Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL PENELITIAN

Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Anak Usia Sekolah di SDN Harapan
Baru Bekasi Utara

Oleh :

Silvy Khoiryah 1705025062

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH PROF.DR.HAMKA

JAKARTA

2021
ABSTRAK

i
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
2.1
2.2
2.3
BAB III KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
BAB IV METODE PENELITIAN
1.1
1.2
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Naskah Penjelasan
Lampiran 2.
Lampiran 3.

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsumsi buah dan sayur masyarakat Indonesia masih sangat kurang dimana pada anak
usia lebih dari 10 tahun 63,3% tidak mengonsumsi sayuran 62,1% tidak mengonsumsi buah-
buahan. Hasil Riskesdas 2018 didapatkan hasil proporsi konsumsi sayur dan buah kurang dari 5
porsi per hari pada penduduk umur lebih dari 5 tahun di Indonesia yaitu sebesar 95,5% (Nurul
Faridah et al, 2019). Berdasarkan Departemen Kesehatan RI tahun 2013 menunjukkan anak usia
lebih dari 10 tahun kurang mengonsumsi buah dan sayur di Jawa Barat adalah 96,4% (Depkes,
2013).

Anak usia sekolah dasar (SD) merupakan masa yang sangat menentukan terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat drastis baik mental maupun fisik. Asupan zat gizi
dari makanan yang seimbang begitu penting untuk menjamin tumbuh kembang anak yang sehat
dan aktif (Mohammad and Madanijah, 2015). Didalam salah satu pesan dari 10 pesan Pedoman
Gizi Seimbang, pesan kedua diantara nya memperbanyak konsumsi sayur dan buah yang cukup.
Oleh karena itulah, asupan bergizi seimbang yaitu konsumsi sayur dan buah juga mengandung
vitamin, mineral dan antioksidan yang berguna sebgai sistem imun atau sistem pertahanan tubuh
dari radikal bebas (Damayanti et al, 2018). Buah dan sayur merupakan komponen penting dalam
makanan yang bergizi. Buah dan sayur mengandung vitamin, mikronutrien esensial, serat,
protein nabati dan komponen biofungsional. Manfaat yang terdapat pada buah dan sayur adalah
mencegah penyakit kronis seperti jantung, kanker, diabetes, dan obesitas serta untuk
pemberantasan kekurangan zat gizi mikro (Istiana, 2018).

Salah satu masalah yang berkaitan dengan perilaku makan adalah kuranya konsumsi buah
dan sayur dimana salah satu kelompok usia yang paling rentan jika kurang konsumbuah dan
sayur yaitu anak usia sekolah. Oleh karena itu, apabila kebiasaan makanbaik dengan menerapkan
makanan sehat dan bergizi seimbang seperti mengonsumsi buah dan sayur maka kebiasan
tersebut akan berpengaruh hingga tumbuh dewasa nanti (Nirmala, 2018). Kebiasaan atau

1
perilaku makan pada anak tidak lepas dari peran orang tua khusus nya ibu dalam mengendalikan
ketersediaan dan memberikan makan yang berhubungan dengan asupan buah dan sayur. Apabila
ibu memberi makan anak sesuai dengan pola menu seimbang dan membiasakan memberikan
asupan variasi buah dan sayur secara berulang setiap 3 -5 hari, yang secara tidak langsung
membentuk kebiasaan makan yang baik pada anak (Ayu, 2015) karena jika pada masa anak
dibiasakan makan yang tidak sehat akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
kedepannya (Handayani, 2019). Kurang nya mengonsumsi buah dan sayur merupakan perilaku
makan yang dapat merugikan bagi kesehatan seperti overweight dan obesitas pada anak usia
sekolah sehingga apabila dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan risiko penyakit
kardivaskuler pada saat dewasa kelas (Nurlidyawati, 2015).

Suhubungan dengan penting nya konsumsi sayur dan buah oleh karena itu organisasi
pangan dan pertanian dunia Food and Agriculture Organization (FAO) dan World Health
Organization (WHO) merekomendasikan warga dunia untuk konsumsi sayur dan buah secara
teratur sebanyak 400 gram/hari nya (tidak termasuk kentang dan umbi-umbian tepung lainnya)
untuk mencegah penyakit (FAO, 2010) begitupun dengan Pedoman Gizi Seimbang (PGS)
menganjurkan kecukupan konsumsi sayur dan buah menurut usia. Untuk kelompok usia balita,
usia pra sekolah (5 – 6 tahun) dan anak usia sekolah (6 – 12 tahun) kecukupannya 300 – 400
gram/orang/hari (Hermina, 2016).

Berdasarkan hal tersebut, maka peniliti tertarik untuk mengetahui perilaku yang
berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur terutama pada anak usia sekolah khususnya di
SDN Harapan Baru Bekasi Utara. Pemilihan di SDN Kota Bekasi dilakukan secara sengaja
karena menunjukkan bahwa 83,3% siswa kelas V kurang mengonsumsi buah sayur. Oleh karena
itu peneliti tertarik untuk meneliti perilaku konsumsi buah dan sayur pada anak-anak

1.2 Rumusan Masalah

Menggambarkan perilaku konsumsi buah dan sayur di SDN Harapan Baru Bekasi Utara.
Peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengetahuan ibu mengenai konsumsi buah dan sayur?

2
2. Bagaimanakah gambaran pola makan siswa kelas IV – V di SDN Harapan Baru
dalam kaitanya terhadap konsumsi buah dan sayur?

