Anda di halaman 1dari 3

FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI CAKUPAN REMATRI

Dari hasil identifikasi pohon masalah diatas, diprioritaskan masalah mengenai cakupan
TTD pada Remaja Putri. Dari [ CITATION RIK18 \l 1033 ] Riset Kesehatan Dasar tahun
2018, persentase remaja putri mendapatkan Tablet Tambah Darah adalah sebesar
76,2%, yang mana 80,9% dari menjawab mendapatkan Tablet Tambah Darah ini
menjawab mendapatkan TTD dari sekolah. Namun demikian, kepatuhan mengonsumsi
TTD masih menjadi tantangan, dikarenakan hanya sekitar 1,4% remaja yang
mendapatkan TTD menjawab mengonsumsi TTD nya sesuai anjuran. Hal ini
menunjukkan meskipun distribusi TTD sudah terlihat mencukupi, namun konsumsi TTD
secara rutin belum berjalan dengan baik. Pada Kabupaten Bandung Barat untuk capaian
TTD pada remaja putri tahun 2020 sebesar 8,51% turun dari tahun sebelumnya dan
belum mencapai target.

Faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan TTD pada remaja putri di wilayah Kabupaten
Banddung Barat belum kami gali secara detail karena kami belum praktik lapangan
secara langsung. Namun identifikasi masalah ini kami lakukan dengan mengumpulkan
keterangan dari pihak Dinas Kesehatan KBB dan melakukan kajian literatur yang dapat
memberikan gambaran dan perkiraan, faktor apa saja yang menyebabkan TTD pada
remaja putri belum mencapai target.

Adapun faktor yang mempengaruhi penurunan capaian TTD pada rematri adalah sebagai
berikut :

1) Penolakan TTD pada Rematri[ CITATION Kem21 \l 1033 ]


Mengutip hasil survei baseline program BISA yang dilakukan oleh Nutrition
International melalui SEAFAST IPB tahun 2020, di Kabupaten Bandung Barat,
76,4% remaja putri menerima setidaknya satu TTD pada satu tahun terakhir,
namun dari angka tersebut hanya 45% yang mengonsumsinya. Dapat
disimpulkan bahwa 31,4% remaja putri di wilayah Kabupaten Bandung Barat
enggan untuk mengonsumsi TTD nya. Hal mungkin disebabkan karena
kurangnya pengetahuan mengenai TTD.
2) Distribusi TTD pada Rematri
Dengan penerapan PSBB dan terdapat transmisi lokal, dimana terjadi penutupan
sekolah, dan keterbatasan pelayanan kesehatan, sehingga mempengaruhi
distribusi TTD pada rematri. Distribusi TTD sangat bergantung pada kesepakatan
pihak puskesmas dan pihak sekolah serta perlunya peran aktif dari petugas UKS
atau guru UKS agar distribusi TTD ini dapat terus berjalan pada saat masa
pandemi.
3) Ketersediaan TTD pada Rematri
Ketersedian TTD pada rematri di wilayah KBB terkait dana yang ada. Sehingga
pihak Dinas Kesehatan belum dapat memastikan ketersediaan TTD untuk semua
reamatri di wilayah KBB di masa pandemi.
4) Kurangnya Advokasi Lintas Sektor (Kebijakan DepDikProv)
Pentingnya standarisasi kebijakan terkait materi TTD rematri kedalam kurikulum
Pendidikan Penjas Orkes, memastikan koordinasi dapat berjalan dengan baik
dengan pemangku kepentingan yakni Dinas Kesehata KBB dan Dinas Pendidikan
provinsi, untuk merumuskan mengenai tindak lanjut penambahan materi dalam
kurikulum Penjas Orkes dari tingkat Kabupaten hingga tingkat Desa dan sekolah
yang ada di wilayah KBB.
5) Mitos TTD
Kepatuhan terhadap konsumsi TTD di Indonesia masih rendah, diantaranya
adalah tentang efek samping minum TTD, penyerapan besi, makanan dan obat
yang mengganggu penyerapan dan mitos serta kepercayaan yang salah.
Ditengah masyarakat masih kentalnya akan kepercayaan mengenai hal ini. Oleh
karena itu perlu adanya Pendidikan Kesehatan tentang TTD yang diharapkan
dapat menimbulkan motivasi dan antusiasme pada remaja putri untuk
meningkatkan kepatuhan dalam mengonsumsi TTD [ CITATION Set18 \l 1033 ]
6) Pengetahuan TTD Rematri
Dampak anemia pada remaja antara lain terganggunya pertumbuhan dan
perkembangan, kelelahan, tubuh lebih rentan terhadap infeksi, mengurangi
kemampuan fisik dan kemampuan akademik. Hal tersebut dapat dicegah apabila
remaja memiliki pengetahuan yang baik tentang anemia dan pencegahannya,
pengetahuan seseorang akan mempengaruhi gaya hidup dan pola konsumsi,
menurut penelitian [ CITATION YSu16 \l 1033 ]menyatakan bahwa pendidikan
gizi dapat meningkatkan pengetahuan anemia sebesar 43,3%.
Dengan pemberian edukasi tentang anemia dan pemberian suplementasi TTD
dapat meningkatkan kadar Hb pada remaja putri. Sejalan dengan hasil penelitian
[ CITATION Zad19 \l 1033 ] menunjukkan bahwa terdapat kenaikan skor
pengetahuan responden setelah diberikan edukasi gizi. Kadar Hb responden
juga mengalami peningkatan setelah diberikan edukasi gizi dan suplementasi
TTD.
7) Pendidikan Rendah
Tingkat pendiddikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang, contohnya
pengalaman, informasi, kepribadian, sehingga bila Pendidikan rendah maka
kemungkinan tingkat pengetahuan akan rendah [ CITATION Pur18 \l 1033 ].
Berdasarkan data demografis tahun 2018, pendidikan perempuan (>10 tahun
keatas) di wilayah Kabupaten Bandung Barat sebagian besar berpendidikan
masih rendah. Dibuktikan dengan frekuensi pendidikan di dominasi lulusan SD
sebesar 43,74%. Sedangkan Pendidikan untuk laki – laki di dominasi lulusan SD
sebesar 39,8%.
Daftar Pustaka
Astuti, S., & Baiq, R. I. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Tablet Tambah
Darah (TTD) Pada Kelas Ibu Hamil Terhadap Kepatuhan Ibu Dalam
Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah Di UPT BLUD Puskesmas Meninting.
Poltekkes Kemenkes Mataram.

Cantika, Z., & dkk. (2019). Pengaruh Edukasi Gizi Dan Pemberian Tablet Tambah Darah
(TTD) Terhadap Kenaikan Kadar Hemoglobin Remaja Putri. Fitofarmaka Jurnal
Ilmiah Farmasi.

Mitayani, P. (2018). Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pekerjaan Dengan Tingkat


Pengetahuan Mengenai Kanker Ovarium Pada Wanita. Kedokteran dan
Kesehatan.

RI, K. K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan RI.

RI, K. K. (2021). Program Penanggulangan Anemia Pada Remaja Putri. Remaja Tanpa
Anemia Sehat dan Masa Depan Gemilang . Jakarta.

Susanti, Y. (2016). Pengaruh Pemberian Suplemen Besi Terhadap Kadar Hemoglobin Dan
Tingkat Kelelahan Pada Remaja Putri. Sekolah Pasca Sarjana IPB.

Anda mungkin juga menyukai