Perilaku Anak Sekolah dalam Pemilihan Jajanan Sekolah Tidak Dipengaruhi Oleh Pengetahuan Ibu
tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang
Perilaku makan anak sekolah didominasi dengan jajan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan ibu tentang pedoman umum gizi seimbang dengan perilaku anak sekolah dalam pemilihan jajanan sekolah.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional dan melibatkan 118 responden
(ibu dan anak) yang diperoleh menggunakan teknik Simple Random Sampling. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya
hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang pedoman umum gizi seimbang dengan perilaku anak sekolah
dalam pemilihan jajanan sekolah (p value=0,108). Anak usia sekolah dapat mengatur sendiri pola makannya dan
berkurangnya pengawasan langsung oleh orang tua. Hasil penelitian menyarankan pentingnya edukasi pangan jajanan anak
sekolah yang sehat dan aman untuk anak sekolah.
Abstract
Eating behaviour of school-aged children was dominated by street foods. This study aimed to analyze the relationship
between mother’s knowledge on Pedoman Umum Gizi Seimbang (Balanced Nutritional Guidelines) towards the behaviour
of school-aged children in school foods selection. This study used descriptive correlational design and involved 118
participants (mothers and children) by using simple random sampling techniques. The result showed that there was no
significant relationship between mother’s knowledge on Pedoman Umum Gizi Seimbang (Balanced Nutritional Guidelines)
towards the behaviour of school-aged children in school foods selection (p value=0,108). School-aged children could
regulate their own food choices and had less direct supervision by parents during school. This study suggested the
importance of education on healthy and safe school foods for school-aged children.
Kebiasaan jajan anak sekolah didominasi oleh jajanan sekolah yang berbahaya membuat
makanan di luar rumah atau yang sering disebut pentingnya dilakukan penelitian yang
dengan istilah pangan jajanan. Data melibatkan ibu siswa dan siswa SD. Peneliti
Anak Sekolah (PJAS) tahun 2007 mendapati pemilihan pangan jajanan sekolah dimana
45% PJAS tidak memenuhi syarat karena peneliti mencari tahu ada atau tidaknya
mengandung bahan kimia berbahaya, seperti hubungan antara pengetahuan ibu tentang
formalin, boraks, rhodamin, mengandung BTP PUGS dengan perilaku anak sekolah dalam
adalah berada di Depok yang berdasarkan pekerjaan) dan 24 pertanyaan tentang Pedoman
laporan banyak ditemukan jajanan yang Umum Gizi Seimbang. Kuesioner. Kuesioner
mengandung bahan tambahan pangan untuk siswa berisi data karakteristik siswa
berbahaya dan tidak higienis, lokasi sekolah (usia, jenis kelamin, uang saku, kebiasaan bawa
yang berada di pinggir jalan dan banyak bekal), perilaku konsumsi jajanan (frekuensi
terdapat pedagang jajanan di depan sekolah jajan, lokasi jajan), dan form FFQ yang berisi
yang selalu ramai dibeli oleh siswa SD, dan 43 item pangan jajanan sekolah.
lokasi belum pernah dilakukan penelitian
Analisa data yang dilakukan adalah analisis
tentang hal serupa.
univariat (deskriptif) dan bivariat (hubungan).
Sampel dipilih menggunakan metode Simple Analisis deskriptif menggambarkan proporsi
Random Sampling. Jumlah sampel yang dan rerata tiap variabel (karakteristik siswa,
diperoleh adalah 118 responden dengan perilaku konsumsi jajanan, karakteristik ibu,
komposisi kelas IV sebanyak 61 responden dan pengetahuan ibu tentang PUGS, dan skor
kelas V sebanyak 55 responden. Kriteria inklusi pemilihan jajanan sekolah). Analisis hubungan
penelitian ini adalah masih memiliki Ibu menggunakan uji T dan uji Anova karena data
(kandung atau tiri), siswa dan ibu bersedia yang dihubungkan berjenis kategorik dan
menjadi sampel dalam penelitian ini, mengisi numerik.
kuesioner dengan jelas dan lengkap, serta
Hasil
mampu membaca dan menulis. Etika penelitian
dalam penelitian ini meliputi hak responden
Tabel 1. Karakteristik Siswa SDN Tugu 4
mendapat penjelasan penelitian (informed Tahun 2013 (n=118)
consent), berhak menolak jika tidak bersedia
menjadi responden, berhak mendapatkan
perlindungan jika terdapat dampak negatif dari
penelitian, dan hak untuk dijaga kerahasiaan
data.
rentang usianya yaitu usia <11 tahun sebesar Variabel Minimum Maksimum Mean
Pemilihan 13 1464 395,26
36% (42 siswa) dan usia ≥11 tahun 64% (76 Jajanan
Sekolah
siswa). Lebih dari separuh siswa berusia ≥11
tahun, Distribusi jenis kelamin siswa yaitu
sebanyak 46 laki-laki (39%) dan 72 perempuan Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata skor
(61%). Perempuan memiliki proporsi yang pemilihan jajanan sekolah siswa 535,26 dengan
lebih besar dibanding laki-laki. Data uang saku skor paling kecil 13 dan skor paling tinggi
siswa menunjukkan bahwa paling banyak siswa 1464.
(66,1%) berada pada kategori tinggi (≥ Rp
5000). Kebiasaan bawa bekal siswa Tabel 4. Skor Jenis Jajanan Sekolah yang
menunjukkan frekuensi bawa bekal siswa Banyak Dikonsumsi (n=118)
Jenis Skor Skor Jumlah
paling banyak adalah jarang sebanyak 74 siswa Pangan Minimum Maksimum Skor
Jajanan Konsumsi Konsumsi
(62,7%). Makanan 1 380 10919
lengkap
Lebih dari separuh ibu siswa memiliki melegakan bagi orang tua maupun guru karena
pengetahuan yang cukup mengenai Pedoman makanan yang dijual di kantin berada di bawah
Umum Gizi Seimbang (PUGS). Pengetahuan pengawasan dan tanggung jawab pihak
seseorang mencerminkan sejauh mana sekolah/guru, sehingga kualitas jajanan yang di
keterpaparan seseorang terhadap informasi jual diharapkan lebih aman, sehat, bergizi, dan
yang ada. Ketersediaan sumber informasi yang beraneka ragam.
memadai, seperti majalah, radio, koran, televisi,
Kategori pangan jajanan yang paling sering
buku, dan lain-lain, dapat mempengaruhi
dikonsumsi siswa adalah makanan ringan
tingkat pengetahuan seseorang. Semakin
(snack). Hasil ini sesuai dengan hasil survey
banyak dan beragam fasilitas yang digunakan,
Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) tahun
informasi yang diperoleh juga semakin
2009 diketahui 54% pangan jajanan yang
beragam (Notoatmodjo, 2003).
dikonsumsi siswa adalah jenis makanan ringan
Perilaku Konsumsi Jajanan di Sekolah (snack) (BPOM, 2009). Karakteristik makanan
Penelitian di Depok dan Sukabumi yang yang dikonsumsi anak-anak, antara lain manis,
menunjukkan bahwa frekuensi jajan siswa di asin, tinggi kalori, rendah kandungan
wilayah Depok lebih sering dibandingkan siswa mikronutrisi (vitamin dan mineral), dan tinggi
di Sukabumi (Rosa, 2011). Selain faktor uang lemak (Birch, Savage, dan Ventura, 2007).
saku, pengetahuan yang dimiliki siswa juga
berkontribusi pada perilaku jajan anak.
Hubungan Karakteristik Ibu dan Perilaku
Semakin tinggi pengetahuan makanan dan
Anak Sekolah dalam Pemilihan Jajanan
kesehatan maka semakin rendah frekuensi
Sekolah
konsumsi makanan jajanan anak SD (Amelia,
Tidak adanya hubungan yang bermakna antara
2013). Rata-rata frekuensi jajan anak di sekolah
usia ibu dengan perilaku anak sekolah dalam
adalah tiga kali sehari (Suwaiba, 1997; Piernas
pemilihan jajanan sekolah (P value = 0,700).
dan Popkin, 2010).
Usia ibu berkaitan dengan kematangan
Kantin diketahui mendominasi lokasi tempat kemampuan berpikirnya. Sebagian besar usia
anak biasa jajan. Penelitian sebelumnya ibu adalah di atas usia 38 tahun yang berarti
memaparkan bahwa lokasi jajan anak di kematangannya dalam berpikir semakin baik,
sekolah didominasi oleh kantin sekolah (91,7%) namun ternyata faktor usia tersebut tidak
(Thoha, 2003). Hal ini tentunya sedikit menjamin kemampuannya untuk mengarahkan
anak dalam pemilihan jajanan di sekolah. Guru pertimbangan dalam hal ini adalah pola asuh
dan orang-orang lain yang ada di sekolah lebih ibu. Penelitian yang dilakukan Gustina (2002)
mempunyai peran yang signifikan dalam menyatakan bahwa ada kecenderungan peranan
membentuk perilaku makan anak usia sekolah orang tua dalam pengasuhan anak terhadap
(Crockett dan Sims, 1995). Teman sebaya, perilaku jajan anak sekolah.
jajanan di lingkungan sekolah, adanya reklame
Hubungan Karakteristik Siswa dan Perilaku
atau iklan makanan di televisi lebih memiliki
Anak Sekolah dalam Pemilihan Jajanan
pengaruh terhadap pola makan anak usia ini
Sekolah
(Ferguson, Muñoz, dan Medrano, 2012).
Variabel usia siswa dengan perilaku anak
Variabel pendidikan ibu dengan perilaku anak dalam pemilihan jenis jajanan sekolah
sekolah dalam pemilihan jajanan sekolah menunjukkan tidak ada hubungan yang
menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna (P value = 0,277). Secara kognitif,
signifikan antara pendidikan ibu dengan anak mengalami kemajuan dari membuat
perilaku anak sekolah dalam pemilihan jajanan penilaian berdasarkan apa yang mereka lihat
sekolah (P value = 0,934). Hasil penelitian ini (pemikiran perseptual) dan membuat penilaian
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang berdasarkan alasan mereka (pemikiran
menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang konseptual) (Wong, Eaton, Wilson,
jajan dan makanan jajanan serta sikap ibu Winkelstein, dan Schwartz, 2009). Paparan
tentang jajan dan makanan jajanan tidak jajanan di lingkungan sekolah, adanya reklame
menunjukkan hubungan yang signifikan dengan atau iklan makanan di televisi lebih memiliki
kebiasaan jajan anak (Thoha, 2003). pengaruh terhadap pola makan anak usia ini
(Supartini, 2004).
Variabel status pekerjaan ibu dengan perilaku
anak sekolah dalam pemilihan jajanan sekolah Variabel jenis kelamin siswa dengan perilaku
menunjukkan tidak ada hubungan yang anak dalam pemilihan jenis jajanan sekolah
signifikan (P value = 0,329). Penelitian tidak menunjukkan ada hubungan yang
sebelumnya yang menunjukkan bahwa ibu yang bermakna (P value = 0,775). Hasil penelitian
bekerja sebelum berangkat bekerja telah tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumahnya, Burditt pada remaja (2006) menunjukkan
seperti memasak dan membereskan rumah terdapat hubungan yang signifikan antara jenis
(Thoha, 2003). Faktor lain yang dapat menjadi kelamin dengan pemilihan jajanan snack di
sekolah. Berbeda dengan remaja, anak sekolah membawa bekal makanan dari rumah (Utter,
belum terlalu memerhatikan hal-hal mendetail Schaaf, Mhurchu, Scragg, 2007).
dalam memilih jajanan sekolah. Mereka
Hubungan Pengetahuan Ibu tentang PUGS
cenderung melihat teman sebaya sebagai bagian
dan Perilaku Anak Sekolah dalam Pemilihan
dari identitas dirinya. Hubungan teman sebaya
Jajanan Sekolah
adalah memiliki pengaruh yang signifikan pada
Hubungan antara pengetahuan ibu tentang
tahap usia ini (Muscari, 2005).
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
Variabel uang saku dengan perilaku anak dalam dengan perilaku anak dalam pemilihan jajanan
pemilihan jajanan sekolah tidak menunjukkan sekolah menunjukkan tidak adanya hubungan
ada hubungan yang signifikan (P value = yang bermakna (P value = 0,196).
0,620). Aprilia (2011) juga menyatakan tidak Dibandingkan anak usia pra-sekolah, anak SD
ada hubungan antara uang saku (baik di rumah memiliki kemandirian yang lebih dalam hal
maupun di sekolah) dengan pemilihan jajanan memilih jajanan di sekolah. Hal ini dikarenakan
oleh anak sekolah. Jajanan yang dipilih tidaklah anak pra-sekolah belum mampu menentukan
mencerminkan jenis jajanan yang dipilih. sendiri makanan yang akan ia konsumsi dan
Faktor rasa makanan adalah yang menjadi masih di bawah kendali dari pengasuhnya
alasan utama anak membeli makanan tersebut (Birch, Savage, dan Ventura, 2007).
(Oogarah-Pratap & Heerah-Booluck, 2005).
Jumlah jajanan yang dicoba meningkat sejalan
Variabel kebiasaan membawa bekal dengan dengan usia anak (Cooke dan Wardle. 2005).
perilaku anak dalam pemilihan jajanan sekolah Teman sebaya, jajanan di lingkungan sekolah,
menunjukkan ada hubungan yang bermakna (P adanya reklame atau iklan makanan di televisi
value = 0,026). Penelitian sebelumnya yang lebih memiliki pengaruh terhadap pola makan
menyatakan bahwa semakin sering frekuensi anak usia ini (Ferguson, Muñoz, dan Medrano,
membawa bekal makanan sekolah, maka 2012). Durasi di sekolah membuat keterpaparan
pemilihan makanan jajanan semakin baik anak terhadap pangan jajanan di sekolah
(Aprilia, 2011). Meskipun anak yang sudah semakin sering (Wardle, M-L Herrera, Cooke,
dibekali makanan, tidak menjamin ia tidak jajan dan Gibson, 2003).
di sekolah. Penelitian sebelumnya
Kontrol diri (Self-control) atau regulasi diri
menunjukkan bahwa 60% anak sekolah
merupakan konstruksi penting dalam asupan
membeli makanan dari sekolah, meski mereka
pangan jajanan (Branscum & Sharma, 2000).
Penelitian Kolopaking, Firmansyah, Umar, dan bermakna dengan perilaku anak sekolah dalam
Fahmida (2010) membuktikan bahwa intervensi pemilihan jajanan sekolah. Usia siswa, jenis
gizi yang melibatkan ibu dan anak berdampak kelamin, dan uang saku tidak memiliki
meningkatkan regulasi diri anak dalam memilih hubungan yang bermakna dengan pemilihan
makanan dan juga meningkatkan self-efficacy jajanan sekolah. Hanya kebiasaan bawa bekal
ibu dalam menyediakan makanan di rumah. yang memiliki hubungan yang signifikan
dengan pemilihan jajanan sekolah. Tidak
pengetahuan yang cukup tentang Pedoman dosen pembimbing yang telah membimbing
27(5), 235-249. 20 Juni 2013. Diperoleh dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
dari:
Rosa, R. (2011). Pengetahuan gizi dan Wardle, J., M-L Herrera, Cooke, L., & Gibson,
keamanan pangan jajanan serta kebiasaan E. L. (2003). Modifying children's food
jajan siswa sekolah dasar di Depok dan preferences: The effects of exposure and
Sukabumi. Skripsi. Departemen Gizi reward on acceptance of an unfamiliar
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia vegetable. European Journal of Clinical
Institut Pertanian Bogor Nutrition, 57(2), 341-8.
Suwaiba, E. (1997). Hubungan kebiasaan jajan Wong, D.L., et.al. (2009). Wong buku ajar
di sekolah dengan status gizi pada anak pediatrik (Edisi 6) (Agus Sutarna, Neti
Juniarti, Penerjemah). Jakarta : EGC.