1.3 Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui perilaku konsumsi buah
dan sayur pada anak usia SDN Harapan Baru di Bekasi Utara.
b. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi jenis kelamin siswa
2. Mengidentifikasi pendidikan ibu
3. Mengidentifikasi pengetahuan gizi ibu tentang buah dan sayur
4. Mengidentifikasi perilaku ibu dalam pemberian buah dan sayur
5. Menganalisis hubungan pendidikan ibu dengan konsumsi sayur dan buah
6. Menganalisis hubungan pengetahuan pengetahuan ibu dengan konsumsi buah dan
sayur
7. Menganalisis hubungan perilaku ibu dengan pemberian makan buah dan sayur

1.4 Manfaat
1. Bagi Peniliti

Peneliti ini diharapkan dapat menambah memberikan kontribusi terhadap ilmu


pengetahuan khususnya menambah referensi tentang Perilaku Konsumsi Buah dan
Sayur Anak Usia Sekolah di SDN Harapan Baru Bekasi Utara.

2. Manfaat Masyarakat
Diharapkan dapat memberikan manfaat dan menjadi suatu referensi tambahan kepada
masyarakat untuk mengetahui Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Anak Usia Sekolah
di SDN Harapan Baru Bekasi Utara.
3. Manfaat Institusi
Studi literatur ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang
gizi klinik dan informasi terkait Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur Anak Usia
Sekolah di SDN Harapan Baru Bekasi Utara

3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini, masalah yang diteliti adalah konsumsi buah dan sayur pada siswa
kelas IV dan V di SDN Harapan Baru Bekasi Utara tahun 2021. Penelitian ini dilakukan karena
anak usia sekolah cenderung kurang mengosumsi buah dan sayur, padahal buah dan sayur sangat
penting dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan April tahun 2021 dengan menggunakan metode cross sectional melalui pengisian
kuesioner oleh responden untuk mengetahui perilaku yang berhubungan dengan konsumsi buah
dan sayur siswa SDN Harapan Baru Bekasi Utara tahun 2021.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Usia Sekolah Dasar


2.1.1 Definisi

Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berada pada usia-usia sekolah dengan usia
6-12 tahun. masa anak usia sekolah berada pada dua masa perkembangan, yang pertama
yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan yang kedua yaitu masa kanak-kanak akhir
(10-12 tahun) (Istiqoman and Suyadi, 2019). Pada anak juga memiliki pola-pola tersendiri
yang khas sesuai dengan perkembangan. Beberapa aspek yang pesat pada usia SD yaitu
perkembangan bahasa, emosi, dan sosial anak (Dewi, et al. 2020).

Menurut PGS (Pedoman Gizi Seimbang), ada beberapa pedoman yang dapat
digunakan sebagai panduan agar anak dapat hidup pergizi dan sehat yaitu (Kemkes, 2014):

a. Biasakan makan tiga kali sehari (pagi, siang dan malam) bersama kelaurga.
b. Biasakan mengonsumsi sumber protein seperti ikan dan lainnya.
c. Perbanyak mengonsumsi sayuran dan cukup buah-buahan.
d. Biasakan untuk membawa bekal makanan dan air putih dari rumah.
e. Batasi mengonsumsi makanan cepat saji, jajanan yang manis, asin dan berlemak.
f. Biasakan setelah makan pagi dan sebelum tidur untuk menyikat gigi sekurang-
kurangnya dua kali sehari.
g. Hindari merokok.

2.1.2 Perilaku Makan

Perilaku makan merupakan kebiasaan makan yang bisa diubah untuk membutuhkan
makan. Perilaku makan anak sekolah masih dipengaruhi oleh kelompok ataupun orangtua
dan sekolah dapat membentuk perilaku makan anak, karena dilingkungan sekolah anak
mudah terpapar jajanan kaki lima dan anak mempunyai kemampuan membeli disebabkan
harganya murah, menarik dan bervariasi (Indriantu, 2020). upaya untuk memenuhi kebutuhan

5
gizi dibentuk dengan perilaku makan yang baik. Perilaku makan yang tidak sesuai akan
menyebabkan asupan gizi berlebih atau sebaliknya kekurangan. Asupan berlebih
menyebabkan kelebihan zat gizi. Sebaliknya, asupan makanan yang kurang akan
menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit. Perilaku makan yang baik
juga perlu dikembangkan untuk menghindari interaksi negative dari at gizi yang masuk
dalam tubuh (Demir and Bektas, 2017).

2.1.3 Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah

Fungsi gizi pada anak usia sekolah antara lain adalah memberikan bahan pembangun
untuk pertumbuhan, menyediakan kebutuhan energy untuk aktivitas fisik, membantu
menjaga daya tahan tubuh terhadap infeksi, serta menjamin ketersediaan gizi dalam tubuh
untuk kebutuhan pertumbuhan pada saat remaja (Fikawati, 2017). Untuk gizi anak harus
memenuhi komposisi 15% protein, 35% lemak, 50% karbohidrat, vitamin dan mineral.
Bentuk dan susunannya tergantung dari jenis kelamin, usia, 6 aktivitas, dan kondisi fisik anak
(Akhmad, 2014). Angka Kecukupan Gizi (AKG) menganjurkan oleh Peraturan Menteri
Kesehatan No. 75 tahun 2013 menurut kelompok usia 7-9 tahun kebutuhan energy nya 1850
kkalori, untuk laki-laki 10-12 tahun kebutuhan energinya yaitu 2.100 kkalori, sedangkan
untuk perempuan 10-12 tahun kebutuhan energinya yaitu 2000 kkal (Riani, et al. 2019).

