Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU

ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI PEMILIHAN MAKANAN


JAJANAN DENGAN STATUS GIZI DI SD NEGERI KUDU 02
KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :

CHOLIFATUR ROSYIDAH
J 310 100 101

PROGRAM STUDI ILMU GIZI S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

1
HALAMAN PERSETUJUAN

ARTIKEK PUBLIKASI ILMIAH

Judul Penelitian : Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan


Perilaku Anak Sekolah Dasar mengenai
Pemilihan Makanan Jajanan dengan Status
Gizi Di SD Negeri Kudu 02 Baki Kabupaten
Sukoharjo

Nama Mahasiswa : Cholifatur Rosyidah

Nomor Induk Mahasiswa : J 310 100 101

Telah Disetuji oleh Pembimbing Skripsi Program Ilmu Gizi Jenjang S1 Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
pada tanggal 15 Desesember 2014
dan Layak untuk Dipublikasikan

Surakarta, Januari 2015

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

(Muwakidah, SKM,. M.Kes) (Eni Purwani, Ssi, M.si)


NIK/NIDN: 865/06-2701-7302 NIK/NIDN: 1010/06-2501-7201

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Surakarta

(Setyaningrum Rahmawaty, A, M.Kes, PhD)


NIK/NIDN: 744/06-2312-7301

2
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU
ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI PEMILIHAN MAKANAN
JAJANAN DENGAN STATUS GIZI DI SD NEGERI KUDU 02
KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

Cholifatur Rosyidah*

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah


Surakarta
Email : Momosy98@gmail.com

ABSTRACT
Child is an age group with risk of disease transmission through food and
beverage. Children buy snacks and foods according to their want without
considering what ingredients are contained the snacks and foods. Snacks and
foods that are not meeting health and nutritional requirements adequately will
threat health and appetite of the children. If it occurs for long time, it will affect
nutritional status.
Correlation Between level of Knowledge and Behavior of Elementary
School Student about Food and Snack preference and Nutritional Status of the
Children in SD Negeri Kudu 02 Baki, Sukoharjo Regency.
The research is observational one with cross-sectional approach. Population of
the research is all students of class IV-VI amounting to 60 children. Sample of the
research is 41 children. Correlation is examined by using Rank Spearman test.
Results of the research indicated that the elementary school students had
good knowledge level of food and snacks preference, namely 70.7%. Most of the
elementary school students had not good behavior about food and snack
preference, namely 58.5%. Majority of the students had normal nutritional status,
namely 78%, whereas children with abnormal nutritional status were 22%. Result
of The Rank Spearman test showed that correlation between knowledge level
and preference of food and snack was p-value = 0.7771 and correlation between
behavior and preference of food and snack was p-value = 0.540. There is no
correlation between level of knowledge and behavior of elementary school
students about food and snack preference and nutritional status.

ABSTRAK
Anak-anak merupakan salah satu kelompok yang berisiko tinggi tertular
penyakit melalui makanan maupun minuman. Anak-anak membeli makanan jajanan
menurut kesukaannya tanpa memikirkan bahan-bahan yang terkandung di
dalamnya. Makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan gizi akan
mengancam kesehatan dan nafsu makan anak menjadi berkurang. Apabila hal ini
berlangsung lama akan mempengaruhi status gizi.
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku anak
sekolah dasar mengenai pemilihan makanan jajanan terhadap status gizi anak di SD
Negeri Kudu 02 Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan pendekatan
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas IV-VI yang
berjumlah 60 anak dan sampel dalam penelitian ini 41 anak. Uji hubungan
berdasarkan kenormalan data menggunakan uji korelasi Rank Spearman

3
Hasil penelitian tingkat pengetahuan anak SD mengenai pemilihan makanan
jajanan mayoritas memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu 70,7%. Perilaku
anak SD mengenai pemilihan makanan jajanan mayoritas memiliki perilaku yang
tidak baik yaitu 58,5%. Status gizi anak SD mayoritas memiliki status gizi yang
normal yaitu 78% sedangkan anak dengan status gizi tidak normal yaitu 22%. Uji
hubungan tingkat pengetahuan mengenai pemilihan makanan jajanan dengan status
gizi menggunakan uji Rank Spearman menunjukan nilai p= 0,771 dan uji hubungan
perilaku mengenai pemilihan makanan jajanan dengan status gizi menggunakan uji
Rank Spearman menunjukkan nilai p= 0,540. Tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dan perilaku anak sekolah dasar mengenai pemelihan makanan
jajanan dengan status gizi.

