Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pengaruh pola makan sehat terhadap prestasi belajar siswa menjadi semakin
relevan di era modern ini di mana gaya hidup yang tidak sehat dan pola makan yang
kurang seimbang semakin umum terjadi. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan
bahwa asupan makanan yang sehat berperan penting dalam mendukung fungsi
kognitif dan kinerja akademik siswa. Misalnya, makanan yang kaya akan nutrisi
seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, dan protein berkualitas dapat
meningkatkan daya ingat, konsentrasi, dan kemampuan belajar siswa. Sebaliknya,
pola makan yang didominasi oleh makanan olahan, gula tambahan, dan lemak jenuh
cenderung berdampak negatif pada kesehatan otak dan performa belajar.

Selain itu, pola makan yang sehat juga dapat memengaruhi aspek lain yang
berhubungan dengan prestasi belajar, seperti tingkat energi dan mood siswa.
Konsumsi makanan yang mengandung nutrisi yang tepat dapat memberikan energi
yang stabil dan mencegah fluktuasi kadar gula darah yang dapat memengaruhi fokus
dan perhatian siswa di kelas. Selain itu, beberapa nutrisi tertentu, seperti omega-3
dalam ikan, telah terbukti memiliki efek positif pada mood dan kesejahteraan mental,
yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada performa belajar yang lebih baik.

Beberapa faktor mungkin mempengaruhi hubungan antara pola makan dan


prestasi akademik siswa. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
mengidentifikasi secara lebih spesifik bagaimana pola makan yang sehat dapat
berdampak langsung pada prestasi belajar siswa, serta faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi implementasi pola makan sehat di kalangan siswa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengisi pengetahuan tersebut dengan mengeksplorasi hubungan
antara pola makan sehat dan prestasi belajar siswa. Dengan memperhatikan faktor-
faktor seperti asupan nutrisi, kebiasaan makan, dan gaya hidup siswa, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana pola
makan yang sehat dapat menjadi faktor penting dalam meningkatkan prestasi
akademis siswa.

Studi-studi terbaru menunjukkan bahwa pola makan yang seimbang dan sehat,
termasuk sarapan yang teratur dan asupan nutrisi yang memadai, berkaitan dengan
peningkatan kinerja akademik siswa. Pentingnya pendidikan tentang pola makan
sehat di kalangan siswa dan keluarga mereka. Seperti kampanye pendidikan gizi di
sekolah atau peningkatan akses terhadap makanan sehat, kita dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa serta memberi wawasan mengenai kesejahteraan dan kesehatan
mereka secara keseluruhan.