2.2 Buah dan Sayur


2.2.1 Definisi

Buah dan sayur menurut studi epidemiologi adalah semua tumbuhan pangan yang
dapat dimakan kecuali butir gandu,, kacang-kavangan, benih, daun the, biji kopi, biji coklat,
rempah-rempah dan bumbu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014), buah
merupakan bagian tumbuhan yang berasal dari bunga atau putik dan biasanya berbiji,. Secara
botani, buah merupakan bagian dari tanaman yang mengandung biji. Buah memiliki
kandungan zat gizi bagi tubuh yang cukup lengkap seperti protein lemak dan karbohidrat.
Sedangkan, Sayuran didefinisikan sebagai bahan makanan yang berasal dari bagian

6
tumbuhan yang dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh. (Mudiarti and
Amaliah, 2013).

2.2.2 Manfaat

Buah-buahan yang berwarna kuning seperti mangga, papaya dan oisan raja
mengandung provitamin A yang cukup tinggi, sedangkan buah yang memiliki rasa asam
seperti jeruk, jambu biji dan rambutan kaya akan vitamin C. karena umumnya buah dimakan
dalam bentuk mentah, buah-buahan merupakan sumber utama vitamin C (Muna, 2019).

Macam sayuran dan manfaatnya berdasarkan warna (Kemkes, 2020), antara lain:

a. Sayuran bewarna hijau, mempunyai fungsi untuk menguatkan sel orak dan
membantu produksi sel darah
b. Sayuran berwarna ungu, berfungsi untuk meningkatkan imun dan melindungi
kerusakan otak.
c. Sayuran bewarna kuning dan orange, bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan
pada indera penglihatan.
d. Sayuran bewarna merah, berfungsi melindungi pembuluh darah dan kesehatan
jantung.
e. Sayuran bewarna putih, dapat mengontrol kadar kolesterol dan tekanan darah.

Aphrodita (2013), menyatakan bahwa manfaat mengonsumsi buah dan sayur sebagai
berikut:

a. Buah dan sayur mengandung enzim yang penting untuk sistem saluran
pencernaan dan sistem penyerapan gizi yang terkandung dalam makanan dan
minuman yang kita konsumsi sehari-hari.
b. Buah dan sayur mengandung protein, vitamin, mineral, asam lemak esensial,
karbohidrat, dan sebagainya yang mudah diserap dan dicerna oleh tubuh kita.
c. Kandungan vitamin, mineral dan serat yang terdapat dalam buah dan sayur
berfungsi sebagai zat pengatur untuk mencegah terjadinya defisiensi vitamin dan
mencegah terjadinya berbagai gejala penyakit seperti sembelit, anemia, penurunan

7
fungsi mata, penurunan system imun, dan mencegah munculnya senyawa radikal
melalui anti oksidan.
d. Buah dan sayur memberi kontribusi terhadap pemenuhan zat gizi yang penting
bagi tubuh manusia.Mengonsumsi sayur dan buah dapat menurunkan risiko
penyakit kronis dan juga dapat membantu mengatur berat badan.

2.2.3 Dampak Kurang Konsumsi Buah dan Sayur


2.2.3.1 Mengambat Pertumbuhan dan Perkembangan

Kurangnya konsumsi buah dan sayur ada anak usia sekolahakan menimbulkantubuh
kekurangan nutrisi, sehingga akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak
(Hermina and Prihatini, 2016). Konsumsi buah dan sayur terutama yang mengandung
vitamin D, A, kalsium, fosfor dan magnesium dapat bersama-sama berperan dalam
membantu pembentukkan dan pemeliharaan tulang. Kekurangan vitamin D pada anak-anak
akan menyebabkan kelainan pada tulang yang dinamakan riketsia. Riketsia terjadi bila
pengerasan tulang pada tulang anak-anak terhambar sehingga menjadi lembek seperti kaki
membengkok, ujung-ujung tulang panjang membesar (lutut dan pergelangan), tulang rusuk
membengkok, gigi terlambat keluar, bentuk gigi tidak teratur dan mudah rusak. Kekurangan
vitamin A juga dapat mengambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada vitamin A
akan terjadi kegagalan dalam pertumbuhan, pertumbuhan tulang akan terhambat dan bentuk
tulang tidak normal. Kalsium, fosfor dan magnesium merupakan mineral yang beperan dalam
membentuk batang tulang yang merupakan bagian keras matriks tulang (Fibrihirzano, 2012).

2.2.3.2 Meningkatkan Risiko Kolesterol Darah Saat Dewasa

Jika tubuh kurang konsumsi buah dan sayur yang kaya akan serat, maka dapat
mengakibatkan tubuh kelebihan kolesterol darah, karena kandungan serat dalam buah dan
sayur mampu menyerap dan mengikat asam empedu di usus dan menurunkan penyerapan
kolesterol yang ada dalam makanan sehingga berdampak pada penurunan kadar kolesterol
darah (Rahayu, 2015). Serat tidak larut (lignin) dan serat larut (pectin, βglucans) mempunyai
efek mengikat zat-zat organik seperti asam empedu dan kolesterol sehingga menurunkan
jumlah asam lemak di dalam saluran pencernaan. Pengikatan empedu oleh serat juga

8
menyebabkan asam empedu keluar dari siklus enterohepatic, karena asam empedu yang
disekresi ke usus tidak dapat diabsorpsi, tetapi terbuang ke dalam feses (Yulandari, 2013).