PENDAHULUAN (WHO, 2006). Frekuensi kejadian


Makanan jajanan sangat luar biasa (KLB) keracunan makanan
beragam jenisnya dan berkembang pada anak di sekolah meningkat
pesat di Indonesia. Makanan jajanan pada tahun 2004. KLB tertinggi
dapat memberikan kontribusi zat gizi terjadi pada anak sekolah dasar (SD)
dalam tubuh yaitu berkisar antara 10- yaitu 19 kejadian dengan jumlah
20%. Energi yang didapat dari korban sakit sebanyak 575 orang
makanan jajanan 17,36%, protein (Sekretariat Jenderal Jejaring
12,4%, karbohidrat 15,1% dan lemak Intelijen Pangan, 2005). Banyak
21,1% terhadap konsumsi sehari jajanan yang kurang memenuhi
(Ulya, 2003). Makanan jajanan juga syarat kesehatan sehingga justru
merupakan masalah yang perlu mengancam kesehatan anak
menjadi perhatian masyarakat, (Khomsan, 2003).
karena terdapat beberapa makanan Penelitian Djaja (2003) di 3
jajanan yang tidak higienis sehingga (tiga) jenis tempat pengelolaan
sangat berisiko terhadap cemaran makanan (TPM) menyimpulkan
yang dapat mengganggu kesehatan. bahwa pedagang kaki lima berisiko
Anak sekolah dasar sangat rentan 3,5 kali lipat terhadap terjadinya
dalam masalah ini karena anak kontaminasi makanan dibandingkan
tersebut belum mengerti cara memilih dengan usaha jasaboga, restoran
jajanan yang sehat sehingga dapat dan rumah makan. Hasil penelitian
berakibat buruk pada kesehatannya tentang sekolah sehat yang dilakukan
sendiri (Suci, 2009). Anak sekolah oleh Pusat Pengembangan Kualitas
biasanya sering melupakan sarapan Jasmani Depdiknas tahun 2007 pada
pagi dan memilih membeli makanan 640 SD di 20 provinsi yang diteliti,
jajanan di sekolah. Anak-anak sebanyak 40% belum memiliki kantin.
membeli makanan jajanan menurut Sementara dari yang telah memiliki
kesukaannya tanpa memikirkan kantin (60%) sebanyak 84.3%
bahan-bahan yang terkandung di kantinnya belum memenuhi syarat
dalamnya (Judarwanto, 2008). kesehatan, sehingga dapat
Anak-anak merupakan salah menimbulkan dampak yang tidak baik
satu kelompok yang berisiko tinggi bagi gizi dan kesehatan anak. Hasil
tertular penyakit melalui makanan pemantauan BPOM tahun 2011
maupun minuman (Antara, 2004). menunjukkan ada 35.5% makanan
Anak-anak sering menjadi korban jajanan anak sekolah tidak memenuhi
penyakit bawaan makanan akibat syarat keamanan. Laporan surveilan
konsumsi makanan yang dibeli di Direktorat Surveilan dan Penyuluhan
kantin sekolah atau penjaja kaki lima Keamanan Pangan BPOM

4
menunjukkan selama tahun 2004 di yang memadai, akan menanamkan
seluruh Indonesia telah terjadi kebiasaan dan penggunaan bahan
kejadian luar biasa (KLB) keracunan makanan yang baik. Sehingga
makanan sebanyak 164 kejadian di pengetahuan gizi akan
25 provinsi yang mencakup 7.366 mempengaruhi perilaku (Azwar,
kasus dan 51 diantaranya meninggal 2008).
dunia. Perilaku seorang anak adalah
Rendahnya tingkat keamanan komponen penting yang berpengaruh
Pangan Jajanan Anak Sekolah dalam memilih jajanan. Blum et al
(PJAS) masih menjadi permasalahan (2003) mengemukakan bahwa
penting. Data pengawasan PJAS perilaku yaitu faktor terbesar setelah
yang dilakukan Badan POM RI cq faktor lingkungan yang
Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi mempengaruhi kesehatan individu,
Pangan bersama 26 Balai kelompok atau masyarakat. Tingkat
Besar/Balai POM di seluruh pengetahuan gizi anak berpengaruh
Indonesia pada tahun 2007 terhadap perilaku dalam pemilihan
menunjukkan bahwa 45% PJAS tidak makanan dan selanjutnya akan
memenuhi syarat karena berpengaruh pada keadaan gizi
mengandung bahan kimia berbahaya anak. Keadaan gizi yang rendah
seperti formalin, boraks, rhodamin, akan menentukan tingginya angka
mengandung Bahan Tambahan prevalensi kurang gizi. Status gizi
Pangan (BTP), seperti siklamat dan kurang dapat disebabkan oleh
benzoat melebihi batas aman, serta kualitas dan kuantitas makanan.
akibat cemaran mikrobiologi. Anak sering melupakan makanan
Faktor-faktor yang utama dan lebih memilih makanan
mempengaruhi pemilihan jajanan jajanan yang di jual di sekolah atau
meliputi faktor intern dan faktor lingkungan rumah. Makanan jajanan
ekstern. Faktor intern mencakup yang kurang memenuhi syarat
pengetahuan khususnya kesehatan dan gizi akan mengancam
pengetahuan gizi, kecerdasan, kesehatan anak dan nafsu makan
kepribadian, pengalaman pribadi, dan anak menjadi berkurang. Apabila hal
faktor emosional. Faktor ekstern tersebut berlangsung lama akan akan
meliputi orang tua, keluarga, mempengaruhi status gizi anak
lingkungan, pengaruh orang lain, (Purtianingsih,2010). Asupan
kebudayaan, media massa, lembaga makanan yang tidak sesuai dapat
pendidikan dan agama. Pengetahuan menyebabkan masalah gizi pada
merupakan faktor intern yang anak, baik gizi kurang dan gizi lebih
mempengaruhi pemilihan makanan (Proverawati dan Wati, 2011).
jajanan. Pengetahuan gizi adalah Berdasarkan hasil survei
kepandaian memilih jajanan yang pendahuluan yang dilakukan di SD
merupakan sumber zat gizi dan Negeri Kudu 02 Kecamatan Baki
kepandaian dalam memilih jajanan Kabupaten Sukoharjo menunjukkan
yang sehat (Notoatmodjo, 2003). bahwa 54% siswa memiliki status
Pendidikan dan pengetahuan gizi yang kurang. Menurut survei
merupakan faktor tidak langsung awal banyak dijumpai penjual
yang dapat mempengaruhi perilaku makanan jajanan di luar gerbang dan
seseorang. Pengetahuan yang di samping sekolah seperti cilok, es,
diperoleh seseorang tidak terlepas bakso goreng, ciki, wafer dan lain-
dari pendidikan. Pengetahuan gizi lain. Berdasarkan survei tersebut
yang ditunjang dengan pendidikan terlihat banyak siswa yang membeli

