Anda di halaman 1dari 37

EFEKTIVITAS PENINGKATAN PENGETAHUAN ANAK

TENTANG MAKANAN SEHAT MELALUI PENERAPAN


SENTRA COOKING DI TK PEKANBARU

SKRIPSI

Oleh:
RIRIN EVRIANI
NIM: 1205055

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-INSYIRAH PEKANBARU
2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Balita atau dikenal dengan anak pra-sekolah adalah anak yang

berusia 1-5 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak

dengan kecepatan pertumbuhan sehebat terjadi sebelumnya pada masa bayi

atau pada masa remaja nantinya (Hariyani, 2011).

Taman kanak-kanak merupakan awal dari pengenalan anak dengan

suatu lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum, di luar keluarga. Taman

kanak-kanak merupakan institusi yang disamping memberikan kesempatan

bermain sambil belajar kepada anak, juga mendidik anak untuk mandiri,

bersosialisasi dan memperoleh berbagai keterampilan anak. Salah satu aspek

yang dibina pada TK adalah penjagaan kesehatan melalui makan makanan

yang sehat. Kecukupan gizi berpengaruh pada kesehatan dan kecerdaan anak,

maka pengetahuan dan kemampuan mengelola makanan sehat untuk anak

adalah hal yang amat penting. (Santoso dan Ranti, 2004).

Pada usia 4-6 anak bersifat konsumen aktif, yaitu mereka telah dapat

memilih makanan yang disukai kepada mereka telah dapat diberikan

pendidikan gizi baik dirumah maupun disekolah. Kebiasaan yang baik sudah

harus ditanamkan (Mangunkusumo, 2014).

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan Pasal 131 No. 1 dinyatakan bahwa upaya pemeliharaan

kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang

2
akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka

kematian bayi dan anak (UU Praktek Kedokteran, 2010).

Untuk lingkup sekolah, pendidikan gizi diberikan kepada anak untuk

mengarahkan kepada pembiasaan dan cara makan yang lebih baik. Maksudnya

adalah sebagai sarana mempengaruhi perilaku anak, sehingga dapat

menerapkan pengetahuan gizi dalam kebiasaan makan sehari-hari. Pendidikan

gizi anak TK, melalui pemberian makan dan pengajaran mengenai

pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk makan yang sehat, bergizi dan

sopan santun sewaktu makan. Pengetahuan dan praktek lebih dahulu dilakukan

sehingga membawa perubahan pada anak yaitu dalam sikapnya. Hal ini perlu

dilakukan secara hati-hati sehingga anak tidak merasa ditekan dan terpaksa

melakukannya dan menolak untuk mengikuti apa yang menjadi tujuan

pengajaran. Di balik pemberian pengetahuan ini, juga dimaksudkan agar anak

menyampaikan pengetahuan tersebut kepada lingkungannya (Santoso dan

Ranti, 2004).

Masalah makan pada anak pada umumnya adalah masalah kesulitan

makan. Hal ini penting di perhatikan karena dapat menghambat tumbuh

kembang optimal pada anak. Untuk seorang anak, makan dapat dijadikan

media untuk mendidik anak supaya dapat menerima, menyukai, memilih

makanan yang baik, juga untuk menentukan jumlah makanan yang cukup dan

bermutu. Adanya berbagai pengertian memerlukan landasan pengetahuan

tentang makanan sehat bergizi dalam memenuhi konsumsi sehari-hari (Santoso

dan Ranti, 2004).

3
Pembiasaan dalam mengatur pola makan tiga kali sehari dengan

hanya sedikit makan makanan kecil, di antaranya makan pagi setiap hari

merupakan salah satu upaya pemeliharaan kesehatan bagi anak, hal ini

sependapat dengan hasil penelitian Bellock dan Breslow dalam Santoso (2004).

Dibutuhkan pula kombinasi antara pembiasaan pola makan, asupan makanan,

dan pengaturan porsi makan pada anak serta kepedulian dan kepekaan orang

tua untuk melihat adanya tanda-tanda kurang gizi pada anak.

Berbagai penelitian menunjukkan masalah gizi yang terjadi pada

anak yaitu penelitian yang dilakukan oleh Pubowati, Puji Afiatna, Riva

Mustika Anugrah (2017) tentang “Edukasi Gizi untuk Meningkatkan Kualitas

Bekal Makan Anak Usia Prasekolah di TK Teladan Dharma Wanita Ungaran“

menunjukkan bahwa 5% siswa mengalami gizi kurang, sedangkan 17%

mengalami gizi lebih atau obesitas. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh

Hastuti Putri Ramadhani, Mamik Ratnawati,Yuliatie Alie (2017) tentang

“Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak usia 3-5 tahun di PAUD

Midanutta’lim Desa Mayangan Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang“

menunjukkan bahwa dari 10 responden didapatkan 6 dari responden berstatus

gizi kurang dan 4 responden lainnya bergizi baik.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, di

Indonesia terdapat angka status gizi buruk dan gizi kurang pada balita sebesar

17,7%, status gizi sangat pendek dan pendek pada balita sebesar 50,8 % dan

status gizi kurus dan gemuk pada balita sebesar 18,2%.

Sedangkan data di provinsi Riau menurut Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) pada tahun 2018 terdapat angka status gizi buruk dan gizi kurang

4
pada balita sebesar 18%, ststus gizi sangat pendek dan pendek pada balita

sebesar 22% dan status gizi kurus dan gemuk pada balita sebesar 6%.