Dengan memperhatikan pentingnya gizi dalam mendukung prestasi belajar siswa,


penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami secara lebih mendalam hubungan
antara pola makan sehat dan pencapaian akademik. Melalui penelitian ini, diharapkan
akan mengetahui lebih jelas bagaimana intervensi gizi yang tepat dapat membantu
meningkatkan prestasi belajar siswa serta memberi wawasan kesejahteraan dan
kesehatan mereka secara keseluruhan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah terdapat hubungan antara pola makan sehat dan prestasi belajar
siswa di lingkungan sekolah?
1.2.2 Bagaimana pola makan siswa mempengaruhi konsentrasi, fokus, dan daya
ingat mereka selama proses belajar?
1.2.3 Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang menerapkan pola
makan sehat dan mereka yang tidak menerapkan?
1.2.4 Bagaimana pola makan siswa mempengaruhi energi dan tingkat kelelahan
selama aktivitas belajar?
1.2.5 Apakah pola makan sehat berdampak pada kesejahteraan mental siswa,
seperti stabilitas mood dan keseimbangan emosional yang kemudian
mempengaruhi prestasi belajar mereka?
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan penulisan ini, yaitu:
1.3.1 Mengidentifikasi hubungan antara pola makan sehat dan prestasi belajar
siswa
1.3.2 Menganalisis pengaruh konsumsi makanan bergızi terhadap konsentrasi
dan fokus belajar siswa
1.3.3 Meneliti dampak pola makan sehat terhadap tingkat energi dan kebugaran
siswa dalam menghadapi tugas akademik
1.3.4 Membandingkan prestasi belajar siswa yang menerapkan pola makan
sehat dengan mereka yang tidak menerapkan
1.3.5 Mengevaluasi efektivitas program pendidikan kesehatan yang bertujuan
meningkatkan pola makan sehat dan prestasi belajar siswa
1.3 Manfaat penulisan
Adapun beberapa manfaat penelitian ini, yaitu:
1.4.1 Memahami hubungan antara pola makan sehat dan prestasi belajar siswa
1.4.2 Mengetahui pentingnya makanan bergizi bagi konsentrasi siswa dalam
belajar
1.4.3 Memahami pola makan sehat secara terstruktur untuk menjaga kesehatan
tubuh
1.4.4 Mendalami wawasan mengenai pentingnya nutrisi dalam suatu makanan
1.4 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan hasil yang
sesuai dalam mergidentifikasi persoalan ini, yaitu:
1.5.1 Metode kualitif, yaitu metode yang dilakukan melalui wawancara dari
berbagai sumber atau pihak untuk melihat sudut pandang ataupun
pengalaman suatu individu
1.5.2 Metode kuantitatif, yaitu metode yang dilakukan secara survei atau
mengobservasi sesuatu secara langsung tentang pola makan yang baik
bagi siswa
1.5 Hipotesis
Hipotesis penelitian tersebut bisa dirumuskan sebagai berikut:
"Terdapat hubungan positif antara pola makan sehat dan prestasi belajar siswa."
Dengan demikian, penelitian akan berfokus pada menguji apakah ada korelasi
positif antara pola makan sehat yang dijalani oleh siswa dan prestasi belajar
mereka.
1.6 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di SMA NEGERI BINAAN KHUSUS kota Dumai
dalam jangka waktu selama 12 hari yang diawali sejak tanggal 07 Februari 2024.
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan makalah atau karya ilmiah ini dimulai dari Bab I yang meliputi:
Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, hipotesis, waktu dan tempat, sistematika. Bab II meliputi: Tinjauan
teoritis, definisi topik, dan faktor menurut ahli. Bab III meliputi isi pembahasan
dan Bab IV berisi kesimpulan dan saran
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pola makan