5
jajanan baik di luar gerbang maupun
di warung samping sekolah. METODOLOGI PENELITIAN
Kebanyakan jajanan yang dijual Penelitian ini merupakan
hanya mengandung karbohidrat dan penelitian yang bersifat
garam saja yang hanya membuat observasional dengan pendekatan
anak cepat kenyang. Hal ini dapat cross sectional. Populasi dalam
mengganggu nafsu makan anak penelitian ini adalah seluruh siswa
sehingga konsumsi makan anak kelas IV-VI di SD Negeri Kudu 02
kurang dan jumlah energi yang di Baki Sukoharjo dengan sampel 41
dapat dari jajanan jauh lebih rendah anak . Data yang diperlukan dalam
dari jumlah energi yang dibutuhkan penelitian ini adalah data primer
tubuh. Tempat para pedagang kaki yang meliputi identitas responden,
lima yang ada di luar gerbang tingkat pengetahuan, perilaku, berat
sekolah dan berada di pinggir jalan badan dan tinggi badan. Data tingkat
mengakibatkan makanan jajanan pengetahuan diperoleh
yang dijual tidak higienis, karena menggunakan alat bantu berupa
dapat terkontaminasi oleh kotoran kuesioner, data perilaku diperoleh
seperti debu. Saos yang yang dengan cara observasi selama tiga
digunakan pedagang memiliki tekstur hari berturut-turut pada saat jam
yang encer dengan warna agak istirahat pertama dan dibantu
mencolok. Selain itu pedagang menggunakan kuesioner melalui
menjual minuman serbuk sari wawancara pada hari terakhir. Data
dengan berbagai macam rasa yang sekunder pada penelitian ini berupa
mengandung pemanis buatan gambaran umum dan jumlah siswa.
sehingga berbahaya bagi tubuh
apabila dikonsumsi secara terus HASIL PENELITIAN
menerus seperti aspartam dan A. Karakteristik Responden
siklamat. Berdasarkan latar belakang Berikut ini merupakan
di atas, perlu dikaji tentang seberapa karakteristik responden menurut
besar tingkat pengetahuan dan umur, jenis kelamin dan
perilaku anak sekolah dasar pekerjaan ayah dalam Tabel 1.
mengenai pemilihan makanan
jajanan yang berhubungan dengan
status gizi anak di SD Negeri Kudu
02 Kecamatan Baki Kabupaten
Sukoharjo.
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara
tingkat pengetahuan dan perilaku
anak sekolah dasar mengenai
pemilihan makanan jajanan dengan
status gizi anak di SD Negeri Kudu
02 Kecamatan Baki Kabupaten
Sukoharjo

6
Tabel 1.
Distribusi Karakteristik Responden
Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%)
Umur
9 6 14,6
10 18 43,9
11 13 31,7
12 4 9,8
Total 41 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 23 56,1
Perempuan 18 43,9
Total 41 100
Pekerjaan
Buruh 30 73,2
Swasta 8 19,5
PNS 3 7,3
Total 41 100

Karakteritik responden
pada Tabel 1. Dapat diketahui responden yang berjenis kelamin
bahwa distribusi responden laki-laki yaitu sebesar 56,1%, dan
menurut umur paling banyak responden yang berjenis kelamin
adalah responden dengan umur perempuan yaitu sebesar 43,9%.
10 tahun yaitu sebanyak 43,9%, Distribusi responden menurut
sedangkan paling sedikit yaitu pekerjaan orang tua pada tabel atas
responden dengan umur 12 dapat diketahui bahwa pekerjaan
tahun sebanyak 9,8%. Distribusi ayah responden mayoritas buruh
responden menurut jenis kelamin yaitu sebesar 73,2%.
dapat diketahui bahwa
B. Hasil Analisis Data Univariat

Tabel 2.
Distribusi Responden Menurut Pengetahuan, Perilaku dan Status gizi
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
Tingkat Pengetahuan
Baik 29 70,7
Tidak Baik 12 29,3
Total 41 100
Perilaku
Baik 17 41,5
Tidak Baik 24 58,5
Total 41 100
Status gizi
Normal 32 78
Tidak Normal 9 22
Total 41 100