Berdasarkan survei yang telah dilakukan pada tanggal 30 Januari

2020 di TK Fortuna Cendikia Pekanbaru didapatkan informasi yaitu jumlah

murid sebanyak 18 anak dan pengajar sebanyak 3 orang. Peneliti memilih TK

Fortuna Cendikia Pekanbaru dikarenakan terdapat beberapa anak yang

memiliki pola makan kurang teratur dan kurang sehat. Hal ini tentu saja dapat

menjadikan masalah kepada anak yang nanti akan berdampak pada status gizi

anak. Makanan yang di bawa anak dari rumah tentunya tergantung dengan

pengetahuan dan kemampuan orang tua dalam menyiapkannya. Terdapat

beberapa orang tua yang tidak mau repot dalam menyiapkan bekal makan

untuk anak, sehingga ditemukan berbagai jenis makanan yang dibawa oleh

anak baik bergizi maupun kurang baik untuk anak.

Jumlah porsi bekal yang dibawa anak terkadang juga kurang

seimbang dengan usia dan berat badannya sehingga mengurangi selera makan.

Selain itu ada juga beberapa anak yang sering membawa bekal makanan yang

mengandung zat pewarna yang dibeli di lingkungan dekat dengan sekolah. Hal

tersebut menyulitkan guru dalam membimbing anak tentang makanan yang

sehat dan cara makan yang baik. Oleh karena itu diperlukan sekali partisipasi

dari tenaga pendidik, orangtua, maupun pedagang untuk memberikan

perhatiannya kepada anak dalam menjaga kesehatan.

Memecahkan masalah tersebut diperlukan metode yang tepat agar

anak di TK Fortuna Cendikia Pekanbaru dapat mengetahui tentang makanan

5
yang sehat sehingga kebutuhan gizi cukup untuk perkembangan tubuh secara

optimal, dan mendidik kebiasaan makan secara teratur. Salah satu metodenya

adalah melalui penerapan sentra cooking yang menerapkan metode belajar

sambil bermain. Sentra cooking adalah salah satu kegiatan yang dapat

memberikan pengetahuan kepada anak tentang proses membuat atau mengolah

bahan makanan, serta memberikan pengetahuan tentang angka atau jumlah,

belajar tentang warna, melatih motorik kasar dengan memperkenalkan nama-

nama benda di dapur.

Melalui penerapan sentra cooking anak dapat meningkatkan

keterampilannya dalam bermain mengolah bahan-bahan masakan sehingga

menjadi masakan sederhana. Bagi anak, bermain adalah suatu kegiatan yang

serius tetapi mengasikkan. Bermain juga medium dimana si anak mencobakan

diri, bukan saja dalam fantasinya tetapi juga benar nyata secara aktif. Bila anak

bermain secara bebas, sesuai kemauan maupun kecepatannya sendiri,maka ia

melatih kemampuannya dan pertumbuhannya (Conny Semiawan, 2009).

Kepuasan anak akan muncul pada saat membantu melakukan kegiatan

pekerjaan yang sebenarnya. Kepercayaan diri pada anak juga akan berkembang

pada saat mereka memiliki kesempatan menyiapkan makanan yang akan

dinikmati teman sekelas dan guru.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang “Efektivitas Peningkatan Pengetahuan Anak Tentang

6
Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking di TK Fortuna

Cendikia Pekanbaru.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah Efektivitas Peningkatan Pengetahuan

Anak Tentang Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking di TK

Fortuna Cendikia Pekanbaru?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Efektivitas Peningkatan Pengetahuan Anak

Tentang Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking di TK Fortuna

Cendikia Pekanbaru.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Pengetahuan Anak Tentang Makanan Sehat Sebelum

diterapkan Metode Sentra Cooking di TK Fortuna Cendikia Pekanbaru.

2. Untuk mengetahui Pengetahuan Anak Tentang Makanan Sehat Sesudah

diterapkan metode Sentra Cooking di TK Fortuna Cendikia Pekanbaru.

3. Untuk mengetahui Efektivitas Peningkatan Pengetahuan Anak Tentang

Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking di TK Fortuna

Cendikia Pekanbaru.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi TK Fortuna Cendikia

Diharapkan dapat di jadikan sebagai salah satu metode untuk Peningkatan

Pengetahuan Anak Tentang Makanan Sehat.

7
1.4.2 Bagi STIKes Al Insyirah Pekanbaru

Mengembangkan kurikulum dan meningkatkan peran pendidik dalam

menyampaikan pengetahuan tentang makanan sehat melalui metode

Sentra Cooking.

1.4.3 Bagi Responden

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang Makanan Sehat.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai sumber informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Penelitian Terkait

Dalam penyusunan proposal ini, peneliti sedikit banyak terinspirasi

dan mereferensi dari penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan

dengan latar belakang masalah pada proposal ini.

1.5.1 Dewi Nurchayati, Ratna Wahyu Pusari, 2015, di peroleh adanya Hubungan

Peningkatan Pengetahuan Anak Tentang Makanan Sehat dengan metode

sentra cooking mengalami peningkatan pada siklus I dengan persentase 0%

mencapai 80% pada siklus II.

1.5.2 Kurniawaty. L, 2017, di peroleh adanya Hubungan Peningkatan

Pengetahuan Tentang Makanan Sehat Melalui Kegiatan Bermain Cooking

Class yaitu pada siklus I mengalami peningkatan dari 59,04 menjadi 81,18

dan siklus II dari 81,18 menjadi 92,83.

1.5.3 Purbowati, Puji Afianta, Riva Mustika Anugrah, 2017, di peroleh adanya

Hubungan Edukasi Gizi Untuk Meningkatkan Kualitas Bekal Makan Anak

Usia Prasekolah dengan rerata tingkat pengetahuan orang tua sebelum dan

8
sesudah kegiatan mengalami peningkatan tetapi yaitu dari nilai 82,95

menjadi 85,83.

