Anda di halaman 1dari 9

A.

Pendahuluan

A.1 Latar Belakang

Remaja merupakan salah satu fase atau periode perkembangan manusia yang sangat penting, pada
tahap ini manusia mengalami perubahan dari kanak-kanak menuju dewasa dengan berbagai perubahan yang
mengikutinya. Perubahan yang terjadi pada usia remaja meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik,
serta perubahan sosial. Selain itu perubahan yang seringkali terjadi pada remaja adalah pola konsumsi
makanan.
Kebiasaan atau pola makan remaja sangat bervariasi jenisnya, seperti munculnya sifat mulai acuh
terhadap makanan yang mereka konsumsi, telat makan karena aktivitas yang mulai memadat, makan dalam
jumlah yang berlebihan, mengkonsumsi makanan hanya untuk mengikuti trend serta konsumsi fast food dan
sebagainya, kebiasaan makan ini pun menyebabkan kecukupan gizi mereka kurang diperhatikan. Hal yang
dapat mempengaruhi tingkat asupan remaja dapat berupa pengetahuan gizi, pola hidup dan pola makannya.
Perubahan yang terjadi dalam diri remaja perlu ditunjang oleh pengetahuan gizi yang cukup sehingga pola
makan pun dapat menjadi lebih baik. Pemenuhan zat-zat gizi lewat makanan yang di konsumsi remaja harus
tepat dan memadai agar masa yang rawan gizi ini pun tetap terjaga.
Pemenuhan zat gizi untuk setiap orang berbeda beda. Remaja memiliki kebutuhan nutrisi yang
spesial karena mengalami proses pertumbuhan yang sangat pesat dan perubahan kematangam fisiologis.
Asupan makanan sangat berperan penting dalam proses ini. Gizi seimbang adalah makanan yang
dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi lima kelompok
zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan (Dirjen BKM,
2002). Gizi yang optimal sangat penting untuk remaja seperti pertumbuhan, meningkatkan
kecerdasan otak, dan terhindar dari berbagai macam penyakit. Remaja yang memiliki gizi
yang kurang maupun lebih dapat memicu permasalahan gizi.
Banyak remaja yang mengalami permasalahan gizi diantaranya, gizi kurang dan
obesitas, dan masalah tersebut disebabkan oleh pola makan yang salah. Pola makan
merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Umumnya,
kebanyakan dari mereka malas mengonsumsi sayur dan buah. Mereka cenderung memilih
makanan cepat saji dan junk food. Makanan seperti ini jika sering dikonsumsi dapat
menimbulkan masalah dalam tubuhnya, yaitu obesitas. Kebiasaan remaja yang mengkonsumsi
makanan hanya untuk mengikuti trend serta konsumsi fast food merupakan hal yang sangat disayangkan.
Perubahan pola makan remaja dari pola tradisional ke pola makan barat seperti fast food yang tinggi akan
kalori, lemak dan kolesterol akan menyebabkan permasalahan baru pada status gizi remaja yaitu obesitas
atau kelebihan berat badan.
Selain obesitas, masalah kekurangan gizi selama remaja juga tidak sedikit, hal ini bisa
disebabkan karena mereka seringkali melewatkan waktu makan satu kali atau lebih setiap
hari, hal ini disebabkan oleh anggapan para remaja yang sengaja tidak memenuhi kebutuhan
gizinya dengan alasan malas atau tidak berselera dengan makanan-maknan yang sehat dan
bergizi serta alasan mereka yang takut gemuk.
Remaja sangat memperhatikan body image (penampilan tubuh) mereka. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Politeknik Kesehatan Jayapura tahun 2012, terdapat
hubungan body image dengan pengetahuan gizi seimbang. Sebagian besar responden
(60,6%) menilai bahwa bentuk tubuhnya tidak ideal didasarkan pendapat pribadi. Sebagian
lainnya menilai bentuk tubuh mereka kurus, sementara bentuk tubuh ideal menurut mereka
adalah tinggi badan sepadan dengan berat badan (83,8%), kurus (13,4%), overweight
(2,1%), dan obesitas (0,7%). Umumnya, remaja berkeinginan untuk memiliki tubuh yang
proporsional. Keinginan remaja ini didasari oleh penampilan idola mereka. Hal itu
menyebabkan remaja tidak memperhatikan gizi seimbang pada makanan yang mereka
konsumsi. Oleh karena itu, perlunya peningkatan dan kematangan konsep pengetahuan
tentang pedoman gizi seimbang pada remaja sehingga mengoptimalkan tumbuh kembang
remaja secara ideal.
Peningkatan pengetahuan remaja salah satunya adalah dengan meningkatkan
pemahaman mereka tentang pedoman gizi seimbang. Pedoman Gizi Seimbang merupakan
hal yang penting sebagai acuan konsumsi makanan sehari-hari untuk mendapatkan gizi yang
seimbang. Untuk menyeimbangkan zat gizi yang keluar dan yang masuk dapat dilakukan
dengan mengkonsumsi aneka ragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan
menjaga berat badan. Kebutuhan gizi setiap usia tentunya berbeda-beda karena dipengaruhi
oleh berbagai faktor.
Peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang pedoman gizi seimbang pada
remaja dapat diberikan dengan cara konseling gizi. Konseling gizi merupakan bentuk cara
pemberian konsultasi gizi kepada masing-masing individu remaja yang diberikan oleh
konselor (ahli gizi). Tujuan dari konseling gizi yaitu dapat mengetahui tingkatan
pemahaman pedoman gizi seimbang pada remaja, mengetahui permasalahan gizi yang
terjadi pada remaja dan memberikan solusi tepat untuk memperbaharui perilaku gizi remaja.

A.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut : “Bagaimana gambaran status gizi dan status kesehatan siswa siswi SMA 1
Muhammadiyah Surakarta, meliputi status Antropometri, kebiasaan sarapan, penyakit yang
pernah atau sedang dailami, dan kebiasaan konsumsi makanan ringan?”

A.3 Tujuan

1. Memberikan konseling dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh saat perkuliahan.


2. Meningkatkan pengetahuan mengenai gizi seimbang bagi siswa-siswi SMA 1
Muhammadiyah Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk tertentu atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu. Contoh: Gondok merupakan
keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh (Supariasa,
2002). Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture seorang
individu dalam suatu variable (Hadi,2005). Status gizi adalah keadaan tubuh yang
merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan
utilisasinya (Gibson, 1990). Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan
nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi
juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000).
Konseling adalah suatu proses komunikasi 2 arah antara konselor dan klien
(pasien) untuk membantu pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi. Konselor adalah
tenaga kesehatan yang mempunyai latar belakang pendidikan gizi atau pendidikan
kesehatan lainnya dan klien adalah sasaran dari proses konseling (Latief, 2001).
Konseling dalam perubahan perilaku merupakan istilah yang mencakup berbagai
kegiatan yang spesifik yang menggunakan beberapa teknik yang fokus pada
permasalahan yang dihadapi. Pendekatan ini sering disebut sebagai terapi behavior dan
modifikasi perilaku. Dalam pendekatan ini telah memberikan penerapan yang sistematis
tentang prinsip-prinsip belajar dan pengubahan tingkah laku ke arah dan cara-cara yang
lebih adaptif. Berlandaskan teori belajar, modifikasi tingkah laku dan terapi tingkah laku
atau terapi behavioral adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi
yang berurusan dengan tingkah laku. Terapi behavioral menurut Corey (2005: 196)
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Pemusatan perhatian kepada tingkah laku yang tampak dan spesifik

b. Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment

c. Perumusan prosedur treatment yang spesifik dan sesuai dengan masalah

d. Penaksiran obyektif atas hasil-hasil terapi

Tujuan umum dari konseling dalam perubahan perilaku yaitu :

1. Mengubah perilaku yang tidak selaras dengan masyarakat dan kebutuhan pribadi
2. Membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih efisien
3. Mencegah timbulnya masalah di waktu yang akan datang
4. Memecahkan masalah yang dihadapi klien
5. Mengadakan perubahan perilaku di masa yang akan datang