7
Berdasarkan hasil sebanyak 22%. Pada status gizi
penelitian tingkat pengetahuan tidak normal terpecah menjadi
anak sekolah dasar mengenai status gizi obesitas yaitu
pemilihan makanan jajanan sebanyak 2 anak, status gizi
mayoritas memiliki tingkat gemuk yaitu sebanyak 2 anak
pengetahuan yang baik yaitu dan status gizi kurus yaitu
sebesar 70,7%, sedangkan sebanyak 5 anak.
responden yang memiliki tingkat
pengetahuan tidak baik yaitu C. Hasil Analisis Data Statistik
sebesar 29,3%. Perilaku 1. Hubungan antara Pengetahuan
responden mengenai pemilihan dan perilaku Anak Sekolah Dasar
makanan jajanan yang baik Mengenai Pemilihan Makanan
sebanyak 41,5%, sedangkan Jajanan dengan Status Gizi
perilaku responden yang tidak Berdasarkan hasil analisis
baik yaitu sebanyak 58,5%. hubungan antara pengetahuan
Status gizi anak yang diukur dan perilaku anak sekolah dasar
dengan indikator IMT/U mengenai pemilihan makanan
mayoritas memiliki status gizi jajanan dengan status gizi dapat
yang normal yaitu sebanyak dilihat pada Tabel 3.
78%, sedangkan anak dengan
status gizi tidak normal yaitu

Tabel 3.
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan perilaku dengan Status Gizi (IMT/U)
Status gizi
Variabel Normal Tidak Normal
N % N %
Tingkat Pengetahuan
Baik 22 75,9 7 24,1 0,771
Tidak Baik 10 83,3 2 16,7
Perilaku
Baik 12 70,6 5 29,4 0,540
Tidak Baik 20 83,3 4 16,7

Tabel diatas tingkat ada kecenderungan hubungan


pengetahuan baik dan tidak baik antara pengetahuan mengenai
sebagian besar memiliki status gizi pemilihan makanan jajanan dengan
normal yaitu 75,9% dan 83,3%. Hal status gizi anak. Hal ini dapat
ini menunjukkan bahwa tidak ada dinyatakan bahwa meskipun
kecenderungan hubungan antara responden memiliki perilaku yang
pengetahuan mengenai pemilihan tidak baik akan tetapi memiliki status
makanan jajanan dengan status gizi gizi yang normal.
anak.
Persentase yang tidak PEMBAHASAN
berbeda jauh pada status gizi normal A. Karakteristik Responden
yang memiliki perilaku yang baik 1. Karakteristik Responden
(70,6%) dengan status gizi normal menurut umur
yang memliki perilaku tidak baik Berdasarkan hasil
(83,3%) menunjukkan bahwa tidak penelitian responden dengan

8
umur 10 tahun yaitu sebanyak dengan anak laki-laki sampai
43,9%, sedangkan paling sedikit umur 12,5 tahun (Arisman,
yaitu responden dengan umur 12 2004). Sedangkan dalam
tahun sebanyak 9,8%. Anak usia kebutuhan zat gizi, anak laki-laki
9-12 tahun merupakan anak usia memiliki kebutuhan zat gizi lebih
sekolah dasar, dimana pada usia tinggi dibandingkan anak
tersebut anak berada di kelas IV perempuan karena anak laki-laki
sampai VI sekolah dasar. Usia 9- memiliki aktivitas fisik yang lebih
12 anak dapat membaca, belajar tinggi (Departemen Gizi dan
menggunakan dan Kesehatan Masyarakat, 2007).
merepresentasikan objek dengan 3. Karakteristik Responden
gambaran dan katakata. Selain berdasarkan pekerjaan orang tua
itu anak juga memiliki Berdasarkan hasil
kemampuan untuk berpikir penelitian pekerjaan orang tua
secara abstrak, menalar secara responden mayoritas buruh yaitu
logis, dan menarik kesimpulan sebesar 73,2%. Kebanyakan dari
dari informasi yang tersedia orang tua yang bekerja adalah
(Sumantri dan Johar ,2005). ayah responden, sedangkan ibu
Golongan umur ini, anak sekolah dari responden tidak bekerja atau
membutuhkan banyak perhatian sebagai ibu rumah tangga.
baik dari keluarga, lingkungan Pekerjaan orang tua
dan teman-teman di sekitarnya. merupakan salah satu faktor
Anak juga memiliki aktivitas di yang mempengaruhi masalah
luar rumah sehingga sering gizi karena pekerjaan orang tua
melupakan waktu dan sudah berkaitan dengan penghasilan
lebih aktif memilih makanan yang keluarga yang digunakan untuk
disukai (Ruslianti, 2013). kesejahteraan hidup seperti daya
2. Karakteristik Responden beli keluarga. Keluarga dengan
berdasarkan jenis kelamin penghasilan terbatas dan tidak
Berdasarkan hasil tetap akan mempengaruhi
penelitian responden yang kebutuhan makanan dalam
berjenis kelamin laki-laki yaitu kesehariannya, baik kualitas
sebesar 56,1%, dan responden maupun kuantitas. Sedangkan
yang berjenis kelamin status pekerjaan ibu dapat
perempuan yaitu sebesar 43,9%. berpengaruh pada perilaku dan
Jenis kelamin merupakan salah kebiasaan pola makan anak
satu faktor yang dapat (Kunanto, 1991).
mempengaruhi kebutuhan gizi
seseorang. Perempuan lebih B. Hasil analisis data Univariat
banyak mengandung lemak 1. Distribusi Responden Menurut
dalam tubuhnya yang mana lebih Pengetahuan
banyak jaringan tidak aktif di Berdasarkan hasil
dalam tubuhnya, meskipun penelitian yang dilakukan di SD
mempunyai berat badan yang Negeri Kudu 02 Baki Sukoharjo
sama dengan anak laki-laki dapat diketahui bahwa tingkat
(kartasapoetra dan Marsetyo, pengetahuan anak sekolah
2008). Selain itu, anak dasar mengenai pemilihan
perempuan juga memiliki makanan jajanan mayoritas
pertumbuhan tinggi badan yang memiliki tingkat pengetahuan
lebih cepat 2 tahun dibandingkan yang baik yaitu sebesar 70,7%,

9
sedangkan responden yang 2005). Selain itu terdapat faktor
memiliki tingkat pengetahuan lain yang dapat menambah
tidak baik yaitu sebesar 29,3%. pengetahuan anak mengenai
Persentase yang tinggi pada pemilihan makanan jajanan
tingkat pengetahuan responden yaitu informasi. Informasi akan
yang baik dapat disebabkan memberikan pengaruh pada
oleh kualitas bapak/ibu guru pengetahuan seseorang.
dalam mengajar serta materi Meskipun seseorang memiliki
yang diberikan sekolah lebih pendidikan yang rendah tetapi
menunjang, dimana terdapat jika ia mendapatkan informasi
materi mengenai gizi pada yang baik dari berbagai media
pelajaran IPA. Hal tersebut juga misalnya TV, radio atau surat
didukung dengan beberapa kabar maka hal itu akan dapat
fasillitas yang dimiliki oleh SD meningkatkan pengetahuan
Negeri Kudu 02 Baki Sukoharjo seseorang.
seperti penggunaan layar LCD 2. Distribusi Responden menurut
sebagai media dalam proses Perilaku
belajar sehingga hal tersebut Berdasarkan hasil
menyebabkan anak lebih penelitian di SD Negeri Kudu 02
semangat dan tidak mudah Baki Sukoharjo dapat diketahui
bosan dalam mengikuti proses bahwa perilaku responden
belajar. mengenai pemilihan makanan
Pengetahuan mengenai jajanan yang baik sebanyak
makanan jajanan adalah 41,5%, sedangkan perilaku
kepandaian memilih makanan responden yang tidak baik yaitu
yang merupakan sumber zat sebanyak 58,5%. Kebanyakan
gizi dan kepandaian dalam anak dalam memilih makanan
memilih makanan jajanan yang jajanan memiliki perilaku yang
sehat (Notoatmodjo, 2003). tidak baik. Hal tersebut dapat
Pengetahuan gizi meliputi disebabkan karena anak
pengetahuan mengenai tersebut terpengaruh oleh
pemilihan bahan makanan dan lingkungan sekitar seperti
konsumsi sehari-hari dengan teman sebayanya yang memiliki
baik guna memberikan semua perilaku tidak baik. Golongan
zat gizi yang dibutuhkan untuk anak usia sekolah dasar
fungsi tubuh. Pemilihan dan mempunyai karakteristik suka
konsumsi bahan makanan meniru apa yang dilihat dan
dapat mempengaruhi status gizi dilakukan orang lain di
seseorang (Almatsier, 2006). sekitarnya.
Tingkat pengetahuan Hasil penelitian
anak dapat dipengaruhi oleh menunjukan bahwa lebih
beberapa faktor yaitu banyak responden memiliki
berdasarkan pengalaman hidup perilaku yang tidak baik. Selain
anak, pengaruh keluarga, guru, faktor pengetahuan terdapat
dan orang lain yang dianggap faktor lain yang dapat
penting. Tingkat pengetahuan mempengaruhi perilaku anak
yang baik dapat menambah baik faktor intern maupun faktor
pengetahuan anak mengenai ekstern.
pemilihan makanan jajanan dan Saat proses observasi
makanan yang bergizi (Solihin, berlangsung, bahwa pada saat

