PROPOSAL PENELITIAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar skripsi
Oleh:
SITI ZULAIKHA
NIM: G2A215062
2015/2016
BAB 1
PENDAHULUAN
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi
penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas anak-anak
saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan
sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak
usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan
kuantiítas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut
pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat
dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam
pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini
mengakibatkan gangguan pada banyak organ organ dan sistem tubuh anak.
Foodborne diseases atau penyakit bawaan makanan merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang utama di banyak negara. Penyakit ini dianggap
bukan termasuk penyakit yang serius, sehingga seringkali kurang
diperhatikan. (Widodo Judarwanto, 2015)
Kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang menjadi penggerak
pembangunan di masa yang akan datang ditentukan oleh bagaimana
pengembangan SDM saat ini, termasuk pada usia sekolah. Pembentukan
kualitas SDM sejak masa sekolah akan mempengaruhi kualitasnya saat
mereka mencapai usia produktif (Andarwulan et al, 2009).
Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang informasi
tentang gizi yang memadai (Gizi dan kesehatan masyarakat, 2008).
Definisi pengetahuan secara luas yaitu hasil penginderaan seseorang melalui
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba terhadap suatu objek
tertentu. Selain itu pengetahuan, dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau
pengalaman orang lain. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
bertahan lebih lama dibanding tidak disadari dengan pengetahuan
(Notoatmodjo 2003).
Pada 2011, US Centers untuk Disease Control and Prevention (CDC)
menerbitkan perkiraan baru untuk jumlah penyakit bawaan makanan
(foodborne disease) yang disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi dan
dikonsumsi di United States. Banyak diketahui, pathogen dan agen yang tidak
teridentifikasi ditularkan melalui makanan yang menyebabkan 47,8 juta kasus
penyakit setiap tahun, yang mengakibatkan 127.839 dirawat di rumah sakit
dan 3037 meninggal dunia (Scallan Elaine, 2011)
Sampai dengan 600 juta orang di Dunia, 1 dibanding 10 menderita penyakit
yang disebabkan oleh makanan setiap tahunnya, WHO mengatakan hal ini
pada The First Global Estimate. Jumlah korban meninggal sampai dengan
420.000. WHO mengatakan mengumpulkan laporan karena foodborne disease
disalahartikan sebagai penyakit yang ringan dan ditempatkan di prioritas yang
rendah untuk kesehatan masyarakat. Tetapi pada kenyataannya, Foodborne
disease tidak hanya membunuh, tetapi juga berperan penting pada masalah
kesehatan jangka panjang pada penderita yang berhasil sembuh, menghambat
pertumbuhan pada anak-anak, gagal ginjal dan hati dan merupakan penyebab
dari beberapa kanker. (Maryn Mc. Kenna, 2015)
B. RUMUSAN MASALAH
1. TUJUAN UMUM
Diketahui adanya pengaruh pendidikan kesehatan tentang foodborne
disease terhadap tingkat pengetahuan dan sikap anak usia sekolah
2. TUJUAN KHUSUS
a. Diketahuinya tingkat pengetahuan anak usia sekolah tentang
foodborne disease (penyakit bawaan makanan).
b. Diketahuinya sikap anak usia sekolah sebelum diberi pendidikan
kesehatan tentang foodborne disease.
c. Diketahuinya sikap anak usia sekolah setelah diberikan pendidikan
kesehatan tentang foodborne disease.
d. Diketahuinya adanya pengaruh pendidikan kesehatan tentang
foodborne disease terhadap tingkat pengetahuan dan sikap anak usia
sekolah
D. MANFAAT PENELITIAN
E. KEASLIAN PENELITIAN
BAB 2
KERANGKA TEORI
b). Berat badan dan tinggi badan anak wanita lebih besar daripada
anak laki-laki pada usia yang sama
2. Tingkat pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
b. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut
Notoatmodjo (2012) mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1). Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu, tahu ini adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2). Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan secara materi tersebut secara benar.
3). Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hokum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4). Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
5). Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
6). Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
3. Sikap
a. Pengertian sikap
Menurut Oxford Advanced Learner Dictionary mencantumkan bahwa
sikap (attitude) berasal dari bahasa italia attitudine yaitu ‘Manner of
placing or hoding the body, dan way of feeling, thinking or behaving’.
