Anda di halaman 1dari 15

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Penelitian

SDN Pohkecik Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto mempunyai

luas tanah seluas 6.583,5 m2 dan luas bangunan seluas 1.829,5 m2, yang terletak di

Desa Pohkecik Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto. Fasilitas ruangan di

SDN Pohkecik terdiri dari 12 ruang kelas, 1 ruang Kepala Sekolah , 1 ruang guru ,

perpustakaan, 1 Ruang UKS , 1 ruang multimedia dan 1 gudang. Jumlah pegawai

sebanyak 15 guru dan 1 pegawai perpustakaan

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Data Umum

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Ekonomi Keluarga

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan ekonomi


keluarga pada tanggal 28 februari 2019 di SDN
Pohkecik Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto

Ekonomi Keluarga Frekuensi Prosentase


Tinggi 105 54,7
Rendah 87 45,3
Jumlah 192 100
Hasil tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki perekonomian keluarga tinggi di SDN Pohkecik Kecamatan

Dlanggu Kabupaten Mojokerto yaitu sebanyak 105 siswa (54,7%).

48
49

2. Karakteristik Responden berdasarkan riwayat penyakit dalam 1 minggu

terakhir.

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat


penyakit dalam 1 minggu terakhir pada tanggal 28
februari 2019 di SDN Pohkecik Kecamatan Dlanggu
Kabupaten Mojokerto

Riwayat Penyakit Frekuensi Prosentase


Sakit 26 13,5
Tidak 166 86,5
Jumlah 192 100
Hasil tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar tidak siswa di

SDN Pohkecik Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto tidak

mempunyai riwayat penyakit dalam 1 minggu terakhir yaitu 166

responden (86,5%)

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis


kelamin pada tanggal 28 februari di SDN Pohkecik
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto

Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase


Laki-laki 88 45,8
Perempuan 104 54,2
Jumlah 192 100
Hasil tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di SDN

Pohkecik Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 104 responden ( 54,2%) .


50

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada


tanggal 28 februari 2019 di SDN Pohkecik Kecamatan
Dlanggu Kabupaten Mojokerto

Umur Frekuensi Prosentase


6-7 tahun 19 9,9
8-9 tahun 66 34,4
10-11 tahun 75 39,1
12-13 tahun 32 16,7
Jumlah 192 100
Hasil tabel 4.4 menunjukkan bahwa hampir setengahnya siswa di

SDN Pohkecik Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto berumur 10

tahun sampai dengan 11 tahun yaitu sebanyak 75 responden (39,1%)

4.2.2 Data Khusus

1. Pola Makan di SDN Pohkecik Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto.

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pola makan


pada tanggal 28 februari 2019 di SDN Pohkecik
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto

Pola Makan Frekuensi Prosentase


Positif 106 55,2
Negatif 86 44,8
Total 192 100
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di

SDN Pohkecik Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto memiliki

pola makan baik yaitu sebanyak 106 responden (55,2%).


51

2. Status Gizi di SDN Pohkecik Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto .

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi


pada tanggal 28 februari 2019 di SDN Pohkecik
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.

Status gizi Frekuensi Prosentase


Sangat Kurus 5 9,9
Kurus 12 6,3
Normal 129 67,2
Gemuk 32 16,7
Obesitas 14 7,3
Jumlah 192 100
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di

SDN Pohkecik Kecamatan Dlanggu Kabupaten mojokerto memiliki status

gizi normal yaitu sebanyak 129 responden (67,2%).

3. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi di SDN Pohkecik Kecamatan

Dlanggu Kabupaten Mojokerto.

