Anda di halaman 1dari 13

Jur. Ilm. Kel. & Kons., Januari 2018, p : 51-62 Vol. 11, No.

ISSN : 1907 – 6037 e-ISSN : 2502 – 3594 DOI: http://dx.doi.org/10.24156/jikk.2018.11.1.51

FAKTOR KELUARGA, MEDIA, DAN TEMAN DALAM PEMILIHAN MAKANAN


PADA MAHASISWA PPKU IPB

Laras Aulia 1*), Lilik Noor Yuliati1

1
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor,
Bogor 16680, Indonesia

*) Email: aulia_laras@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor keluarga, media, dan teman terhadap pemilihan
makanan. Faktor keluarga dinilai dari gaya pengasuhan dan pola komunikasi orang tua sedangkan faktor media
dan teman dinilai dari paparan informasi yang diperoleh mahasiswa. Desain penelitian ini menggunakan metode
survei kuantitatif. Data dikumpulkan secara self-administered yang melibatkan 288 mahasiswa tingkat pertama
yang dipilih dengan teknik cluster random sampling. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif, uji beda,
dan uji regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan kebiasaan makan sayur
mahasiswa sebelum dan setelah masuk IPB. Sebelum masuk IPB, mahasiswa laki-laki cenderung makan sayur
dengan porsi setengah mangkok, sedangkan pada mahasiswa perempuan makan sayur dengan porsi satu
mangkok. Hasil penelitian juga menemukan bahwa hampir seluruh mahasiswa baik laki-laki maupun perempuan
dibesarkan dengan gaya pengasuhan otoritatif oleh orang tuanya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lebih
dari tiga perempat mahasiswa laki-laki dan perempuan mempunyai tipe pola komunikasi conversation orientation
dengan orang tuanya. Mahasiswa laki-laki dan perempuan cenderung terpapar informasi melalui media
dibandingkan oleh teman. Hasil penelitian ini tidak menemukan adanya perbedaan paparan informasi melalui
media dan teman antara laki-laki dan perempuan. Penelitian ini menemukan tiga alasan utama dalam pemilihan
makanan khususnya sayur pada mahasiswa yaitu kesehatan, suasana hati, dan pengendalian berat badan. Hasil
uji regresi linear berganda menunjukan bahwa pemilihan makan sayur pada mahasiswa dipengaruhi oleh gaya
pengasuhan otoritatif yang diterima mahasiswa dari orang tuanya, paparan informasi dari media, dan jenis
kelamin.

Kata kunci: informasi media, informasi teman, gaya pengasuhan, pola komunikasi keluarga, pemilihan makanan.

The Influence of Family, Media, and Peer Factors on Food Choices among Students College

Abstract
This study aimed to analyze the influence of family factors media and friends on college student’s food choice
specifically vegetables. Family factors are assessed from parenting style and parent communication patterns
while media and friend factors are judged from the exposure of information obtained by the students. Design of
this study was using a quantitative survey. Data were collected by self-administered involving 288 first-year
students selected by cluster random sampling. Data were analyzed using descriptive analysis, a different test,
and multiple linear regression test.. The results showed there was a change in eating habits of students before
and after IPB. Before entering the IPB male students tend to eat vegetables with half a bowl serving, while the
female students eat vegetables with a serving of one bowl. Almost all student parenting styles applied by parents
of male and female students are authoritative parenting style. The results of this study show that more than three
quarters of male and female students havea type of communication pattern of conversation orientation. Male and
female students tend to be exposed to information through the media rather than by friends. There is no
difference in the exposure of information through media and friends between men and women. This study found
three main reasons in the selection of food, especially vegetables in the students of health, mood, and weight
control. The results of multiple linear regression test showed that the selection of eating vegetables in students
influenced by authoritative parenting style, media, and gender.

Key words:, family communication pattern, food choice, parenting style, socialization,

PENDAHULUAN interaksi berbagai faktor. Menurut Steptoe et


al. (1995) faktor-faktor pemilihan makanan
Pemilihan makanan merupakan bagian proses yaitu kesehatan, suasana hati, kenyamanan,
dalam memilih makanan untuk dikonsumsi dari sensorik, kandungan alami dalam pangan,
hasil pengaruh persaingan, penguatan, dan harga, pengendalian berat badan, familiaritas,
Vol. 11, 2018 FAKTOR PEMILIHAN MAKANAN MAHASISWA PPKU IPB 52

dan masalah etika. Faktor yang memengaruhi makanan, salah satunya sayur. Sayur
pemilihan makanan seseorang mencakup merupakan menu yang hampir selalu terdapat
faktor biologi, psikologi, sosial budaya, dalam hidangan sehari-hari keluarga
ekonomi dan lingkungan. Faktor biologi Indonesia, baik sayur dalam bentuk mentah
merupakan faktor yang signifikan terhadap (lalapan segar) atau setelah diolah menjadi
proses seleksi makanan. Selain perspektif berbagai macam bentuk masakan. Konsumsi
biologi, terdapat beberapa faktor lain seperti sayur secara teratur dapat bermanfaat untuk
kebutuhan energi dan preferensi terhadap rasa melindungi tubuh dari berbagai penyakit
(Sommer et al., 2012). Hasil penelitian Lyte et seperti penyakit jantung koroner, hipertensi,
al. (2000) menyatakan bahwa terdapat dan kanker (British Dietetic Association, 2011).
perubahan dalam pemilihan makanan pada Data Badan Ketahanan Pangan Daerah
masa anak-anak ke remaja seperti penurunan (BKPD) Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015
konsumsi sayur dan buah serta peningkatan menunjukkan bahwa Indonesia berada pada
konsumsi makanan instan. Menurut Ree et al. tingkat konsumsi sayur di bawah standar FAO
(2008), sekitar 70 persen remaja melakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
pemilihan makanan tanpa memperhatikan Standar konsumsi sayur di Indonesia minimal
masalah kesehatan. Sebaliknya, alasannya 200 gr/orang/hari, sedangkan anjuran
lebih cenderung karena memperhatikan alasan konsumsi sayur menurut WHO setiap orang
pengendalian berat badan. Septiani (2014) mengonsumsi buah dan sayur sebanyak 400
melakukan penelitian di salah satu wilayah di gr/hari setara dengan 2-4 porsi buah dan 3-5
Indonesia dan menemukan bahwa remaja di porsi sayur. Namun, konsumsi buah dan sayur
perkotaan dan pedesaan mengalami obesitas masyarakat Indonesia berkisar 2,5 porsi per
dan cenderung suka mengonsumsi makanan hari dan ditemukan sebanyak 93,8 persen
siap saji. Jenis makanan siap saji yang sering remaja usia 15-24 tahun kurang mengonsumsi
dikonsumsi remaja, khususnya pada waktu sayuran. Hal inilah yang menjadi alasan
sore hari, adalah fried chicken, pizza, menarik bagi penelitian ini untuk mengkaji
spaghetti, dan burger (Hadi, 2005). pemilihan makanan pada mahasiswa
khususnya dalam konsumsi sayur, mengingat
Mahasiswa yang menjadikan keluarga sebagai manfaat sayur dan konsumsinya yang masih
kelompok acuannya memiliki peluang yang rendah.
lebih besar untuk memiliki kebiasaan makan
tiga kali sehari, makan malam, dan makan Pola perilaku mengonsumsi makanan tidak
camilan (Saufika, Retnaningsih, & Alfiasari, sehat dapat diubah dengan pengaruh
2012). Pembentukan pemilihan makanan lingkungan keluarga yang mendukung.
dalam keluarga dilakukan melalui proses Pemilihan makanan dapat dipengaruhi melalui
sosialisasi yang terjadi dari sejak lahir. Hasil sosialisasi. Sosialisasi adalah proses
penelitian tersebut mengindikasikan bahwa seseorang memperoleh pengetahuan,
faktor keluarga memberikan andil dalam keahlian, dan hubungan sosial agar mampu
membentuk selera dan keinginan yang berpartisipasi sebagai anggota masyarakat
berbeda-beda pada seseorang dalam (Sumarwan, 2011). Menurut Hawkins et al.
pemilihan makanan, termasuk remaja yang (2002) sosialisasi konsumen adalah proses
menginjak dewasa seperti mahasiswa. orang muda (dari lahir hingga 18 tahun) belajar
untuk menjadi konsumen. Sosialisasi
Mahasiswa merupakan bagian pada kategori konsumen menghasilkan pengetahuan tentang
tahap remaja akhir dan dewasa awal yaitu barang dan jasa serta pengetahuan konsumsi
berusia 18-24 tahun. Tahap ini merupakan dan pencarian informasi serta keterampilan
tahap pertama seseorang untuk membuat untuk menawar barang dan jasa. Menurut
pilihan makanan sendiri (Perera & Madhujith, Mowen dan Minor (1998) sosialisasi konsumen
2012). Mahasiswa memiliki karakteristik dan terdiri dari tiga unsur utama yaitu faktor latar
berasal dari berbagai daerah sehingga belakang konsumen, pihak yang melakukan
memiliki perilaku serta kebiasaan yang sosialisasi terhadap konsumen, dan proses
berbeda. Mahasiswa tingkat pertama berada belajar yang dialami konsumen. Sumarwan
pada tahap adaptasi untuk mengadopsi (2011) menyatakan bahwa faktor latar
perilaku makan sehat ataupun tidak sehat. belakang terdiri dari karakteristik konsumen
Makanan sehat adalah jenis makanan yang seperti status sosial ekonomi, jenis kelamin,
seimbang sehingga dapat memenuhi seluruh usia, kelas sosial, dan agama. Faktor yang
kebutuhan gizi bagi tubuh dan mampu melakukan sosialisasi adalah seseorang yang
dirasakan secara fisik dan mental. Perilaku secara langsung berhubungan dengan
makan sehat merupakan perilaku konsumen dan memiliki pengaruh terhadap
mengonsumsi berbagai jenis kelompok konsumen, seperti orang tua, saudara, teman,
Vol. 11, 2018 FAKTOR PEMILIHAN MAKANAN MAHASISWA PPKU IPB 53