10
jam istirahat anak-anak Tingkat pengetahuan baik
menjajakan uang mereka untuk dan tidak baik sebagian besar
membeli makanan jajanan dan memiliki status gizi normal yaitu
langsung mengkonsumsi 75,9% dan 83,3%. Hal ini
makanan jajanan tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
tanpa mencuci tangan terlebih kecenderungan hubungan
dahulu. Mencuci tangan dapat antara pengetahuan mengenai
meminimalkan bakteri/kuman pemilihan makanan jajanan
yang terdapat di telapak tangan dengan status gizi anak.
sehingga dapat mencegah Hal tersebut diperkuat
terjadinya penyakit seperti diare oleh uji Rank Spearman dengan
dan cacingan. Berdasarkan nilai sebesar 0,771 sehingga
penelitian dari Zaidina Umar H0 diterima. Hal ini berarti tidak
(2006) menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat
perilaku cuci tangan memakai pengetahuan anak sekolah
air dan sabun sebelum makan dasar mengenai pemilihan
terbukti terdapat hubungan makanan jajanan dengan status
yang bermakna dengan gizi di SD Negeri Kudu 02 Baki
kejadian kecacingan. Sukoharjo. Hal ini sejalan
dengan penelitian Bondika
3. Distribusi Responden Menurut (2011) yang menunjukan tidak
Status Gizi ada hubungan antara
Berdasarkan hasil pengetahuan tentang gizi dan
penelitian di SD Negeri Kudu 02 makanan jajanan dengan
Baki Sukoharjo dapat diketahui pemilihan makanan jajanan
bahwa status gizi anak yang menunjukkan angka signifikansi
diukur dengan indikator IMT/U 0,072 yang berarti bahwa tidak
mayoritas memiliki status gizi adanya hubungan. Selain itu
yang normal yaitu sebanyak tidak terbuktinya hubungan
78%, sedangkan anak dengan tingkat pengetahuan mengenai
status gizi tidak normal yaitu pemilihan makanan jajanan
sebanyak 22%. Pada status gizi ditunjang oleh hasil penelitian
tidak normal terpecah menjadi yang dilakukan oleh
status gizi obesitas yaitu Purtianingsih (2010) di SDIT
sebanyak 2 anak, status gizi Muhammadiyah Al-Kautsar
gemuk yaitu sebanyak 2 anak Gumpang Surakarta. Penelitian
dan status gizi kurus yaitu tersebut mengenai hubungan
sebanyak 5 anak. Persentase tingkat pengetahuan dan sikap
yang tinggi pada anak dengan terhadap perilaku anak
status gizi normal disebabkan mengenai pemilihan makanan
oleh baiknya asupan makan jajanan. Hasil uji statistiknya
anak sehingga tubuh dengan nilai =0,185 yang
memperoleh cukup zat gizi berarti bahwa tidak ada
yang dibutuhkan tubuh. hubungan tingkat pengetahuan
dengan perilaku anak mengenai
C. Hasil Analisis Data Statistik pemilihan makanan jajanan.
1. Hubungan Pengetahuan Anak Apabila tingkat pengetahuan
Mengenai Pemilihan Makanan dengan perilaku tidak
Jajanan dengan Status Gizi berhubungan ini berarti pada
tingkat pengetahuan dengan

11
status gizi dapat menyebabkan sumber zat gizi dan kepandaian
bahwa kedua variabel tersebut dalam memilih makanan jajanan
juga tidak terdapat hubungan. yang sehat karena makanan
Tingkat pengetahuan anak jajajan yang sehat memiliki
mengenai pemilihan makanan peranan penting yaitu dapat
jajanan sebagian besar memiliki memberikan kontribusi
pengetahuan yang baik. Namun tambahan untuk kecukupan zat
pengetahuan yang baik tidak gizi (Notoatmodjo, 2003).
dapat mempengaruhi status gizi 2. Hubungan Perilaku Anak
secara langsung. Status gizi Mengenai Pemilihan Makanan
secara langsung dipengaruhi Jajanan dengan Status Gizi
oleh asupan makan dan Persentase yang tidak
infeksi/kesehatan. Baiknya pola berbeda jauh pada status gizi
asuh dan adanya ketersediaan normal yang memiliki perilaku
bahan pangan dalam keluarga yang baik (70,6%) dengan
dapat mempengaruhi asupan status gizi normal yang memliki
makan sehingga status gizi perilaku tidak baik (83,3%)
dapat terkontrol dengan baik. menunjukkan bahwa tidak ada
Status pekerjaan ibu responden kecenderungan hubungan
yang sebagai ibu rumah tangga antara pengetahuan mengenai
dapat dijadikan sebagai acuan pemilihan makanan jajanan
dalam memantau pola makan dengan status gizi anak. Hal ini
anak sehingga asupan dapat dinyatakan bahwa
makannya baik dan mempunyai meskipun responden memiliki
status gizi yang normal. perilaku yang tidak baik akan
Pengetahuan gizi meliputi tetapi memiliki status gizi yang
pengetahuan mengenai normal.
pemilihan bahan makanan dan Hal ini diperkuat oleh uji
konsumsi sehari-hari dengan Rank Spearman dengan nilai
baik guna memberikan semua sebesar 0,540 sehingga H0
zat gizi yang dibutuhkan untuk diterima. Hal ini berarti tidak
fungsi tubuh. Pemilihan dan ada hubungan antara perilaku
konsumsi bahan makanan dapat anak sekolah dasar mengenai
mempengaruhi status gizi pemilihan makanan jajanan
seseorang. Status gizi yang baik terhadap status gizi.
terjadi apabila tubuh Hasil di atas menunjukan
memperoleh cukup zat gizi yang bahwa mayoritas perilaku anak
dibutuhkan tubuh. Status gizi yang tidak baik mengenai
kurang terjadi apabila tubuh pemilihan makanan jajanan
mengalami kekurangan satu memiliki status gizi yang
atau lebih zat gizi penting, normal. Hal ini dapat
sedangkan status gizi lebih disebabkan bahwa anak yang
terjadi apabila seseorang memiliki perilaku yang tidak
mengalami kelebihan zat gizi baik terpengaruh oleh
sehingga menimbulkan efek lingkungan sekitar sehingga
yang membahayakan anak-anak cenderung meniru
(Almatsier, 2006). Pengetahuan dan membeli makanan yang
mengenai makanan jajanan tidak sehat. Perilaku meniru
adalah kepandaian memilih tersebut sesuai dengan
makanan yang merupakan karakteristik anak sekolah