Tabel 4.7 Tabulasi silang pola makan dengan status gizi anak usia
sekolah pada tanggal 28 februari 2019 di SDN Pohkecik
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto

Status gizi
Sangat
Pola Makan
Kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas Total
F % F % F % F % F % F %
Positif 1 0.5 0 0 97 50.5% 6 3.1 2 1 106 55.2
Negatif 4 2.1 12 6.3 32 16.7 26 13.5 12 6.3 86 44.8
Total 5 2.6 12 6.3 129 67.2 32 16.7 14 7.3 192 100
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar yang

melakukan pola makan baik dengan status gizi nya normal sebanyak 97

responden (50,5%).
52

Hasil uji Spearmen Rank (Rho) yang dilakukan dengan

menggunakan SPSS (Statistical Package for the Social Scinces) versi

22.0,diperoleh hasil p value (0,003) < α (0,05) , maka H0 ditolak dan H1

diterima artinya ada hubungan pola makan dengan status gizi anak usia

sekolah di SDN Pohkecik Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.

Dengan koefisien korelasi sebesar 0,210 menunjukkan hubungan tinggi

dan berkorelasi positif.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pola Makan Anak Usia Sekolah di SDN Pohkecik Kecamatan Dlanggu

Kabupaten Mojokerto

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh data sebagian besar responden

memiliki pola makan baik sebanyak 106 responden (55,2%). Keadaan ini

menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini memiliki kebiasaan

pola makan baik di setiap harinya.

Pola makan merupakan perilaku penting yang dapat memengaruhi

keadaan gizi secara langsung. Tentu saja hal ini dapat dimengerti karena

baik kuantitas dan kualitas makanan serta minuman yang dikonsumsi akan

memengaruhi kesehatan individu atau masyarakat (Yosephin, 2018).

Faktor yang mempengaruhi pola makan diantaranya adalah status sosial

ekonomi dan kesehatan (Andriani & Wijatmadi, 2012).

Pola makan merupakan suatu cara untuk mengatur asupan makanan

yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola makan baik dapat dilakukan dengan
53

memperhatikan asupan makanan yang akan dikonsumsi, seperti

memperhatikan jenis, jumlah dan kandungan makanan yang akan

dikonsumsi. Pola makan dapat dikatakan baik jika asupan makanan sesuai

dengan kebutuhan tubuh. Hasil penelitian sebagian besar anak menerapkan

pola makan baik dengan cara membiasakan sarapan pagi dirumah, makan

tiga kali sehari, dan anak juga makan sayur-sayuran dan buah-buahan

setiap hari.

Berdasarkan tabel 4.1 sebagian besar responden berstatus ekonomi

tinggi yaitu 105( 54,7%). Berdasarkan hasil tabulasi silang ditemukan

sebagian besar pola makan baik memiliki perekonomian tinggi sebanyak

60 responden (31,3%). Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas

makanan turut dipengaruhi oleh status sosial ekonomi.Sebagai contoh,

orang kelas menengah ke bawah atau orang miskin di desa tidak sanggup

membeli makanan jadi, daging, buah, dan sayuran yang mahal. Pendapatan

akan membatasi seseorang untuk mengonsumsi makanan yang mahal

harganya. Kelompok sosial juga berpengaruh terhadap kebiasaan makan,

misalnya kerang dan siput disukai oleh beberapa kelompok masyarakat,

sedangkan kelompok masyarakat yang lain lebih menyukai hamburger dan

pizza (Andriani & Wijatmadi, 2012).

Responden yang memiliki pola makan baik sebagian besar memiliki

status ekonomi tinggi. Status ekonomi tinggi memiliki peranan penting

dalam menentukan pola makan baik terhadap anak. Keluaga dapat

menyiapkan makanan yang sehat dirumah untuk dikonsumsi anak setiap


54

hari. Anak yang memiliki latar belakang status ekonomi tinggi uang

sakunya cenderung banyak, sehingga mereka dapat membeli makanan

yang higenis dan sehat dengan porsi yang mereka inginkan.

4.3.2 Status Gizi Anak Usia Sekolah di SDN Pohkecik Kecamatan Dlanggu

Kabupaten Mojokerto.

Hasil penelitian pada tabel 4.6 diperoleh data sebagian besar

memiliki status gizi normal sebanyak 129 responden (67,2%). Keadaan ini

menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini sebagian besar

memiliki status gizi normal.