guru, dan media massa. Selanjutnya, faktor mereka inginkan (Nicklas et al., 2001),
yang melakukan sosialisasi tersebut akan sedangkan orang tua otoriter cenderung
memengaruhi proses belajar konsumen mengontrol asupan dan praktik makan anak.
melalui proses belajar modelling, penguatan, Gaya pengasuhan orang tua memiliki
dan kognitif. Proses sosialisasi anak menjadi pengaruh langsung terhadap hasil sosialisasi
konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor anak melalui praktik pengasuhan. Orang tua
salah satunya umur yang merupakan indikator memiliki peran yang sangat penting dalam
penting dalam perkembangan fisik dan kognitif sosialisasi makanan (Benton, 2004) dan
anak. Menurut Hawkins et al. (2002) sosialisasi memberikan pengalaman pertama mengenai
konsumen dipengaruhi oleh perkembangan makanan pada anak (Scaglioni et al., 2008).
kognitif mengenai tahapan berpikir anak Orang tua menurunkan perilaku makan kepada
sebagai interaksi antara kematangan diri anak melalui beberapa cara yaitu gaya
secara biologis dan pengalaman dengan pengasuhan dan komunikasi dalam keluarga.
lingkungan. Orang tua, teman, dan media Orang tua yang menerapkan gaya
merupakan agen sosialisasi yang memiliki pengasuhan otoritatif dan pola komunikasi
peran penting dalam perilaku makan remaja. conversation orientation cenderung
Proses sosialisasi konsumen berlangsung menghasilkan anak yang mengonsumsi
ketika anak dan orang dewasa berinteraksi makanan sehat (Daniloski, 2011).
dengan agen sosialisasi (Hota & McGuiggan,
2005). Orang tua adalah agen sosialisasi yang Selain gaya pengasuhan, komunikasi dalam
penting untuk membantu remaja dalam keluarga berperan sangat penting sebagai alat
membuat pilihan di masa yang akan datang untuk mentransfer nilai-nilai yang dianut dalam
(Daniloski, 2011). Beberapa penelitian keluarga. Komunikasi berjalan secara
menunjukan keterkaitan antara orang tua bergantian dari orang tua ke anak atau dari
terhadap berat badan anak. Menurut Raiha et anak ke orang tua. McLeod dan Chaffe (1972)
al. (2006) orang tua memiliki pengaruh positif membagi dua kategori pola komunikasi dalam
dalam pembentukan pola makan anak. keluarga yaitu conversation orientation dan
Keterlibatan orang tua merupakan komponen conformity orientation. Koerner dan Fitzpatrick
penting dalam pengendalian berat badan anak (2002) menyatakan bahwa conversation
(Epstein et al., 1994). orientation adalah komunikasi dalam keluarga
yang ditandai dengan setiap anggota keluarga
Selain proses sosialisasi, di dalam keluarga bebas dan terbuka dalam mengemukakan
juga berlangsung proses pembentukan pendapat dan ide, serta keputusan dalam
kepribadian dan proses pengasuhan. keluarga diputuskan secara bersama.
Baumrind (1972) mengategorikan gaya Conformity orientation adalah komunikasi
pengasuhan menjadi tiga yaitu gaya dalam keluarga yang ditandai dengan
pengasuhan otoriter, permisif, dan otoritatif. kepatuhan anak terhadap orang tua dan
Pengategorian ini berdasarkan tingkat pengambilan keputusan berada pada orang
kehangatan dan kontrol kedisiplinan yang tua. Hasil penelitian John (1999) menemukan
dipraktekan oleh orang tua. Gaya pengasuhan bahwa komunikasi orang tua dan anak
otoriter adalah gaya pengasuhan yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
menekankan pada aturan dan batasan kepada sosialisasi anak sebagai konsumen. Orang tua
anak. Gaya pengasuhan permisif adalah yang memenuhi keinginan anak akan
pengasuhan yang menerapkan sedikit mendorong anak untuk perhatian terhadap
pembatasan dan cenderung memberikan iklan, sedangkan orang tua yang
kebebasan. Gaya pengasuhan otoritatif adalah mendiskusikan permintaan anak akan
pengasuhan yang menggabungkan dua mendorong anak untuk mengembangkan
pendekatan, yaitu orang tua yang memberikan keterampilan dalam memilih dan
batasan aturan dan memiliki otoritas tinggi, menginterpretasi informasi mengenai produk
namun juga merupakan orang tua yang (Ward et al., 1990).
hangat, penuh kasih sayang, memberikan
penjelasan dan keterangan yang sesuai Selain pengaruh orang tua, teman dan media
dengan pola pikir anak, toleran, dan empati juga berperan dalam pemilihan makan remaja.
kepada anak. Menurut Kremes et al. (2003), Hal ini dikarenakan remaja cenderung
gaya pengasuhan otoritatif cenderung beraktifitas di luar rumah dan lebih banyak
berdampak pada anak yang mengonsumsi menghabiskan waktu berinteraksi dengan
buah lebih banyak dibandingkan dengan gaya media maupun menghabiskan waktu bersama
pengasuhan lainnya. Orang tua yang teman. Media massa memiliki pengaruh untuk
menerapkan gaya pengasuhan permisif mengembangkan motivasi sosial dan
cenderung membiarkan anak makan apa yang keinginan dalam mengonsumsi suatu produk
Vol. 11, 2018 FAKTOR PEMILIHAN MAKANAN MAHASISWA PPKU IPB 54