1.5.4 Novita Maharani, Siti Astiyati, Waraningtyas Palupi, 2019, di peroleh

adanya Hubungan Kegiatan Cooking Claas Sebagai Upaya Pembiasaan

Mengkonsumsi Makanan Sehat Pada Anak Usia 4-5 Tahun yaitu pada siklus

I sejumlah 7 anak sudah terbiasa mengkonsumsi makanan sehat, siklus II

sebanyak 11 anak dan siklus III sebanyak 16 anak.

1.5.5 Tri Wahyuni, M. Syukri, Halida, 2017, diperoleh adanya hubungan

Peningkatan Motivasi Anak Makan Sayuran Melalui Metode Bermain

Permainan Cooking Class pada Anak Usia 5-6 Tahun yaitu pada siklus I ke

siklus II sebanyak 78,4.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan Anak

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

9
Seseorang memiliki rasa ingin tahu ketika melihat atau

mengalami kejadian yang mungkin belum pernah dialami. Berawal

dari rasa ingin tahu tersebut, maka seseorang mencoba untuk

mencari. Hasilnya ia akan tahu sesuatu, dan sesuatu itulah yang

dinamakan pengetahuan. Pengetahuan seseorang akan terus

berkembang seiring berjalannya waktu, karena semakin

bertambahnya usia seseorang maka semakin banyak

pengetahuannya.

Pernyataan di atas di dukung oleh beberapa teori, antara lain

yaitu menurut Semiawan dalam Sujiono (2009) pengetahuan

merupakan sesuatu yang diciptakan kembali dan dibangun dari

dalam diri seseorang melalui pengamatan, pengalaman, dan

pemahamannya. Pengetahuan diperoleh melalui suatu dialog oleh

suasana belajar yang bercirikan pengalaman dua sisi (kognitif dan

afektif). Dengan demikian, belajar harus diupayakan agar anak-anak

mampu menggunakan peralatan mental (otak) mereka secara efektif

dan efisien serta melibatkan emosi dan kemampuan kreatifnya

sehingga tidak ditandai oleh segi kognitif saja. Sedangkan menurut

Wonorahardjo (2010) pengetahuan kebanyakan menyangkut suatu

objek. Pengetahuan sifatnya objektif, walaupun tidak selalu terlepas

dari subjeknya. Cara mengungkapkan pengetahuan merupakan

bagian dan mata rantai dalam proses pengolahan pengetahuan

sebelumnya. Hal ini akan menentukan penerimaan subjek lain dalam

menyerap pengetahuan akan objek yang sama.

10
Pendapat lain dari Piaget dalam Suyadi (2010) yang

menyatakan bahwa pengetahuan dibangun melalui kegiatan atau

aktivitas pembelajaran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui

eksplorasi, manipulasi, dan konstruksi secara elaboratif. Anak-anak

bukanlah suatu objek penerima pengetahuan yang pasif, melainkan

mereka dengan aktif melakukan pengaturan pengalaman mereka ke

dalam struktur mental yang komplek.

Berdasarkan beberapa pengertian pengetahuan yang

dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan anak

dibangun dari hasil interaksi dengan lingkungan dan sesuai dengan

kemampuan berfikir anak. Pada saat anak bermain sambil belajar,

mereka memiliki kesempatan untuk mengetahui sifat-sifat objek

dengan cara mengamati, menyentuh, mencium, dan mendengarkan.

Pengalaman anak secara langsung terhadap objek melalui

penginderaan akan lebih bermakna bagi anak dalam proses

berfikirnya.

2.1.2 Jenis-Jenis Pengetahuan

Berdasarkan pengertian pengetahuan di atas, Soemargono

dalam Surajiyo (2012) membagi pengetahuan menjadi beberapa

jenis, antara lain yaitu :

11
a) Pengetahuan nonilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh

dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam

kategori metode ilmiah. Sebagai contoh pengetahuan

nonilmiah yaitu hasil dari penglihatan, hasil pendengaran,

hasil pembauan, hasil pengecapan lidah, dan hasil perabaan

kulit.

b) Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman

manusia yang diperoleh dengan menggunakan metode-

metode ilmiah. Sebagai contoh pengetahuan ilmiah yaitu

hasil dari percobaan sains. Pengetahuan ilmiah mempunyai

lima ciri pokok, yaitu : a) empiris, b) sistematis, c) objektif,

d) analitis, dan e) verifikatif.

2.1.3 Cara Anak Memperoleh Pengetahuan

Masing-masing anak memiliki cara yang berbeda dalam

memperoleh pengetahuan, salah satunya melalui penginderaan. Dari

penginderaan tersebut anak akan memperoleh berbagai informasi

yang kemudian akan digunakan sebagai dasar berfikirnya. Menurut

Piaget dalam Sujiono (2009) berikut ini akan dijelaskan bagaimana

cara anak memperoleh pengetahuan yaitu :

a) Melalui interaksi sosial

Anak mengetahui sesuatu dari manusia lain ketika anak meneliti

atau melihat sesuatu. Anak tersebut akan tahu tentang objek jika

diberitahu oleh pihak lain.

12
b) Melalui pengetahuan fisik

Mengetahui sifat fisik dari suatu benda. Pengetahuan diperoleh

melalui kegiatan belajar tentang sifat bulat, panjang, pendek,

keras, lemah, dingin atau panas. Konsep tersebut didapat dari

pemahaman terhadap lingkungan dimana anak berinteraksi

langsung.

c) Melalui Logika Mathematical

Melalui pengertian tentang angka, seri, klasifikasi, waktu, ruang

dan konversi atau satuan berat.