2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Buah dan Sayur


2.3.1 Karakteristik Individu
2.3.1.1 Usia

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dan
kecukupan gizi individu dalam menentukan pemilihan makan an. Kebiasaan makan yang
diperoleh semaja kanak-kanak akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidu[an
selanjutnya. Preferensi dan pola asuhpan makanan dibentuk melalui pengalaman dini
terhadap makanan dan praktik pemberian makan oleh orang tua serta pengalaman makan
awal pada masa anak-anak (Nursani, 2017)

2.3.1.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi buah dan
sayur pada anak-anak. Jenis kelamin mempengaruhi kebiasaan dan perilaku makan karena
jenis kelamin menentukan besar kecilnya energi. Perbedaan jenis kelamin akan menentukan
besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang karena pertumbuhan dan perkembangan
individu satu dengan yang lain cukup berbeda (Lestari, 2013)

Dalam penelitian Muna (2019) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin dengan konsumsi buah dan sayur dan dapat diketahui juga jenis kelamin
laki-laki lebih berisiko mengonsumsi buah dan sayur dibandingkan dengan remaja yang
mempunyai jenis kelamin perempuan. Hasil penelitian lain yang juga sesuai adalah penelitian
Mushtaq et al., (2011) dan Pearson et al., (2009) yang menyatakan bahwa laki-laki diketahui
sebagai kelompok rentan yang tidak mematuhi rekomendasi porsi konsumsi buah dan sayur
perharinya

2.3.3.2 Kesukaan

Kesukaan adalah keadaan senang atau gemar terhadap sesuatu yang disukai atau
diinginkan. Adapun kesukaan yang diutamakan dan dijadikan sebagai pilihan disebut sebagai

9
preferensi. Kesukaan dan preferensi adalah faktor yang sama walaupu pengukurannya
berbeda. Kesukaan diukur dengan cara menanyakan apakah seseorang menyukai buah dan
sayur, sedangkan preferensi diukur dengan menanyakan buah sayur yang paling disukai.

Penelitian Bordheauduij, et al (2009) menunjukkan bahwa terdapat hubungan


bermakna antara kesukaan dan preferensi dengan konsumsi buah dan sayur pada anak usia 11
tahun. Ia juga mengatakan bahwa kesukaan dan preferensi dapat menjadi motivasi besar bagi
anak untuk mengonsumsi buah dan sayur. Pengenalan dan pemaparan buah dan sayur secara
berulang-ulanf saat usia dini dapat menjadi awal yang baik untuk meningkatkan kesukaan
anak.

Menurut Drewnowski dalam Widyawati (2009) juga menyebutkan faktor-faktor yang


mempengaruhi preferensi atau kesukaan natara lain rasa,aroma,tekstur dan kebiasaan makan.
Rasa yang tidak disukai anak sejak kecil dapat mempengaruhi dan preferensi anak sehingga
mengakibatkan kurangnya konsumsi buah dan sayur pada anak.

2.3.3.3 Keyakinan Diri

Keyakinan diri atau efikasi diri adalah kepastian akan kepercayaan yang sungguh-
sungguh. Dalam hal ini, keyakinan untuk mengonsumsi buah dan sayur akan berpengaruh
pada tingkat konsumsi buah dan sayur (Hibrihirzani, 2012). Granner & Evans (2012)
menemukan bahwa harapan hasil positif kesehatan dari konsumsi buah dan sayur (misalnya:
tumbuh otot yang lebih besar, menjadi lebih baik dalam olahraga, menjadi lebih sehat,
memiliki energi untuk berlari, bermain, dan berpikir) secara signifikan berkorelasi dengan
konsumsi buah dan sayur di antara siswa sekolah menengah di Amerika (usia 11-15 tahun).

2.3.2 Karakteristik Orang Tua


2.3.2.1 Pengetahuan Ibu

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan suatu objek tertentu. Penginderaan dilakukan menggunakan panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba. Pengetahuan
tentang buah dan sayur sangat mendukung perilaku anak untuk mengonsumsi buah dan

10
sayur. Dari sebuah pengetahuan, sesorang akan merasa sadar (awareness), tertarik (interest),
lalu menimbang-nimbang tentang baik atau tidaknya sesuatu kemudian ia akan mencoba
(trial) dan akhirnya mengadopsi (adoption) perilaku tersebut. Semakin memiliki pengetahuan
gizi yang baik, seorang individu akan semakin mempertimbangkan jenis dan kualitas
makanan yang akan dipilih untuk dikonsumsi. Konsumsi buah dan sayur meningkat karena
pengetahuan yang baik tentang manfaat kesehatan yang dapat diperoleh jika mengonsumsi
buah dan sayur (Muna, 2019).

2.3.2.2 Pendidikan Ibu

Pendidikan berpengaruh dalam pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan


gizi. Salah satu contoh, prinsip yang dimiliki sesorang dengan pendidikan rendah biasa nya
adalah “yang penting menyenangkan”, sehingga porsi bahan makanan sumber karbohidrat
lebih banyak dibandingkan dengan kelompok bahan makanan lain. Sebaliknya, kelompok
orang dengan pendidikan tinggi memiliki kecenderungan memilih bahan makanan sumber
protein dan akan berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi lain (Pangestika, 2019).

2.3.2.3 Perilaku Ibu

Kebiasaan makan pada anak tak lepas dari dari peran orang tua khususnya ibu
berperan sebagai educator yang dapat membantu anak untuk mengonsumsi buah dan sayur
(Nisa, 2020) apabila ibu memberi anak makan sesuai pola menu seimbang dan diberika terus
menerus setiap harinya secara tidak langsung akan membentuk kebiasaan makan yang baik
pada anak (Indira, 2015). Kebiasaan makan orang tua secara langsung maupun tidak
langsung mengarahkan pada kesukaan anak dan akan membentuk gaya hidup anak dalam hal
memilih makanan.

