BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Jalannya Penelitian
hubungan pengetahuan tentang fast food dengan frekuensi konsumsi fast food
dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan meliputi
pembuatan proposal, survey awal, pengurusan surat izin pra penelitian dari
SMAN 2 Kota Bengkulu tahun 2017 penelitian dilakukan dengan cara diundi
Data peneliti diperoleh dari Formulir FFQ dan kuesioner pengetahuan yang
telah terkumpul diolah dengan cara dihitung manual dan kemudian dicatat dalam
tabel untuk selanjutnya dapat dianalisis. Setelah data selesai diolah, Selanjutnya
adalah pembuatan laporan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah
dianalisis.
tentang fast food dengan frekuensi konsumsi fast food pada remaja Di SMAN 2
data primer yang diperoleh dengan menggunakan format cheklist FFQ dan
42
43
food dengan konsumsi fast food pada remaja Di SMAN 2 Kota Bengkulu tahun
2017.
2. Analisis Univariat
Analisi univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran masing-masing
variabel dan frekuensi konsumsi fast food pada remaja Di SMAN 2 Kota
Bengkulu.
a. Gambaran pengetahuan tentang fast food pada remaja Di SMAN 2 Kota
Bengkulu
Gambaran pengetahuan tentang fast food siswa SMAN 2 Kota Bengkulu
Berdasarkan tabel 1.4 di atas dapat dilihat bahwa hampir seluruh remaja
Berdasarkan tabel 2.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar remaja jarang
2. Analisis Bivariat
food dengan frekuensi konsumsi fast food dengan uji chi square ( ) dengan
baik tentang fast food jarang mengkonsumsi fast food (89,4%). Dan sampel yang
memiliki pengetahuan tidak baik sering mengkonsumsi fast food (88,9%). Hasil
tentang fast food dengan konsumsi fast food pada remaja Di SMAN 2 Kota
Bengkulu.
B. Pembahasan
1. Gambaran pengetahuan tentang fast food pada remaja Di SMAN 2 Kota
Bengkulu
mengenai makanan fast food hal ini dilihat dari remaja mengetahui apa itu
45
makanan fast food, dampak makanan bagi kesehatan kandungan makanan dan
dan dibesarkan. (2) lingkungan diluar sistem sosial keluarga yag mempengaruhi
langsung kepada dirinya maupun keluarganya, (3) dorongan yang berasal dari
dalam diri atau disebut faktor internal. Pada umumnya hal ini juga mempengaruhi
psikologi dan sosial budaya. Perubahan kebiasaan makan dapat disebabkan oleh
faktor pendidikan gizi dan kesehatan serta aktivitas pemasaran atau distribusi
sehingga dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan remaja tersebut.
seseorang yaitu faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor-faktor yang termasuk dalam
Sedangkan yang termasuk dalam faktor intrinsik konsumsi makanan yaitu lebih ke
konsumsi fast food. Hal ini menunjukan remaja jarang mengkonsumsi makanan
fast Food, namun berdasarkan fakta yang ada dilapangan menunjukan bahwa
remaja cenderung memiliki kegemaran terhadap makanan ini, makanan fast food
sedang digandrungi dan menjadi tren makanan yang disukai oleh masyarakat
konsumsi adalah tindakan yang dilakukan seseorang dalam memilih makanan apa
seperti lingkungan keluarga, sosial budaya dan lainnya. Pola perilaku konsumsi
terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial disebut pola makanan.
dalam fisiologis yaitu usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan
sebagainya. Ketika usia seseorang tersebut termasuk kedalam golongan usia lanjut
usia (lansia) akan berbeda pemilihan makanan dengan usia remaja. Sedangkan
47
respon yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap makanan sejak masa kanak-
kanak. Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang akan menyukai suatu jenis
Misalnya ketika mencoba makanan instan seperti mie dan respon dari makanan itu
4. Hubungan pengetahuan tentang fast food dengan konsumsi fast food pada
dan siswa yang jarang mengkonsumsi fast food terdapat 43 orang. Dari hasil
diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan tentang fast food berhubungan dengan
frekuensi konsumsi fast food. Pada saat melakukan wawancara terbuka siswa
mengungkapkan bahwa fast food itu tidak baik untuk kesehatan dan menurut
siswa fast food itu bisa menyebabkan kegemukan dan penyakit. Sedangkan ada
juga yang mengungkapkan bahwa mereka mengetahui tentang fast food itu dari
Hal ini sejalan dan penelitian yang telah dilakukakan Sihaloho (2012),
fast food” menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara kedua
variabel, dapat dilihat dari pengetahuan konsumsi makanan siswa dalam kategori
baik sebesar 78,4%. Sebagian besar siswa (72,5%) menyatakan tidak setuju
terhadap fast food dan sebagian besar siswa (84,3%) memilih makanan jenis tidak
lengkap.
48
perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang
kurang tentang kontribusi gizi dari berbagai jenis makanan akan menimbulkan
fast food, baik yang menyangkut apa itu fast food, jenis-jenis fast food, maupun
akibatnya jika mengonsumsi fast food perlu diketahui banyak orang khususnya
mengonsumsi fast food. Selain itu pengetahuan tentang pola makan juga harus
mendapatkan perhatian yang serius, karena jika dilihat sepertinya ada keterkaitan
yang erat antara pengetahuan remaja terhadap prilaku mengonsumsi fast food
(Almatsier, 2011).
49
BAB V
A. Kesimpulan
konsumsi fast food pada remaja Di SMAN 2 Kota Bengkulu dapat disimpulkan
bahwa :
1. Hampir seluruh siswa kelas X IPS SMAN 2 Kota Bengkulu yang menjadi
sampel penelitian ini diperoleh pengetahuan yang baik tentang makanan fast
food.
B. Saran
1. Bagi Siswa
sedang menjadi tren seperti fast food dan sangat disukai oleh remaja. Dan
edukasi kepada siswa mengenai makanan yang bergizi seimbang dan fast
food.
3. Bagi Peneliti
menambah wawasan ilmu pengetahuan gizi dan frekuensi konsumsi fast food,