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat gizi, dimana zat gizi sangat dibutuhkan oleh

tubuh sebagai sumber energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan

tubuh, serta pengatur proses tubuh (Auliya et al.,2015). Faktor yang

mempengaruhi status gizi diantaranya adalah jenis kelamin dan umur

(Sulistyoningsih, 2011).

Statatus gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang dilakukan

setiap harinya. Jika kebutuhan tubuh terpenuhi dengan asupan makanan

yang seimbang maka status gizi akan normal, sebaliknya jika kebutuhan

tubuh tidak terpenuhi dengan asupan yang tidak seimbang maka status gizi

akan menjadi status gizi kurang atau lebih. Status gizi kurang dapat

disebabkan oleh asupan makanan yang dikonsumsi anak tidak

mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh anak sehingga kebutuhan zat

gizi anak menjadi kurang atau tidak tercukupi, sedangkan status gizi lebih
55

disebabkan oleh asupan makanan yang dikonsumsi anak melebihi

kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Status gizi lebih juga dapat

disebabkan karena anak cenderung mengkonsumsi makanan yang

mengandung lemak berlebih.

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar anak

tidak memiliki riwayat penyakit dalam 1 minggu terakhir sebanyak 166

responden (86,5%). Berdasarkan hasil tabulasi silang ditemukan sebagian

besar anak tidak memiliki riwayat penyakit 1 minggu terakhir memiliki

status gizi normal sebanyak 111 responden (57,8%). Penyakit infeksi dan

demam dapat menyebabkan menurunya nafsu makan atau menimbulkan

kesulitan menelan dan mencerna makanan (Sulistyoningsih, 2011).

Penyakit infeksi dapat mempengaruhi status gizi karena penyerapan

asupan gizi dalam tubuh menjadi tidak optimal. Selain itu, jika anak

mengalami sakit yang disebabkan oleh infeksi anak akan mengalami

demam sehingga nafsu makan menurun. Jika asupan makanan anak tidak

terpenuhi karena hilangnya nafsu makan yang dialami tubuh tidak akan

mendapatkan asupan gizi yang dibutuhkan. Apabila hal itu dibiarkan akan

mempengaruhi status gizi anak, yaitu status gizi anak akan menjadi kurang

(sangat kurus dan kurus).

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar jenis

kelamin perempuan sebanyak 104 responden (54,2%). Berdasarkan hasil

tabulasi silang ditemukan sebagian besar anak perempuan memiliki status

gizi normal sebanyak 77 responden (40,1%). Kebutuhan zat gizi juga


56

berbeda antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan ini terutama

disebabkan oleh jaringan penyusun tubuh dan jenis aktivitasnya.Jaringan

lemak pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki,

sedangkan laki-laki cenderung lebih banyak memiliki jaringan otot. Hal ini

menyebabkan lean body mass laki-laki menjadi lebih tinggi, sehingga

kebutuhan energi basal laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan.

Perempuan membutuhkan zat besi 2 kali lebih besar dari kebutuhan zat

besi laki-laki.Perbedaan kebutuhan zat besi ini dikarenakan fungsi kodrati

pada perempuan yaitu haid (Sulistyoningsih, 2011).

Kebutuhan gizi laki-laki dan perempuan berbeda karena kebiasaan

laki-laki yang mengeluarkan banyak tenaga sehingga memerlukan asupan

energi yang lebih banyak, sedangkan perempuan yang mengalami haid

setiap bulan memerlukan asupan zat besi yang cukup untuk mencegah

terjadi anemia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

perempuan memiliki status gizi normal dari pada laki-laki. Berbanding

terbalik dengan teori yang ada karena seharusnya perempuan cenderung

mengalami gizi lebih karena masa otot yang dimiliki perempuan tidaklah

lebih besar dari laki-laki sehingga dalam melakukan aktivitas yang banyak

mengeluarkan energi adalah laki-laki. Hal itu dapat terjadi karena dalam

penelitian ini ternyata perempuan lebih memperhatikan pola makannya

dari pada laki-laki. Sebagian perempuan menerapkan pola makan baik

sehingga mendapatkan status gizi normal, sedangkan laki-laki hampir


57

separuhnya melakukan kebiasaan pola makan buruk sehingga status gizi

yang didapatkan tidak seimbang.