serta preferensi suatu merek. Anak yang bersama orang tua. Penelitian dilakukan pada
banyak menghabiskan waktu untuk menonton bulan Februari hingga Juli 2016.
televisi cenderung akan mengonsumsi
makanan yang tidak sehat karena iklan yang Populasi dalam penelitian ini adalah
ditampilkan mayoritas mengenai makanan mahasiswa tingkat pertama di IPB yang
yang tidak sesuai dengan pola makan sehat tercatat sebagai mahasiswa pada Tahun
atau junk food. Menurut penelitian Akademik 2015/2016 yang berjumlah 3.573
Tarabashkina (2013), remaja yang orang dan terdiri dari 33 kelas. Selanjutnya,
menghabiskan waktu menonton TV cenderung contoh penelitian dipilih secara cluster random
memperlihatkan motivasi sosial yang tinggi sampling dan terpilih tiga kelas yaitu P09, Q03,
terhadap konsumsi, menggambarkan dan R02. Penelitian ini melibatkan 288
pengetahuan tentang produk, dan simbol mahasiswa yang memenuhi kriteria diasuh
sosial. Selain itu, teman juga merupakan oleh orang tua hingga berusia 16 tahun.
sumber referensi bagi individu dalam proses Alasan pemilihan responden karena
pengambilan keputusan termasuk dalam mahasiswa berada pada kategori remaja akhir
memilih makanan, sedangkan media dan dewasa awal yaitu berusia 17-21 tahun
merupakan sumber informasi bagi konsumen dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia
dalam membandingkan produk dan membantu dengan berbagai latar belakang ekonomi,
mempercepat proses pengambilan keputusan. sehingga mahasiswa tingkat pertama di IPB
Teman memiliki pengaruh terhadap pemilihan dinilai merepresentasikan remaja dari berbagai
makanan yang berakhir pada konsumsi wilayah di Indonesia.
makanan. Hal ini terjadi karena mahasiswa
menghabiskan sebagian besar waktunya Data primer merupakan data yang diperoleh
bersama teman dan makan merupakan bagian langsung dari mahasiswa yang meliputi
penting dalam proses sosialisasi (Cutler et al., karakteristik mahasiswa, karakteristik keluarga,
2011). gaya pengasuhan, pola komunikasi keluarga,
paparan informasi melalui media dan teman,
Dalam penelitian ini, faktor orang tua diukur dan pemilihan makanan. Data dikumpulkan
dari gaya pengasuhan yang diterima dengan cara self-administered menggunakan
mahasiswa dari kecil dari orang tuanya dan kuesioner yaitu mahasiswa mengisi sendiri
juga komunikasi yang terjalin antara orang tua kuesioner yang telah dibagikan, namun
dengan mahasiswa. Sementara itu, faktor sebelumnya telah diberikan arahan mengenai
media dan teman diukur dari paparan cara pengisian yang bertujuan agar
informasi yang diperoleh mahasiswa dari mahasiswa memahami kuesioner dengan baik.
media dan teman. Berdasarkan uraian
tersebut, tujuan penelitian ini adalah: Pengolahan data dilakukan dengan
mengetahui kebiasaan makan sayur pada menggunakan program Microsoft Office Excel
mahasiswa, mengidentifikasi karakteristik dan SPSS. Data dan informasi yang diperoleh
mahasiswa, karakteristik keluarga, gaya selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
pengasuhan, pola komunikasi keluarga, analisis deskriptif, uji beda, dan uji regresi
paparan informasi dari media dan teman, serta linear berganda. Instrumen gaya pengasuhan
pemilihan makanan khususnya sayur, dan menggunakan gaya pengasuhan Baumrind
menganalisis pengaruh gaya pengasuhan, yang terdiri dari gaya pengasuhan tipe
pola komunikasi keluarga, paparan informasi otoritatif, otoriter, dan permissif yang diadopsi
dari media dan teman terhadap pemilihan dari Robinson et al. (1995) dan telah
makanan khususnya sayur. dimodifikasi berdasarkan persepsi mahasiswa.
Instrumen ini terdiri dari 30 pernyataan dengan
METODE nilai Cronbach’s alpha 0,701. Pola komunikasi
keluarga menggunakan instrumen Family
Penelitian ini menggunakan desain cross Communication Pattern yang diadopsi dari
sectional study, penelitian yang dilakukan Chaffe et al. (1972) dan telah dimodifikasi
dalam satu waktu tertentu dengan sesuai dengan topik dalam penelitian tentang
menggunakan metode survey kuantitatif. konsumsi sayur. Pola komunikasi dibagi
Penelitian ini melibatkan mahasiswa tingkat menjadi dua dimensi yaitu conversation
pertama yang tinggal di asrama. Hal ini orientation dan conformity orientation.
ditetapkan secara purposive karena Instrumen Family Communication Pattern ini
mahasiswa tingkat pertama masih dalam tahap terdiri dari 26 pernyataan dengan nilai
beradaptasi dengan lingkungan asrama dan Cronbach’s alpha 0,660. Instrumen untuk
perilaku makan kemungkinan masih mengukur paparan informasi dari media dan
dipengaruhi oleh kebiasaan makan ketika teman diadopsi dari Yuliati et al., (2012).
Vol. 11, 2018 FAKTOR PEMILIHAN MAKANAN MAHASISWA PPKU IPB 55

