Anda di halaman 1dari 65

Ambang Batas (Cut off Points)

Dari berbagai jenis indeks antropometri diperlukan


ambang batas untuk menginterpretasikannya

Ambang batas dapat disajikan dalam 3 cara:


1. Persen terhadap Median
2. Persentil
3. Standar Deviasi Unit
Ambang Batas (Cut off Points)
Persen terhadap Median
Nilai median adalah nilai tengah dari suatu populasi.
Dalam antropometri gizi, median = persentil 50
Nilai median ini dinyatakan = 100% (untuk standar).
Setelah itu, dihitung persentase terhadap nilai median
untuk mendapatkan ambang batas
Contoh: BB anak umur 2 tahun = 12 kg, maka 80%
median = 9.6 kg, 60% median = 7.2 kg
Jika 80% dan 60% dianggap ambang batas, maka anak
umur 2 tahun mempunyai BB antara 7.2-9.6 kg (60-80%
median) dinyatakan status gizi kurang dan dibawah 7.2
kg (<60% median) dinyatakan berstatus gizi buruk
Ambang Batas (Cut off Points)

Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri

Status Gizi Indeks


BB/U TB/U BB/TB
Gizi Baik > 80% > 90% > 90%
Gizi Sedang 71%-80% 81-90% 81-90%
Gizi Kurang 61%-70% 71-80% 71-80%
Gizi Buruk 60% 70% 70%
Ambang Batas (Cut off Points)

Persentil
Para pakar merasa kurang puas menggunakan persen
terhadap median
Persentil 50 sama dengan median dan nilai tengah dari
jumlah populasi
Contoh: ada 100 anak diukur tingginya, kemudian diurutkan
dari yang terkecil.
Ali berada pada urutan 15 berarti persentil 15, berarti 14 anak
berada di bawahnya dan 85 anak berada di atasnya
NCHS merekomendasikan:

persentil ke-5 sebagai batas gizi baik dan kurang,


persentil95sebagaibatasgizilebihdanbaik
Ambang Batas (Cut off Points)

Standar Deviasi Unit (SD) atau Z-Skor


SD disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan

cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan


- 1 SD unit (1 Z-skor) sama dengan 11% dari median BB/U
- 1 SD unit (1 Z-skor) kira-kira 10% dari median BB/TB
- 1 SD unit (1 Z-skor) kira-kira 5% dari median TB/U

Waterlow juga merekomendasikan penggunaan SD untuk


menyatakan ukuran pertumbuhan (Growth Monitoring).
WHO memberikan gambaran perhitungan SD unit terhadap
baku NCHS
Ambang Batas (Cut off Points)

Standar Deviasi Unit (SD) atau Z-Skor


Contoh: 1 SD unit = 11-12% unit dari median BB/U, misalnya
seorang anak berada pada 75% median BB/U berarti 25% unit
berada di bawah median atau -2
Pertumbuhan nasional untuk suatu populasi dinyatakan
dalam positif dan negatif 2 SD unit (Z-skor) dari median, yang
termasuk hampir 98% dari orang-orang yang diukur yang
berasal dari referensi populasi. Di bawah -2 SD unit
dinyatakan sebagai kurang gizi yang ekuivalen dengan:
78% dari median untuk BB/U ( 3 persentil)
80% median untuk BB/TB
90% median untuk TB/U
Ambang Batas (Cut off Points)

Rumus perhitungan Z-skor:


Z-skor = NilaiIndividuSubjekNilaiMedianBakuRujukan
Nilai Simpang Baku Rujukan
Klasifikasi Status Gizi
Klasifikasi status gizi sangat ditentukan oleh cut-of point
Beberapa klasifikasi yang umum digunakan
Klasifikasi Status Gizi Indeks yang Baku acuan Klasifikasi
digunakan yang digunakan
Gomez BB/U Harvard Persentil Kategori KEP: normal, ringan, sedang dan
50 berat
Wellcome Trust (kualitatif) BB/U Harvard Persentil Kategori KEP: gizi kurang, kwashiorkor,
50 marasmus, marasmik-kwashiorkor
Waterlow BB/TB dan = Katagori KEP: akut (wasting) dan kronis
TB/U (stunting)
Jellife BB/U Harvard Persentil Kategori KEP: I, II, III, IV
50
Bengoa BB/U Harvard Persentil Kategori KEP: I, II dan III
50
Direktorat Bina Gizi BB/TB, BB/U WHO-NCHS Gizi lebih, baik, sedang, kurang dan buruk
Masyarakat Depkes RI dan TB/U
WHO BB/TB, BB/U WHO-NCHS *
dan TB/U
Data Reference (Baku Acuan)

Ada 2 jenis baku acuan: lokal dan internasional


Terdapat beberapa baku acuan internasional : Harvard
(Boston), WHO-NCHS, Tanner dan Kanada
Harvard dan WHO-NCHS adalah yang paling umum
digunakan di seluruh negara
Distribusi data BB/U, TB/U dan BB/TB yang
dipublikasikan WHOmeliputi data anak umur 0-18
tahun
Data baku rujukan WHO-NCHS disajikan dalam 2 versi
yaitu persentil dan Z-skor
Data Reference (Baku Acuan)

Waterlow, dkk 1977 (dalam Gizi Indonesia Vol XV No.2


1990), penentuan status gizi anak:
1. Di negara yang populasinya relatif well nourished,
distribusi TB/U dan BB/TB sebaiknya digunakan
persentil
2. Di negara yang populasinya relatif undernourished,
lebih baik digunakan Z-skor sebagai pengganti
persen terhadap median baku rujukan. Tidak
disarankan menggunakan indeks BB/U
Data Reference (Baku Acuan)

Berdasarkan Baku Harvard, status gizi dibagi menjadi 4:


Gizi lebih untuk overweight, termasuk kegemukan dan

obesitas
Gizi baik untuk well nourished

Gizi kurang untuk under weight, mencakup mild dan

moderate PCM
Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus,

marasmik-kwashiorkor dan kwashiorkor


Data Reference (Baku Acuan) di
Indonesia
Sejak dekade 80-an Indonesia menggunakan 2 baku acuan
internasional: Harvard dan WHO-NCHS
Semiloka Antropometri Ciloto, Februari 1991: saran
pengajuan penggunaan secara seragam baku rujukan WHO-
NCHS sebagai pembanding dalam penilaian status gizi dan
pertumbuhan baik perorangan maupun masyarakat.
Kepmenkes RI Nomor:920/Menkes/SK/VIII/2002 tentang
klasifikasi status gizi anak balita. Berdasarkan perkembangan
iptek dan hasil temu pakar gizi Indonesia Mei 2000 di
Semarang, standar baku antropometri yang digunakan secara
nasional disepakati menggunakan standar baku WHO-NCHS
1983
Klasifikasi Status Gizi Anak Balita
Berdasarkan Kepmenkes Nomor: 920/Menkes/SK/VIII/2002
Indeks Status Gizi Ambang Batas*)
BB/U Gizi Lebih > +2SD
Gizi Baik > -2 SD sampai +2SD
Gizi Kurang < -2SD sampai -3SD
Gizi Buruk < -3SD
TB/U Normal 2SD
Pendek (stunted) < -2SD
BB/TB Gemuk > +2SD
Normal -2SD sampai +2SD
Kurus (wasted) < -2SD sampai -3SD
Kurus sekali < -3SD
Sumber: Measuring in Nutrition Status-WHO 1983
menindaklanjuti pencanangan World Health
Organization (WHO) pada bulan April tahun
2006 tentang pemberlakuan standar
antropometri WHO 2005 menggantikan standar
antropometri WHO-NCHS 1977, maka perlu
dilakukan penyesuaian terhadap standar
antropometri yang sudah ada di Indonesia;
Bentuk dan pengembangan KMS ditentukan
oleh rujukan atau standar antropometri yang
dipakai, tujuan pengembangan KMS serta
sasaran pengguna. KMS di Indonesia telah
mengalami 3 kali perubahan.
KMS yang pertama dikembangkan pada tahun
1974 dengan menggunakan rujukan Harvard.
Pada tahun 1990 KMS revisi dengan
menggunakan rujukan WHO NCHS.
Pada tahun 2008, KMS balita direvisi
berdasarkan Standar AntropometriWHO 2005.
Standar Lokal :
Kartu Menujut Sehat (KMS) yang merupakan
modifikasi dari standar WHO

Standar Internasional
Standar NCHS
Direkomendasikan oleh WHO untuk menjadi
standar internasional, standar ini sudah
mencerminkan populasi sampel dari beberapa negara
menurut umur dan jenis kelamin
Standar Harvard
NCHS lebih teliti dibanding dengan Harvard,
populasi yang digunakan lebih sedikit (dari 2 negara
bagian di Amerika Serikat : Boston dan Iowa)

Standar WHO
Merupakan modifikasi dari standar NCHS
Digunakan untuk negara yang belum mempunyai
standar
Dibedakan menurut umur dan jenis kelamin
Hanya untuk balita saja umur 0 5 tahun
Z - SCORE INDEKS PERTUMBUHAN

PB/U atau TB/U BB/U BB/PB atau IMT/U


BB/TB
DIATAS 3 LIHAT CATATAN LIHAT SANGAT GEMUK SANGAT
1 CATATAN 2 GEMUK
DIATAS 2 GEMUK GEMUK

DIATAS 1 RISIKO GEMUK RISIKO GEMUK


(LIHAT CAT. 3) (LIHAT CAT. 3)
0 (ANGKA
MEDIAN)
DIBAWAH -1

DIBAWAH -2 PENDEK (LIHAT BB KURANG KURUS KURUS


CAT 4) WASTING WASTING
STUNTING

DIBAWAH -3 SANGAT PENDEK ( BB SANGAT SANGAT KURUS SANGAT KURUS


LIHAT CAT 4) KURANG SEVERE WASTING SEVERE
SEVERE STUNTING
CATATAN 1 :
Seorang anak pada kategori ini termasuk sangat
tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah
kecuali anak yang sang sangat tinggi mungkin
mengalami gangguan endokrin seperti adanya
tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan.
Rujuklah anak ersebut jika diduga menalami
gangguan endokrin ( misal anak yang tinggi
sekali menurut umurnya sedangkan orang tuanya
normal )
CATATAN 2
Seorang anak berdasarkan BB/U pada
kategori ini kemungkinan mempunyai
masalah pertumbuhan tetapi lebih
baik bila anak ini dinilai berdasarkan
indikator BB/PB atau BB/TB atau
IMT/U
CATATAN 3
Hasil plotting diatas 1 meunjukkan kemungkinan
risiko. Bila kecenderungannya menuju garis z-
score 2 berarti risiko lebih pasti

CATATAN 4
Anak yang pendek atau angat pendek,
kemungkinan akan menjadi gemuk bila
mendapat intervensi yang salah
Klasifikasi digunakan untuk menentukan tingkat
status gizi

Pemilihan klasifikasi tergantung pada tujuan


penelitian, parameter dan indeks yang digunakan
pada pengukuran fisik.
Klasifikasi Gomez
Menggunakan indeks BB/U
Standar Harvard
Untuk menentukan tingkat status gizi
Status gizi normal bila BB/U > 90%
Malnutrisi ringan bila BB/U 76 - 90 %
Malnutrisi sedang bila BB/U 61 75 %
Malnutrisi berat bila BB/U 60%
Klasifikasi Wellcome
Menggunakan indeks BB/U dengan standar Harvard
Membedakan apakah malnutrisi ini marasmus ataukah
kwashiorkhor dengan melihat adanya oedema atau
tidak
Kwashiorkor bila BB/U 60 80 % dan ada oedema
Marasmus bila BB/U < 60% dan tidak ada oedema
Marasmic Kwashiorkor bila BB/U < 60% dan ada
oedema
Under Weight bila BB/U 60 80% dan tidak ada oedema
Klasifikasi Waterlow
Menggunakan indeks TB/U dan BB/TB
Menggunakan standar Harvard
Untuk membedakan wasting dan stunting
Wasting bila TB/U > 90% dan BB/TB < 80%
Stunting bila TB/U < 90% dan BB/TB > 80%
Stunting dan Wasting bila TB/U < 90% dan BB/TB <
80%
Normal bila TB/U > 90% dan BB/TB > 80%
IMT = Berat Badan (kg) / Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan
(m)

Klasifikasi :
Kurus
Kekurangan Berat Badan Tingkat Berat bila IMT < 17,0
Kekurangan Berat Badan Tingkat Ringan bila IMT antara 17,0
18,5
Normal bila IMT antara 18,5 25,0
Gemuk
Kelebihan Berat Badan Tingkat Ringan bila IMT antara > 25,0
27,0
Kelebihan Berat Badan Tingkat Berat bila IMT > 27,0
Pengukuran komposisi tubuh ini ada kaitannya
dengan pengukuran lemak/timbunan lemak dan
bagian lain yang tidak ada lemak (otot)
Pengukuran komposisi lemak ini penting untuk
mengetahui apakah individu menderita malnutrisi /
tidak
Pengukuran ini banyak dilakukan di Rumah Sakit
untuk mengetahui pasien menderita malnutrisi akut
atau malnutrisi kronis
Selain itu juga untuk memonitor perubahan fisik
akibat terapi nutrisi pada waktu yang lama
Sedangkan di masyarakat untuk mengetahui
efektifitas dari program gizi
1. Pengukuran Skinfold Thickness

Triceps skinfold
Biceps skinfold
Subscapular skinfold
Suprailiaca skinfold
Midaxillary skinfold

2. Pengukuran Lingkar Lengan Atas


CARA PEMGUKURAN TRICEPS SKINFOLD
Triceps
The athletes arm to
hang naturally by
their side.
The assistant takes a
vertical fold midway
between the shoulder
and the elbow on the
back of the arm.
Subscapula
The assistant takes a
diagonal fold across
the back, just below
the shoulder blade.
Biceps
The athletes arm to
hang naturally by
their side. The
assistant takes a
vertical fold midway
between the shoulder
and the elbow on the
front of the arm.
Suprailiac

The assistant takes a


diagonal fold just
above the hip bone.
Total body weight includes Lean Body Mass
(bone, muscle, skin, and fluids) and Body
Fat (adipose tissue and subcutaneous
fat). Body fat is expressed as a percentage
of total body weight. A minimal amount of
Essential Fat (about 2-4% for Men and 8 -
12% for women) is necessary for normal
physiological functioning and good health.
1. Hitung umur dalam tahun dan berat badan dalam kg
2. Ukur skinfold thickness (tebal lemak dibawah kulit)
dalam mm pada tempat biceps, triceps, subscapular
dan suprailiac
3. Jumlahkan tebal lemak dari keempat skinfold thickness
4. Ukur nilai logaritma dari keempat penjumlahan
skinfold thicness
Menghitung body density (D dalam g / cc)
Untuk laki-laki:
17-19 D=1.1620 -0.0630 x (log)
20-29D=1.1631-0.0632 x (log)
30-39D=1.1422-0.0544 x (log)
40-49D=1.1620-0.0700 x (log)
50+ D=1.1715-0.0779 x (log)
Untuk perempuan :
17-19 D=1.1549 -0.0678 x (log)
20-29D=1.1599-0.0717 x (log)
30-39D=1.1423-0.0632 x (log)
40-49D=1.1333-0.0612 x (log)
50+ D=1.1339-0.0645 x (log)
Fat mass (kg) = Berat Badan (kg) x 4,95/D 4,5

Fat Free Mass (kg) = Berat Badan (kg) fat mass(kg)

Kemudian lihat kategori dalam tabel


Excess body fat has been
associated with a number of
health risks, including heart
disease, diabetes, hypertension,
arthritis, gall bladder disease,
cirrhosis of the liver, hernia,
intestinal obstruction, and sleep
disorders
Total body weight includes Lean Body Mass
(bone, muscle, skin, and fluids) and Body
Fat (adipose tissue and subcutaneous
fat). Body fat is expressed as a percentage
of total body weight. A minimal amount of
Essential Fat (about 2-4% for Men and 8 -
12% for women) is necessary for normal
physiological functioning and good health.
The average man has 15 to 17% body fat, while
the average woman is between 18 and 22%.
Typical values for elite athletes are 6% to 12%
for men and 12% to 20% for women.
The following table details the percentage
body fat for male and female athletes for a
variety of sports.
Analysis of the result is by comparing it with
the results of previous tests.
It is expected that, with appropriate training
and diet between each test, the analysis would
indicate an improvement in the percentage
body fat
Test reliability refers to the degree to which a
test is consistent and stable in measuring what
it is intended to measure. Reliability will
depend upon how strict the test is conducted
The following link provides a variety of factors
that may influence the results and therefore the
test reliability.
Test validity refers to the degree to which the
test actually measures what it claims to
measure and the extent to which inferences,
conclusions, and decisions made on the basis of
test scores are appropriate and meaningful
This test provides a means to monitor the
effect of training on the athlete's physical
development.
The test is not a good predictor of percentage
body fat, however it can be used to indicate
changes in body composition over tim
Advantages
Minimal equipment required
Simple to set up and conduct
Can be conducted almost anywhere
Disadvantages
Specialist equipment required - Skinfold
callipers
Assistant required to administer the test

Anda mungkin juga menyukai