4.3.3 Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah di SDN

Pohkecik Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.

Berdasarkan tabel 4.8 hasil analisa menggunakan Spearmen Rank

(Rho) yang dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for

the Social Scinces) versi 22.0,diperoleh hasil p value (0,003) < α (0,05) ,

maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada hubungan pola makan

dengan status gizi anak usia sekolah di SDN Pohkecik Kecamatan

Dlanggu Kabupaten Mojokerto. Dengan koefisien korelasi sebesar 0,210

menunjukkan hubungan tinggi dan berkorelasi positif. Berdasarkan hasil

penelitian pada tebel 4.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

yang memiliki pola makan positif (baik) yang memiliki status gizi normal

97 responden (50,5%)

Pola makan yang seimbang, yaitu sesuai dengan kebutuhan disertai

pemilihan bahan makanan yang tepat akan melahirkan status gizi yang

baik. Asupan makanan yang melebihi kebutuhan tubuh akan menyebabkan

kelebihan berat badan dan penyakit lain yang disebabkan oleh kelebihan

zat gizi. Sebaliknya, asupan makanan kurang dari yang dibutuhkan akan

menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit. Kedua

keadaan tersebut sama tidak baiknya, sehingga disebut gizi salah.Keadaan

gizi salah akibat kurang makan dan berat badan yang kurang merupakan

hal yang banyak terjadi di berbagai daerah atau negara miskin. Sebaliknya,
58

keadaan gizi salah akibat konsumsi gizi berlebihan, merupakan fenomena

baru yang semakin lama semakin meluas. Keadaan ini terutama dialami

oleh masyarakat lapisan menengah ke atas, yakni munculnya obesitas pada

anak dan remaja perkotaan dengan kategori ekonomi ke atas

(Sulistyoningsih, 2011). Hasil penelitian dari Nurmainis di SDN 43 Kota

Pekanbaru 2018, menunjukkan bahwa mayoritas pola makan anak di SDN

43 Kota Pekanbaru pada kategori baik, dan memiliki status gizi mayoritas

kategori normal. Hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara

pola makan dengan status gizi anak di SDN 43 Kota Pekanbaru.

Pola makan sangat berpengaruh terhadap status gizi anak karena

status gizi merupakan dampak dari asupan makanan yang biasa

dikonsumsi oleh anak. Jika anak biasa mengkonsumsi makanan yang

bergizi dan tepat waktu maka kemungkinan anak akan mendapatkan status

gizi normal, sebaliknya jika asupan makanan yang dikonsumsi anak tidak

bergizi dan tidak teratur maka kemungkinan anak akan mengalami status

gizi salah atau bisa disebut dengan status gizi lebih atau kurang. Pola

makan disini merupakan cara untuk mengatur asupan makanan sesuai

dengan kebutuhan tubuh, seperti menentukan jenis, jumlah, dan

kandungan makanan. Jika pola makan diterapkan dengan baik maka

asupan tubuh akan terkontrol sehingga tubuh dapat mendapatkan status

gizi yang seimbang.

Berdasarkan hasil penelitian yang saya lakukan terdapat anak yang

memiliki pola makan baik tetapi status gizinya gemuk padahal seharusnya
59

pola makan baik mendapatkan status gizi baik. Sebagian besar anak yang

memiliki pola makan baik tetapi status gizinya gemuk adalah anak yang

berjenis kelamin perempuan, dari hasil wawancara ditemukan anak

perempuan yang menerapkan pola makan baik tetapi memiliki status gizi

gemuk dikarenakan anak tersebut tidak banyak melakukan aktivitas fisik.

Anak tersebut cenderung suka melakukan aktivitas fisik yang tidak banyak

mengeluarkan tenaga seperti main game, melukis, dan membaca buku. Hal

itu yang menyebabkan anak mendapatkan status gizi gemuk, karena

sebagian dari asupan makanan yang masuk kedalam tubuh akan diubah

menjadi energi untuk tubuh dalam melakukan aktivitas. Jika anak tidak

banyak melakukan aktivitas fisik maka asupan makanan tersebut akan

tetap ada didalam tubuh tidak dapat diproses menjadi sumber energi.

Asupan gizi akan menumpuk didalam tubuh dan menyebabkan status gizi

menjadi lebih ( gemuk). Hasil penelitian juga di dapatkan anak yang

melakukan pola makan baik memiliki status gizi sangat kurus, dapat

disebabkan karena anak mengalami sakit infeksi dalam 1 minggu terakhir

sehingga anak kesulitan menelan makanan (asupan zat gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh tidak terpenuhi). Anak yang melakukan pola makan

negatif tetapi status gizinya normal. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa

sebagian besar yang melakukan kebiasaan pola makan buruk adalah laki-

laki. Pola makan buruk dapat artikan kebiasaan mengkonsumsi makanan

yang mengandung lemak berlebih sehingga menyebabkan gizi lebih.

Makanan berlemak yang biasa dikonsumsi oleh anak laki-laki adalah


60

pizza, burger dan mie instan. Laki-laki yang memiliki kebiasaan pola

makan buruk tidak akan mengalami status gizi lebih karena saat

melakukan aktivitas anak laki-laki banyak mengeluarkan energi.

Berdasarkan hasil wawancara ditemukan sebagian besar anak laki-laki

banyak melakukan aktivitas fisik yang banyak mengeluarkan tenaga

seperti bermain sepak bola dan bermain bola voli. Sehingga pada laki-laki

jarang ditemukan penumpukan zat gizi yang dapat menyebabkan gizi lebih

karena sumber gizi yang masuk dalam tubuh laki-laki akan diubah menjadi

sumber energi.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pola makan anak usia sekolah di SDN Pohkecik Kecamatan Dlanggu

Kabupaten Mojokerto sebagian besar adalah pola makan baik, dan status gizi

nya sebagian besar normal. Ada hubungan pola makan dengan status gizi

anak usia sekolah di SDN Pohkecik Kecamatan Dlanggu Kabupaten

Mojokerto dibuktikan dengan diperoleh data p value = 0,003 , sedangkan α =

0,05 berarti p value < α, maka H0 ditolak, jika pola makan anak baik maka

status gizi anak akan normal, sebaliknya jika pola makan anak buruk makan

status gizi anak akan tidak seimbang.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi responden

Diharapkan bagi responden yaitu anak usia sekolah untuk menerapkan

pola makan sehat baik dirumah atau disekolah untuk mendapatkan status

gizi yang seimbang, karena sebagian besar siswa memiliki pola makan

baik sehingga status gizi normal. Diharapkan untuk yang pola makan nya

masih buruk untuk memperbaiki pola makannya menjadi baik karena

dengan demikian status gizi mereka pun dapat berubah yang mulanya

tidak seimbang menjadi normal

5.2.2 Bagi tempat penelitian ( SDN Pohkecik )

Diharapkan untuk tenaga pendidik menggiatkan pola makan yang baik

di sekolah dan menghimbau siswa nya untuk memilih makanan yang

61
62

higenis dan sehat saat di sekolah. Sehingga siswa dengan penuh kesadaran

dapat membiasakan diri melakukan pola makan yang baik setiap saat.

5.2.3 Bagi peneliti berikutnya

Diharapkan untuk dapat menggunakan desain penelitian, atau teknik

sampling yang berbeda sehingga dapat lebih mampu membantu dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan anak

terutama status gizi anak usia sekolah. Peneliti berikutnya juga diharapkan

untuk dapat memanajemen waktu karena mengingat keterbatasan waktu

yang diberikan oleh pihak sekolah sehingga penelitian ini dapat selesai

dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai