Disusun oleh :
APRILLINDA FITRI WD
S 531 508 053
C. LATAR BELAKANG
Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa.
Pembangunan nasional tidak terlepas dari sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas sebaiknya dipersiapkan sejak
usia dini dan usia sekolah (Dewi, 2011). Usia sekolah (usia 5 sampai 14 tahun),
merupakan salah satu masa yang mengalami tumbuh kembang yang cepat. Pada
usia ini aktifitas fisik terus meningkat seperti, bermain, berolah raga atau
membantu orang tua dalam bekerja (Nuryanto, 2014).
Kelompok anak usia sekolah merupakan salah satu kelompok rentan gizi.
Meskipun kelompok umur ini mempunyai kesehatan yang lebih baik
dibandingkan kesehatan anak balita, tetapi kelompok ini dapat timbul masalahmasalah kesehatan, seperti: berat badan rendah, defisiensi zat besi, dan defisiensi
vitamin E (Roedjito 1989; Sebataraja 2014).
Asupan gizi yang baik dari segi kuantitas maupun kualitas diperlukan
agar tumbuh kembang anak dapat optimal. Pemberian gizi pada usia ini biasanya
tidak berjalan secara sempurna, karena banyak faktor lingkungan sangat
mempengaruhi perilaku makanannya (Jukes 2008). Kebiasaan makan yang salah
pada anak sekolah dapat mengakibatkan masalah gizi yang serius, seperti
obesitas bagi mereka yang kelebihan kalori (Nuryanto 2014). Kekurangan
pangan adalah penyebab utama malnutrisi dan kesehatan yang buruk di berbagai
bagian Afrika. Namun, berdasarkan analisis situasi telah mengungkapkan bahwa
faktor-faktor lain termasuk kebodohan dan buta huruf, sikap tradisional dan
takhayul memainkan peran penting dalam terjadinya malnutrisi (David 2008).
Anak usia sekolah dengan kondisi ekonomi keluarga baik yang
bersekolah di pusat kota memungkinkan anak memiliki status kesehatan yang
lebih baik dibandingkan dengan anak yang bersekolah dan tinggal di pinggiran
kota. Pusat kota merupakan tempat yang memiliki pusat pelayanan yang tinggi
untuk memenuhi kebutuhan, seperti: fasilitas pertokoan, perbelanjaan, fasilitas
untuk mengakses informasi dan kesehatan. Sedangkan, anak yang bersekolah
dan tinggal di daerah pinggiran kota dengan segala fasilitas yang tersedia dan
kondisi sosial ekonomi keluarga yang terbatas memungkinkan anak mempunyai
status kesehatan dan gizi yang buruk dibandingkan dengan anak yang tinggal di
pusat kota (Sebataraja, 2014).
swasta (Sekolah Dasar Islam Terpadu, SDIT). Data primer dikumpulkan dengan
metode wawancara menggunakan kuesioner yang sebelumnya telah diuji coba.
Kuesioner meliputi pengetahuan, sikap tentang kebiasaan sarapan pagi; form
food frequency untuk mengetahui frekuensi sarapan pagi; form food recall 1 x
24 jam untuk mengetahui total asupan energi yang bersumber dari karbohidrat,
protein, lemak, sayur, dan buah. Materi penyuluhan gizi yang akan disampaikan
meliputi pengertian dan manfaat sarapan, dampak tidak sarapan; makanan
sumber tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur; pemilihan sarapan sehat serta
menyusun menu sarapan dan makanan jajanan. Materi ini apabila dikembangkan
secara tepat dapat memberikan informasi secara efektif serta mengarahkan dan
memotivasi perubahan perilaku responden. Materi diberikan dalam bentuk
media kartu bergambar, kartu kuartet, ular tangga, tebak gambar, TTS, leaflet,
poster, dan lomba cerdas cermat.
Kegiatan dilakukan dalam tiga tahap. Pertama, studi awal (baseline data).
Kedua, kegiatan intervensi dalam bentuk kegiatan KIE gizi sebanyak 4 modul
yang diterapkan selama 8 minggu berturut-turut. Kegiatan evaluasi dilakukan
pada setiap saat awal dan akhir modul diberikan. Ketiga, adalah penilaian di
akhir kegiatan (endline).
Metode pendidikan gizi berdasarkan penelitian Hartono (2015) Penelitian
ini merupakan quasy experimental study dengan pre-test and post-test design.
Sumber variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan pada kelompok
ceramah dan kelompok komik berdasarkan nilai pre-test, post-test pertama, dan
nilai post-test kedua. Sasaran penelitian semua siswa kelas 5A dari SDN
Tumpakrejo 1 sebagai kelompok yang diberi pendidikan gizi dengan metode
komik dan seluruh siswa kelas 5 SDN Tumpakrejo 2 sebagai kelompok yang
diberi pendidikan gizi dengan metode ceramah. Jumlah masing-masing siswa
SD tersebut yaitu 16 orang pada kelompok ceramah dan 25 orang pada
kelompok komik sehingga total sampel berjumlah 41 orang.
Seminggu sebelum dilakukan perlakuan, kelompok ceramah dan
kelompok komik diberi pre-test. Setelah satu minggu, kelompok ceramah dan
kelompok komik diberikan pendidikan gizi sebanyak 3 kali pertemuan dengan
materi yang sama pada kedua kelompok. Pemberian intervensi pada kedua
sekolah tersebut dilakukan pada hari yang sama. Pada kelompok ceramah
intervensi dilakukan pada pukul 07.00 WIB, kemudian pada pukul 09.00 WIB
5
Post-test
F. PEMBAHASAN
1. Pengaruh Pendidikan Gizi di Pedesaan Dan Perkotaan
8
Hasil dari data dasar dari penelitian David (2008) sebagai tes
intervensi pra-dan pasca menunjukkan bahwa murid tidak memiliki
pengetahuan
gizi
dan
mengidentifikasi
perlu
meningkatkan
upaya
(p<0,01)
pada
siswa
SD
yang
diberi
komik
tentang
11
(Chi-Ming, 2007). Anak cenderung lebih memilih dan membeli jajanan yang
tersedia paling dekat dengan keberadaannya (Aprilia, 2011). Selain itu
keterlibatan orang tua juga dapat mempengaruhi perilaku anak dalam
memilih jajanan (Taylor, 2005). Anak-anak belum memiliki kontrol yang
baik dalam membedakan jajanan yang sehat dan tidak sehat sehingga
membutuhkan pendampingan dan pengawasan yang baik dari orangtua
dalam memilih jajanan (Aprilia, 2011). Di samping itu, faktor perilaku
pemilihan jajanan orang tua juga berperan sebagai faktor penentu perilaku
anak dalam memilih jajanan. Penelitian lain menunjukkan adanya hubungan
yang kuat antara jenis jajanan yang dikonsumsi orang tua dengan jenis
jajanan yang dikonsumsi oleh anak (Brown,2004).
Niat pemilihan jajanan sehat pada siswa kelas 5 SDN Tumpakrejo 2
meningkat setelah pemberian pendidikan gizi dengan metode ceramah.
Begitu pula dengan SDN Tumpakrejo 1 mengalami peningkatan niat
pemilihan jajanan sehat setelah diberi pendidikan gizi dengan metode TGT.
Kedua metode tersebut efektif dalam merubah niat tetapi metode ceramah
memberikan hasil perubahan niat yang lebih baik dibandingkan TGT.
Selain itu, baik metode ceramah maupun TGT juga sama-sama
efektif dalam merubah perilaku pemilihan jajanan di sekolah walaupun pada
kelompok ceramah lebih banyak responden yang mengalami peningkatan
nilai. Peningkatan nilai responden pada kelompok TGT lebih tinggi
dibandingkan kelompok ceramah. Namun, pendidikan gizi dengan
menggunakan metode ceramah dan TGT ini kurang efektif dalam mengubah
perilaku jajanan di rumah. Beberapa faktor diduga mempengaruhinya.
G. KESIMPULAN
Pendidikan gizi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kesadaran akan pentingnya memperhatikan asupan makanan. Tingkat pendidikan
gizi berhubungan dengan status gizi karena dengan meningkatnya pendidikan
gizi maka dapat meningkatkan pengetahuan, sikap seseorang akan pentingnya
nilai gizi sehingga dapat mengkonsumsi zat gizi dengan baik.
Keberhasilan pendidkan gizi dipedesaan dan perkotaan semua ditentukan
dengan bagaimana cara, tehnik, metode serta media dalam penyampaian
pendidikan gizi. Hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, pemerintah,
12
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lusiya Dewi, Sumi Arrofi, Erwin Angga Setya. 2011. Peningkatan
Pengetahuan Gizi Anak Usia Sekolah Melalui Pengoptimalan Pendidikan
Jasmani Dan Kesehatan (Penjaskes) Menggunakan Media Ular Tangga.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Aprilia BA. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Makanan Jajanan
pada Anak Sekolah Dasar [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Semarang.
Arimurti DI. 2012. Pengaruh Pemberian Komik Pendidikan Gizi Seimbang
Terhadap Pengetahuan Gizi Siswa Kelas V SDN Sukasari 4 Kota Tangerang
Tahun 2012. [Skripsi]. Depok: Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Brown R, Ogden J. Childrens Eating Attitudes and Behaviour: A Study of the
Modelling and Control Theories of Parental Influence. Health and Education
Research. 2004; 19 (3): 261-271.
13
Roedjito D. Kajian penelitian gizi. Edisi ke-1. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa;
1989. hlm. 1-43.
Shield J, Nullen MC 2002 The American Dietetic Association Guide to Healthy
Eathing For Kids. How Your Children Can Eat Smart From Five Twelve.
John Wiley & Sons. Inc. USA.. P.10-15, 49-53.
Siti Zulaekah . 2010. Pendidikan Gizi Dengan Media Booklet Terhadap
Pengetahuan Gizi. Universitas Negeri Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.
Suhardjo 2003 Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara, Jakarta
Taylor JP, Evers S, McKenna M. Determinants of Healthy Eating in Children and
Youth. Canadian Journal of Public Health. 2005; 96 (3): 20-26 .
Widajanti L, Chriswardani S, dan Anung S. Pengaruh Komik Makanan Jajanan
Sehat dan Bergizi untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Anak Sekolah
Dasar. [Online]. The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 6, No. 1; 2009:
19 - 23. (Diunduh 8 April 2013).
Wulandari A. Peningkatan Pengetahuan Gizi Pada Anak Sekolah dengan Metode
Ceramah dan Role Play. [Skripsi]. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang; 2007.
15