Instrumen paparan informasi dari media Jawa Barat dan sebanyak 66,0 persen berasal
mempunyai nilai Cronbach’s alpha sebesar dari luar Jawa Barat. Uang saku bulanan
0,829 yang terdiri dari lima pernyataan, mahasiswa berasal dari orang tua, beasiswa,
sedangkan instrumen paparan informasi dari dan bekerja. Mayoritas uang saku bulanan
teman mempunyai nilai Cronbach’s alpha mahasiswa berasal dari orang tua yang
0,882 yang terdiri dari lima pernyataan. sebagian besar bekerja sebagai PNS, swasta,
Pemilihan makanan menggunakan instrumen dan wirausaha. Sementara itu, lebih dari
Food Choice Questionnaire yang diadopsi dari setengah proporsi mahasiswa (56,6%)
Steptoe et al. (1995) dan terdiri dari 26 mempunyai uang saku yang berada pada
pernyataan dengan nilai Cronbach’s alpha kisaran Rp600.000,00 sampai Rp1.000.000,00
0,948. Instrumen ini terdiri dari alasan dengan rata-rata uang saku sebesar
kesehatan, suasana hati, kemudahan, Rp1.120.000,00 per bulan. Hasil penelitian
sensorik, kandungan alami dalam pangan, menemukan adanya perbedaan nyata uang
harga, pengendalian berat badan, familiaritas, saku antara mahasiswa laki-laki dan
dan masalah etika. Sementara itu, konsumsi perempuan yang mana mahasiswa perempuan
sayur mahasiswa juga dilihat dari frekuensi memiliki uang saku lebih besar dibandingkan
makan sayur yang diukur dengan laki-laki.
menggunakan instrumen Food Frequency
Questionnaire dari Eertmans (2006) yang Karakteristik Keluarga
terdiri dari empat pernyataan terbuka dan
tertutup. Variabel dalam penelitian ini diukur Hasil penelitian menemukan bahwa lebih dari
dengan menggunakan skala Likert 1 sampai 5 setengah mahasiswa (52,1%) berada pada
yang menjelaskan bahwa 1=sangat tidak kategori keluarga sedang yaitu jumlah anggota
setuju, 2=tidak setuju, 3=netral, 4=setuju, dan keluarga sebanyak lima hingga tujuh orang.
5=sangat setuju. Usia orang tua mahasiswa dibagi menjadi lima
kategori yaitu dewasa awal (19-24 tahun),
Pengolahan data dilakukan setelah data dewasa madya (25-35 tahun), separuh baya
terkumpul mencakup penyuntingan data (36-50 tahun), tua (51-65 tahun), dan lanjut
(editing), pemberian kode (coding), pemberian usia (>65 tahun). Proporsi terbesar usia ayah
nilai (scoring), entry data, cleaning data dan mahasiswa laki-laki berada pada kategori usia
analisis data. Dimensi persepsi gaya tua (56,0%), sedangkan proporsi terbesar usia
pengasuhan diukur melalui skor indeks ayah pada mahasiswa perempuan berada
tertinggi yang mencerminkan kecenderungan pada kategori separuh baya (53,5%).
gaya pengasuhan yang dilakukan orang tua Sementara itu, sekitar tiga dari empat (78,4%)
menurut persepsi mahasiswa. Dimensi pola mempunyai ibu yang berada pada kategori
komunikasi keluarga juga diukur melalui skor usia separuh baya.
indeks tertinggi dari dua pola komunikasi yang
mencerminkan kecenderungan komunikasi Selanjutnya, hasil penelitian juga menemukan
dalam keluarga yaitu conversation orientation bahwa sekitar satu dari tiga orang tua (33,7%)
dan conformity orientation. Paparan informasi telah menempuh pendidikan sampai jenjang
media dan teman dinilai melalui rata-rata SMA. Hasil juga menemukan adanya
indeks skor tertinggi paparan informasi. Uji perbedaan nyata pada tingkat pendidikan ayah
beda digunakan untuk menganalisis antara mahasiswa laki-laki dan perempuan.
perbedaan antara mahasiswa berjenis kelamin Ayah dari mahasiswa laki-laki memiliki
laki-laki dan perempuan dengan menggunakan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan
independent sample t-test. Uji pengaruh untuk mahasiswa perempuan. Hasil penelitan
menganalisis pengaruh variabel bebas selanjutnya juga menemukan bahwa sebanyak
terhadap variabel terikat dengan 95,6 persen ayah mahasiswa bekerja sebagai
menggunakan analisis linier berganda. PNS, swasta, dan wirausaha, sedangkan satu
dari dua ibu mahasiswa (53,2%) berstatus
HASIL tidak bekerja. Pendapatan orang tua berada
pada rentang Rp0 sampai Rp44.000.000,00
Karakteristik Mahasiswa dengan rata-rata sebesar Rp5.740.000,00 per
bulan. Hasil penelitian menemukan bahwa
Hasil penelitian menemukan bahwa proporsi lebih dari separuh orang tua (58,0%)
mahasiswa perempuan dan laki-laki yang mempunyai pendapatan yang berada pada
menjadi partisipan penelitian ini masing- kisaran Rp1.000.000,00 sampai
masing adalah 58,0 persen dan sebanyak 42,0 Rp5.000.000,00 per bulan.
persen. Hasil penelitian ini menemukan bahwa
sebanyak 44 persen mahasiswa berasal dari Kebiasaan Makan Sayur
Vol. 11, 2018 FAKTOR PEMILIHAN MAKANAN MAHASISWA PPKU IPB 56

Kebiasaan makan adalah pola perilaku Keterangan: L=laki-laki, P=perempuan


konsumsi pangan yang terjadi secara
berulang. Tabel 1 menunjukan bahwa terdapat Gaya Pengasuhan
perubahan kebiasaan makan mahasiswa
sebelum dan setelah masuk IPB. Sebelum Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hampir
masuk IPB, mahasiswa laki-laki (48,8%) seluruh mahasiswa (93,8%), baik mahasiswa
cenderung makan sayur dengan porsi laki-laki maupun perempuan, mempunyai gaya
setengah mangkok, sedangkan pada pengasuhan otoritatif yang diterapkan oleh
mahasiswa perempuan (46,7%) makan sayur orang tua. Sementara itu, sebanyak 4,8 persen
dengan porsi satu mangkok. Namun setelah mahasiswa diasuh dengan gaya pengasuhan
masuk IPB, mahasiswa laki-laki (67,8%) dan otoriter dan hanya 1,4 persen mahasiswa
perempuan (73,1%) terbiasa makan sayur diasuh dengan gaya pengasuhan permisif.
dengan porsi setengah mangkok. Frekuensi Hasil penelitian tidak menemukan adanya
makan sayur pada mahasiswa laki-laki (52,1%) perbedaan signifikan pada gaya pengasuhan
dan perempuan (60,5%) sebelum masuk IPB yang diterapkan orang tua antara mahasiswa
adalah lebih dari dua kali setiap hari, namun laki-laki dan perempuan. Hal ini menjelaskan
setelah masuk IPB pada mahasiswa laki-laki bahwa mayoritas orang tua mahasiswa
(38,0%) dan perempuan (37,2%) terbiasa menerapkan gaya pengasuhan otoritatif dan
makan sayur hanya sebanyak satu kali setiap tidak membedakan gaya pengasuhan antara
hari. Jenis sayur yang dikonsumsi oleh anak laki-laki dan perempuan.
mahasiswa laki-laki dan perempuan tidak
mengalami perubahan antara sebelum dan Pola Komunikasi Keluarga
setelah masuk IPB. Hal ini dapat dilihat bahwa
mahasiswa cenderung terbiasa mengonsumsi Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa
sayur yang ditumis. Perubahan jumlah dan sekitar empat dari lima mahasiswa (82,6%)
frekuensi makan sayur pada mahasiswa terjadi mempunyai tipe pola komunikasi conversation
karena kurangnya jenis sayur yang disediakan orientation dan hanya 17,4 persen mahasiswa
oleh kantin di sekitar asrama dan jenis sayur dengan pola komunikasi conformity orientation
yang tersedia tidak biasa dikonsumsi oleh dalam berkomunikasi dengan orang tuanya.
mahasiswa. Selain itu, rasa yang tidak sesuai Hal ini menunjukkan bahwa pola komunikasi
dengan sayur yang dikonsumsi di rumah dapat sebagian besar keluarga mahasiswa dalam
menjadi penyebab perubahan kebiasaan penelitian ini adalah komunikasi yang bebas
makan sayur. Perubahan kebiasan konsumsi dan terbuka untuk mengemukakan pendapat,
sayur juga disebabkan oleh harga. Harga yang ide, perasaan, dan pengalaman satu sama lain
relatif mahal juga dapat memicu perubahan dan keputusan keluarga diputuskan secara
kebiasaan makan sehingga mahasiswa bersama-sama. Hasil penelitian menemukan
cenderung memilih mengonsumsi makanan adanya perbedaan nyata pola komunikasi
lain seperti tahu, tempe, atau telur. keluarga antara mahasiswa laki-laki dan
perempuan. Hasil penelitian ini menerangkan
Tabel 1 Sebaran mahasiswa berdasarkan bahwa perempuan cenderung memiliki pola
jumlah, frekuensi, dan jenis sayur yang komunikasi conversation orientation,
dikonsumsi sebelum dan setelah dikarenakan perempuan cenderung dapat
masuk IPB mengungkapkan perasaan dan pendapat
Sebelum masuk Setelah masuk terhadap keluarga dibandingkan laki-laki.
Kategori IPB IPB
L (%) P(%) L (%) P(%) Media dan Teman
Jumlah konsumsi
½ mangkok 48,8 36,5 67,8 73,1 Selanjutnya, hasil penelitian juga menemukan
1 mangkok 40,5 46,7 25,6 23,4 bahwa mahasiswa laki-laki dan perempuan
≥1 ½ 10,7 16,8 6,6 3,6
cenderung terpapar informasi melalui media
mangkok dibandingkan oleh teman. Hasil uji beda tidak
Frekuensi/hari menemukan adanya perbedaan paparan
Jarang/ tidak 9,9 13,8 24,8 38,3 informasi melalui media dan teman antara
pernah
1 kali 38,0 25,7 38,0 40,7
mahasiswa laki-laki dan perempuan. Iklan
makanan memiliki potensi untuk
≥ 2 kali 52,1 60,5 37,2 21,0
menyampaikan pengaruh yang kuat dalam
Jenis sayur
Sayur yang 56,2 56,3 60,0 55,1
konsumsi makanan. Pesan yang ditampilkan
ditumis melalui media elektronik maupun cetak sering
Sayur mentah 9,1 7,2 11,7 9,0 memengaruhi konsumsi makanan. Mahasiswa
Sayur 34,7 36,5 28,3 35,9 yang banyak menghabiskan waktu menonton
berkuah
Vol. 11, 2018 FAKTOR PEMILIHAN MAKANAN MAHASISWA PPKU IPB 57