12
dasar dimana anak-anak suka ini diperkuat dengan hasil
meniru orang-orang sekitarnya analisis dengan uji Anova yang
seperti orangtua, keluarga, menunjukan bahwa adanya
teman sebaya dan guru hubungan yang bermakna
(Notoatmodjo, 2003). mengenai frekuensi membewa
Hasil penelitian menurut bekal makanan dengan
Saifuddin,dkk (2012) pemilihan makanan jajanan
menunjukkan bahwa perilaku (=0,009). Sehingga semakin
anak mengenai pemilihan sering frekuensi membawa
makanan jajanan mempunyai bekal makanan sekolah maka
perilaku yang kurang. Hasil pemilihan makanan jajanan
penelitian tersebut menunjukan semakin baik.
bahwa sikap anak yang positif 3. Perilaku mengenai pemilihan
lebih banyak yang berperilaku makanan jajanan merupakan
tidak baik. Meskipun dari hasil salah satu bentuk perilaku
penelitian diketahui bahwa dari kesehatan. Anak yang memiliki
82 responden terdapat 57% perilaku tidak baik bukan berarti
responden selalu sarapan di memiliki status gizi yang tidak
rumah sebelum berangkat ke normal. Ini terbukti bahwa anak
sekolah namun hal tersebut dengan perilaku tidak baik
tidak dapat menjamin bahwa memiliki status gizi yang normal.
mereka akan mengurangi jajan Sehingga tidak ada hubungan
di sekolah. Hal ini dapat dilihat antara perilaku dengan status
dari 82 responden terdapat gizi. Hal ini dapat disebabkan
95,1% diantaranya sering jajan oleh baiknya asupan makan
di sekolah. anak di rumah sehingga tubuh
Pemilihan makanan memperoleh cukup zat gizi yang
jajanan merupakan sebagai dibutuhkan oleh tubuh. Selain
wujud dari perilaku, faktor yang itu, anak yang memiliki perilaku
mempengaruhi pemilihan tidak baik di sekolah bukan
makanan jajanan dibagi berarti memiliki perilaku tidak
menjadi tiga kelompok yaitu baik di rumah, karena dengan
faktor terkait makanan, faktor profesi ibu responden sebagai
personal dan faktor sosial ibu rumah tangga dapat
ekonomi dalam konteks memantau perilaku dan
pemilihan makanan. Faktor kebiasaan makan anak di
yang termasuk terkait makanan rumah. Apalagi faktor lain dari
yaitu kandungan zat gizi serta status gizi yaitu pola asuh orang
komponen fisik dan kimia tua dimana peran ibu sangat
makanan. Faktor personal penting dalam mengasuh dan
meliputi persepsi sensori memperhatikan pola makan
seperti aroma, rasa, dan anak, baik makanan pokok
tekstur. Sedangkan faktor sosial maupun makanan jajanan
ekonomi meliputi harga, merk, (Azwar, 2004). Makanan jajanan
ketersediaan, serta budaya. yang sehat dapat memberikan
Namun menurut penelitian kontribusi zat gizi. Sehingga
Bondika (2011) faktor lain yang makanan jajanan dapat
berhubungan dengan pemilihan dijadikan salah satu alternatif
makanan jajanan yaitu pemenuhan sumber zat gizi
membawa bekal makanan. Hal yang kurang dari konsumsi

13
hariannya (Yunita Syafitri, terhadap status gizi (nilai
2009). Hal ini diperkuat dengan sebesar 0,771)
hasil penelitian dari Ulya (2003) 5. Tidak ada hubungan antara
dimana penelitian dilakukan di perilaku anak sekolah dasar
salah satu sekolah dasar di mengenai pemilihan makanan
Jakarta Utara yang jajanan terhadap status gizi (nilai
menyebutkan bahwa kontribusi sebesar 0,540).
makanan jajanan terhadap
konsumsi sehari siswa berkisar DAFTAR PUSTAKA
antara 10-20%. Kontribusi
makanan jajanan terhadap 1. Almatsier, S., 2006. Prinsip
kecukupan gizi siswa masing- Dasar Ilmu Gizi, edisi ke-6.
masing sebesar 23% energi, Jakarta: Gramedia Pustaka
21,7% protein, 30,1% lemak, utama.
19,5% zat besi, 24,1% vitamin 2. Antara, Dr. Nyoman Semadi.
A, dan 26,6% vitamin C. Setiap 2004, Menyehatkan Makanan di
ibu berkewajiban untuk Sekolan. Diakses tanggal 31 Mei
menyediakan waktu, perhatian, 2014 :
dan dukungan terhadap anak http://balipost@indo.net.id.
agar status gizi tercukupi dan 3. Aprillia, Bondika Ariandani. 2011.
anak dapat tumbuh kembang Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan baik ( Azwar, 2004). dengan Pemilihan Makanan
Jajanan pada Anak Sekolah
KESIMPULAN Dasar.Artikel Penelitian.
1. Tingkat pengetahuan anak Semarang : Program Studi Ilmu
sekolah dasar mengenai Gizi Fakultas Kedokteran
pemilihan makanan jajanan Universitas Diponegoro
mayoritas memiliki tingkat Semarang
pengetahuan yang baik yaitu 4. Azwar, S. 2008. Penyusunan
sebanyak 70,7% sedangkan Skala Psikologi. Yogyakarta :
yang memiliki tingkat Pustaka Pelajar
pengetahuan tidak baik yaitu 5. Badan Penelitian dan
sebanyak 29,3%. Pengembangan Kesehatan,
2. Perilaku anak sekolah dasar Kementerian Kesehatan Republik
mengenai pemilihan makanan Indonesia. 2010. Riskesdas
jajanan kebanyakan memiliki 2010. Jakarta: Badan Penelitian
perilaku yang tidak baik yaitu dan Pengembangan Kesehatan,
sebanyak 58,5%, sedangkan Kementerian Kesehatan Republik
yang memiliki perilaku baik Indonesia.
sebanyak 41,5%. 6. Badan POM RI dan WHO. 2007.
3. Status gizi anak sekolah dasar Sistem Keamanan Pangan
mayoritas memiliki status gizi Terpadu Jajanan Anak Sekolah
yang normal yaitu sebanyak 7. Direktorat perlindungan
78%, sedangkan anak dengan konsumen. 2006. Diakses
status gizi tidak normal yaitu tanggal 31 Mei 2014:
sebanyak 22%. http://pkditjenpdn.depdag.go.id/in
4. Tidak ada hubungan antara dex.php?page=konsumen.
tingkat pengetahuan anak 8. Djaja, I Made. 2008. Kontaminasi
sekolah dasar mengenai E.Coli Pada Makanan Dari Tiga
pemilihan makanan jajanan Jenis Tempat Pengelolaan
Makanan (TPM) di Jakarta

14
Selatan 2003, Makara Kesehatan Dasar di Jakarta. Jakarta:
12 (1): 36 Psikobuana. Vol. 1. No. 1.29-38.
9. Istiany, A dan Ruslianti. 2013.
Gizi Terapan. PT Remaja 19. Sumantri, Mulyani dan Johar
Rosdakarya. Bandung Permana. 2005. Strategi Belajar
10. Judarwanto, W. 2008. Prilaku Mengajar, Bandung: C.V
Makan Anak Sekolah. Diakses Maulana
tanggal 31 Mei 2014. 20. Syafitri, Y, dkk. 2009. Kebiasaan
http://www.litbang.depkes.go.id/a Jajan Siswa Sekolah Dasar :
ktual/anak/makanan140206.html Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan,
11. Khomsan, Ali. 2003. Pangan dan November 2009 4(3): 167-175
Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: 21. Ulya N. 2003. Analisis Deskriptif
PT. Rajagrafindo Pola Jajan dan Kontribusi Zat
12. Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip- Gizi Makanan Jajanan Terhadap
Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Konsumsi Sehari dan Status Gi-
Masyarakat. PT Rineka Cipta. zi Anak Kelas IV, V, dan VI SD
Jakarta. Negeri Cawang 05 Pagi Jakarta
13. Notoatmojo, S. 2003. Pendidikan Timur Tahun 2003. Skripsi
dan perilaku Kesehatan. Rineke Sarjana Kesehatan Masya- rakat,
Cipta. Jakarta Fakultas Kesehatan Masyarakat,
14. Proverawati, A., & Wati, E. K. Universitas Indonesia, Depok
(2011). Ilmu Gizi untuk 22. Umar, Z. 2008. Perilaku Cuci
keperawatan dan Gizi kesehatan. Tangan Sebelum Makan dan
yogyakarta: Nuha Medika. Kecacingan pada Murid SD di
15. Purtiantini. 2010. Hubungan kabupaten Pesisir Selatan
Pengetahuan dan Sikap Sumatra Barat: Sumatra Barat.
Mengenai Pemilihan Makanan Jurnal Kesehatan Masyarakat
Jajanan Dengan Perilaku Anak Nasional Vol. 2 No. 6 Juni 2008
Memilih Makanan di SDIT
Muhammadiyah Al Kautsar
Gumpang Kartasura. Skripsi
yang tidak diterbitkan. Surakarta:
Prodi S-1 Ilmu Gizi Universitas
Muhammadiah Surakarta.
16. Saifuddin, S, dkk. 2012.
Gambaran Pengetahuan, Sikap
dan Tindakan Terhadap Status
Gizi Siswa SD Inpres 2
Pannampu: Makasar. Jurnal Gizi.
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
Makassar
17. Sekretariat Jenderal Jejaring
Intelijen Pangan. 2005. Kejadian
Luar Biasa Keracunan Pangan,
Food Watch Sistem Keamanan
Pangan Terpadu, Juli 2005
18. Suci, E. 2009. Gambaran
Perilaku Jajan Murid Sekolah

15

Anda mungkin juga menyukai