Campbel (1950) dalam Notoatmodjo (2003, p.29) mengemukakan
bahwa sikap adalah ‘A syndrome of response consistency with regard
to social object’. Artinya sikap adalah sekumpulan respon yang
konsisten terhadap obyek social. Dalam buku Notoatmodjo (2003,
p.124) mengemukakan bahwa sikap (attitude) adalah merupakan reaksi
atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau
obyek.
Menurut Eagle dan Chaiken (1993) dalam buku A. Wawan dan Dewi
M. (2010, p.20) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan
sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang diekspresikan ke
dalam proses-proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku. Dari
definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa secara garis besar sikap
terdiri dari komponen kognitif (ide yang umumnya berkaitan dengan
pembicaraan dan dipelajari), perilaku (cenderung mempengaruhi
respon sesuai dan tidak sesuai) dan emosi menyebabkan respon-respon
yang konsisten.
b. Ciri-ciri sikap
Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) dalam buku
Notoadmodjo (2003, p.34) adalah:
1). Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungannya dengan obyeknya.
2). Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan
sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan
dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3). Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk,
dipelajari, atau berubahnsenantiasa berkenaan dengan suatu obyek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4). Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5). Sikap mempunyai segi-segi motivasi dari segi-segi perasaan, sifat
alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
d. Fungsi sikap
Menurut Katz (1964) dalam buku Wawan dan Dewi (2010, p.23) sikap
mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1). Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat
Fungsi ini berkaitan dengan sarana dan tujuan. Orang memandang
sejauh mana obyek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau alat
dalam rangka mencapai tujuan. Bila obyek sikap dapat membantu
seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersifat positif
terhadap obyek tersebut. Demikian sebaliknya bila obyek sikap
menghambat pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negative
terhadap obyek sikap yang bersangkutan.
2). Fungsi pertahanan ego
Ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang demi untuk
mempertahankan ego atau akunya. Sikap ini diambil oleh seseorang
pada waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau
egonya.
3). Fungsi ekspresi nilai.
Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu
untuk mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan
mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat
menunjukkan kepada dirinya. Dengan individu mengambil sikap
tertentu akan menggambarkan keadaan system nilai yang ada pada
individu yang bersangkutan.
4). Fungsi pengetahuan.
Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan
pengalaman-pengalamannya. Ini berarti bila seseorang mempunyai
sikap tertentu terhadap suatu obyek, menunjukkan tentang
pengetahuan orang terhadap obyek sikap yang bersangkutan.
e. Komponen sikap
Menurut Azwar S (2011, p.23) sikap terdiri dari 3 komponen yang
salingmenunjangyaitu:
1) Komponen kognitif
Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik
sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki
individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini)
terutama apabila menyangkut masalah isu atau yang kontroversial.
2) Komponen afektif
Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek
emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai
komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadappengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki
seseorang terhadap sesuatu.
3). Komponen konatif
Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai sikap
yang dimiliki oleh seseorang. Aspek ini berisi tendensi atau
kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan
cara-caratertentu.
4. Pendidikan Kesehatan
a. Pengertian
Pendidikan kesehatan dalam arti secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok,
atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat
unsure-unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya
yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output
(melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu
promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau
perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif
oleh sasaran dari promosi kesehatan. (Notoadmojo, 2012)
Dikutip dari Fertman pada tahun 2010 bahwa pendekatan terkenal untuk
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam program pendidikan
kesehatan adalah model Precede-Proceed yang dikemukakan oleh Green
& Kreuter 12 pada tahun 2005. Bagian Precede pada model (fase 1-4)
berfokus pada perencanaan program dan bagian proceed (fase 5-8)
berfokus pada pelaksanaa dan evaluasi. Delapan fase dari model
pedoman perencanaan dalam membuat program promosi kesehatan,
dimulai dengan keluaran yang lebih umum dan berubah menjadi keluaran
yang lebih spesifik. Pada akhirnya, proses memimpin untuk membuat
program, menghantarkan program dan mengevaluasi program. (Gambar
1. Menampilkan model Precede-Proceed untuk perencanaan program
kesehatan dan evaluasi; tanda panah menunjukan jalur utama kegiatan
menuju masukan program dan determinan kesehatan untuk hasil.)
Gambar 1. Model Precede-Proceed Sumber: Green & Kreuter, 2005,
p.10. 13
Fase 1: Diagnosis Sosial
Dalam fase ini, program menentukan bagaimana kualitas hidup dari
masyarakat tersebut secara spesifik., Untuk mengetahui masalah itu maka
sering digunakan indikator sosial dari kesehatan dalam populasi spesifik
(contohnya derajat kemiskinan, rata-rata kriminalitas, ketidakhadiran,
atau tingkat pendidikan yang rendah) yang berefek kepada kesehatan dan
kualitas hidup.
Fase 2: Diagnosis epidemiologi
Masalah sosial pada fase pertama dalam hal kesehatan adalah hal yang
dapat mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat. Dalam fase ke-2 ini
program mengidentifikasi faktor kesehatan atau faktor lain yang berperan
dalam perburukan kualitas hidup
Fase 3: Penilaian Pendidikan dan Ekologis
Fokus dalam fase 3 bergantian menjadi faktor mediasi yang dapat
mendorong atau penghindar sebuah lingkungan positif atau perilaku
positif. Faktor-faktor ini dikelompokan kedalam tiga kategori: faktor-
faktor predisposisi, faktorfaktor pemungkin dan faktor-faktor penguat
(Green & Kreuter, 2005).
Fase 4: Administrasi & Penilaian Kebijakan & Keselarasan
Intervensi Pada fase ini berisi tentang upaya untuk memperbaiki status
kesehatan dapat didukung atau dihambat oleh peraturan dan kebijakan
yang ada. Sehingga dapat dilihat bahwa fokus utama dalam administrasi
dan penilaian kebijakan 14 dan keselarasan intervensi dalam fase ke
empat adalah pemastian kenyatan, unuk meyakinkan bahwa ini ada
dalam aturan (sekolah, tempar kerja, organisasi pelayanan kesehatan,
atau komunitas) semua dukungan yang memungkinkan, pendanaan,
kepribadian, fasilitas, kebijakan dan sumber daya lainnya akan
ditampilkan untuk mengembangkan dan pelaksanaan program.
Fase 5: Implementasi atau Pelaksanaan
Penyampaian program terjadi selama fase 5. Juga, proses evaluasi (fase
6), yang mana dalam fase evaluasi yang pertama, terjadi dengan simultas
dengan pelaksanaan program.
Fase 6: Proses Evaluasi
Proses evaluasi adalah sebuah evalusi yang formatif, sesuatu yang
muncul selama pelaksanaan program
Fase 7: Pengaruh Evaluasi
Fokus dalam fase ini adalah evaluasi sumatif, yang diukur setelah
program selesai, untuk mencari tahu pengaruh interfensi dalam prilaku
atau lingkungan.
b). Wawancara
f. Media pendidikan
5. Food Borne disease
a. Pengertian
Dari semua penyakit yang ditularkan melalui makanan, yang paling sering
terjadi adalah diare. Penyakit diare menjadi masalah kesehatan dunia
terutama di negara berkembang. Hal ini terlihat dari tingginya angka
kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus
terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal.
Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi
bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat (Adisasmito,
2007).
Infeksi karena strain patogenik E.coli mungkin merupakan penyebab paling
umum diare di negara-negara berkembang. Kontaminasi E.coli dan patogen
lain dari tinja yang sering terjadi pada makanan, menunjukkan adanya
kontaminasi tinja pada makanan. Akibatnya, setiap patogen yang
penularannya melalui fekal-oral (missal rotavirus) dapat ditularkan melalui
makanan (Motarjemi dkk, 2006).
b. Penyebab
7). Makanan yang disimpan tanpa diutup sehingga serangga dan tikus dapat
menjangkau
8). Makanan yang masih mentah dan yang sudah matang disimpan secara
bersama-sama dalam satu tempat.
Adapun mikroba tersebut antara lain bakteri, virus, dan jamur. Pola
penyebarannya yaitu:
c). Staphyllococcus
Staphylococcus biasanya terdapat diberbagai bagian tubuh manusia,
seperti hidung, tenggorokan, dan kulit, sehingga mudah memasuki
makanan. Organisme ini dapat berasal dari orang-orang
yang menangani pangan yang merupakan penular atau penderita
infeksi patogenik (membentuk nanah). Keracunan makanan oleh
Staphylococcus disebut sebagai staphylococcal. Gejala yang paling
umum adalah mual, muntah, retching (seperti muntah tetapi tidak
mengeluarkan apa pun), kram perut, dan rasa lemas. Beberapa
orang mungkin tidak selalu menunjukkan semua gejala penyakit ini.
Dalam kasus-kasus yang lebih parah, dapat terjadi sakit kepala, kram
otot, dan perubahan yang nyata pada tekanan darah serta denyut nadi.
Kehilangan cairan dan elektrolit dapat menyebabkan kelemahan dan
tekanan darah yang rendah (syok).
Gejala biasanya berlangsung selama kurang dari 12 jam.
c). Virus dalam air kemasan botol terutama dalam botol plastik berbahan
PET (Poly Ethylene Terphalate), kebanyakan merupakan jenis virus
yang menjadi penyebab hepatitis. Golongan yang termasuk virus ini
adalah sebagai berikut:
(1) Reo virus: menginfeksi intestines, paru-paru, ginjal, hati
Bahan Pangan
Penyakit yang
Mikotoksin Kapang Penghasil yang sering
Disebabkan
terkontaminasi
Alfatoksin Aspergillus flavus, A. Kegagalan Kacang tanah,
parasiticis fungsi hati, kacang-kacangan
kanker hati lain, jagung
serealia
Asam penisilat Penicillium Pembentukan Jagung, barley,
cyclopium, P. tumor, kacang-kacangan
martensii, P. kerusakan ginjal
chraceus, P. melleus
Rgotoksin Claviceps purpurea Kerusakan hati Serelia
Okratoksin A Ochraceus, A. Kerusakan hati Jagung, kacang-
mellus, A. sulphureus, kacangan, barley
P. viridicatum
Patulin A. clavatus, Kerusakan hati, Apel dan produk-
P. patulum, P. Kanker hati produk apel
expansum
Alimentary Toxic Cladosporium sp., Kerusakan hati Biji-bijian
aleukia (ATA)
Sterigmatosistin A. regulosus Sirosis hati, Gandum, oat
, A. nidulans, A. kanker hati
versicolor, P. luteum
Zearalenon Gibberella zeae Kerusakan Hati Jagung dan
serelia
Luteoskyrin P.islandicum Nekrosis hati, Tepung beras
kanker hati
Tabel 2 : Daftar jamur dan penyakit yang diakibatkannya
d. Mekanisme infeksi
c) Pemantauan suhu
Menyimpan makanan pada suhu yang keliru bisa berakibat
membiaknya kuman yang menyebabkan racun makanan, yang
tumbuh di antara suhu 5℃ dan 60℃. Untuk berjaga-jaga:
1). Suhu lemari es jangan lebih tinggi dari 5℃ dan ada aliran udara di
seputar makanannya agar pembagian suhunya merata.
2). Makanan panas patut disimpan diatas suhu 60℃.
3). Makanan yang harus dipanaskan lagi harus cepat dipanaskan
sampai semua bagiannya mencapai suhu 75℃.
4). Makanan beku sebaiknya dicairkan didalam lemari es atau
microwave, sebab makin lama makanan mentah dibiarkan pada
suhu ruangan, makin cepat pulalah kuman berbiak dan racun bisa
terbentuk.
5). Agar kumannya mati, makanan harus dimasak matang benar.
C. Kerangka konsep
D.Variabel penelitian
E. Hipotesis
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2007. “Foodborne
Disease”. http://www.deptan.go.id/wap/berita_detailtampil.php?no_berita=96.
Diakses pada Tanggal 15 november 2016
Mc Kenna, Maryn. (Desember 3, 2015). Young Children suffer most, says first
Global Foodborne illness report.
http://theplate.nationalgeographic.com/2015/12/03/young-children-suffer-most-
says-first-global-foodborne-illness-report/. Diunduh pada tanggal 9 November
2016
Triasari, Rifka. 2015. ‘Hubungan pengetahuan dan sikap mengenai jajanan aman
dengan perilaku memilih jajanan pada siswa kelas V SD Negeri Cipayung,
Depok’. Skripsi S1 Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Scallan, Elaine, & Kirk, Martyn, & Griffin, P., M,. (2011) Estimates of disease
Burden associated with contaminated foodin the united states and globally. In J.
Glenn Morris, Jr & Morris E. Potter, Foodborne infection and intoxifications
Fourth edition (p. 4). USA:University of Florida FL.