TV cenderung akan memperlihatkan motivasi tersedia di warung makan sekitar kampus.


sosial yang tinggi terhadap konsumsi, dan Hasil penelitian menemukan bahwa baik
memiliki pengetahuan tentang produk suatu mahasiswa laki-laki maupun perempuan cukup
makanan. Hasil penelitian ini menerangkan mementingkan alasan kemudahan karena
bahwa tidak terdapat perbedaan paparan dapat diperoleh dengan mudah di warung-
informasi melalui teman antara mahasiswa warung sekitar kampus dan asrama.
laki-laki dan perempuan. Teman memiliki Sementara itu, alasan sensorik diukur dengan
pengaruh terhadap pemilihan makanan yang mempertimbangkan aroma yang enak, terlihat
berakhir pada konsumsi makanan. Kurangnya menarik, tekstur yang lembut, dan rasa yang
pengaruh teman dalam pemilihan makan sayur enak. Pada mahasiswa laki-laki dan
pada mahasiswa yang ditemukan dalam perempuan dalam penelitian ini, alasan ini
peneltian ini dapat terjadi karena karakteristik cukup penting karena makanan yang memiliki
mahasiswa yang berusia 17 hingga 21 tahun aroma enak dan tampilan menarik akan
sudah terbiasa untuk menentukan makanan mendorong seseorang untuk mencoba dan
sendiri. mengonsumsi makanan khususnya sayur.
Alasan kandungan alami dalam pangan
Pemilihan Makanan dengan mempertimbangkan komposisi
makanan yang terdiri dari olahan sayur yang
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat mengandung bahan alami dan tidak
tiga alasan utama dalam pemilihan makanan mengandung bahan kimia berbahaya, serta
khususnya sayur pada mahasiswa yaitu tidak mengandung bahan buatan. Hasil
kesehatan, suasana hati, dan pengendalian penelitian menunjukan bahwa mahasiswa
berat badan. Pertama, mahasiswa memilih cukup mementingkan alasan ini dalam
makan sayur dengan alasan kesehatan karena pemilihan makanan. Mahasiswa yang
mengandung vitamin dan mineral, dapat memperhatikan kandungan alami dalam
menjaga kesehatan tubuh, bergizi, tinggi pangan cenderung menerapkan konsumsi
protein, baik untuk pencernaan, dan tinggi makan sehat seperti sayur. Alasan harga
serat. Kedua, mahasiswa laki-laki dan dalam pemilihan makanan terdiri dari
perempuan memiliki kecenderungan pertimbangan murah dan harga yang
mementingkan alasan suasana hati dengan terjangkau. Harga sayur di warung makan
pertimbangan dapat menjadikan tubuh lebih sekitar kampus dijual dengan harga
sehat, menyadarkan tentang pola hidup sehat, Rp2.000,00 hingga Rp4.000,00 per porsi
dapat meredakan stres, dan membuat tubuh setara dengan setengah mangkok. Harga
merasa lebih baik. Ketiga, alasan tersebut dapat dijangkau oleh mahasiswa
pengendalian berat badan dengan dengan uang saku rata-rata Rp1.120.000,00
pertimbangan rendah kalori, dapat membantu setiap bulan.
mengontrol berat badan, dan rendah lemak
(Tabel 2). Penelitian menemukan adanya perbedaan
nyata dalam hal alasan harga dalam pemilihan
Selain tiga alasan di atas, terdapat beberapa makanan khususnya sayur antara mahasiswa
alasan dalam pemilihan makanan yaitu laki-laki dan mahasiswa perempuan.
kemudahan, sensorik, kandungan alami dalam
Mahasiswa laki-laki lebih mementingkan
pangan, harga, familiaritas, dan masalah etika.
Alasan kemudahan dalam penelitian ini diukur alasan harga dalam memilih makanan dengan
dalam aspek mudah dalam menyiapkan mempertimbangkan harga murah dan
makanan (sayur), mudah dimasak, dapat dibeli terjangkau dibandingkan mahasiswa
di warung makan sekitar asrama, dan banyak perempuan.
Tabel 2 Rataan capaian indeks alasan pemilihan makanan berdasarkan jenis kelamin
Alasan pemilihan Rata-rata indeks p-value
makanan Laki-laki Perempuan Total
Kesehatan 74,5± 17,4 75,4± 17,8 75,0± 17,6 0,651
Suasana hati 66,6± 18,0 66,3± 17,8 66,4± 17,9 0,871
Kemudahan 56,5± 14,0 55,1± 15,3 55,7± 14,7 0,412
Sensorik 59,7± 18,3 58,3± 19,6 58,9± 19,0 0,546
Kandungan alami dalam 57,6± 22,4 56,0± 23,5 56,7± 23,0 0,573
pangan
Harga 62,0± 20,1 56,7± 20,7 58,9± 20,6 0,029*
Pengendalian berat 64,5± 18,5 67,1± 19,1 66,0± 18,8 0,252
badan
Vol. 11, 2018 FAKTOR PEMILIHAN MAKANAN MAHASISWA PPKU IPB 58

Familiaritas 64,2± 19,6 64,5± 20,4 64,4± 20,1 0,896


Masalah etika 61,6± 17,3 59,0± 16,9 60,1± 17,1 0,203
Keterangan : *=signifikan pada level 0,05

