertujuan dalam mengetahui keuntungan dan kerugian apabila tidak patuh minum

obat, mengetahui lima benar cara minum obat.

Sesuai dengan hasil dari tabulasi data didapatkan hasil 13 keluarga ODGJ

mendapatkan manfaat dalam patuh mengonsumsi obat. Menurut peneliti

berdasarkan hasil wawancara keluarga ODGJ sebagian besar ODGJ mempunyai

kesadaran sendiri dalam mengonsumsi obat. Saat ditanya, tanpa disuruh ODGJ

menyadari dalam pentingnya minum obat. ODGJ juga mengetahui bahwa obat

adalah miliknya, tepat waktu minum obat, meminum obat sesuai aturan dan sesuai

takaran yang pas.

Menurut Keliat & Akemat (2004) mencegah perilaku kekerasan spiritual

bertujuan melakukan ibadah secara teratur.Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu 53,8% (7 responden) tidak bermanfaat

dalam mencegah perilaku kekerasan spiritual, 46,2% (6 responden) bermanfaat

dalam mencegah perilaku kekerasan spiritual.

Sesuai dengan hasil dari tabulasi data didapatkan hasilkeluarga ODGJ

mendapatkan manfaat dalam mencegah perilaku kekerasan spiritual. Menurut

penelitidari keluarga masih ada ODGJ yang melakukan ibadah secara rutin seperti

sholat lima waktu, membaca Al-Quran.Namun lebih dari separuh dari ODGJ tidak

melakukan sholat lima waktu, yang dulunya rutin pergi ke masjid sekarang jarang

pergi ke masjid bahkan tidak sama sekali karena dia merasa malu dengan tetangga

ada juga yang dulunya setiap hari membaca Al Quran sekarang jarang membaca

karena malas.
63

4.3 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak kekurangan. Dalam

penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti

berdasarkan studi pustaka. Sebelumnya kuesioner ini belum diuji validitasnya,

sehingga belum semua informasi tergambarkan pada kuesioner ini dan karena

keterbatasan sampel dimungkinkan hasilnya representative. Peneliti juga

mengalami kesulitan salah satunya kemampuan keluarga ODGJ dalam mengingat

secara optimal setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok karena kegiatan sudah

dilakukan pada Bulan September 2015.

Anda mungkin juga menyukai