Untuk melengkapi salah satu tugas rotasi gizi penyelenggaraan asuhan makan diet rumah
sakit
Disusun Oleh :
Talitha Salsabila P17331112702
2021
Penugasan rotasi PAMDRS dengan judul
“PENGEMBANGAN PRODUK ENTERAL BUBUK RENDAH PROTEIN 60
MINUCAF INSTALASI GIZI RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG”
Pembimbing,
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan rotasi gizi penyelenggaraan makanan dengan judul “Pengembangan
Produk Enteral Bubuk Rendah Protein 60 Minucaf Instalasi Gizi Rsup Hasan
Sadikin Bandung” tepat pada waktunya.
5.Ibu Yunesti Haerani, S.Gz, RD, selaku pembimbing yang telah membimbing
serta memberi arahan dalam pembuatan laporan ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian.....................................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian...................................................................................3
BAB II.................................................................................................................4
2.1. Review Literatur.......................................................................................4
2.2. Definisi Operasional..............................................................................11
2.3. Kerangka Teori dan Hipotesis................................................................13
BAB IV................................................................................................................16
4.1. Waktu Pelaksanaan.................................................................................16
4.2. Standar Resep.........................................................................................16
4.3. Alat yang diperlukan.................................................................................16
4.4. Cara Pembuatan......................................................................................17
4.5. Analisis Kandungan Nilai Gizi..................................................................18
4.6. Analisis Biaya...........................................................................................19
4.7. Penamaan dan Pengemasan Produk......................................................20
4.8. Uji Cita Rasa.............................................................................................21
4.9. Densitas Formula.....................................................................................24
4.10. Viskositas Formula.................................................................................25
BAB IV................................................................................................................27
BAB VI................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
LAMPIRAN..........................................................................................................31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan penelusuran di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung,
diketahui bahwa penggunaan formula enteral untuk pasien dengan
gangguan ginjal menggunakan formula enteral komersial karena lebih
mudah untuk diseduh mengingat pasien tidak selalu mengonsumsi
zonde rendah protein secara tepat waktu, sehingga ditakutkan sudah
tidak layak konsumsi. Harga dari formula enteral komersial lebih mahal
dibandingkan dengan zonde rendah protein, oleh karena itu diperlukan
pengembangan produk enteral rendah protein untuk meningkatkan
variasi enteral dengan daya tahan yang lama untuk diberikan kepada
pasien. Oleh karena itu, dilakukan pengembangan produk enteral rendah
protein berbahan dasar tepung mocaf dan tepung kelapa untuk pasien
GGK.
b. Tujuan Khusus
1. Mendapatkan standar formula enteral bubuk yang memenuhi
persyaratan makanan enteral rendah protein 60.
2
enteral bubuk berbahan dasar tepung susu, tepung kelapa, dan
tepung mocaf.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya
gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap berupa dialysis atau
transplantasi ginjal (7).
b) Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan merupakan karbohidrat cukup
sebesar 55 – 75% total asupan energi. Terutama karbohidrat yang
5
berserat tinggi, sisa dari perhitungan protein dan lemak.
c) Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 15-30% dari total kebutuhan
kalori dalam sehari.
d) Natrium
Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urine yang dikeluarkan
dalam 24 jam, yaitu 1 gram ditambah dengan penyesuaian menurut
jumlah urine, yaitu 1 gram untuk setial ½ liter, apabila tidak ada urine
yang keluar, makan natrium yang dapat dikonsumsi 2 gram. (1 gr Na atau
garam dapur)
e) Kalium
f) Kalsium
c. Formula Enteral
6
:
1. Zat gizi : zat gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan. Pada
pasien GGK dengan hemodialisis, pemberian protein, natrium, kalium,
dan kalsium harus menjadi perhatian.
2. Osmolaritas : Osmolaritas merupakan istilah kimia yang
menggambarkan berapa banyak molekul yang dilarutkan dalam cairan .
3. Viskositas : viskositas adalah sifat dari suatu zat cair yang disebabkan
adanya gesekan antara molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat
cair tersebut.Gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair.
4. Total padatan terlarut : ukuran semua senyawa organik dan anorganik
yang terlarut dalam suatu cairan yang menunjukkan perbandingan
padatan yang berbeda.
d. Tepung Susu
Mutu protein untuk formula enteral rendah protein pasien GGK
merupakan variabel yang sangat penting. Penggunaan dan
pemberian protein harus diperhatikan yaitu rendah protein dengan
diutamakan protein bernilai biologis tinggi (5).
Susu merupakan sumber protein hewani yang disarankan dikonsumsi
pasien GGK dengan hemodialisis karena merupakan salah satu makanan
sumber protein dengan nilai biologis yang tinggi. Susu mengandung
asam amino essensial lengkap yang dibutuhkan tubuh (11). Selain
itu, hal ini diperlukan untuk mengurangi sisa metabolisme protein
berupa urea dalam tubuh (5).
e. Tepung Mocaf
Ubi kayu merupakan sumber karbohidrat berbasis pangan lokal yang
dapat dimanfaatkan agar mencapai kepadatan energi yang tinggi pada
formula rendah protein untuk pasien GGK. Dikarenakan ubi kayu memiliki
kelemahan berupa adanya linamarin yang dapat berubah menjadi HCN bila
melalui proses pemotongan atau pengirisan pada ubi sehingga diperlukan
7
proses untuk mengurangi HCN sampai batas yang tidak beracun yaitu < 10
ppm (5).
Pada pembuatan formula enteral bubuk rendah protein untuk
pasien GGK, tepung mocaf digunakan sebagai sumber karbohidrat.
Pati yang terkandung di dalam tepung mocaf tinggi yaitu 87.6%,
sehingga akan meningkatkan kepadatan energi formula enteral GGK.
Keuntungan lain menggunakan tepung mocaf karena kandungan pati
terhidrolisis yang lebih mudah dicerna oleh tubuh, sehingga tidak
memerlukan energi yang tinggi untuk pemecahannya dan daya
cernanya akan meningkat (5).
f. Tepung Kelapa
Hasil penelitian Physician Health menunjukkan pada kelompok
dengan kadar kolesterol-LDL tinggi serta kadar kolesterol-HDL yang
rendah terjadi peningkatan kreatinin >1,5 mg/dL dan penurunan
Creatinine Clearance sampai <55ml/min dibandingkan kelompok
control. Berdasarkan penelitian Bhagaskara (2015) kadar kolesterol
LDL terbukti memiliki hubungan yang bermakna terhadap kadar
kreatinin darah pada penderita penyakit ginjal kronik, semakin tinggi
kadar LDL maka semakin tinggi kadar kreatinin (12).
Kandungan serat pangan dalam tepung kelapa secara
signifikan lebih besar dibandingkan pada sumber serat lainnya
seperti tepung gandum, kasava, kentang, beras, dan lain
sebagainya (13). Serat yang terkandung dalam tepung kelapa
mengandung galaktomanan cukup tinggi. Galaktomanan berfungsi
meningkatkan kolesterol baik (HDL). Tepung kelapa mengandung
selulosa cukup tinggi yang berperan dalam proses fisiologi
tubuh untuk mempersingkat waktu transit sisa-sisa makanan (14).
g. Densitas
Densitas merupakan besaran kerapatan massa dari suatu benda
8
yang diwujudkan pada bentuk berat benda tiap volume dari benda
tersebut. Penerapan massa jenis ini juga bisa menjabarkan mengapa
benda yang mempunyai ukuran yang sama bisa memiliki berat yang
berbeda (15).
Densitas energi mengindikasikan jumlah cairan dalam formula enteral.
Formula enteral memiliki konsistensi cair hingga kental, dimana sebagian
besar dapat ditoleransi oleh pasien dengan densitas energi 1,0 kkal/ml. Untuk
kebutuhan kalori yang tinggi atau untuk pembatasan masukan cairan seperti
pada pasien gagal ginjal, densitas energi dapat ditingkatkan menjadi 1,5 - 2
kkal/ml. Dimana, semakin tinggi densitas energi suatu formula enteral, maka
cairan yang dibutuhkan akan rendah (15). Berikut merupakan rumus
densitas.
ρ = E/V
Keterangan :
h. Viskositas
Viskositas Formula merupakan suatu nilai yang menyatakan
ukuran kekentalan cairan. Nilai ini dapat dipengaruhi oleh faktor
densitas energi, lama waktu tunggu, temperatur, ukuran partikel,
komponen penyusun bahan, berat molekul, dan konsentrasi partikel (15).
Peningkatan viskositas diduga disebabkan karena perbedaan fraksi protein
pada bahan yang berbeda, sehingga mempengaruhi kemampuan membentuk
ikatan hidrogen. Protein mampu berikatan hidrogen dengan molekul air
sehingga membentuk gel (5).
Faktor lain yang yang diduga memengaruhi viskositas adalah kadar air.
9
Peningkatan konsentrasi larutan dipengaruhi oleh kadar air dalam bahan,
dimana semakin tinggi kadar air maka konsentrasi larutan semakin menurun
sehingga viskositasnya menjadi encer. Viskositas berbanding lurus dengan
konsentrasi larutan. Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat
terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak parttikel zat terlarut, gesekan
antar partikel semakin tinggi dan viskositasnya akan semakin meningkat (5).
Rumus dari viskositas formula adalah :
Keterangan :
t = waktu (s)
Salah satu cara untuk mengevaluasi sebuah makanan atau resep dapat
dilakukan dengan penilaian selera konsumen yang dapat dilakukan atas
citarasa dari menu atau makanan yang disajikan(6). Cita rasa terbentuk dari
kolaborasi lima indra manusia, yakni indra perasa, penciuman, perabaan,
penglihatan, dan pendengaran serta merupakan atribut berbagai makanan
antara lain meliputi penampakan, bau, rasa, tekstur dan suhu. Citarasa
makanan dapat dibedakan atas dua aspek yaitu aspek penampilan dan aspek
rasa. Penilaian dari aspek penampilan dilakukan pada waktu makanan
dihidangkan dan belum dimakan, meliputi warna, bentuk, besar porsi/
jumlah, aroma/ bau. Penilaian citarasa makanan merupakan proses yang
harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk memastikan
pencapaian standar kualitas setiap kali makanan di produksi (6).
10
menggunakan uji organoleptik atau penilaian sensorik. Penilaian cara ini
disukai karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Kadangkala
penilaian dengan indera hasilnya lebih sensitive dibanding penilaian dengan
alat. Dalam pelaksanaannya penilaian organoleptik dilakukan oleh orang
atau sekelompok orang yang disebut panel yang menilai sifat atau mutu
benda berdasarkan kesan subjektif. Untuk mendapatkan penilaian citarasa
makanan dari konsumen langsung khususnya untuk tingkat kesukaan, dapat
dilakukan penilaian sensorik dari panel tidak terlatih, dalam hal ini adalah
konsumen yang makan (6).
2.2. Definisi Operasional
a. Formula Enteral
Definisi : Uraian bahan makanan dan berat yang
digunakan dalam pembuatan enteral
Alat ukur : Timbangan digital
Cara ukur : Menimbang bahan-bahan yang digunakan
Skala : Interval
Hasil ukur : Formulasi enteral
b. Kandungan Zat Gizi
Definisi : Jumlah kandungan zat gizi makro dan
mikro yang terkandung dalam formula
enteral berbahan dasar susu kedelai, labu
kuning,
dan pisang ambon
Alat ukur : Tabel Komposisi Pangan Indonesia
Cara ukur : Menghitung menggunakan Microsoft Excel
Skala : Interval
Hasil ukur : Gram, milligram dan microgram
c. Sifat Organoleptik
Definisi : Karakteristik produk enteral yang dinilai
11
melalui anggota tubuh yaitu panca indera.
a. Warna merupakan respon indera
penglihatan terhadap enteral.
b. Besar porsi adalah besarnya porsi bahan
makanan per sajian pada tiap kali makan
c. Rasa merupakan respon indera
pengecap terhadap enteral.
d. Konsistensi merupakan respon indera
peraba yang bersifat kompleks dan terkait
dengan struktur bahan
e. Aroma merupakan respon indera
pencium terhadap enteral.
f. Tingkat kematangan merupakan
indikator matang atau tidaknya suatu
makanan
g. Overall merupakan penilaian enteral
secara keseluruhan
Alat ukur : Formulir uji hedonik
Cara ukur : Uji hedonik
Skala : Ordinal
Hasil ukur : Skala organoleptik 1 - 5
12
Alat ukur : Kalkulator
Cara ukur : Rumus viskositas
Skala : Interval
Hasil ukur : cP
Gambar 2.1
Kerangka Teori Penelitian
b. Kerangka Konsep
Formula enteral berbahan dasar tepung susu, tepung mocaf, dan tepung
kelapa merupakan pengembangan produk formula enteral rendah protein bagi pasien
GGK dengan Hemodialisis. Untuk mengetahui kualitas dari produk enteral maka
dilakukan uji organoleptik, perhitungan zat gizi, dan densitas formula enteral.
Adapun kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut.
13
Kualitas produk
Variabel Kontrol
Gambar 2.2.
Kerangka Konsep Penelitian
c. Hipotesis
1. Ada pengaruh pengembangan formula enteral berbahan dasar tepung susu,
tepung mocaf, dan tepung kelapa terhadap pemenuhan persyaratan diet.
3. Ada perbedaan formula enteral berbahan dasar tepung susu, tepung mocaf,
dan tepung kelapa dengan formula enteral komersial rendah protein terhadap
pemenuhan prasyarat diet.
4. Ada perbedaan densitas formula enteral berbahan dasar tepung susu, tepung
mocaf, dan tepung kelapa dengan formula enteral komersial rendah protein.
5. Ada perbedaan viskositas formula enteral berbahan dasar tepung susu, tepung
mocaf, dan tepung kelapa dengan formula enteral komersial rendah protein.
14
6. Ada perbedaan formula enteral berbahan dasar tepung susu, tepung mocaf,
dan tepung kelapa dengan formula enteral komersial rendah protein terhadap
sifat oraganoleptik produk.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hari : Senin
Tanggal : 07 Juni 2021
Tempat : Lab Kuliner Poltekkes Bandung Jurusan Gizi
Waktu :Waktu yang diperlukan untuk membuat
modifikasi formula enteral Rendah Protein 60 dari awal persiapan sampai dengan
pemasakan adalah 60 menit.
15
4.2. Standar Resep
Standar resep yang dirancang dan digunakan untuk membuat
Formula Enteral Minucaf 60 dapat dilihat pada table 4.1.
Tabel 4.1.
Standar Resep Formula Enteral Rendah Protein 60 Minucaf
Bahan Yang Digunakan Berat (g)
Tepung Susu 100
Tepung Kelapa 50
Tepung Maizena 3
Tepung Mocaf 85
Gula Pasir 85
Coklat 37
Fiber Crème 50
Minyak Zaitun 8
Haluskan campuran
tepung-tepungan dalam
blender
16
Campurkan gula dengan
minyak zaitun
Campurkan campuran
minyak dan gula dengan
campuran tepung dan
blender
Gambar 4.1
Alur Pembuatan Formula Enteral
17
pasien. Kandungan energi dan zat gizi yang disumbangkan oleh tiap
komposisi bahan makanan disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Perbandingan Zat Gizi Formula Rendah Protein 60 Minucaf
dengan Formula Enteral Komersial
Zat Gizi Standar Diet Rendah Nilai Gizi Minucaf % Nilai Gizi %
Protein 60 Nephrisol-D
Energi 333,3 305,1 92% 354,2 106%
Protein 10,3 11,08 107% 12,4 120%
Lemak 11,1 11,9 107% 11,7 105%
Karbohidrat 48,3 52,9 110% 49,3 102%
Kalium 359,3 277,6 77% 80,08 22%
Kalsium 333,3 314,05 94% 85,5 25%
Natrium 333,3 87,7 26% 67,7 20,30%
18
Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat perbandingan antara pemenuhan
kecukupan zat gizi dalam sekali pemberian formula Minucaf dengan Nephrisol-
D. Nilai gizi dari Minucaf mendekati nilai gizi dari Nephrisol-D, kecuali pada
kandungan kalium dan kalsium yang jauh lebih tinggi persen kecukupan dalam
satu sajian formula Minucaf.
4.6. Analisis Biaya
Pembuatan formula enteral harus memperhatikan biaya yang dibutuhkan
dalam pembuatannya agar sesuai dengan food cost yang sudah ditetapkan rumah
sakit. Biaya bahan makanan yang dibutuhkan untuk membuat formula modifikasi
enteral dan formula enteral rendah protein 60 di RSUP Dr. Hasan Sadikin, serta
perbandingannya dengan formula enteral komersial dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 4.4.
Perbandingan Biaya Formula Enteral Minucaf
dengan Formula Enteral Komersial
Coklat 37 Rp 2.775,00
Fiber Crème 50 Rp 5.952,38
Q Factor 1% = 1/100 Rp - 0
Subtotal Biaya Bahan Rp 21.480,23 Rp 178.800
19
Harga Formula Enteral Minucaf Harga Nephrisol-D
20
cita rasa berdasarkan analisis dari panelis menurut tingkat kesukaan terhadap
warna, besar porsi, konsistensi, aroma, tingkat kematangan, rasa, dan overall
produk formula enteral rendah protein Minucaf.
Tabel 4.5.
Hasil Uji Organoleptik
Tingkat kesukaan (%)
Aspek Total
1 2 3 4 5
Penilaian
n % n % n % n % n % n %
Warna 0 0 0 0 0 0 10 66,7 5 33,3 15 100
Porsi 0 0 0 0 4 26,6 9 60 2 13,3 15 100
Konsistensi 0 0 0 0 5 33,3 10 66,7 0 0 15 100
Aroma 0 0 2 13,3 1 6,7 9 60 3 20,0 15 100
Tingkat 0 0 0 0 3 20,0 11 73,3 1 6,7 15 100
kematangan
0 0 2 13,3 2 13,3 10 66,7 1 6,7 15 100
Rasa
Grafik 4.1.
21
Uji Cita Rasa
4.4
4.2
3.8
3.6
3.4
3.2
Warna Porsi Konsistensi Aroma Tingkat Rasa Keseluruhan
Kematangan
Aspek Penilaian
a. Warna
Aspek warna mendapatkan rata-rata nilai tertinggi dari panelis, yaitu 4,3.
Warna dari Minucaf didapatkan dari penggunaan bubuk coklat yang
dinetralkan dengan warna dari tepung susu, mocaf, dan kelapa yang
berwarna putih dan puting kekuningan. Sebanyak 66,7% paneli menyukai
warna dan sebanyak 33,3% sangat menyukai warna dari Minucaf.
b. Porsi
Besar porsi Minucaf dalam sekali seduh adalah 235 ml. Jumlah cairan
yang dikonsumsi pasin GGk dengan Hemodialisis harus
diperhatikan.Berdasarkan rata-rata nilai yang didapat dari seluruh panelis
22
(3,8), dapat disimpulkan bahwa panelis merasa netral dan cenderung
menyukai besar porsi yang diberikan. Nilai ini didapat dari sebanyak 26,6%
panelis memberikan nilai netral, 60% suka, dan 13,3% sangat menyukai
besar porsi Minucaf.
c. Konsistensi
d. Aroma
e. Tingkat Kematangan
f. Rasa
Rasa dari Minucaf dominan rasa ubi kayu dan sedikit pahit. Hal itu
dikarenakan proporsi penggunaan tepung mocaf cukup tinggi (85 gr),
penggunaan gula yang tidak telalu banyak (85 gr), dan bubuk coklat yang
terlalu banyak (37 gr). Rata-rata nilai pada aspek rasa didapatkan 3,6,
sebanyak 13,3% panelis menyatakan tidak suka rasanya, 13,3% menyatakan
23
netral, 66,7% menyatakan suka, dan 6,7% menyatakan sangat suka dengan
rasanya.
g. Keseluruhan
ρ = E/V
ρ = 1830,8 : 1.418,8
ρ = 1,2 kkal/ml
ρ = E/V
ρ = 2.125,2 : 1.500
ρ = 1,4 kkal/ml
24
4.10. Viskositas Formula
Viskositas merupakan suatu nilai yang menyatakan ukuran
kekentalan cairan. Viskositas merupakan karakteristik penting dalam
pengolahan makanan cair. Untuk dapat melewati kateter, tingkat kekentalan
yang direkomendasikan sebesar 7cP-13,5 cP (16). Berikut merupakan
perhitungan viskositas formula Minucaf.
η Minucaf =¿9,9 cP
η Nephrisol−D=0,307 Poise
η Nephrisol−D=30,7 cP
25
BAB IV
KESIMPULAN
26
b. Nilai gizi yang terkandung dalam formula enteral Minucaf mencapai
>90% kecukupan diet rendah protein 60.
c. Food cost dalam pembuatan Minucaf adalah Rp. 21.480 untuk enam kali
pemberian atau Rp. 6.500,- dalam sekali pemberian. Harga ini lebih murah
dibandingkan Nephrisol-D yang dalam sekali pemberian seharga Rp29.800-, dan
Rp178.800-, dalam 6 kali pemberian.
d. Berdasarkan hasil uji cita rasa, penilaian terhadap aspek warna dan aroma berkisar
antara suka hingga sangat suka. Sedangkan aspek porsi, konsistensi, tingkat
kematangan, rasa, dan keseluruhan mendapatkan nilai netral hingga suka. Rata-rata
kesukaan panelis yang terendah merupakan konsistensi dan rasa, yaitu sebesar 3,6.
Sedangkan rata-rata kesukaan panelis tertinggi yaitu 4,3 pada aspek warna.
e. Densitas Minucaf 1,2 kkal/ml, densitas ini belum memenuhi syarat dari
densitas yang direkomendasikan. Apakah acuan rekomendasinya
nephrisol D yg 1,4? Ada syarat densitas lainkah?
f. Viskositas formula Minucaf adalah sebesar 9,9 cP, sudah memenuhi
rekomendasi viskositas dari formula enteral.
BAB VI
REKOMENDASI
27
hemodialisis, karena lebih murah, daya simpannya lebih panjang,
kandungan gizinya memenuhi syarat diet rendah protein 60, dan
mengandung zat gizi mikro unggulan, yaitu galaktomanan.
b. Memperhalus partikel dari tepung kelapa untuk memperbaiki mutu dari
segi tekstur.
c. Melakukan uji mutu mikroorganisme dan viskositas menggunakan viskometer
untuk menjamin mutu produk Minucaf.
DAFTAR PUSTAKA
1. Annalynn Skipper. Gizi Enteral dan Parenteral. 3rd ed. Jakarta: EGC;
2019.
2. Hapsari HTP. Pengendalian Mutu Dalam Proses Pembuatan Makanan
Enteral Di Rumah Sakit Dustira Kota Cimahi, Jawa Barat. Institut
Pertanian Bogor; 2012.
3. Kandarini Y, Ginjal D, Smf B, Penyakit I, Fk D, Rsup U, et al.
Penatalaksanaan Nutrisi pada Penyakit Ginjal Kronik Fokus Pada Diet
28
Rendah Protein. 2014;(C).
4. Riskesdas. Hasil Utama Riskesdas di Indonesia 2018. Hasil Utama
Riskesdas di Indonesia 2018. Menteri Kesehatan Republik Indonesia;
2018. 8 p.
5. Palupi FD, Kristianto Y, Santoso AH, Malang PK, Besar J, No I.
Pembuatan Formula Enteral Gagal Ginjal Kronik ( Ggk ) Menggunakan
Tepung Mocaf , Tepung Ikan Gabus Dan Konsentrat Protein Kecambah
Kedelai. J Inf Kesehat Indones [Internet]. 2015;1(1):42–57. Available
from:
https://www.researchgate.net/publication/308158787_Pembuatan_Formul
a_Enteral_Gagal_Ginjal_Kronik_GGK_Menggunakan_Tepung_Mocaf_Te
pung_Ikan_Gabus_dan_Konsentrat_Protein_Kecambah_Kedelai_Pembu
atan_Formula_Enteral_Gagal_Ginjal_Kronik_GGK_Menggunakan_Tepun
g_Mo
6. Lastmi Wayansari, Irfanny Z Anwar ZA. Manajemen Sistem
Penyelenggaraan Makanan Institusi. Jakarta: BPPSDM; 2018.
7. Suwitra Ketut. Penyakit Ginjal Kronik. IV. Jakarta: Interna Publishing;
2014. 1–31 p.
8. Pratiwi SH, Nurkarimah A, Rahayu U. Pemenuhan Kebutuhan Vitamin
Dan Mineral Pada Pasien. 2018;14(1).
9. Persagi. Penuntun Diet dan Terapi Gizi. 4th ed. Jakarta: Buku
KedokteranEGC; 2019.
10. Pratiwi LE, Noer ER. ANALISIS MUTU MIKROBIOLOGI DAN UJI
VISKOSITAS FORMULA ENTERAL BERBASIS LABU KUNING
(Curcubita moschata) DAN TELUR BEBEK. Vol. 3, Journal of Nutrition
College. 2014. 951–957 p.
11. Bano MY. STUDI KASUS ASUPAN PROTEIN DAN STATUS GIZI
PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS POLI
RAWAT JALAN DI RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG.
2019;1–72.
12. Bhagaskara, Liana P, Santoso B, Studi. Hubungan Kadar Lipid dengan
Kadar Ureum & Kreatinin Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUP Dr .
Mohammad Hoesin Palembang Periode 1 Januari-31 Desember 2013. J
Kedokt dan Kesehat. 2015;2(2):223–30.
13. Purnama T. Pemanfaatan Ampas Kelapa Sebagai Tepung Yang
Mempunyai Serat Tinggi Untuk Bahan Baku Pembuatan Kue
Pencegahan Konstipasi Utilization of Coconut Pulp As Flour That Has
High Fiber For Raw Materials For Making Cakes Prevention Of
Constipation. 2021;1(1):22–7.
14. Polli F ferdinand. Pengaruh Subtitusi Tepung Kelapa Terhadap
29
Kandungan Gizi Dan Sifat Organoleptik Kue Kering. Bul Palma.
2017;18(2):91–8.
15. Utari S. Perbedaan Viskositas Formula Enteral Blenderized Densitas 1
kkal/ml dan 2 kkal/ml Pada Waktu Tunggu 30, 60, dan 90 menit.
Universitas Brawijaya; 2020.
16. Nissa C, Rahadiyanti A. Buku Panduan Praktikum Formula Enteral.
Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas; 2020.
LAMPIRAN
30
Lampiran 2. Uji Organoleptik
31
32