Pola makan adalah gambaran mengenai kebiasaan makanan yang dikonsumsi
seseorang atau suatu sekelompok meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan
makanan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan fisiologis, psikologis, dan social
budaya (Sulistyoningsih dalam Sayidatul Muslimah, 2015: 24). Pada masa
remaja, tubuh mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik
maupun psikis. Remaja memiliki tugas perkembangan yang tidak mudah.
Pertumbuhan cepat, perubahan emosional, dan perubahan sosial merupakan ciri
yang spesifik pada usia remaja. Segala sesuatu berubah secara cepat dan untuk
mengantisipasinya maka makanan sehari-hari menjadi sangat penting. Pada masa
remaja juga merupakan saat yang tepat untuk membangun tubuh dan menanam
kebiasaan pola makan yang sehat, karena jika sejak remaja pola makan seseorang
sudah tidak sehat, maka hal tersebut akan berdampak pada kesehatan di masa
yang akan datang (Ari Istiany dan Rusilanti, 2013: 168). Pola makanan yang sehat
adalah pola makan yang seimbang antara karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, air, dan serat makanan (Sumintarsih, 2008: 14). Berdasarkan Lampiran
Peraturan Pemerintah Kesehatan Nomor 41 tahun 2014 tentang pedoman gizi
seimbang, pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas
makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi
sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Gizi yang
optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan
kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi baik membuat
berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi,
produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian
dini. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau
penyakit tidak menular terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu
ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik dapat
meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat.
2.2 Komponen pola makan
Pola makan dibedakan menjadi tiga komponen yaitu sebagai berikut
(Sulistyoningsih, Hariyani. 2011):
a) Jenis makan merupakan jenis makanan pokok yang dimakan setiap hari.
Membiasakan makan-makanan yang beraneka ragam adalah prinsip
pertama dari gizi seimbang yang universal, bahan makanan yang
dikonsumsi oleh remaja sangat beragam. Setiap manusia membutuhkan
makanan yang bervariasi atau beraneka ragam karena tidak ada satu pun
makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Jenis
makanan meliputi makanan pokok yang dikonsumsi setiap kali terdiri dari
makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan buah yang
dikonsumsi setiap hari. Makanan pokok adalah sumber makanan utama
bagi masyarakat yang tinggal di Indonesia dimana setiap daerah memiliki
makanan utama yang berbeda-beda seperti beras, jagung, sagu, umbi-
umbian, dan tepung.
b) Frekuensi makan mengacu pada seberapa sering orang makan dalam
sehari, termasuk sarapan, makan siang, makan malam, dan makanan
selingan. Sedangkan berdasarkan frekuensi makan merupakan keseringan
atau berulang kalinya individu makan (utama dan selingan) dalam sehari.
Frekuensi makan adalah jumlah makan sehari-hari baik kualitatif dan
kuantitatif, makanan secara alami diproses di dalam tubuh melalui saluran
pencernaan dari mulut ke usus kecil. Menurut Suhardjo (dalam Amaliyah
et al., 2021) frekuensi makan merupakan keseringan atau berulang kalinya
individu makan dalam sehari. Adapun penilaian frekuensi makanan antara
lain: Sering dimakan (1x sehari), Dimakan secara teratur (4-6 kali/
minggu), Biasa dimakan (3 kali per minggu), Kadang-kadang dimakan (1-
2 kali per minggu).
c) Jumlah makan, berkaitan dengan banyaknya makanan yang di makan
dalam setiap individu dalam kelompok. Sesuai dengan ukuran yang
dikonsumsi, jumlah makanan bergizi harus disesuaikan. Ukuran jumlah
makanan yang dikonsumsi setiap kali makan adalah jumlah atau porsi
makan (Oetoro, 2018).
2.3 Faktor Pola Makan Sehat
Pola makan adalah perilaku yang ditempuh seseorang dalam memilih,
menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari meliputi jenis
makanan, jumlah makanan dan frekuensi makanan yang berdasarkan pada faktor-
faktor sosial, budaya dimana mereka hidup. Perilaku sangat mempengaruhi
seseorang dalam bertingkah laku. Notoadmodjo (2010: 50), perilaku dipengaruhi
oleh 3 faktor utama yaitu:
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yaitu : faktor pencetus timbulnya
perilaku seperti: umur, pengetahuan, pengalaman, pendidikan, sikap,
keyakinan, paritas dan lain sebagainya
a. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan dipengaruhi
oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek Notoadmodjo (2005:
55). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan 16 seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
b. Sikap, faktor lain yang berpengaruh terhadap pola makan berlebih adalah
sikap remaja. Struktur sikap terdiri dari 3 komponen yanu kesediaan
seseorang untuk bertingkah laku atau merespons sesuatu baik terhadap
rangsangan positif maupunrangsangan negatif dari suatu objek
rangsangan. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan
tetapi merupakan faktorpredispg saling menunjang yaitu: komponen
kognitif (cognitive), komponen afektif (affective) dan 18 komponen
konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang
dipercayai oleh individu pemilik sikap mengenai apa yang berlaku atau
yang benar bagi objeksikap. Komponen afektif merupakan perasaan yang
menyangkut aspek emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek
sikap. Komponen konatif merupakan aspek kecendrungan berperilaku
tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Interaksi antara
ketiga komponen adalah selaras dan konsisten, dikarenakan apabila
dihadapkan dengan suatu objek sikap yang sama maka ketiga komponen
itu harus mempolakan arah sikap yang seragam.
2. Faktor Pendukung (enabling factors), yaitu : faktor yang mendukung
timbulnya perilaku seperti lingkungan fisik, dana dan sumber daya yang ada
di masyarakat.
a. Uang saku, pemberian uang saku terhadap remaja juga bisa menjadi
pemicu mereka untuk membeli makanan cepat saji, karena semakin besar
uang saku yang mereka peroleh maka semakin besar kemungkinan mereka
untuk membeli atau mengonsumsi makanan cepat saji, karena harga
makanan cepat saji dipasaran cenderung tinggi. Sebenarnya tanpa disadari,
orang tua juga ikut andil dengan kebiasaan seorang siswa dalam
mengkonsumsi makanan cepat saji tersebut, dengan jalan memberikan
uang saku dan membiarkan anaknya jajan Akibatnya anak menjadi lebih
sering dan terbiasa mengkonsumsi makanan cepat saji. Besarnya uang
saku yang diberikan kepada siswa dan kurangnya kontrol dari orang tua
mengakibatkan siswa sering mengonsumsi makanan cepat saji yang 19
dapat berdampak tidak baik terhadap kesehatan mereka pada masa yang
akan datang. Dari hasil peneliti diatas dapat disimpulkan bahwa semakin
besar uang saku yang diperoleh siswa maka akan semakin besar pula
peluang mereka untuk membeli makanan cepat saji, karena mereka akan
berpikir jika mereka membeli makanan cepat saji akan lebih simpel dari
pada merekamembawa makanan dari rumah atau masak sendiri.
b. Aktivitas merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan gerakan dan
mengeluarkan energi. Dalam penelitian ini aktivitas yang diteliti adalah
klasifikasi aktivitas fisik yaitu aktivitas fisik ringan, sedang dan berat.
Beberapa pakar mempunyai pengertian tentang aktivitas fisik, antara lain
menurut Sunita Almatsier (2012: 276) mengatakan bahwa aktivitas fisik
dapat didefinisikan sebagai gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh
dan sistem penunjangnya.
3. Faktor Pendorong (reinforcing factors), yaitu : faktor yang memperkuat atau
mendorong seseorang untuk berperilaku yang berasal dari orang lain misalnya
teman.
a. Teman sebaya mempunyai pengaruh yang sangat besar pada remaja
dalam hal memilih jenis makanan. Ketidakpatuhan terhadap teman
dikhawatirkan dapat menyebabkan dirinya terkucil dan akan merusak
kepercayaan dirinya (Arisman, 2004: 20).
b. Promosi Makanan Cepat Saji Remaja usia sekolah juga merupakan suatu
kelompok masyarakat yang relatif rentan terhadap iklan terutama iklan
makanan cepat saji di televisi. Adanya iklan-iklan produk makanan cepat
saji di televisi dapat meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup
masyarakat pada umumnya. Pada umumnya fungsi dari iklan adalah untuk
memberi informasi dan melakukan persuasi.
2.4 Prestasi belajar siswa

Prestasi belajar adalah hasil dari pembelajaran. Prestasi diperoleh dari


evaluasi atau penilaian. Setiap anak akan memiliki hasil belajar atau prestasi
yang berbeda antara satu dengan yang lain. Prestasi yang diperoleh dari hasil
pembelajaran setelah dinilai dan di evaluasi dapat saja rendah, sedang ataupun
tinggi (Helmawati, 2018: 36). Prestasi belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu dan dapat dinyatakan
bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu kegiatan pembelajaran yang
disertai perubahan yang dicapai siswa (Rosyid Moh. Zaiful, 2019: 9). Belajar
dalam arti luas dapat di artikan sebagai suatu proses yang memungkinkan
timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya
respons utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru
itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan
sementara karena sesuatu hal (Wahab, 2015: 242).

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Faktor-faktor prestasi belajar, yaitu: faktor internal adalah faktor yang


datangnya dari diri siswa berupa faktor fisiologis (kesehatan dan keadaan
tubuh), psikologis (minat, bakat, inteligensi, emosi, kelelahan, dan cara
belajar). Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datangnya dari luar
diri siswa yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, dan lingkungan alam (Rosyid dkk, 2019: 10). Salah
satu faktor pendukung dari lingkungan keluarga adalah pola asuh orangtua
(cara orangtua mendidik) cara orangtua mendidik anak-anaknya akan
berpengaruh terhadap belajarnya. Mendidik anak dengan cara memanjakan
adalah cara mendidik yang tidak baik. Keterlibatan orang tua akan sangat
mempengaruhi keberhasilan anak (Slameto, 2010: 60). Faktor-faktor yang
memengaruhi prestasi belajar, yaitu :

a) faktor internal
1. Faktor fisiologis kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan
pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Selama proses belajar
berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat
memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra.
2. Faktor psikologis Kecerdasan/ inteligensi mahasiswa diartikan sebagai
kemampuan psikofisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Motivasi adalah salah satu faktor
yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar mahasiswa. Minat berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek, orang, peristiwa, dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif. Bakat didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapaikeberhasilan pada masa yang akan datang.

b) Faktor eksternal
1. Lingkungan sosial Lingkungan sosial masyarakat, lingkungan sosial
keluarga, dan lingkungan sosial sekolah.
2. Lingkungan nonsosial alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak
panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak
terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. dan lingkungan
instrumental yaitu perangkat belajar perangkat keras (gedung sekolah,
alat-alat belajar, fasilitas belajar, dan lapangan olahraga), perangkat lunak
(kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan dan
silabi.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hubungan antara pola makan sehat dan prestasi belajar siswa

Asupan nutrisi yang seimbang secara langsung mempengaruhi kinerja


kognitif siswa. Berdasarkan penelitian penulis melalui penyebaran angket
diketahui bahwa 19 dari 21 orang merasa lebih siap dan termotivasi untuk belajar
setelah mengonsumsi makanan sehat. Makanan yang kaya akan vitamin, mineral,
dan antioksidan dapat meningkatkan fungsi otak, meningkatkan daya ingat,
konsentrasi, dan kemampuan pemecahan masalah. Kebalikannya, konsumsi
makanan tinggi lemak jenuh, gula tambahan, dan makanan olahan dapat
menyebabkan penurunan energi, konsentrasi yang buruk, dan bahkan gangguan
suasana hati yang dapat mengganggu pembelajaran.

Selain itu, pola makan yang sehat juga mempengaruhi kesehatan fisik siswa.
Siswa yang sehat secara fisik cenderung memiliki tingkat kehadiran yang lebih
baik di sekolah dan kurang absen karena sakit. Ini memberikan kesempatan lebih
banyak bagi mereka untuk belajar secara konsisten dan mengikuti pelajaran
dengan baik. Lingkungan sekolah yang mendorong pola makan sehat juga
menciptakan budaya yang mendukung belajar dengan baik. Ketika sekolah
memberikan pendidikan tentang pentingnya pola makan yang sehat dan
menyediakan makanan bergizi di kantin, sekolah dapat memfasilitasi bahwa
kesehatan dan prestasi akademis saling terkait. Ini dapat memotivasi siswa untuk
memiliki kebiasaan makan yang lebih baik, yang nantinya dapat meningkatkan
kemampuan mereka untuk belajar dan berprestasi di sekolah. Dengan demikian,
pola makan sehat di lingkungan sekolah tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan
fisik siswa, tetapi juga untuk pencapaian akademis mereka.
3.2 Pengaruh pola makan terhadap konsentrasi siswa

Pola makan siswa merupakan kunci dalam menentukan tingkat konsentrasi,


fokus, dan daya ingat mereka selama proses belajar dan memahami materi
pelajaran. Berdasarkan penelitian penulis melalui penyebaran angket diketahui
bahwa 17 dari 21 orang setuju bahwa pola makan berpengaruh pada kemampuan
konsentrasi dan memahami materi pelajaran. Nutrisi seperti omega-3, vitamin,
dan mineral yang ditemukan dalam makanan seperti ikan, buah-buahan, sayuran,
dan biji-bijian telah terbukti mendukung fungsi kognitif yang baik. Siswa yang
mengonsumsi makanan ini cenderung memiliki daya ingat yang lebih baik,
memperbaiki konsentrasi, dan meningkatkan kemampuan mereka untuk fokus
pada tugas-tugas belajar.

Selain itu, pola makan juga berdampak pada energi siswa selama proses
belajar. Makanan dengan indeks glikemik rendah, seperti biji-bijian utuh, protein,
dan lemak sehat, memberikan energi yang stabil dan bertahan lama. Siswa yang
mengonsumsi makanan ini cenderung mempertahankan konsentrasi dan fokus
yang konsisten dalam jangka waktu belajar yang panjang. Sebaliknya, makanan
dengan indeks glikemik tinggi, seperti makanan olahan dan makanan cepat saji,
dapat menyebabkan lonjakan energi yang cepat diikuti oleh penurunan, yang
dapat mengganggu fokus dan konsentrasi siswa.

Pentingnya pola makan yang teratur juga harus diperhatikan. Siswa yang
memiliki jadwal makan yang teratur cenderung memiliki energi yang lebih baik
dan daya ingat yang lebih kuat. Makan secara teratur membantu menjaga tingkat
gula darah yang seimbang dan memberikan pasokan bahan bakar yang diperlukan
oleh otak untuk berfungsi dengan optimal. Dengan demikian, memperhatikan pola
makan yang sehat, teratur, dan seimbang, siswa dapat meningkatkan konsentrasi,
fokus, dan daya ingat mereka selama proses belajar dan memahami materi
pelajaran secara efektif.
3.3 Perbedaan antara siswa yang menerapkan pola makan sehat dan yang
tidak menerapkan pola makan sehat

Perbedaan antara siswa yang menerapkan pola makan sehat dan mereka yang
tidak dapat mencakup berbagai aspek yang memengaruhi kesejahteraan dan
prestasi belajar mereka. Pola makan sehat cenderung mencakup konsumsi
makanan bergizi seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein
seimbang. Sementara itu, siswa yang tidak menerapkan pola makan sehat
mungkin cenderung mengonsumsi makanan olahan, makanan cepat saji, dan
camilan yang tinggi lemak atau gula. Perbedaan dalam komposisi makanan ini
bisa berdampak pada asupan nutrisi siswa dan kesehatan secara keseluruhan.

Pola makan sehat juga berdampak pada berat badan dan tingkat kebugaran
fisik siswa. Konsumsi makanan sehat membantu menjaga berat badan yang sehat
dan meningkatkan stamina fisik. Siswa yang memiliki berat badan yang sehat dan
kondisi fisik yang baik cenderung lebih aktif secara fisik, yang dapat
memengaruhi kinerja akademis mereka melalui peningkatan daya tahan dan
kesejahteraan secara keseluruhan.

Pentingnya pola makan sehat juga dapat menciptakan kebiasaan hidup yang
positif dan berkelanjutan. Siswa yang memahami pentingnya pola makan sehat
mungkin lebih cenderung untuk menjaga kebiasaan tersebut di masa dewasa
mereka, yang dapat membawa manfaat jangka panjang bagi kesehatan dan
prestasi belajar mereka. Di sisi lain, siswa yang tidak menerapkan pola makan
sehat mungkin lebih rentan terhadap berbagai masalah kesehatan yang dapat
memengaruhi kualitas hidup mereka secara keseluruhan.

3.4 Penerapan pola makan sehat terhadap tingkat energi siswa

Berdasarkan penelitian penulis melalui penyebaran angket diketahui bahwa 14


dari 21 orang setuju bahwa makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi
tingkat energi dan fokus saat belajar. Makanan yang sehat memberikan energi
yang stabil dan bertahan lama, sementara makanan tinggi gula atau lemak jenuh
dapat menyebabkan kenaikan energi yang diikuti oleh penurunan. Siswa yang
menerapkan pola makan sehat cenderung memiliki tingkat energi yang stabil
sepanjang hari, memungkinkan mereka untuk tetap aktif dan berpartisipasi dalam
kegiatan belajar dengan optimal, sementara mereka yang tidak menerapkan pola
makan sehat mungkin mengalami penurunan energi yang dapat mengganggu
konsentrasi dan kinerja mereka.

Pola makan sehat dapat memengaruhi fungsi kognitif siswa. Nutrisi yang
cukup dan seimbang mendukung perkembangan otak dan memperbaiki daya ingat
serta kemampuan pemecahan masalah. Siswa yang memperoleh nutrisi yang
cukup dari pola makan sehat cenderung memiliki kognitif yang lebih baik, yang
bisa tercermin dalam hasil ujian dan kinerja akademis mereka secara keseluruhan.

3.5 Dampak pola makan terhadap kesejahteraan mental siswa

Siswa yang mengonsumsi pola makan sehat cenderung memiliki tingkat


kecemasan dan depresi yang lebih rendah, serta lebih stabil dalam menghadapi
tekanan akademis, yang nantinya dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk
belajar dengan efektif. Selain itu, pola makan sehat juga berkontribusi pada
keseimbangan emosional siswa. Makanan tinggi gula atau lemak jenuh cenderung
memicu penurunan mood yang drastis, seperti kenaikan energi yang diikuti oleh
kelelahan atau penurunan suasana hati. Sebaliknya, makanan sehat memberikan
energi yang stabil dan bertahan lama, menjaga keseimbangan emosional siswa
sepanjang hari. Dengan memiliki keseimbangan emosional yang baik, siswa lebih
mampu menangani stres, frustrasi, dan tekanan yang terkait dengan tugas-tugas
belajar, yang pada akhirnya dapat memperbaiki prestasi belajar siswa.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Secara keseluruhan, pengaruh pola makan sehat terhadap prestasi belajar siswa sangat
besar. pola makan sehat juga membawa dampak jangka panjang pada kebiasaan hidup
siswa. Mempraktikkan pola makan sehat di usia muda dapat membentuk kebiasaan
yang berkelanjutan di masa dewasa, membantu menjaga kesehatan dan kesejahteraan
mereka secara keseluruhan. Oleh karena itu, pengetahuan dalam pendidikan tentang
pentingnya pola makan sehat di sekolah dapat memberikan manfaat jangka panjang
bagi perkembangan dan pencapaian siswa. Dengan memperhatikan pola makan yang
seimbang dan bergizi sebagai bagian dari pendidikan mereka, sekolah dapat
membantu siswa meraih potensi akademis dan kesuksesan seumur hidup. Dukungan
yang konsisten dan edukasi tentang manfaat kesehatan dan akademis dari pola makan
sehat dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan optimal siswa.

4.2 Saran

Melalui penelitian ini, penulis menyarankan kepada siswa dan peran lingkungan
sekitar yaitu:

1. Untuk siswa, agar dapat memperhatikan, menjaga, dan mengonsumsi


makanan-makanan yang sehat, bergizi, dan bermanfaat bagi tubuh
2. Untuk peran lingkungan sekitar, orangtua agar dapat memberikan anaknya
makanan yang bergizi dan sehat serta menjaga pola makan anak secara teratur.
Pihak sekolah agar dapat memberikan penyuluhan dan pengetahuan secara
material tentang pentingnya menjaga pola makan sehat kepada seluruh
siswanya.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, R. N. dan A. Rizanna. 2023. Gambaran Pola Makan Pada Anak Usia Sekolah
di SDN Pondok Kelapa 06 Jakarta Timur. Malahayati Health Student Journal., 3(11):
3400-3418.

Cahyanto, Erindra Budi. 2021. Hubungan Status Gizi dan Prestasi Belajar. Jurnal
Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya., 9(1): 124-128

Latipah, Eva. 2010. Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar. Jurnal
Psikologi., 37(1): 110-129.

Lentini, B. 2014. Hubungan Kebiasaan Sarapan dan Status Hidrasi dengan


Konsentrasi Berfikir pada Remaja. Journal of Nutrition College., 3(4): 631-637.

Nurwijayanti, N. 2018. Pola Makan Kebiasaan Sarapan dan Status Gizi Berhubungan
Dengan Prestasi Belajar Siswa SMK di Kota Kediri. Jurnal Care., 6(1): 54-62.

Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Sulistyoningsih.2011.Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak.Yogyakarta: Penerbit


Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai