Anda di halaman 1dari 10

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 2 Kota Bengkulu untuk mengetahui

hubungan pengetahuan tentang fast food dengan frekuensi konsumsi fast food

pada remaja di SMAN 2 Kota Bengkulu.Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi

dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan meliputi

pembuatan proposal, survey awal, pengurusan surat izin pra penelitian dari

institusi pendidikan yaitu Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Penelitian dilakukan di

SMAN 2 Kota Bengkulu tahun 2017 penelitian dilakukan dengan cara diundi

sehingga di peroleh nama satu-persatu siswa tersebut sebagai sampel penelitian

sehingga sampe berjumlah 56 sampel.

Data peneliti diperoleh dari Formulir FFQ dan kuesioner pengetahuan yang

telah terkumpul diolah dengan cara dihitung manual dan kemudian dicatat dalam

tabel untuk selanjutnya dapat dianalisis. Setelah data selesai diolah, Selanjutnya

adalah pembuatan laporan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah

dianalisis.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara pengetahuan

tentang fast food dengan frekuensi konsumsi fast food pada remaja Di SMAN 2

Kota Bengkulu tahun 2017. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan

data primer yang diperoleh dengan menggunakan format cheklist FFQ dan

kuesioner pengetahuan untuk melihat hubungan antara pengetahuan tentang fast

42
43

food dengan konsumsi fast food pada remaja Di SMAN 2 Kota Bengkulu tahun

2017.

2. Analisis Univariat
Analisi univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran masing-masing

variabel dan frekuensi konsumsi fast food pada remaja Di SMAN 2 Kota

Bengkulu.
a. Gambaran pengetahuan tentang fast food pada remaja Di SMAN 2 Kota

Bengkulu
Gambaran pengetahuan tentang fast food siswa SMAN 2 Kota Bengkulu

dapat dilihat pada table 1.4.


Tabel 1.4 Gambaran pengetahuan tentang fast food pada remaja Di
SMAN 2 Kota Bengkulu
No Pengetahuan tentang fast
n Persentase (%)
food pada remaja
1. Tidak Baik 9 16.1
2. Baik 47 83.9
Total 56 100.0

Berdasarkan tabel 1.4 di atas dapat dilihat bahwa hampir seluruh remaja

memiliki pengetahuan yang baik (83,9%) tentang fast food.

b. Gambaran konsumsi fast food pada remaja Di SMAN 2 Kota Bengkulu.


Tabel 2.4 Gambaran konsumsi fast food pada remaja Di SMAN 2 Kota
Bengkulu
No Konsumsi fast food pada
n Persentase (%)
remaja
1. Sering 13 23.2
2. Jarang 43 76.8
Total 56 100.0
44

Berdasarkan tabel 2.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar remaja jarang

mengkonsumsi fast food (76,8%).

2. Analisis Bivariat

Dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan konsumsi fast

food dengan frekuensi konsumsi fast food dengan uji chi square ( ) dengan

tingkat kepercayaan 95 % atau α = 0,05.

Tabel 3.4 Hubungan antara pengetahuan tentang fast food dengan


konsumsi fast food pada remaja Di SMAN 2 Kota Bengkulu

Konsumsi fast food pada Total p


remaja
Pengetahuan
Sering Jarang
N % N % N %
Tidak Baik 8 88,9 1 11,1 9 100 0,0001
Baik 5 10,6 42 89,4 47 100
Total 13 23,2 43 76,8 56 100

Tabel 3.4 menunjukkan hampir seluruh remaja yang memiliki pengetahuan

baik tentang fast food jarang mengkonsumsi fast food (89,4%). Dan sampel yang

memiliki pengetahuan tidak baik sering mengkonsumsi fast food (88,9%). Hasil

uji statistik p=0,000<0,05 yang berarti terdapat hubungan antara pengetahuan

tentang fast food dengan konsumsi fast food pada remaja Di SMAN 2 Kota

Bengkulu.

B. Pembahasan
1. Gambaran pengetahuan tentang fast food pada remaja Di SMAN 2 Kota

Bengkulu

Hal ini menunjukan bahwa remaja memiliki pemahaman dan pengetahuan

mengenai makanan fast food hal ini dilihat dari remaja mengetahui apa itu
45

makanan fast food, dampak makanan bagi kesehatan kandungan makanan dan

remaja umumnya mengetahui dan gemar mengkonsumsi makanan fast food.

Peningkatan pola konsumsi masyarakat terhadap makanan cepat saji

membuktikan pada saat ini masyarakat Indonesia sebagai masyarakat konsumtif.

Menurut Marwanti (2000), perilaku seseorang dalam mengkonsumsi makanan

sangatlah subjektif. Pada umumnya ada tiga pengaruh seseorang dalam

mengkonsumsi makanan, yaitu (1) lingkungan keluarga, tempat seseorang hidup

dan dibesarkan. (2) lingkungan diluar sistem sosial keluarga yag mempengaruhi

langsung kepada dirinya maupun keluarganya, (3) dorongan yang berasal dari

dalam diri atau disebut faktor internal. Pada umumnya hal ini juga mempengaruhi

pola perilaku konsumsi terhadap makanan cepat saji.

Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok individu memilih

pangan apa yang dikonsumsi sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis,

psikologi dan sosial budaya. Perubahan kebiasaan makan dapat disebabkan oleh

faktor pendidikan gizi dan kesehatan serta aktivitas pemasaran atau distribusi

pangan. Kebiasaan makan remaja dipengaruhi oleh banyak faktor. Pertumbuhan

remaja, meningkatkan partisipasi dalam kehidupan sosial dan aktivitas remaja

sehingga dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan remaja tersebut.

Terdapat dua faktor lain yang mempengaruhi pola perilaku konsumsi

seseorang yaitu faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor-faktor yang termasuk dalam

faktor ekstrinsik yaitu pendidikan, tingkat pendapatan, lingkungan keluarga,

tempat tinggal serta kebudayaan yang terdapat di tempat tinggal seseorang.

Sedangkan yang termasuk dalam faktor intrinsik konsumsi makanan yaitu lebih ke

selera seseorang, aktivitas dan kondisi sosial (Khumaidi, 1994).


46

Pengetahuan yang diperoleh seseorang selama menempuh pendidikan

khususnya pengetahuan tentang kesehatan akan mempengaruhi mereka dalam

menentukan makanan yang akan mereka konsumsi. Menurut Almatsir (2002:4),

pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui tentang makanan dalam

hubungannya dengan kesehatan optimal.

3. Gambaran konsumsi fast food pada remaja Di SMAN 2 Kota Bengkulu.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat (51,8%) remaja jarang

konsumsi fast food. Hal ini menunjukan remaja jarang mengkonsumsi makanan

fast Food, namun berdasarkan fakta yang ada dilapangan menunjukan bahwa

remaja cenderung memiliki kegemaran terhadap makanan ini, makanan fast food

sedang digandrungi dan menjadi tren makanan yang disukai oleh masyarakat

terutama pada remaja.

Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa pola perilaku

konsumsi adalah tindakan yang dilakukan seseorang dalam memilih makanan apa

yang akan dkonsumsinya. Tindakan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti lingkungan keluarga, sosial budaya dan lainnya. Pola perilaku konsumsi

yang dilakukan seseorang juga merupakan bagaimana mereka memenuhi

kebutuhan makan mereka.

Cara seseorang atau kelompok memilih dan makannya sebagai tanggapan

terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial disebut pola makanan.

Pola makanan dinamakan pula kebiasaan makan (Suhardjo, 1986). Termasuk

dalam fisiologis yaitu usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan

sebagainya. Ketika usia seseorang tersebut termasuk kedalam golongan usia lanjut

usia (lansia) akan berbeda pemilihan makanan dengan usia remaja. Sedangkan
47

yang dimaksudkan dalam psikologi menurut Suhardjo (2014) sikap manusia

terhadap makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan respon-

respon yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap makanan sejak masa kanak-

kanak. Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang akan menyukai suatu jenis

makanan apabila pengalaman terhadap makanan itu baik dan sebaliknya.

Misalnya ketika mencoba makanan instan seperti mie dan respon dari makanan itu

baik maka seseorang itu akan kembali ingin merasakannya.

4. Hubungan pengetahuan tentang fast food dengan konsumsi fast food pada

remaja Di SMAN 2 Kota Bengkulu

Untuk hasil pengetahuan terdapat 47 orang siswa yang pengetahuannya baik

dan siswa yang jarang mengkonsumsi fast food terdapat 43 orang. Dari hasil

diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan tentang fast food berhubungan dengan

frekuensi konsumsi fast food. Pada saat melakukan wawancara terbuka siswa

mengungkapkan bahwa fast food itu tidak baik untuk kesehatan dan menurut

siswa fast food itu bisa menyebabkan kegemukan dan penyakit. Sedangkan ada

juga yang mengungkapkan bahwa mereka mengetahui tentang fast food itu dari

iklan televisi, media cetak dan internet.

Hal ini sejalan dan penelitian yang telah dilakukakan Sihaloho (2012),

hubungan pengetahuan remaja tentang konsumsi makan dengan pola konsumsi

fast food” menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara kedua

variabel, dapat dilihat dari pengetahuan konsumsi makanan siswa dalam kategori

baik sebesar 78,4%. Sebagian besar siswa (72,5%) menyatakan tidak setuju

terhadap fast food dan sebagian besar siswa (84,3%) memilih makanan jenis tidak

lengkap.
48

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan

perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada

keadaan gizi yang bersangkutan. Pengetahuan gizi yang tidak memadai,

kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang

kurang tentang kontribusi gizi dari berbagai jenis makanan akan menimbulkan

masalah kecerdasan dan produktifitas.

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap perilaku

memilih makanan, yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami

manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan tentang

fast food, baik yang menyangkut apa itu fast food, jenis-jenis fast food, maupun

akibatnya jika mengonsumsi fast food perlu diketahui banyak orang khususnya

bagi remaja guna menghambat peningkatan angka kejadian penyakit jika

mengonsumsi fast food. Selain itu pengetahuan tentang pola makan juga harus

mendapatkan perhatian yang serius, karena jika dilihat sepertinya ada keterkaitan

yang erat antara pengetahuan remaja terhadap prilaku mengonsumsi fast food

(Almatsier, 2011).
49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan Di SMAN 2 Kota Bengkulu tentang

gambaran hubungan antara pengetahuan tentang fast food dengan frekuensi

konsumsi fast food pada remaja Di SMAN 2 Kota Bengkulu dapat disimpulkan

bahwa :

1. Hampir seluruh siswa kelas X IPS SMAN 2 Kota Bengkulu yang menjadi

sampel penelitian ini diperoleh pengetahuan yang baik tentang makanan fast

food.

2. Hampir seluruh siswa kelas X IPS SMAN 2 Kota Bengkulu jarang

mengkonsumsi fast food.


50

3. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang fast food dengan frekuensi

konsumsi fast food pada remaja Di SMAN 2 Kota Bengkulu.

B. Saran

1. Bagi Siswa

Hendaknya menjaga status gizi dengan cara mengatur pola makan

secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan gizi, misalnya dengan

mengkosumsi makanan yang bergizi seimbang. Hasil penelitian dapat

menunjukkan bahwa konsumsi makanan fast food yang dikonsumsi sering

kali berlebih dan remaja pada umumnya sangat menyukai makananyang

sedang menjadi tren seperti fast food dan sangat disukai oleh remaja. Dan

nutrisi harus terpenuhi terutama kebutuhan buah-buahan dan sayuran.


50
2. Bagi Pihak sekolah

Diharapkan kepada pihak sekolah untuk melakukan penyuluhan dan

edukasi kepada siswa mengenai makanan yang bergizi seimbang dan fast

food.

3. Bagi Peneliti

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat guna

menambah wawasan ilmu pengetahuan gizi dan frekuensi konsumsi fast food,

serta meningkatkan kesadaran siswa tentang pengetahuan gizi yang harus

dimiliki guna mencapai status gizi baik dan kesehatan optimal.


51

Anda mungkin juga menyukai