Alasan familiaritas meliputi makanan yang peningkatan dan mengoptimalkan kebiasaan


sering di konsumsi pada waktu kecil, makanan mahasiswa dalam konsumsi sayur.
yang tidak asing bagi mahasiswa, dan biasa Tabel 3 Hasil analisis regresi berganda
dikonsumsi. Kebiasaan mengonsumsi antara karakteristik mahasiswa,
makanan didorong oleh ketersediaan makanan karakteristik keluarga, gaya
yang disiapkan oleh orang tua di rumah. Pada
pengasuhan, pola komunikasi, media
alasan ini, mahasiswa laki-laki dan perempuan
juga memiliki kecenderungan mementingkan dan teman terhadap pemilihan
alasan familiaritas dalam memilih makanan. makan
Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa laki-laki Pemilihan makanan
Variabel
dan perempuan cenderung memilih dan B β Sig.
mengonsumsi makanan yang biasa Konstanta 16,441 0,110
dikonsumsi sejak kecil. Alasan etika dalam Jenis kelamin (0=laki-
-2,964 1,462 0,044*
pemilihan makanan meliputi sayur yang laki; 1=perempuan)
berasal dari petani Indonesia dan dikemas Uang saku -
-0,010 0,456
(rupiah/bulan) 0,040
dengan ramah lingkungan. Hasil penelitian Usia ayah (tahun) -0,016 0,166 0,921
menemukan bahwa mahasiswa laki-laki lebih Usia ibu (tahun) 0,335 0,179 0,063
mementingkan alasan ini dibandingkan Pendidikan ibu 0,260 0,493 0,599
perempuan. Hal ini menunjukan bahwa laki- Gaya pengasuhan
0,227 0,077 0,003**
laki lebih memahami dan peduli terhadap otoritatif
makanan yang ramah lingkungan dan berasal Gaya pengasuhan
-0,027 0,085 0,749
dari petani lokal. otoriter
Pengaruh Gaya Pengasuhan, Pola Gaya pengasuhan
-0,035 0,052 0,502
Komunikasi Keluarga, dan Paparan permissif
Pola komunikasi
Informasi Media dan Teman terhadap 0,011 0,085 0,898
conversation
Pemilihan Makanan Pola komunikasi
0,010 0,067 0,877
conformity
Hasil analisis regresi linear berganda Paparan informasi dari
0,340 0,047 0,000**
menerangkan bahwa variabel independen media
(jenis kelamin, uang saku, usia ayah dan ibu, Paparan informasi dari
-0,003 0,041 0,950
pendidikan ibu, gaya pengasuhan otoritatif, teman
otoriter, permissif, pola komunikasi Uji F 8,331
conversation orientatin, conformity orientation, Sig 0,000**
paparan informasi dari media, dan paparan R Square 0,300
informasi dari teman) memiliki pengaruh Adjusted R Square 0,264
terhadap pemilihan makan sayur sebesar 26,4 Keterangan : *= signifikan pada level 0,05; **=signifikan
persen (Tabel 3) dan sisanya sebesar 73,6 pada level 0,01
persen dipengaruhi oleh variabel lain yang PEMBAHASAN
tidak diteliti. Hasil penelitian ini menunjukan tiga alasan
Jenis kelamin memiliki pengaruh negatif utama dalam pemilihan makanan yaitu
signifikan terhadap pemilihan makanan kesehatan, suasana hati, dan pengendalian
sebesar 29,64 persen (β=-2,964;p<0,05). berat badan. Hal ini didukung oleh hasil
Artinya, mahasiswa laki-laki cenderung lebih penelitian Sun (2008) yang menemukan
memilih makan sayur dibandingkan bahwa alasan utama pemilihan makanan pada
perempuan. Selanjunya, gaya pengasuhan seseorang dengan rata-rata usia 21 tahun
otoritatif memiliki pengaruh positif sangat adalah harga, sensorik, dan suasana hati.
signifikan terhadap pemilihan makanan Menurut Steptoe et al. (1995), alasan sensorik,
sebesar 22,7 persen (β=0,227; p<0,01). harga, dan kesehatan menjadi alasan utama
Sementara itu, paparan informasi dari media dalam pemilihan pangan pada usia 17-89
memiliki pengaruh positif sangat signifikan tahun. Hasil penelitian menemukan bahwa
terhadap pemilihan makanan sehat sebesar 34 mahasiswa laki-laki cenderung memilih makan
persen (β= 0,340;p<0,01). Hal ini menunjukkan sayur dengan alasan harga murah dan
bahwa semakin optimal gaya pengasuhan terjangkau. Hasil ini sejalan dengan penelitian
otoritatif yang dilakukan orang tua dan Missagia et al. (2012) yang menemukan
peningkatan paparan informasi dari media bahwa laki-laki lebih memilih makanan dengan
yang diperoleh mahasiswa menyebabkan harga murah namun tidak bersedia
menghabiskan waktu untuk membandingkan
Vol. 11, 2018 FAKTOR PEMILIHAN MAKANAN MAHASISWA PPKU IPB 59

harga produk makanan, sebaliknya perempuan media akan cenderung memilih makan sayur
lebih banyak menghabiskan waktu untuk karena memiliki pengetahuan mengenai sayur.
membandingkan harga sebelum membeli Hal ini menjelaskan bahwa mahasiswa yang
produk makanan. banyak terpapar informasi melalui media lebih
Hasil penelitian juga menemukan bahwa memilih makan sayur karena
mahasiswa yang berasal dari Jawa Barat mempertimbangkan berbagai alasan. Paparan
cenderung memilih makanan yang tidak asing informasi melalui media akan mendorong
baginya dan sering dikonsumsi sejak kecil. mahasiswa untuk mempertimbangkan alasan
Seseorang akan cenderung memilih makanan kesehatan, suasana hati, kemudahan, daya
yang sudah biasa dimakan dibandingkan tarik sensorik, kandungan alami dalam
mengambil resiko untuk mencoba makanan pangan, harga, pengendalian berat badan,
yang baru (Steptoe et al., 1995). Selain itu, familiaritas, dan alasan masalah etika.
mahasiswa yang memiliki uang saku setiap Kebiasaan makan dan pilihan makanan di
bulan di atas rata-rata cenderung tidak kalangan remaja ternyata lebih kompleks dan
memperhatikan harga yang murah dan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti fisik,
terjangkau dalam memilih makan sayur. Uang sosial, lingkungan budaya, pengaruh
saku yang besar akan mendorong seseorang lingkungan sekitar (teman, keluarga, dan
untuk memilih makanan yang modern dengan media) serta faktor psikososial (Robert &
pertimbangan prestige dan harapan akan Williams, 2000). Media massa, industri
diterima oleh teman. Hal ini sejalan dengan makanan, dan iklan khususnya iklan yang
hasil penelitian Biloukha (2000) bahwa harga melalui media massa, seperti televisi dan
makanan merupakan bagian paling penting majalah-majalah wanita akan mendukung
dalam pemilihan makanan bagi seseorang masyarakat dalam pertimbangan pemilihan
dengan pendapatan rendah. Seseorang makanan. Khususnya pada anak-anak dan
dengan keadaan ekonomi baik, cenderung remaja, konsumsi makanan yang mengandung
mengesampingkan harga dalam pemilihan tinggi garam, gula, lemak, kalori, dan minuman
makanan karena adanya pertimbangan rasa berkarbonat sangat dipengaruhi oleh paparan
dan kemudahan dalam penyiapan makanan. iklan di media massa. Televisi mempunyai
Wrieden (1996) menyatakan bahwa anak dari hubungan dengan peningkatan konsumsi
latar belakang sosial ekonomi tinggi makanan tinggi lemak, gula, garam dan
mengonsumsi sayur dan kentang (bukan minuman berkarbonat serta rendah serat, serta
keripik kentang) lebih banyak dibandingkan makanan yang ditayangkan lewat televisi
anak dari latar belakang tidak makmur. beresiko memberi pengaruh pada perilaku
Hasil penelitian ini menerangkan bahwa makan anak (Maurer & Smith, 2005)
pemilihan makan sayur dipengaruhi oleh dua Pemilihan makanan khususnya sayur
variabel yaitu gaya pengasuhan otoritatif dan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor
paparan informasi melalui media. Hal ini personal, faktor lingkungan, dan faktor
menunjukan bahwa mahasiswa dengan gaya makanan. Faktor lingkungan memengaruhi
pengasuhan otoritatif lebih memilih makan seseorang melalui interaksi secara langsung
sayur dibandingkan mahasiswa dengan gaya maupun melalui pemodelan. Interaksi dengan
pengasuhan otoriter dan permisif. Hal ini lingkungan sosial akan memberikan dampak
sejalan dengan penelitian Kremes et al. (2003) pengetahuan mengenai suatu produk
yang menemukan bahwa anak dengan gaya makanan. Menurut Hota dan McGuiggan
pengasuhan otoritatif cenderung lebih banyak (2005), tingkatan agen sosialisasi yang
mengonsumsi sayur dan buah dibandingkan memengaruhi sosialisasi konsumen yaitu
anak dengan pengasuhan yang lainnya. Hasil orang tua, media (televisi/iklan), dan teman.
penelitian Patrick et al. (2005) menyatakan Media massa memengaruhi seseorang untuk
bahwa anak dengan gaya pengasuhan mengembangkan pengetahuan dan motivasi
otoritatif lebih memperlihatkan peningkatan untuk mengonsumsi makanan. Orang tua
konsumsi harian dan konsumsi sayur karena memengaruhi praktek makan anak melalui
orang tua lebih menyediakan buah-buahan menyediakan makanan untuk dikonsumsi oleh
dan sayur di rumah, serta lebih berupaya untuk anak dan memberikan pengetahuan tentang
memberikan buah dan sayur pada anak makanan ke anak. Orang tua dapat berfungsi
mereka. sebagai panutan untuk perilaku makan anak,
Hasil penelitian ini menemukan bahwa sikap terhadap makanan, dan preferensi
paparan informasi dari media memiliki makan (Rozin et al., 1984). Hal ini menunjukan
pengaruh sangat signifikan terhadap pemilihan bahwa pemilihan makanan setelah dewasa
makanan khususnya sayur pada mahasiswa terus dipengaruhi oleh proses sosialisasi yang
dalam penelitian ini. Hal ini menunjukan bahwa dimulai pada masa kanak-kanak dan orang tua
mahasiswa yang terpapar informasi melalui sangat berperan dalam proses tersebut.
Vol. 11, 2018 FAKTOR PEMILIHAN MAKANAN MAHASISWA PPKU IPB 60

SIMPULAN DAN SARAN sehingga dapat memberikan keleluasaan bagi


Proporsi jumlah mahasiswa perempuan yang mahasiswa untuk memilih sayur yang biasa
terlibat sebagai partisipan penelitian ini lebih mahasiswa konsumsi ketika di rumah. Bagi
banyak dibandingkan mahasiswa laki-laki. pemerintah khususnya Kementerian
Rata-rata uang saku mahasiswa dalam Kesehatan sebaiknya meningkatkan
penelitian ini adalah sebesar Rp1.120.000,00 kepedulian terhadap konsumsi sayur pada
per bulan. Hasil penelitian menemukan bahwa remaja melalui berbagai program konsumsi
lebih dari setengah mahasiswa berada pada sayur agar dapat meningkatkan kualitas
kategori keluarga sedang yaitu jumlah anggota kesehatan remaja di masa yang akan datang.
keluarga sebanyak lima hingga tujuh orang.
Proporsi terbesar ayah mahasiswa laki-laki DAFTAR PUSTAKA
berada pada kategori usia tua, sedangkan Baumrind, D. (1972). An exploratory study of
ayah pada mahasiswa perempuan proporsi socialization effects on Black children:
terbesarnya berada pada kategori separuh Some Black-White comparisons. Child
baya. Hasil juga menemukan bahwa lebih dari Development, 43, 261-267.
tiga perempat ibu mahasiswa berada pada Benton, D. (2004). Role of parents in the
kategori usia separuh baya. Selain itu, satu determination of the food preferences of
dari tiga mahasiswa memiliki orang tua yang children and the development of obesity.
telah menempuh pendidikan sampai jenjang International Journal of Obesity. 28: 858-
SMA. Rata-rata pendapatan keluarga 869.
mahasiswa adalah sebesar Rp5.740.000,00 Biloukha, Oleg, O., & Utermohlen V. (2000).
per bulan. Correlates of food consumtion and
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perception of food in an educated urban
terdapat perubahan jumlah dan frekuensi population in Ukraine. Food Quality and
konsumsi sayur pada mahasiswa sebelum dan Preference, 11, 475-485. Diambil dari
setelah masuk IPB. Hasil menemukan bahwa http://www.sciencedirect.com/science/art
hampir seluruh mahasiswa mempunyai gaya icle/pii/S0950329300000203. [diunduh
pengasuhan otoritatif dari orang tuanya. Selain 25 Mei 2016].
itu, lebih dari tiga perempat mahasiswa laki- Badan Ketahanan Pangan Daerah [BKPD].
laki dan perempuan mempunyai tipe pola (2015). Kontribusi sayur dalam pola
komunikasi conversation orientation dengan pangan harapan keluarga Indonesia.
orang tuanya. Mahasiswa laki-laki dan [internet]. [diunduh pada 28 April 2016].
perempuan cenderung terpapar informasi Tersedia pada:
melalui media dibandingkan oleh teman. Hasil http://bkpd.jabarprov.go.id/kontribusi-
penelitian mengidentifikasi tiga alasan utama sayur-dalam-pola-pangan-harapan-
dalam pemilihan makanan khususnya sayur keluarga-indonesia/
pada mahasiswa yaitu kesehatan, suasana Cutler, G.J., Flood, A., Hannan, P.J., Slavin,
hati, dan pengendalian berat badan. Hasil uji J.L., Neumark-Sztainer, D. (2011).
regresi linear berganda menunjukan bahwa Association between major patterns of
pemilihan makan sayur pada mahasiswa dietary intake and weight status in
dipengaruhi oleh gaya pengasuhan otoritatif adolescents. British Journal of Nutrition.
yang diterima mahasiswa dari orang tuanya, 13: 1–8.
paparan informasi dari media, dan jenis Daniloski, K. M. (2011). Adolescent Food
kelamin mahasiswa. Choice: Developing and Evaluating a
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat Model of Parental Influence (Disertasi).
menganalisis variabel pengetahuan terhadap University of. Faculty of Virginia
pemilihan makanan, mengukur konsumsi sayur Eertmans, A. (2006). Sensory-affective and
pada waktu dan situasi tertentu, serta other determinant of food choice: their
mengukur pemilihan makanan berdasarkan relative importance and variability across
faktor atribut makanan (rasa, warna, tekstur, individualsand snd situations. (Disertasi)
bentuk). Bagi orang tua, sebagai agen penting Chatolic University of Leuven, Leuven.
dalam proses sosialisasi konsumen, Elmanora, Muflikhati, I., Alfiasari. (2012). Gaya
hendaknya dapat memberikan pengetahuan pengasuhan dan perkembangan sosial
dan informasi mengenai pemilihan makanan emosi anak usia sekolah pada keluarga
khususnya sayur dengan menerapkan gaya petani kayu manis. Jurnal Ilmu Keluarga
pengasuhan otoritatif yang memberikan dan Konsumen. 5(2): 128-137
pengetahuan dan informasi terkait manfaat Epstein, L. H., Wisniewski, L., & Weng, R.
mengonsumsi makanan sehat sejak dini. Bagi (1994). Child and parent psychological
institusi pendidikan, hendaknya menyediakan problem influence child weight control.
kantin yang memiliki berbagai menu sayur 2(6), 509-515. Diambil dari
Vol. 11, 2018 FAKTOR PEMILIHAN MAKANAN MAHASISWA PPKU IPB 61

http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002 juice, and vegetable consumption. 59,


/j.1550-8528.1994.tb00099.x. [diunduh 224–235.
25 Mei 2016]. Pasaribu, R. M., Hastuti, D., & Alfiasari.
Hadi, H. (2005). Beban ganda masalah (2013). Gaya pengasuhan permisif dan
kebijakan gizi dan implikasinya terhadap rendahnya sosialisasi nilai dalam
pembangunan kesehatan nasional. keluarga beresiko terhadap penurunan
Pidato Jabatan Guru Besar Universitas karakter remaja. Jur. Ilm. Kel. & Kons. 6
Negeri Yogyakarta (3): 163-171.
Hawkins, D. I., Best, R. J., & Coney, K. A. Patrick, Heather, Theresa, A., Nicklas, Sheryl,
(2002). Consumer Behaviour: Building O. H., & Miriam, M. (2005). The Benefits
Marketing Strategy. New York: Tata of Authoritative Feeding Style: Caregiver
McGraw Hill Companies. 212-215. Feeding Styles and Children's Food
Hota, M., & McGuiggan, R. (2005). The Consumption Patterns. 44(2), 243-49.
Relative Influence of Consumer Perera, T., Madhujith, T. (2012). The Pattern of
Socialization Agents on Children and Consumption of Fruits and Vegetables
Adolescents – Examining the Past and by Undergraduate Students: A Case
Modeling the Future. [internet] diakses Study. 23(3), 261–271.
pada tanggal 15 Januari 2016
Raiha, T., Tossavainen, K., Turunen, H.,
http://www.acrwebsite.org/volumes/1383
Enkenberg, J., & Halonen, P. (2006).
1/eacr/vol7/E-07
Adolescent’s nutrition health issues:
John, D. R. (1999). Consumer Socialization of
opinion of Finnish seventh-graders.
Children: a retrospective look at twenty-
Health Education, 106(2), 114-132.
five years of research. Journal of
Ree, M., Riedger, N., & Moghadasian, M. H.
Consumer Research, 26(3), 183-213.
(2008). Factors affecting food selection
Koerner, A. F., & Fitzpatrick, M. A. (2002). in Canadian Population. Eur J Clin Nutr.
Understanding family communication 62(1):1255-1262.
patterns and family functioning: The
Robert, B. S. W., & Williams, S. R. (2000).
roles of conversation orientation and
Nutrition Throughout The Life Cycle. 4th
conformity orientation. 26, 37–68.
Edition. The McGraw-Hill Book
Kremes, S. P. J., Bru, J., Vries de H., &
Companies :Inc. Singapore
Engels, R. C. M. E. (2003). Parenting
style and adolescents fruit consumtion. Robinson, C., Mandleco, B., Olsen, S. F., &
43-50. Hart, C. H. (1995). Authoritative,
authoritarian, and permissive parenting
Lyte, L. A., Seifert, S., Greenstein, J., &
practices: development of a new
McGovern, P. (2000). How do children’s
measure. Psychological Report. 77, 819-
eating patterns and food choices change
830.
over time? Results from a cohort study.
Saufika, A., Retnaningsih, Alfiasari. (2012).
American Journal of Health Promotion
Gaya hidup dan kebiasaan makan
14: 222–228.
mahasiswa. Jurnal Ilmu Keluarga dan
Maurer, F.A., & Smith, C.M. (2005).
Konsumen, 5 (2):157-165
Community Public Health Nursing
Practice : Health For Families And Scaglioni, S., Salvioni, M., & Galimberti, C.
Populations. Third Edition (2008). Influence of parental attitudes in
the development of children eating
McLeod, J. M., & Chaffee, S. H. (1972). The
behavior. British Journal of Nutrition. 99:
construction of social reality. In J.
22-25.
Tedeschi. The social influence process,
50-59. Septiani, I. A. P. (2014). Faktor-faktor yang
Missagia, S. V., Oliveira de R., & Rezende de berhubungan dengan pemilihan
D. C. (2012). Food choice motives and makanan pada siswa sekolah
healthy eating: Assessing gender menengah atas di kota Yogyakarta.
differences. 22-26. (Tesis]. UGM: Yogyakarta.
Mowen, J. C., & Minor, M. (1998). Consumer Sommer, I., MacKenzie, H., Venter, C., Dean,
Behaviour. Ed ke-5. New Jersey: T. (2012). Factor influencing food
Prentice Hall. choices of food-allergic consumers:
findings from focus groups. 67: 1319-
Nicklas, T. A., Baranowski, J.C., Cullen, K.,
1322.
Rittenberry, L., & Olvera, N. (2001).
Steptoe, A., Pollard, T. M., & Wardle, J. (1995).
Family and child-care provider
Development of a measure of the
influences on preschool children’s fruit,
motives underlying the selection of food:
Vol. 11, 2018 FAKTOR PEMILIHAN MAKANAN MAHASISWA PPKU IPB 62

the food choice questionnaire. 25, 267-


284.
Sumarwan, U. (2011). Perilaku Konsumen:
Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Ed ke-2. Bogor (ID): Ghalia
Indonesia.
Sun, Y. C. (2008). Health concern, food choice
motives, and atitudes toward healthy
eating: the mediating role of food choice
motives. 51(1):42-49.
Ward, S., Donna, M. K., & Daniel, B. W.
(1990). Consumer socialization
reserach: Content analysis of post-1980
studies, and some implications for future
work. Advances in Consumer Research,
17, 798-803.

Ward, S., Donna, M. K., & Daniel, B. W.


(1990). Consumer socialization
reserach: Content analysis of post-1980
studies, and some implications for future
work. Advances in Consumer Research.
17: 798-803
Wrieden, W. (1996). Fruit and vegetable
consumption of 10–11 year old children
in a region of Scotland. Health
Education Journal, 14, 185–19.
Wrieden, W. (1996). Fruit and vegetable
consumption of 10–11 year old children
in a region of Scotland. Health
Education Journal. 14: 185–19
Yuliati, L. N., Retnaningsih, & Aprilia, D.
(2012). Pengaruh kelompok acuan
terhadap kesadaran dan konsumsi
beras merah (Oryza nivara). Jur. Ilmu
Keluarga dan Konsumen, 5(2), 166-174

Anda mungkin juga menyukai