2.1.4 Cara Anak Membangun Pengetahuan

Pada saat anak bermain sambil belajar, saat itulah anak mulai

membangun pengetahuannya, yaitu dari hasil interaksi dengan

lingkungan dan kemampuan berfikir anak. Menurut Piaget dalam

Sujiono (2009) berikut ini akan dijelaskan bagaimana cara anak

membangun pengetahuan dari berbagai metode pembelajaran yaitu:

a) Metode praktik langsung

Melalui kegiatan praktik langsung anak akan dapat

pengalaman melalui interaksi langsung dengan objek.

b) Metode cerita

Anak akan mendapat pengetahuan tentang bagaimana cara

menyampaikan pesan pada orang lain agar orang lain mampu

memahami pesan-pesan yang ingin disampaikan.

c) Metode tanya jawab

13
Membangun pengetahuan melalui pertanyaan yang diajukan

sehingga anak dapat menjawab dan membuat pertanyaan

sesuai informasi yang ingin diperoleh.

d) Metode proyek

Memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan

eksplorasi pada lingkungan sekitar sebagai proyek belajar.

e) Metode bermain peran

Anak dapat mengembangkan pengetahuan sosial karena di

tuntut untuk mempelajari dan memperagakan peran yang

akan dimainkan.

f) Metode demonstrasi

Menunjukkan atau memperagakan suatu tahapan kejadian,

proses, dan peristiwa.

2.1.5 Alat Memperoleh Pengetahuan

Dalam memperoleh pengetahuan, seseorang tidak hanya

membutuhkan cara saja. Melainkan juga membutuhkan alat sebagai

fasilitas yang mendukung supaya pengetahuan yang diperoleh

benar-benar bermakna. Menurut Hospers dalam Surajiyo (2012)

mengemukakan bahwa ada enam alat untuk memperoleh

pengetahuan yaitu :

a. Pengalaman indra (sense experience) adalah sumber

pengetahuan berupa alat-alat untuk menangkap objek

dari luar diri manusia melalui kekuatan indra.

14
b. Nalar (reason) adalah salah satu corak berfikir dengan

menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan

maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru.

c. Otoritas (authority) adalah kekuasaan yang sah yang

dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya.

Pengetahuan karena adanya otoritas terjadi melalui

wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai

pengetahuan.

d. Intuisi (intuition) adalah suatu kemampuan yang ada

pada diri manusia melalui proses kejiwaan tanpa suatu

rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat

pernyataan berupa pengetahuan. Peran intuisi sebagai

sumber pengetahuan adalah adanya kemampuan dalam

diri manusia yang dapat melahirkan pernyataan-

pernyataan berupa pengetahuan.

e. Wahyu (revelation) adalah berita yang disampaikan oleh

Tuhan kepada Nabi-Nya untuk kepentingan umatnya.

Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber

pengetahuan karena kita mengenal sesuatu dengan

melalui kepercayaan kita.

f. Keyakinan (faith) adalah kemampuan yang ada pada diri

manusia yang diperoleh melalui kepercayaan.

Pengetahuan sangatlah penting jika di bangun sejak dini.

Peran serta dari lingkungan dan cara berfikir seseorang berpengaruh

15
dalam proses memperoleh pengetahuan. Berdasarkan uraian di atas

dapat disimpulkan, bahwa pendidikan hendaknya mengarahkan

anak untuk menjadi pembelajar yang aktif agar terbiasa belajar dan

mempelajari berbagai aspek pengetahuan.

Model pendekatan yang dilakukan untuk anak yaitu

berdasarkan perkembangan dan kegiatan bermain. Oleh karena itu

sangatlah penting jika pendidik memperhatikan perkembangan anak

dan keadaan lingkungan sekitar dalam mendukung proses

penerimaan pengetahuannya.

2.2 Makanan Sehat

2.2.1 Pengertian Makanan Sehat

Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan

manusia. Makanan yang di santap setiap hari harus memenuhi

kebutuhan gizi sesuai dengan standar kesehatan, karena kebutuhan

gizi yang tercukupi membuat kecerdasan meningkat dan hidup

sehat. Mengkonsumsi makanan yang sehat sangatlah penting,

terutama dalam mendukung tumbuh kembang anak.

Terdapat beberapa teori yang mendukung tentang

pernyataan di atas, antara lain yaitu menurut Hanifa dan Luthfeni

(2006) makanan merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan

sehari-hari manusia. Oleh karena itu diperlukan makanan yang

bergizi dengan jumlah yang cukup untuk pertumbuhan dan

pemeliharaan tubuh. Makanan berguna untuk memenuhi kebutuhan

manusia dalam melangsungkan hidupnya karena dalam bahan

16
makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain

itu, makanan sehari-hari berguna pula untuk : (a) memberi tenaga

dan panas badan, (b) memperbaiki sel-sel yang rusak, (c) memberi

rasa kenyang, (d) untuk kepuasan, dan (e) untuk pertumbuhan.

Sedangkan menurut Santoso dan Ranti (2004) makanan bagi

manusia merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk

mempertahankan hidup serta menjalankan kehidupan. Didalam Al-

Qur’an juga sudah dijelaskan tentang pentingnya makanan sehat dan

bergizi yaitu dalam Q.S Al-Baqarah Ayat 168

‫ي ا اي ها ال ناس ك لوا مما ف ي االرض ح الال ط ي با وال ت ت ب عوا خطوات ال ش يطان ان ه ل كم‬
‫عدو م ب ين‬

Artinya:

Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang

terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

setan. Sungguh, setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.. (Q.S

Al-Baqarah ayat 168)

Makan diperlukan untuk memperoleh kebutuhan zat gizi

yang cukup untuk kelangsungan hidup, pemulihan kesehatan

sesudah sakit, aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan. Untuk

seorang anak, makan dapat dijadikan sebagai media untuk mendidik

anak supaya dapat menerima, menyukai, memilih makanan yang

baik, juga untuk menentukan jumlah makanan yang cukup dan

bermutu.

17
Pendapat lain dari Nuraini (2007) makanan yang sehat

adalah makanan yang mempunyai zat gizi yang cukup dan

seimbang, serta tidak mengandung (tercemar) unsur yang dapat

membahayakan atau merusak kesehatan. Sangat penting bagi orang

tua dalam mengarahkan anak-anak berkaitan dengan memilih

makanan jajanan yang sehat dan halal. Mengenalkan dan

menanamkan konsep sehat dan halal sejak dini, akan memberikan

perkembangan psikologis yang baik terutama pada pembentukan

akhlak yang mulia pada diri anak.

Makanan yang lezat dapat menarik minat anggota keluarga

untuk menyantapnya. Akan tetapi, makanan sehat tidak cukup

dengan kriteria kelezatan saja. Selain lezat, makanan yang

dikonsumsi setiap hari haruslah bersih, dan mengandung zat gizi

yang berguna bagi tubuh. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

makanan yang sehat adalah makanan yang lezat, higienis dan

bergizi. Makanan higienis adalah makanan yang tidak mengandung

kuman penyakit dan tidak mengandung racun yang dapat

membahayakan hidup manusia serta lezat rasanya sehingga menarik

minat untuk menyantapnya.

2.2.2 Syarat-syarat Makanan Sehat

Berdasarkan uraian di atas, makanan sehat merupakan

makanan yang bergizi. Sebelum menyajikan makanan untuk

keluarga terutama anak, perlu sekali mengetahui beberapa syarat

makanan agar dalam pengolahan dan penyajiannya tepat.

18
Menurut Santoso dan Ranti (2004) syarat makanan sehat untuk

anak adalah sebagai berikut:

a. Porsi makan tidak terlalu besar.

b. Makanan cukup basah karena berkuah agar mudah

ditelan anak.

c. Potongan makanan dan ukuran makanan cukup kecil

sehingga mudah dimasukkan ke dalam mulut anak dan

mudah dikunyah.

d. Tidak berduri atau bertulang kecil.

e. Sedikit atau tidak terasa pedas, asam, dan berbumbu

tajam.

f. Bersih, rapi, dan menarik dari segi warna dan bentuk.

g. Dapat melatih anak mandiri, dalam menyiapkan dan

makan sendiri.

2.2.3 Bahan-bahan Makanan Sehat

Selain mengetahui syarat dari makanan sehat, bahan-bahan

makanan yang sesuai dengan zat gizi juga harus diperhatikan.

Hal ini untuk mendukung kebutuhan gizi seimbang dalam tubuh.

Menurut Sediaoetama dalam Santoso dan Ranti (2004) dalam

membuat hidangan, digunakan berbagai jenis bahan makanan yang

terdiri atas empat kelompok, yaitu :

a. Bahan makanan pokok merupakan bahan makanan yang

memegang peranan penting sebagai sumber karbohidrat

19
serta sebagai sumber zat tenaga. Contohnya : beras,

jagung, dan sagu.

b. Bahan makanan lauk pauk merupakan teman makanan

pokok yang memberikan rasa enak, sebagai sumber zat

gizi protein dan lemak, serta sebagai sumber zat

pembangun. Contonya : daging, telur, keju, dan ikan.

c. Bahan makanan sayuran merupakan teman makanan

pokok yang memberikan serat dalam hidangan serta

pembasah karena umumnya dimasak berkuah. Sayuran

sebagai sumber vitamin, mineral, dan air yang berguna

untuk sumber zat pelindung. Contohnya : bayam,

kangkung, wortel, dan mentimun.

d. Bahan makanan buah-buahan merupakan santapan

terakhir dalam suatu acara makan atau dimakan kapan

saja. Buah-buahan sebagai sumber vitamin dan air serta

berguna sebagai zat pelindung. Contohnya : nanas, jeruk,

pisang, dan apel.

e. Susu dan telur. Susu adalah cairan berwarna putih yang

dikeluarkan oleh kelenjar susu. Susu berguna sebagai

sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.

Sedangkan telur merupakan cikal bakal makhluk hidup

dalam hal ini unggas. Telur berguna sebagai zat

pembangun.

20
Kriteria makanan yang dikonsumsi setiap hari dapat

dikatakan sebagai makanan sehat apabila dalam proses penyediaan

bahan makanan, pengolahan dan penyajiannya sesuai dengan uraian

di atas. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa syarat makanan

sehat sangat perlu dipahami tentang apa yang dibutuhkan atau

diperlukan oleh tubuh terutama dalam penyusunan menu seimbang

yang berpedoman kepada gizi seimbang.

2.3 Sentra Cooking

Sentra Cooking atau kelas memasak sangat penting diterapkan pada

pembelajaran anak usia dini. Melalui kegiatan ini diharapkan anak dapat

menemukan hal-hal menarik untuk disentuh, dicicipi, didengar, dicium,

dan dilihat. Pada kegiatan kelas memasak, anak dapat melakukan suatu

percobaan dan membuat penemuan baru bagi diri mereka. Melalui

interaksi dengan lingkungan dan orang lain tersebut, anak belajar

mempertajam kepekaan pada dunianya. Hal ini didukung oleh pendapat

Hanifa dan Luthfeni (2006) bahwa praktik memasak adalah proses

membuat atau mengolah bahan makanan.

Tujuan memasak adalah agar bahan makanan mudah dicerna,

menghasilkan hidangan yang bervariasi dalam hal rasa, warna, rupa, dan

bentuk, serta untuk menjadikan makanan yang sehat dan bersih (terhindar

dari penyakit).

Minantyo (2011) mempunyai pendapat lain bahwa kegiatan

memasak adalah suatu proses penerapan panas pada bahan makanan dari

mentah menjadi makanan matang dengan tujuan tertentu. Sebelum

21
memasak perlu persiapan diri, dan juga menyiapkan bahan-bahan yang

dibutuhkan (Mise en Plase). Tahap-tahap persiapan memasak meliputi :

a) penimbangan, b) pencucian, c) pengupasan, d) pemotongan, e)

memeras, f) menyaring, g) mengocok, h) mencampur, i) merendam

dengan bumbu, j) adonan penggorengan, k) menggiling, dan l)

pembubusan.

Sedangkan menurut Hasan (2010) melalui kegiatan memasak

dapat memberikan pengetahuan kepada anak tentang angka atau jumlah,

belajar tentang warna, melatih motorik kasar dengan memperkenalkan

nama-nama benda di dapur, dan melatih motorik halusnya melalui

kegiatan mematahkan sayur-sayuran dengan tangan. Dengan demikian

anak dapat belajar tanpa beban karena dilakukan dengan bermain.

Kegiatan memasak juga merupakan pelajaran matematika yang

dibentuk oleh budaya, sehingga menjadi sarana yang tepat untuk

membicarakan budaya yang berbeda dan tradisi keluarga. Budaya atau

tradisi tersebut dapat dikenalkan kepada anak melalui cara pengolahan

bahan makanan serta cara penyajian makanan. Berdasarkan uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa kegiatan di sentra memasak atau sentra cooking

merupakan cara untuk mengembangkan kemampuan anak dalam

mengolah bahan mentah menjadi makanan siap saji. Melalui kegiatan

memasak, anak dapat belajar mengenai ukuran, tekstur, dan rasa. Mereka

bisa mempelajari jenis makanan yang berbeda dan bisa membandingkan

makanan, mengenali persamaan dan perbedaan.

2.3.1 Istilah-istilah dalam memasak

22
Dalam praktik memasak harus mengerti atau mengetahui

istilah-istilah memasak, supaya tidak keliru atau bingung dalam

mempraktekkan suatu resep makanan. Menurut Hanifa dan

Luthfeni (2006) berikut diuraikan istilah-istilah dalam memasak

tersebut :

a. Menggoreng ialah memasak bahan makanan dengan

minyak goreng yang banyak dan panas.

b. Menumis ialah memasak bahan makanan dengan sedikit

minyak dan bisa ditambah sedikit cairan.

c. Merebus ialah memasak bahan makanan dengan air atau

dalam air mendidih.

d. Mengukus ialah memasak bahan makanan dengan

menggunakan uap air yang mendidih.

e. Menyangan ialah memasak bahan makanan tanpa

menggunakan bahan cair, seperti minyak atau air.

f. Memanggang ialah memasak bahan makanan di atas

bara api dengan menggunakan alat panggang.

g. Membakar ialah memasak bahan makanan di atas bara

api.

h. Menyembam ialah memasak bahan makanan di dalam

abu yang panas.

i. Memepes ialah memasak bahan makanan yang telah

dirempahi dengan cara dibungkus oleh daun pisang,

kemudian dikukus atau dibakar.

23
j. Mengetim ialah memasak bahan makanan di atas uap air

mendidih, baik dalam panci tim atau dandang.

k. Menyetup ialah memasak bahan makanan dengan cara

menggorengnya terlebih dahulu dengan sedikit minyak

kemudian diberi santan banyak dan ditutup, dibiarkan

dalam api kecil.

2.3.2 Cara Mengajari Anak Untuk Memasak

Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum

melakukan kegiatan memasak. Perencanaan yang hati-hati dan

pengawasan ketat penting dilakukan untuk mencegah kecelakaan.

Menurut Nielsen (2008) diuraikan beberapa cara mengajari anak

untuk memasak, sebagai berikut :

a. Mengawali dengan aktivitas sederhana dan tidak

membutuhkan panas. Kegiatan sederhana tersebut antara

lain kegiatan yang hanya membutuhkan penyobekan,

penaburan, atau mencampur bahan. Contohnya : salad,

roti tawar, susu.

b. Kembangkan kesadaran sensorik. Pada kegiatan

memasak, pada dasarnya adalah kesempatan yang baik

bagi anak untuk menggunakan panca inderanya. Anak

akan belajar menggunakan panca inderanya untuk

melihat, merasakan tekstur, mendengar, serta mencicipi

rasa makanan.

24
c. Ajak anak untuk menghitung dan mengukur. Kegiatan

memasak juga merupakan pelajaran matematika, dimana

anak diajarkan untuk membaca resep sendiri,

menghitung jumlah telur, mengenali bahwa setengah

cangkir lebih sedikit daripada secangkir utuh dan

sebagainya.

d. Berikan pengalaman dari budaya yang berbeda. Anak

dikenalkan dengan makanan khas dari beberapa daerah.

Kegiatan ini membutuhkan kerjasama dengan orang tua

atau pengasuh untuk berbagi resep dan bimbingan dalam

menyiapkan makanan favorit keluarga masing-masing.

e. Awasi aktivitas dari dekat. Dalam kegiatan memasak

diperlukan pengawasan khusus terhadap aktifitas anak

terutama pada saat anak menggunakan peralatan dapur

seperti pisau, tumbukan, dan benda lain yang berbahaya.

Oleh karena itu sangat penting adanya guru pendamping.

f. Pandulah pengamatan anak. Pandu pengamatan anak

dengan menggunakan pertanyaan bebas, sehingga anak

dapat mengamati dari dekat dan menyadari perubahan

yang terjadi pada saat proses memasak.

g. Ajak anak untuk mencicipi makanan baru. Mengajak dan

mendorong anak untuk mencicipi makanan merupakan

kegiatan yang memberikan kesempatan kepada anak

25
untuk memperluasnpengetahuan rasa dan membantu

anak menemukan makanan baru yang mereka sukai.

h. Gunakan makanan bergizi. Pembiasaan makan sehat

seumur hidup dapat dimulai di ruang kelas anak usia dini.

Pengenalan terhadap makanan yang bergizi dapat di

lakukan melalui kegiatan memasak di sekolah.

Sentra cooking merupakan aktivitas yang menyenangkan

bagi anak, karena termasuk dalam area kotor pada zona basah. Oleh

karena itu sebelum melakukan kegiatan memasak, diperlukan

perencanaan yang matang sehingga kegiatan dapat mendukung

pengetahuan anak tentang proses pengolahan makanan sehat serta

mengurangi resiko yang berbahaya terhadap peralatan yang terdapat

di kelas memasak.

Adapun makanan yang akan dimasak pada saat kegiatan sentra cooking yaitu
Nasi goreng bento dan Sate buah.
A. Standar Operasional Prosedur pembuatan Nasi Goreng Bento:
1. Persiapan bahan:
- Bawang merah - Kol

- Bawang Putih - Kecap Manis

- Nasi - Telur Puyuh

- Garam - Daun selada

- Jagumg - Ayam

26
- Wortel - Buncis

2. Pelaksanaan
- Cuci tangan dan gunakan sarung tangan plastik

- Nasi goreng sudah di siapkan dari rumah kemudian di demontrasikan

oleh peneliti sambil d praktekkan oleh anak-anak.

- Kreasi nasi goreng bento siap dihidangkan

B. Standar Operasional Prosedur Pembuatan Sate Buah

1. Persiapan bahan

- Semangka

- Nenas

- Melon

- Pepaya

2. Pelaksanaan

- Cuci tangan terlebih dahulu

27
- Siapkan tusuk sate

- Potong buah menjadi beberapa bagian

- Tusuk buah menjadi sate, dalam satu tusuk terdiri dari beberapa jenis buah

- Sate buah telah siap dan siap dinikmati

2.4 Kerangka Teori

Promosi Kesehatan di Sekolah

Pendidikan Kesehatan

Pengetahuan

Kebiasaan Makan Makanan Sehat

28
Metode Sentra Cooking

Sumber: Modifikasi dari Riskesdas (2018), Dewi Nurchayati,Ratna Wahyu


Pusari (2015), Tri Wahyuni, M. Syukri, Halida (2017), Purbowati,Puji Afiatna, Riva
Mustika Anugrah (2017).

Skema 2.4 Kerangka Teori Peningkatan Pengetahuan Anak Tentang


Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan konsep yang dituangkan dalam

variabel penelitian. Adapun variabel penelitian ini terdiri dari variabel

dependen yang merupakan variabel terikatt dan variabel independen

yang merupakan variabel bebas.

Variabel Independen (bebas) Variabel Dependen (terikat)

Metode Sentra Cooking Pengetahuan

Skema 2.5 Kerangka Konsep Peningkatan Pengetahuan Anak Tentang

Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking

2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan yang bersifat sementara mengenai

suatu objek/subjek yang akan di buktikan kebenarannya melalui suatu

penelitian (Hamid, 2012). Hipotesis dari penelitian ini adalah:

a. Hipotesis alternatif (Ha)

Diduga ada efektivitas Peningkatan Pengetahuan Anak Melalui

Penerapan Sentra Cooking pada TK Fortuna Cendikia Pekanbaru.

b. Hipotesis Nol (Ho)

29
Diduga tidak ada efektivitas Peningkatan Pengetahuan Anak

Melalui Penerapan Sentra Cooking pada TK Fortuna Cendikia

Pekanbaru.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan

desain penelitian quasy experiment dengan rancangan one grup with pretest-

posttest. Rancangan penelitian ini dilakukan pada satu kelompok saja tanpa

kelompok pembanding, pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah intervensi

(Muhammad, 2013). Dalam penelitian ini ingin menilai bagaimana

peningkatan pengetahuan anak tentang makanan sehat melalui penerapan

Sentra Cooking pada TK Fortuna Cendikia Pekanbaru.

30
Rancangan penelitian secara ringkas dapat dilihat pada gambar 3.1

Tabel 3.1

Rancangan Penelitian

Pretest Perlakuan Posttest

01 X 02

Keterangan:

01 = Pengetahuan anak tentang makanan sehat sebelum diterapkan metode

Sentra Cooking

X = Penerapan Sentra Cooking

02 = Pengetahuan anak tentang makanan sehat sesudah diterapkan metode

Sentra Cooking

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian akan dilaksanakan di TK Fortuna Cendikia

Pekanbaru.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan mulai Desember sampai Agustus

tahun 2020.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

31
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Hidayat, 2013). Populasi pada penelitian ini

adalah seluruh anak-anak yang ada di TK Fortuna Cendikia

Pekanbaru yang berjumlah 18 anak.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang

di teliti (Arikunto, 2010). Sampel Penelitian ini adalah seluruh

populasi dijadikan sampel.

3.4 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah total sampling yaitu berjumlah 18 anak. Alasan

mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2011) jumlah

populasi kurang dari 100.

3.5 Jenis dan Sumber Data

3.5.1 Data primer merupakan data yang diperoleh langsung yaitu dari

sekolah ketika melakukan wawancara dengan kepala sekolah pada

saat survei pendahuluan dan lembar observasi kepada anak-anak TK

Fortuna Cendikia Pekanbaru.

3.5.2 Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung

dari objek penelitian. Data sekunder pada penelitian ini berupa

jumlah anak-anak yang diperoleh dari kepala sekolah TK Fortuna

Cendikia Pekanbaru.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

32
Cara pengumpulan data dilakukan dalam 1 kali pertemuan meliputi

tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir pada anak-anak di TK

Fortuna Cendikia Pekanbaru dengan jumlah sebanyak 18 anak. Instrument

yang digunakan berupa lembar observasi penilaian pengetahuan anak

dengan memberikan skor (1, 2 dan 3).

3.6.1 Tahap Persiapan

1. Menyiapkan lembar observasi pre-test dan menanyakan

makanan sehat yang akan di demontrasikan kepada anak-

anak

2. Bagi kelompok menjadi 4 kelompok dan pastikan semua

anak sudah ada dalam kelompoknya

3. Pastikan semua anak dalam kelompok sudah mencuci tangan

dengan bersih dan benar

4. Pastikan jumlah alat dan bahan yang diperlukan

5. Pastikan semua anak sudah duduk ditempatnya, saat peneliti

mengenalkan jenis makanan dan kandungan gizinya.

6. Membagikan sarung tangan dan bahan makanan yang akan

digunakan pada kegiatan memasak.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan

1. Memperkenalkan kepada anak makanan sehat melalui

demontrasi pembuatan nasi goreng bento dan sate buah

2. Menyuruh anak-anak memakai sarung tangan plastik dan

membuat nasi goreng bento dan sate buah

3. Tetap pantau setiap kelompok

33
4. Tanyakan kepada anak jika ada yang kesulitan

3.6.3 Tahap Akhir

1. Rapikan semua alat yang telah digunakan

2. Siapkan lembar post-test dan tanyakan kepada anak tentang

makanan sehat yang sudah di demontrasikan

3. Pastikan anak tetap didalam kelompoknya untuk

mempermudah proses tanya jawab

4. Dokumentasikan semua kegiatan

3.7 Definisi Operasional Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2018), definisi operasional merupakan

definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel

yang diamati atau diteliti.

Variabel dalam penelitian ini dapat kami identifikasi sebagai berikut.

Tabel 3.7

Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Cara ukur Skala Hasil ukur


Operasional ukur
Variabel Segala Lembar Mengobservasi Analisis Kriteria jika diperoleh nilai
Dependent: sesuatu yang observasi Univariat: anak dalam lembar
diketahui Ordinal observasi :
Pengetahuan responden Kurang = < 33
seputar Cukup = 34-66
makanan Baik = > 67
sehat (Nursalam, 2017)

Analisis -Skor pengetahuan Pre-test


Bivariat: -Skor pengetahuan Post-
Rasio test.
Variabel Tindakan - - - -
Independent: yang
dilakukan
Metode responden
untuk

34
Sentra meningkatan
Cooking pengetahuan
tentang
makanan
sehat

3.8 Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan

tujuan mengubah data menjadi informasi dengan cara sebagai berikut:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan dengan mengecek kembali

hasil tindakan.

2. Coding

Coding adalah kegiatan pengelompokan data dengan pemberian

lambang atau kode tertentu.

3. Entry

Entry adalah proses memasukkan seluruh data yang telah

dikumpulkan kedalam program komputerisasi berupa data.

4. Cleaning

Cleaning adalah data yang sudah ada diperiksa lagi mengenai

data maupun hasil tindakan sebelum atau sesudah tindakan.

5. Processing

Processing adalah data di proses dengan mengelompokkan data

kedalam variabel yang sesuai. Data tindakan sebelum dan

35
sesudah diberikan pengetahuan tentang makanan sehat dengan

metode sentra cooking.

3.9 Analisis Data

Proses analisis akan meliputi analisis univariat dan bivariat dengan

menggunakan program komputerisasi. Rencana analisis data data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu:

3.9.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik setiap variabel yang diteliti

(Notoatmodjo, 2018). Analisis univariat pada penelitian ini adalah

untuk menghitung melalui distribusi frekuensi yang nantinya akan

digunakan sebagai tolak ukur peningkatan pengetahuan

3.9.2 Analisis Bivariat

Data yang telah terkumpul ditabulasi kedalam tabel sesuai dengan

variabel yang hendak di ukur. Variabel dalam penelitian ini

menggunakan jenis data kategorik dan numerik, maka penelitian ini

menggunakan analisis bivariat (paired sample T- test) yang

bertujuan untuk menguji perbedaan mean antara dua kelompok data

yang dependen dalam hal ini untuk mengetahui efektivitas

peningkatan pengetahuan anak tentang makanan sehat sebelum dan

sesudah diterapkannya metode sentra cooking di TK Fortuna

Cendikia Pekanbaru. Analisis ini digunakan dengan syarat:

distribusi data normal, kedua kelompok data dependen/pair, jenis

variabel numerik dan kategorik. Jika syarat diatas tidak terpenuhi

36
maka peneliti menggunakan uji alternatif non parametrik yaitu uji

Wilcoxon. Kriteria pengambilan keputusan dengan menggunakan

nilai signifikan atau p value > 0,05 maka H0 gagal di tolak artimya

tidak ada pengaruh dan jika nilai signifikan atau p value < 0,05 maka

H0 di tolak atau ada pengaruh ( Notoadmodjo, 2018).

37

Anda mungkin juga menyukai