2.3.2.4 Dukungan Orang Tua

Orang tua merupakan salah satu pengaruh sosial yang penting terhadap perilaku
makana nak. Dukungan orang tua dalam meningkatkan buah dan sayur meliputi antara lain
peraturan orang tua tersebut dalam menganjurkan dan menyuruh anak mengonsumsi buah
sayur serta memberi fasilitas seperti menyiapkan buah dan sayur untuk bekal dan makanan
sehari-hari (Nisa, 2019). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif

11
antara pola konsumsi anak dan orang tua serta peran orang tua sehari hari juga dapat
mempengaruhi pola konsumsi anak (Afif and Sumarni, 2017). Menurut McGuigan (2012),
ibu berperan penting dalam semua aspek yang berkaitan dengan kesehatan keluarga termasuk
dalam pengaturan makan keluarga. Ibu juga bertindak sebagai edukator, fasilitator dan
motivator dalam mencegah dan menangani berbagai masalah kesehatan keluarga.

2.3.3 Karakteristik Lingkungan


2.3.3.1 Ketersediaan Buah dan Sayur di Rumah

Ketersediaan artinya ada atau sudah disiapkan dirumah atau dan sek itarnya.
Ketersediaan terhadap buah dan sayur dimungkinkan memiliki hubungan positif dengan
penerimaan dan konsumi buah dan sayur pada anak. Makanan yang sering tersedia rumah
akan membuat anak menyukai dan sering mengkonsumsi makanan tersebut (Widiyastuti,
2015).

2.3.3.2 Ketersediaan Buah dan Sayur di Sekolah

Jenis makanan yang tersedia lebih banyak mempunyai peluang yang lebih besar
untuk dikonsumsi, sedangkan makanan yang tidak tersedia tidak akan dikonsumsi orang. Jadi
upaya untuk menyediakan lebih banyak buah dan sayuran di restoran, sekolah, dan rumah
dapat meningkatkan konsumsi jenis makanan ini. Adanya penyediaan buah gratis di sekolah
akan meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan akan buah dan sayur di sekolah.
Peningkatan ketersediaan dan keterjangkauan secara tidak langsung akan meningkatkan
konsumsi buah dan sayur (Muna, 2019).

2.3.4 Anjuran Konsumsi Buah dan Sayur

Anjuran konsumsi sayur dan buah untuk orang Indonesia menurut Badan Kesehatan
Dunia (WHO) dalam (Pedoman Gizi Seimbang , 2014) sebesar 300-400 g per orang per hari
untuk balita dan anak usia sekolah, sekitar duapertiga dari jumlah tersebut adalah porsi sayur.
Kemkes menganjurkan secara umum konsumsi sayuran dan buah-buahan untuk hidup sehat
sejumlah 400 gram perorang perhari, yang terdiri dari 250 gram sayur (setara dengan 2½

12
porsi atau 2½ gelas sayur yang sudah dimasak dan ditiriskan) dan 150 gram buah (setara
dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 1½ potong pepaya ukuran sedang atau 3
buah jeruk ukuran sedang). Sebanyak 3-4 porsi sayur dan 2-3 porsi buah setiap hari atau
setengah bagian piring berisi buah dan sayur (lebih banyak sayuran) setiap kali makan
(Kemkes, 2014).

13
BAB III

KERANGKA TEORI, KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Teori

Berdasarkan kerangka toeri yang dimofikasi dari Cullen, et al (2001), Kleep, et al (2005)
dan Bere, et ak (2007) diketahui bahwa karakteristik individu, keluarga (orang tua) dan
lingkungan memiliki hubungan dengan konsumsi buah dan sayur pada anak usia sekolah.
Berikut adalah kerangka teori mengenai konsumsi bauh dan sayur pada anak usia sekolah:

Karakteristik Orang Tua:

 Pegetahuan Ibu
 Pendidikan Ibu Perilaku Konsumsi Buah
 Perilaku Ibu dan Sayur pada Anak
 Dukungan Orang Tua
 Peraturan Orang Tua
 Fasilitas Orang Tua

Faktor Lingkungan: Karakteristik Individu:

Lingkungan Fisik  Umur


 Jenis Kelamin
 Ketersediaan Buah dan  Kesukaan/preferensi
sayur di rumah Terhadap Buah dan Sayur
 Ketersediaan Buah dan  Keyakinan diri
Sayur di Sekolah
Lingkungan Sosial

 Perilaku teman sebaya


 Norma subyektif (contoh)
dari teman sebaya
 Dukungan Teman Sebaya
 Uang Jajan
Sumber:

Mofikasi dari Cullen, et al (2001), Kleep, et al (2005) dan Bere, et ak (2007)

14
3.2 Kerangka Konsep

Karakteristik Individu:

 Jenis Kelamin

Perilaku Konsumsi Buah


Karakteristik Orang Tua: dan Sayur pada Anak

 Pengetahuan Ibu
 Pendidikan Ibu
 Perilaku Ibu Dalam Memberi
Makan Buah dan sayur

15
3.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi Opersional Alat Cara Hasil Ukur Skala


Ukur Ukur Ukur
Konsumsi buah Rata-rata jumlah buah dan sayur Kuesioner Pengisian 1. Baik : bila konsumsi Ordinal
dan sayur yang dikonsymsi oleg responden kuesioner buah ≥2 porsi dan
per hari konsumsi sayur ≥ 3
2. Kurang : bila konsumsi
buah < 2 porsi dan/atau
konsumsi sayur < 3
porsi per hari
(Kemkes, 2014)
Jenis Kelamin Sifar atau keadaan yang Angket Pengisian 1. Laki- Laki Nominal
membedakan laki-laki atau kuesioner 2. Perempuan
perempuan berdasarkan ciri-ciri
fisik
Pengetahuan Ibu Segala sesuatu yang diketahui Kuesioner Pengisian 1. Baik : bila jawaban Ordinal
oleh responden mengenai kuesioner pengetahuan buah dan
manfaat, kandungan dan anjuran sayur masing-masing
konsumsi buah dan sayur per benar ≥ 80% (skor ≥ 4,8)
hari. 2. Kurang : bila jawaban
pengetahuan buah

1
dan.atau sayur manis-
masing benar <80%
(skor ≥ 4,8)
Pendidikan Ibu sesorang dengan pendidikan Kuesioner Pengisian 1. Tinggi Ordinal
rendah biasa nya adalah “yang kuesioner 2. Rendah
penting menyenangkan”,
Sebaliknya, kelompok orang
dengan pendidikan tinggi
memiliki kecenderungan
memilih bahan makanan sumber
protein
Perilaku Ibu Perilaku ibu dalam memberi Kuesioner Pengisian 1. Baik: jika ≥ nilai Ordinal
makan buah dan sayur pada kuesioner mean
anak. 2. Kurang : jika ≤ nilai
mean

2
3.4 Hipotesis
1. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan konsumsi buah dan sayur pada siswa
SDN Harapan Baru Bekasi Utara
2. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan konsumsi buah dan sayur pada siswa
SDN Harapan Baru Bekasi Utara
3. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan konsumsi buah dan sayur pada siswa
SDN Harapan Baru Bekasi Utara
4. Ada hubungan antara perilaku ibu terhadap memberi makan dengan konsumsi buah
dan sayur pada siswa SDN Harapan Baru Bekasi Utara

1
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu bersifat kuantitaif dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bersifat analitik karena peneliti
melakukan proses analisis terhadap dapat yang dikumpulkan, oleh sebab itu pada penelitian
analitik perlu dibuat hipotesis (Sastroasmoro dan Ismail, 2014:108). Desain penelitian ini
digunakan untuk mempelajari kolerasi atau hubungan antara variable independen
(karakteristik individu dan orang tua) dengan variable dependen (konsumsi buah dan sayur)
sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu, desain ini juga dipilih karena mudah
dilaksanakan, sederhana, menghemat waktu dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat
(Netoatmodjo, 2010).

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2021 dan berlokasi di SDN Harapan Baru
Bekasi Utara.

4.3 Populasi dan Sampel


4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V di SDN Harapan Baru
Bekasi Utara berjumlah di kelas IV sebanyak 59 dan kelas V sebanyak 53.

4.3.2 Sampel

Siswa yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah siswa SDN Harapan
Baru yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

1. Siswa kelas IV - V SD
2. Terdaftar dan berstatus aktif sebagai siswa SDN Hrapan Baru Bekasi Utara tahun
ajaran 2020/2021
3. Bersedia menjadi responden

Adapun jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini ditentukan
dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut :

1
N
n=
N ( d )2 +1

112
n=
112 ( 0,05 )2+ 1

= 87 orang

Keterangan :

n : sampel

N : populasi

d : besar toleransi

Maka jumlah sampel pada penelitian ini adalah 87orang,

4.4 Pengumpulan Data


4.4.1 Sumber Data

Pada penelitian ini data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer terdiri dari:

1. Karakteristik individu siswa yang meliputi jenis kelamin


2. Karakteristik orang tua siswa yang meliputi pengetuan ibu, pendidikan ibu dan
perilaku ibu dalam memberi makan buah dan sayur

Adapun data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari profil sekolah, daftar hadir atau
daftar nama siswa kelas IV dan V serta data-data yang terkait dengan penelitian.

4.4.2 Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang diisi sendiri oleh
responden (self administered questionnaire). Kuesioner dipilih karena dapat diperoleh data
yang banyak dalam waktu singkat. Selain itu, responden juga dapat menjawab lebih terbuka
dan tidak terlalu mengganggu responden bila di bandingkan wawancara (Notoatmodjo,
2010). Kuesioner meliputi data responden serta pertanyaan-pertanyaan mengenai konsumsi
buah dan sayur, karakteristik individu (jenis kelamin), karakteristik orang tua (pengetahuan
ibu, pendidikan ibu dan perilaku ibu dalam memberi makan buah dan sayur).

4.4.3 Cara Pengumpulan Data

2
Pengumpulan data dimulai dengan membagikan kuesioner berupa google form
melalui grup whatsapp responden pada waktu yang telat disepakati. Setelah semua responden
sudah mendapatkan kuesioner, peneliti menjelaskan mengenai tata cara pengisian kuesioner
tersebut. Kemudian peniliti mepersilahkan responden untuk menjawab kuesioner tersebut
(self administered) sesuai dengan yang telah dijelaskan. Waktu pengisian kuesioner 30 menit.

Adapun pengumpulan data sekunder dilakukan oleh peniliti melalui wawancara


dengan kepala sekolah dan wali kelas IV dan V

4.5 Manajemen Data

Data yang telah dikumpul akan diolah dengan berbagai tahap, antara lain:

1. Penyuntingan data (data editing)


Penyuntingan dilakukan pada saat responden selesai mengisi kuesioner. Tahap
ini langsung dilaksanakan dengan memastikan setiap pertanyaan yang terdapat
dalam kuesioner telat terisi lengkap, jelas, relavan dan konsisten. Jika ada data
yang belum terisi atau tidak jelas terisi, responden diharapkan dapat langsung
memperbaikinya.
2. Mengkode data (data coding)
Tahap ini dilakukan dengan cara memberi kode nomor responden disetiap
kuesioner sesuai denga urutan sehingga diketahui jumlah responden yang didapat
saat penelitian berlangsung.
3. Membuat struktur data (data structure)
Mengembangkan struktur data sesuai dengan analisis yang akan dilakukan dan
jenis perangkat lunak yang akan digunakan. Dalam tahap ini, pertanyaan dalam
kuesioner dijadikan template menggunakan program statistic untuk memudahkan
pemasukkan data.
4. Memasukkan data (data entry)
Memasukkan seluruh data dari kuesioner berupa kode jawaban dalam kolom
template data yang telah dibuat sebelumnya menggunakan program statistic. Pada
tahap ini diperlukan ketelitian dan pengontrolan agar tidak terjadi double e ntry
atau kesalahan memasukkan data lainnya.
5. Pembersihan data (data cleaning)
Memeriksa kembali data yang telah dimasukkan apakah masih terdapat
jawaban yang belum di kode atau kesalahan dalam pemberian kode. Jika memang
terdapat kesalahan dapat diperiksa kembali dan segera dikoreksi. Pembersihan
data dapat diketahui dengan melihat missing data, variasi data dan konsistensi
data.

3
4.6 Analisis Data
4.6.1 Analisis Univariat

Analisis univariate ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan


karakteristik setiap variable penelitian (Notoatmodjo, 2012:182) untuk melihat gambaran
distribusi frekuensi tiap variable yaitu:

1. Karakteristik individu siswa yang meliputi jenis kelamin


2. Karakteristik orang tua siswa yang meilupti pengetahuan ibu, pendidikam ibu dan
perilaku ibu dalam memberi makan buah dans ayur
4.6.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariate dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan dengan
atau kolerasi (Notoatmodjo, 2012:183). Analisis bivariate pada penelitian ini dengan
menggunakan uji chi-square (uji Kai-kuadrat) untuk melihat hubungan varianel bebas
dengan variable terikat. Penyajian data dan analisis data dari penelitian ini diolah dengan
menggunakan uji statistik. Dasar pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaan 95%
yaitu sebagai berikut:

Variabel yang dianalisis secara bivariate yaitu karakteristik individu siswa yang
meliputi jenis kelamin, karakteristik orang tua siswa yang meilupti pengetahuan ibu,
pendidikam ibu dan perilaku ibu dalam memberi makan buah dans ayur

1. Jika p-value kurang dari α (0,05) maka H0 diterima, artinya tidak terdapat
hubungan atau pengaruh variable bebas terhadap variable terikat.
2. Jika p-value lebih dari α (0,05) maka H0 diterima, artinya tidak terdapat
hubungan atau pengaruh variable bebas terhadap terikat.

4
DAFTAR PUSTAKA

Afif, P. A., & Sumarmi, S. (2017). Peran Ibu sebagai Edukator dan Konsumsi Sayur Buah pada
Anak. Amerta Nutrition, 1(3), 236. https://doi.org/10.20473/amnt.v1i3.6250

Akhmad, Eri Yanuar. 2014. Diet Sehat dan Aman untuk Anak-anak. Andi Publisher. Jakarta.
Ayu, I. et al. (2015) ‘PERILAKU KONSUMSI SAYUR DAN BUAH ANAK PRASEKOLAH
DI DESA EMBATAU KECAMATAN TIKALA KABUPATEN TORAJA UTARA
Behavior of Vegetable and Fruit Consumption in Preschool Children at EmbatauVillage,
Tikala Subdistrict, NorthToraja Regency’, pp. 253–262.
Damayanti, T., Murbawani, E. A. and Fitranti, D. Y. (2018) ‘Hubungan Usia Pengenalan Sayur
Dan Buah Dengan Tingkat Konsumsi Sayur Dan Buah Pada Anak Prasekolah Usia 3-5
Tahun’, Journal of Nutrition College, 7(1), p. 1. doi: 10.14710/jnc.v7i1.20770.

De Bourdeaudhuij, I., te Velde, S., Brug, J., Due, P., Wind, M., Sandvik, C., Maes, L., Wolf, A.,
Perez Rodrigo, C., Yngve, A., Thorsdottir, I., Rasmussen, M., Elmadfa, I., Franchini, B., &
Klepp, K. I. (2008). Personal, social and environmental predictors of daily fruit and
vegetable intake in 11-year-old children in nine European countries. European Journal of
Clinical Nutrition, 62(7), 834–841. https://doi.org/10.1038/sj.ejcn.1602794

Demir, D., & Bektas, M. (2017). Eating Behavior The Effect of childrens eating behaviors and
parental feeding style on childhood obesity. Eating Behavors, 26, 137-142.
https://doi.org/10.1016/j.eatbeh2017.03.004
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2013). Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun
2013. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Dewi, M. P., S, N., & Irdamurni, I. (2020). Perkembangan Bahasa, Emosi, Dan Sosial Anak Usia
Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 7(1), 1.
https://doi.org/10.30659/pendas.7.1.1-11

Dylan Trotsek. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Sayur Dan Buah
Pada Siswa Di Sdn 11 Rujukan Lubuk Buaya Tahun 2019. Journal of Chemical
Information and Modeling, 110(9), 1689–1699.

FAO. (2010). Food consumption-food groups. Retrieved August 24th, 2011 from
http://www/fao.org/fileadmin/templates/ss/documents/food_security_statics/FoodConsumpt
ionFoodGroups_en.exls

5
Fikawati, Sandra, Ahmad Syafiq, Arinda Veratama. 2017. Gizi Anak dan Remaja. Rajawali Pers.
Depok
Handayani, I. (2019) ‘Perilaku konsumsi buah dan sayur anak sekolah dasar negeri 020583 binjai
estate’, Jurnal Maternitas Kebidanan, 4(2), pp. 85–92. Available at:
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/Jumkep/article/download/740/526.
Hermina, H. and S, P. (2016) ‘Gambaran Konsumsi Sayur dan Buah Penduduk Indonesia dalam
Konteks Gizi Seimbang: Analisis Lanjut Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI)
2014’, Buletin Penelitian Kesehatan, 44(3), pp. 4–10. doi: 10.22435/bpk.v44i3.5505.205-
218.

Indira, I. A. (2015). Perilaku Konsumsi Sayur Dan Buah Anak Prasekolah Toraja Utara. Jurnal
Mkmi, 253–262.

Indriati, M. (2020). Perilaku Makan Dan Status Gizi Anak Usia Sekolah Dasar Di Sd Cikancung
04 Desa Mandalasari. XIV, 81–89.

Istiana, U. I. (2018) ‘Asupan Buah dan Sayur , Kecukupan Vitamin C dan Fe serta Status Gizi
Siswa SDN Totosari 1 dan SDN Tunggulsari 1 Di Surakarta’, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Istiqomah, H., & Suyadi, S. (2019). Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Sekolah Dasar
Dalam Proses Pembelajaran (Studi Kasus Di Sd Muhammadiyah Karangbendo
Yogyakarta). El Midad, 11(2), 155–168. https://doi.org/10.20414/elmidad.v11i2.1900

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Kemenkes. (2020). Final-Panduan-Gizi-Seimbang-Pada-Masa-Covid-19-1.Pdf. In Panduan Gizi


Seimbang Pada Masa Pandemi COVID-19 (p. 31).

Lestari, Dwi Ayu. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Buah
dan Sayur pada Siswa SMP Negeri 226 Jakarta Selatan. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.

Mcguigan, K. (2012). The Role of Mothers in Family Health.Thesis.Massey University, New


Zealand

Mudiarti, A. dan Amaliah (2013) Panduan Penyiapan Makan Untuk Semua. Ii. Jakarta: Kencana
Prenada Media. Qa

Moehji, Sjahmien. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Gizi 2. Pustaka Kemang Studio Aksara. Jakarta.

Mohammad, A. and Madanijah, S. (2015) ‘Konsumsi Buah Dan Sayur Anak Usia Sekolah Dasar
Di Bogor’, Jurnal Gizi dan Pangan, 10(1), pp. 71–76. doi: 10.25182/jgp.2015.10.1.%p.

6
Muna, N. I. (2019). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONSUMSI BUAH
DAN SAYUR PADA REMAJA (Studi Kasus di SMPN 24 Semarang, Kota Semarang). 80.

Nirmala, G. (2018). Pengaruh Pendidikan Gizi tentang Sayur terhadap Pengetahuan, Sikap dan
Porsi Konsumsi Sayur Anak di SD Negeri 105349 Paluh Kemiri. Skripsi, 1–53.

Nisa, S. H. (2020). Role of parents relates to vegetable and fruit comsumption on students at
Junior High School Hang Tuah 2 Jakarta. ARGIPA (Arsip Gizi Dan Pangan), 5(1), 44–54.
https://doi.org/10.22236/argipa.v5i1.3894

Nurlidyawati. (2015). Fakto-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Konsumsi Buah dan
Sayur pada SiswaKelas VIIIdan IX SMP Negeri 127 Jakarta Barat Tahun 2015. Skripsi

Nurul Faridah, S., Sitoayu, L. and Nuzrina, R. (2019) ‘Efektivitas Veggie-Fruit Dart Game
terhadap Konsumsi Sayur dan Buah pada Siswa SDN Duri Kepa 05 PG’, Indonesian
Journal of Human Nutrition, 6(1), pp. 22–31. doi: 10.21776/ub.ijhn.2019.006.01.3.
Pakar Gizi Indonesia. 2017. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi.Jakarta:EGC.

Pangestika, D. O. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Sayur Dan Buah Pada
Remaja (Studi Di Smp Negeri 3 Silo Kabupaten Jember). In Universitas Jember.

Rahayu, S. L. (2015). Efektivitas Penyuluhan dengan Media Tiga Dimensi Terhadap Perubahan
Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Konsumsi Buah dan Sayur di MI Tawakkal Denpasar.
Skripsi, 53(9), 8.

Riani, Syafriani, & Syahrial. (2019). Pengaruh Kreasi Singkong Sebagai Pangan Jajanan Anak
Sekolah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Anak Sekolah Dasar
Kabupaten Kampar Tahun 2019. Jurnal NERS, 3(1), 13–21.

Seprianty, V., Tjekyan, S., & Thaha, A. (2015). Status Gizi Anak Kelas III SDN 1 Sungaililin.
Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 2(1), 129–134.

WHO, (2003). Fruit and Vegetable promotion intiantive, Retrieved March 10 th 2012,
http://www.Who.int/hpr/MPH/fruit_and_vegetables/fruit_and_vegetable_report.pdf
Widiyastuti, L.(2015) Intervensi Hidden Vegetable Terhadap Penerimaan Sayuran Pada Anak
Prasekolah Di TK PGRI 21 Karangasem Kota Semarang, FK Undipp.
Widyawati, I. K. (2009) Analisis Pangan Masyarakat dan Daya Dukung Gizi Menuju Pencapaian
Deversifikasi Pangan Kabupaten Bogor, Institut Pertanian Bogor.

Yulandari, S. (2013). Hubungan Hubungan Hubungantingkat Tingkat Tingkat


Tingkatpengetahuan Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuandengan Dengan Dengan
Dengan Tingkat Tingkat Tingkat Tingkatkonsumsi Konsumsi Konsumsi Konsumsibuah
Buah Buah Buahdan Dan Dan Dansayur Sayur Sayur Sayur. 1–69.

7
8

Anda mungkin juga menyukai