Anda di halaman 1dari 8

JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU PICKY EATER


PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

Depi Lukitasari
Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung
depilukita@yahoo.com

ABSTRAK

Pilih-pilih makanan (picky eater) adalah perilaku anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau
mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan. Picky eater dipengaruhi oleh pola asuh, perilaku makan
orang tua, interaksi ibu dan anak, pemberian ASI eksklusif, MPASI, dan psikologis serta kondisi fisik
anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap terjadinya picky
eater pada anak usia prasekolah. Desain penelitian observational analytic jenis cross sectional.
Populasi ibu yang memiliki anak prasekolah sebanyak 74 orang, teknik sampling yg digunakan adalah
total sampling. Pengambilan data dilaksanakan pada Desember 2018 – Januari 2019, instrumen
penelitian menggunakan kuesioner PSQ dan CEBQ. Hasil penelitian bahwa rata-rata responden
berpola asuh demokratis sebanyak 30 responden (65.2%) dengan anak non picky eater. Hasil hitungan
didapatkan Analisis data menggunakan uji chi square, α= 0,041 artinya Ho ditolak terdapat hubungan
pola asuh orang tua terhadap terjadinya picky eater pada anak usia prasekolah. Simpulan pola asuh
demokratis yang diterapkan mampu menjadikan anak tidak picky eater.

Kata Kunci : picky eater, pra sekolah

PENDAHULUAN sudah menunjukkan proses kemandirian


Kesulitan makan (picky eater) adalah dimana perkembangan kognitif sudah mulai
perilaku anak tidak mau atau menolak untuk menunjukkan perkembangan, dan anak sudah
makan, atau mengalami kesulitan mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah,
mengkonsumsi makanan atau minuman anak juga membutuhkan pengalaman belajar
dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara dari lingkungan dan orang tuanya, proses
fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari pembelajaran makan yang baik sangat penting
membuka mulutnya tanpa paksaan, bagi anak di fase usia prasekolah agar ia
mengunyah, menelan, hingga sampai terserap tumbuh sehat dan cerdas (Hidayat, 2012).
di pencernaan secara baik tanpa paksaan dan Studi populasi di London, Inggris, anak
tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. berumur 3 tahun 17% digambarkan memiliki
(Judarwanto, 2006 dalam Priyanah, 2008). nafsu makan yang buruk dan sebanyak 12%
Proses perubahan pola makan biasanya diantaranya mengalami picky eater (Shore,
sering terjadi pada anak usia prasekolah Piazza, 1997 dalam Priyanti, 2013). Prevalensi
dimana anak pada umumnya mengalami picky eater di Indonesia terjadi pada anak
kesulitan untuk makan. Pada masa ini anak sekitar 20%, dan dari anak picky eater 44,5%

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 73


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

mengalami malnutrisi ringan sampai sedang, kemungkinan untuk anak mengalami anoreksia
dan 79,2% dari subjek penelitian telah psikogenik atau kesulitan makan karena
mengalami picky eater lebih dari 3 bulan gangguan psikologis.
(Dewanti, 2012; Lubis, 2005 dalam Priyanti, Sikap orang tua dan hubungannya dengan
2013) anak, atau biasa disebut pola asuh,
Memilih-milih makanan (picky eater) menentukan terjadinya gangguan psikologis
merupakan masalah pada anak yang perlu yang dapat mengakibatkan gangguan perilaku
diperhatikan baik oleh orang tua maupun makan. Orang tua banyak mempengaruhi
praktisi kesehatan, karena picky eater pada perkembangan pola makan pada anak. Studi
anak memiliki efek yang merugikan, baik bagi kuantitatif yang dipublikasikan tahun 1998
pengasuh ataupun anak itu sendiri. Picky eater menguji pemilihan makan pada batita yang
banyak terjadi pada umur 1 sampai 3 tahun dan berhubungan dengan pemilihan makan anggota
berisiko dua kali lebih besar untuk mempunyai keluarganya (Skinner et al,1998 dalam
berat badan rendah pada umur 4,5 tahun. Anak Priyanah, 2008). Penelitian lain juga
dengan perilaku picky eater hanya menunjukkan bahwa praktek pemberian makan
mengonsumsi jenis makanan tertentu, yang salah dari orang tua atau karena kurang
menghindari jenis makanan baru, dan memiliki pengalaman dapat menyebabkan anak gagal
preferensi pangan yang kuat (Jacobi et al. tumbuh (Wiliams,2005 dalam Priyanah, 2008).
2008). Penanganan yang salah terhadap perilaku
Menurut Soetjiningsih (2008), kelainan picky eater oleh orang tua merupakan salah
perilaku sulit makan disebabkan beberapa satu penyumbang peningkatan status gizi
faktor, antara lain kebiasaan makan, kurang maupun gizi buruk pada anak
psikologis, dan organik. Kelainan kebiasaan Indonesia (Kurniasih, 2010 dalam Priyanti,
makan biasanya disebabkan oleh faktor 2013). Picky eater terjadi karena beberapa
lingkungan seperti mengikuti kebiasaan makan faktor penyebab salah satu faktor penyebab
teman sebaya atau orang-orang sekitar, yaitu pola asuh orang tua (Savage dkk., 2007).
menyukai dan menolak jenis makanan yang Pola asuh orangtua diidentifikasi melalui
sama pada waktu yang berbeda, atau suka adanya perhatian dan kehanggatan, yaitu orang
memakan makanan yang tidak sesuai dengan tua dalam mengasuh dan menjalin hubungan
usianya. Faktor psikologis sebenarnya masih interpersonal dengan anak disadari adanya
ada hubungannya dengan pola asuh karena perhatian, penghargaan dan kasih sayang,
psikologis anak sangat ditentukan dari cara kebebasan berinisiatif, yaitu kesediaan
pengasuhan, lingkungan dan juga hubungan orangtua untuk memberikan kesempatan
didalam keluarga, semakin baik hubungan kepada anak untuk menyampaikan dan
dalam keluarga maka semakin kecil mengembangkan pendapat ide, pemikiran

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 74


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

dengan tetap mempertimbangkan hak-hak anak mempunyai perilaku makan yang baik
orang lain, nilai dan norma yang berlaku Tipe dalam arti tidak sulit pada saat diberikan
pola asuh dibagi menjadi 3, yaitu tipe makan. Anak yang diasuh dengan pola asuh
demokratis, otoriter dan permisif. Ketiga jenis permisif perkembangan kepribadiannya akan
pola asuh ini dapat memengaruhi sikap dan tidak terarah karena orang tua tidak
tindakan dalam makan (Kridiyanto,2013). mengendalikan perilaku sesuai dengan
Perilaku orangtua sangat penting dalam kebutuhan perkembangan kepribadian anak.
tumbuh kembang anak dalam psikologis anak, Orang tua atau pengasuhan yang tidak pernah
kemampuan bersosialisasi anak, kemandirian menegur atau tidak berani menegur perilaku
anak,serta perilaku sulit makan pada anak. anak meskipun perilaku anak tersebut sudah
Beberapa factor yang dapat mempengaruhi keterlaluan atau diluar batas kewajaran.
pemberian makan pada anak antara lain Berdasarkan teori tersebut pola asuh permisif
interaksi anak dan orangtua (pola asuh), cenderung menyebabkan anak sulit makan.
keperibadian anak, lingkungan dan budaya. Penelitian lainnya membuktikan bahwa
Penelitian yang telah dilakukan judarwanto sebagian besar orang tua yang menggunakan
(2006) menyebutkan bahwa anak usia 4-6 pola asuh permisif dan otoriter memiliki anak
tahun, mendapatkan prevalensi kesulitan yang sulit makan, proporsi dari masing-masing
makan terbesar 33,6 % sebagian besar (79,2%) berturut-turut adalah 57,5% dan 66,7%.
telah berlangsung lebih dari 3 bulan, data ini Sedangkan orang tua yang menggunakan pola
dipengaruhi oleh gaya dari pola asuh orangtua asuh demokratis cenderung memiliki anak
(Markum,A.H, 2010). yang tidak sulit makan (53,8%). Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang lainnya yang dilakukan Harbran (2013)
dilakukan Najib (2016) didapatkan bahwa pola memperkuat pernyataan bahwa beberapa anak
asuh yang baik adalah pola asuh demokratis, yang diasuh dengan demokratif tidak
karena cenderung mendorong anak bebas mengalami picky eating, sedangkan beberapa
tetapi tetap memberikan batasan dan anak mengalami picky eating diasuh dengan
mengendalikan tindakan-tindakan mereka, permisif.
pola asuh ini tidak mementingkan kepentingan Kebiasaan makan anak dipengaruhi oleh
orang tua diatas kepentingan anak begitu juga hubungan antara orang tua atau pengasuh
sebaliknya sehingga mampu mengarahkan dengan anak melalui pola asuh dalam
kegiatan anak secara rasional, menghargai pemberian makan. Memilih-milih makanan
anak serta mendorong keputusan anak untuk (picky eater) merupakan masalah pada anak
mandiri. Hal tersebut membuktikan bahwa yang perlu diperhatikan baik oleh orang tua
pola asuh demokratis dapat mempengaruhi maupun praktisi kesehatan, karena picky eater
perilaku makan anak usia prasekolah sehingga pada anak memiliki efek yang merugikan

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 75


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

terutama bagi anak karena nutrisi perilaku sulit sebanyak 74 Orang. Teknik pengambilan
makan dapat mengurangi asupan nutrisi pada sampel dalam penelitian ini adalah total
anak prasekolah yang salah satu faktor sampling. Instrumen penelitian menggunakan
penyebanya adalah pola asuh orang tua yang kuesioner PSQ dan CEBQ. Pengambilan data
salah. dilaksanakan pada Desember 2018 – Januari
Hasil wawancara yang sudah dilakukan 2019
peneliti di PAUD Mawar Sari kepada 12
HASIL PENELITIAN
orang ibu mengeluh bahwa anaknya
mengalami sulit makan 7 diantaranya
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
mengatakan anaknya hanya ingin makan yang Penerapan Pola Asuh Orang Tua
(n=74)
disukai saja, dan 6 orang ibu mengatakan
anaknya suka meminta jajan dan terkadang Pola asuh F %
Otoriter 19 25,7
tidak mau di bawakan bekal dari rumah Demokrasi 46 62,2
sehingga beberapa ibu seringkali harus Permisif 9 12,1

membujuk anak agar anak mau makan baik Berdasarkan tabel 1, penerapan pola asuh
dengan paksaan maupun ancaman dan orang tua anak usia prasekolah paling banyak
sebagian lagi mengatakan ada yang menuruti 46 orang (62,2%) yaitu pola asuh demokrasi.
permintaan anak, ada yang menerapkan
dispilin yang berlebihan, dan ada yang Tabel 2 Distribusi Frekuensi berdasarkan
menjunjung tinggi kemandirian anak. perilaku picky eater pada anak
usia prase
Berdasarkan fenomena tersebut maka
penulis tertarik untuk meneliti hubungan pola Pola asuh F %
Picky eater 35 47,3
asuh dengan perilaku picky eater pada anak Non picky eater 39 52,7
usia prasekolah.
Berdasarkan tabel 2, dari 74 anak prasekolah
47,3% anak mengalami picky eater.
METODE PENELITIAN
Tabel 3 Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Jenis penelitian yang digunakan dalam Dengan Perilaku Picky Eater Pada
ini adalah penelitian kuantitatif. Dengan Anak Usia Prasekolah (n=74)

menggunakan metode pendekatan cross Perilaku


Pola Asuh Total
sectional yaitu suatu penelitian yang Orang Tua
Picky Non picky
P
eater eater
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara (Ibu)
F % F % F %
pola asuh dengan perilaku picky eater pada Otoriter 14 73,7 5 26,3 19 100

anak prasekolah. Populasi dalam penelitian ini Demokrasi 16 34,8 30 65,2 46 100 0,041
Permisif 5 55,0 4 44,4 9 100
adalah seluruh orang tua yang memiliki anak
Jumlah 35 47,3 39 52,7 74 100
usia 3-5 tahun di wilayah Sukanegla RW 01

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 76


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

demokratif cenderung memiliki kebiasaan


Berdasarkan tabel 3, didapatkan hasil uji Chi positif yaitu menerima makanan dan belajar
Square menunjukan bahwa p-value α<0,05 mengenai respon terkait isyarat lapar dan
yang berarti terdapat hubungan yang signifikan kenyang sehingga anak mengembangkan
antara pola asuh orang tua dengan kejadian kebiasaan makan sehat. Pola asuh demokratif
picky eater (p-value=0,041). menggunakan praktik makan responsif
(responsive feeding).
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukan paling
Dari hasil Uji Chi Square tentang banyak pola asuh orang tua anak usia
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan prasekolah 46 orang (62,2%) memiliki pola
Perilaku Picky Eater Pada Anak Usia asuh demokrasi. Dimana pada pola asuh ini
Prasekolah didapatkan nilai P value 0,041 < ɑ orang tua lebih memperhatikan kebebasan dan
0,005. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada menghargai anak yang sesuai dengan
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan keinginannya. Pada penelitian ini sebagian
Perilaku Picky Eater Pada Anak Usia besar anak yang mengalami picky eater diasuh
Prasekolah. dengan pola asuh otoriter dan permisif.
Kebiasaan makan anak dipengaruhi oleh Pola asuh orang tua merupakan interaksi
hubungan antara orang tua atau pengasuh antara orang tua dan anak dalam berkomikasi,
dengan anak melalui pola asuh dalam mendidik, mengasuh, dan terus berkelanjutan
pemberian makan. Menurut Suhendi, (2010) dari waktu kewaktu. Dengan pola asuh yang
pola asuh terbagi atas : “1) pola asuh otoriter diterapkan orang tua anak dapat berinteraksi
yaitu pola asuh yang menerapkan pengawasan dengan lingkungan mengenai dunia sekitar
yang ketat dan hukuman. 2) pola autoritatif serta mengenal pergaulan hidup yang berlaku
yaitu pola asuh yang menerapkan kehangatan dilingkungannya.
dan komunikasi yang baik dengan anak. 3) Menurut Baumrind gaya pola asuh
pola asuh permisif yaitu pola asuh yang tidak orang tua demokrasi yang digunakan untuk
memperdulikan pengembangan kreatifitas mengasuh anak berdasarkan tingkat
anak.” (Suhendi, 2010). pengasuhan (Nurtering), tuntutan (Maturity
Orang tua menggunakan tekanan dan demands), komunikasi dan kontrol terhadap
restriksi (pola asuh otoriter) dalam praktik prilaku anak. Sikap pola asuh menunjukkan
pemberian makan yang non-responsif dapat perbedaan alamiah yang muncul dari nilai-nilai
menyebabkan anak memiliki perilaku picky yang diajarkan, perlakuan orang tua, perilaku
eating. Pola asuh pengabaian dan permisif juga responsif dan tuntutan (Ribeiro, 2009).
menggunakan praktik makan non responsif. Pola asuh demokratis merupakan suatu
Sebaliknya, anak yang diasuh secara bentuk pola asuh yang memperhatikan dan

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 77


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

menghargai kebebasan anak, namun kebebasan tua tidak segan-segan akan memberikan
itu tidak mutlak, orang tua memberikan hukuman, biasanya hukumannya berupa
bimbingan yang penuh pengertian kepada hukuman fisik (Gunarsa, 2012). Akan tetapi
anak. Pola asuh ini memberikan kebebasan apabila anak patuh maka orang tua tidak akan
kepada anak untuk mengemukakan pendapat, memberikan pengahargaan karena orang tua
melakukan apa yang diinginkannya dengan mengganggap bahwa semua itu adalah
tidak melewati batas-batas atau aturan-aturan kewajiban yang harus dituruti oleh seorang
yang telah ditetapkan orang tua. Dalam pola anak. Jadi, dalam hal ini kebebasan anak
asuh ini ditandai sikap terbuka antara orang tua sangat dibatasi oleh orang tua, apa saja yang
dengan anak. Mereka membuat aturan-aturan akan dilakukan oleh anak harus sesuai dengan
yang telah disetujui bersama. Anak diberi keinginan orang tua. Jika anak membantah
kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perintah orang tua maka akan dihukum,
perasaan dan keinginannya. Jadi dalam pola bahkan mendapat hukuman yang bersifat fisik
asuh ini terdapat komunikasi yang baik antara dan jika patuh orang tua tidak akan
orang tua dengan anak. Sehingga dengan pola memberikan hadiah (Gunarsa, 2012).
asuh demokratis anak akan menjadi orang Pola pengasuhan otoriter kebanyakan
yang mau menerima kritik dari orang lain, diterapkan oleh orangtua yang berasal dari
mampu menghargai orang lain, mempunyai pola pengasuhan otoriter pula di masa kanak-
kepercayaan diri yang tinggi dan mampu kanaknya, atau oleh orangtua yang sebenarnya
bertanggung jawab terhadap kehidupan menolak kehadiran anak. Orang tua yang
sosialnya (Gunarsa, 2012). menerapkan pola asuh otoriter cenderung tidak
Pola asuh otoriter adalah sentral artinya memikirkan apa yang akan terjadi di masa
segala ucapan, perkataan, maupun kehendak akan datang fokusnya lebih kepada masa kini.
orang tua dijadikan patokan (aturan) yang Orangtua menilai dan menuntut anak untuk
harus ditaati oleh anak-anaknya. Supaya taat, mematuhi standar mutlak yang ditentukan
orang tua tidak segan-segan menerapkan sepihak oleh orangtua, memutlakkan
hukuman yang keras kepada anak. Pola asuh kepatuhan dan rasa hormat atau sopan santun.
otoriter merupakan cara mendidik anak yang Orangtua merasa tidak pernah berbuat salah
dilakukan orang tua dengan menentukan (Suhendi, 2010).
sendiri aturan-aturan dan batasan-batasan yang Pada pola asuh permisif Meskipun anak-
mutlak harus ditaati oleh anak tanpa kompromi anak dengan pola pengasuhan ini cenderung
dan memperhitungkan keadaan anak. Orang lebih energik dan responsive diandingkan
tualah yang berkuasa menentukan segala anak-anak dengan pola pengasuhan otoriter,
sesuatu untuk anak dan anak hanyalah objek namun mereka tampak kurang matang secara
pelaksana saja. Jika anak membantah, orang sosial (manja), impulsive, memetingkan diri

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 78


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

sendiri, dan kurang percaya diri. Banyak aman, dan waktu makan adalah waktu untuk
orangtua yang terlalu sibuk dengan belajar dan mengasihi. Responsive feeding
kegiatannya sendiri dengan berbagai macam dapat dilakukan untuk menanggulangi kejadian
alasan pembenaran. picky eating karena responsive feeding dapat
Pola asuh orang tua permisif bersikap meningkatkan kemampuan self-feeding anak
terlalu lunak, tidak berdaya, memberi dan respons terhadap bahasa verbal ibu,
kebebasan terhadap anak tanpa adanya norma- melatih anak untuk mengonsumsi makanan
norma yang harus diikuti oleh mereka. keluarga dan makan sendiri (self feeding).
Mungkin karena orang tua sangat sayang (over Selain itu, melatih anak untuk berperilaku
affection) terhadap anak atau orang tua kurang makan yang baik, disiplin, dan dapat
dalam pengetahuannya. Akibatnya anak menghargai makanan dan waktu makan.
berperilaku sesuai dengan keinginannya Menurut Gunarsa (2012) pola asuh orang
sendiri, tidak peduli apakah hal itu sesuai tua terhadap anak merupakan bentuk interaksi
dengan norma masyarakat atau tidak. Keadaan antara anak dan orang tua selama mengadakan
lain pada pola asuh ini adalah anak-anak bebas kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua
bertindak dan berbuat (Gunarsa, 2012). Pada mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan
pola asuh permisif, masing-masing mempunyai serta melindungi anak untuk mencapai
kelebihan dan kekurangan. Prinsip dasar kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang
demokratis, yaitu tingginya kontrol dan berlaku dalam lingkungan setempat dan
kehangatan. Pada tingginya kontrol akan masyarakat.
melengkapi pada kekurangan pola asuh Kebiasaan makan anak dipengaruhi oleh
permisif yang akibatnya anak kurang mampu hubungan antara orang tua atau pengasuh
untuk mengntrol diri. dengan anak melalui pola asuh dalam
Pola asuh demokratis menunjukan pemberian makan. Orang tua menggunakan
pengasuhan lebih banyak menggunakan tekanan dan restriksi (pola asuh otoriter) dalam
Responsive feeding yaitu hubungan timbal praktik pemberian makan yang non-responsif
balik antara anak dan pengasuh dengan dapat menyebabkan anak memiliki perilaku
komunikasi secara verbal dan non-verbal picky eating. Pola asuh pengabaian dan
terkait perasaan lapar dan kenyang yang diikuti permisif juga menggunakan praktik makan non
respon dari pengasuh. Lima prinsip utama responsif. Sebaliknya, anak yang diasuh secara
responsive feeding, yaitu menyuapi langsung demokratif cenderung memiliki kebiasaan
atau membantu anak makan sendiri, memberi positif yaitu menerima.
makan perlahan, sabar dan mendorong anak
untuk makan, respon terhadap penolakan
makan, memberi makan di lingkungan yang

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 79


JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 1 Januari 2020 ISSN : 1979-2344

SARAN Sehat (KMS). Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.


Hasil penelitian diharapkan sebagai salah satu 1(1):41-46.
evidence based dalam mendidik orang tua Hockenberry, M., Wilson, D., Rodgers, C.,
mengenai penerapan pola asuh yang tepat yang 2016. Wong’s Essentials of Pediatric
mampu merubah kebiasaan makan pada anak. Nursing (10th ed). Canada: Elsevier Health
Sciences.
DAFAR PUSTAKA Lam, J., 2015. Picky Eating in Children.
Frontiers in Pediatrics, 3:41
Adriani, M. dan Kartika, V., 2011. Pola Asuh Lestari, P. 2013. Hubungan Pola Asuh Ibu
Makan pada Balita dengan Status Gizi Kurang Tentang makanan dengan Status Gizi Anak
di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Prasekolah di kelurahan Semanggi dan
kalimantanTengah, Tahun 2011. Buletin Sangkrah kecamatan Pasar Kliwon Surakarta.
Penelitian Sistem kesehatan, Vol 16 (2): 185- Naskah Publikasi, Universitas Muhammadiyah
193. Surakarta
Anggraini, I. R. (2014). Perilaku Makan Mascola, A. J., Bryson, S. W., & Agras, W.
Orang Tua dengan Kejadian Picky Eater S. (2010). Picky eating during childhood: a
Pada Anak Usia Toddler. Jurnal longitudinal study to age 11 years. Eating
Keperawatan, 154-162. Behaviors, 11(4), 253-257
Chao, H. dan Chang,2016. pickky Eating Mirayanti, N.A., 2012. Hubungan Pola
Behaviors Linked toInappropriate Caregiver- Asuh Pemenuhan Nutrisi dalam keluarga
Child Interaction, Caregiver Intervention, and dengan Status Gizi Balita di Kelurahan
Impaired General Development in Children. Pasir Gunung Selatan kecamatan
Pediatrics and Neonatology Cimanggis Kota Depok. Tesis, Universitas
Hariani, R.E., Amareta, D.I., & Suryana, Indonesia.
A.L., 2016. Pola Pemberian ASI dan
Makanan Pendamping ASI Terhadap
Grafik Pertumbuhan pada Kartu Menuju

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 80

Anda mungkin juga menyukai