C. Alat dan Metode


1. Alat :
 Microtoise
 Timbangan Injak
 BIA (Omron Karada Scan)
 Meja + Kursi
 Alat Tulis
 Form Antropometri
 Form Kuesioner Pre-Post Test
 Media Leaflet
2. Metode
Metode yang digunakan adalah konsultasi gizi dengan penekanan 10 pesan gizi
seimbang yang diterapkan oleh siswa dan siswi SMA 1 Muhammadiyah Surakarta.
Sebelum melaksanakan konsultasi perindividu, siswa siswi mengerjakan pre-test
pengetahuan, Pre-test dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi
pengetahuan mengenai gizi seimbang sebanyak 19 butir pernyataan dengan pilihan
jawaban benar dan salah. Pre-test tersebut bertujuan untuk mengukur tingkat
pengetahuan siswa dan siswi SMA Muhammadiyah 1 Surakarta mengenai gizi
seimbang sebelum diadakannya kegiatan konsultasi gizi.
Setelah mengerjakan kuesioner pre-test, siswa siswi melakukan pengukuran
antropometri meliputi pengukuran Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), dan Persen
lemak (% Body Fat). Alat yang digunakan dalam mengukur status antropometri siswa
meliputi: Timbangan Injak, Microtoise, dan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA).
Hasil pengukuran BB dan TB selanjutnya dihitung untuk menentukan nilai z-score
IMT menurut Umur (IMT/U) yang kemudian akan didapatkan kesimpulan status gizi
siswa dan siswi tersebut .
Selanjutnya, konsultasi gizi yaitu setiap siswa siswi bertemu dan berkonsultasi
dengan satu konselor. Konsultasi tersebut membahas tentang hasil pengukuran
antropometri yang telah dilakukan sebelumnya serta diet yang dianjurkan yaitu
mengacu pada 10 pesan gizi seimbang. Media yang digunakan untuk mendukung
kegiatan konsultasi gizi tersebut adalah dengan menggunakan media leaflet, sehingga
setiap siswa siswi akan mendapatkan leaflet setelah mengikuti konsultasi gizi
tersebut.
Terakhir, siswa dan siswi mengerjakan kuesioner post-test seperti pre-test yang
berisi pengetahuan mengenai gizi seimbang sebanyak 19 butir pernyataan dengan
pilihan jawaban benar dan salah. Post-test bertujuan untuk mengetahui perubahan dan
peningkatan pengetahuan siswa - siswi tentang gizi seimbang. Selain itu, juga
merupakan salah satu capaian tujuan diadakannya konsultasi gizi yaitu dapat
meningkatkan pengetahuan siswa dan siswi mengenai gizi seimbang sehingga mereka
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
D. Hasil
1. Pengukuran Antropometri

Nama BB TB IMT BBI


No IMT/U Status Gizi
Klien (Kg) (Cm) (Kg/m2) (Kg)
Oranye (Normal Resiko
1. RAG 84,5 168,5 29,76 61,65 2,21
gemuk)
2. NZP 52 151,2 22,7 46,08 0,60 Hijau (Normal)
3. MZ 64 166,9 23 60,21 0,85 Hijau (Normal)
Dari 3 klien 2 klien memiliki status gizi normal, dan 1 klien dengan status gizi
normal namun beresiko gemuk.

2. Pengukuruan BIA

Resting
Nama Body BMI Body Subscutane
No Metabolis Skeletal Whole
Klien Fat (%) (BIA) Age Whole
m
1. RAG 27,9 1810 29,8 - 20,0 30,1
2. NZP 29,2 1155 23,1 - 25,7 24,8
3. MZ 17,2 1511 22,3 - 12,1 35,5
Dari 3 klien yang berkonsultasi, memiliki rerata nilai pengukuran BIA normal.

3. Skor Pre-Post test

No Nama Pre-Test Post-Test


1. RAG 18 18
2. NZP 15 14
3. MZ 17 18
Dari 3 klien yang mengerjakan kuesioner pre-post test, yang skornya meningkat
ada 1 klien, yang skornya tetap ada 1 klien, dan yang skornya turun ada 1 klien.
E. Pembahasan
1. BB, TB, IMT/U, persentase lemak, kleletal whole body
a. Berat Badan
Berat badan siswa yang menjadi responden adalah rata-rata 66,8 kg.
b. Tinggi Badan
Tinggi badan siswa yang menjadi responden adalah rata-rata 162,2 cm.
c. IMT/U
Nilai z-skore berdasarkan IMT/U siswa yang menjadi responden adalah
rata-rata 1,22. Berikut adalah Indeks Masa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)
anak pada umur 5 – 18 tahun :

(Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak Kemenkes


RI, 2014)

Status gizi klien rata-rata sudah termasuk dalam status gizi normal, dengan
jumlah siswa yang memiliki status gizi normal yaitu 2 orang dan 1 orang
dengan resiko kegemukan. Sehingga konsultasi gizi yang dilakukan kepada
siswa lebih mengacu kepada 10 pesan gizi seimbang yang bertujuan untuk
mempertahankan statu gizi siswa agar tetap normal.

d. Persentase lemak
Persen lemak tubuh merupakan persentase massa lemak yang berasal dari
berat badan total yang diukur dengan menggunakan alat Bioelectric
Impedance Analyzer (BIA) dan dinyatakan dalam satuan %. Data persen
lemak tubuh kemudian dikategorikan menjadi:

Persentase Status
<16% Underfat
16-29.9% Normal
30-34% Overfat
>35% Obesitas
(Murbawan, A.E. 2017)

Persentase lemak (% Body Fat) siswa yang menjadi responden adalah


rata-rata 24,76 yang tergolong normal, dengan jumlah siswa yang termasuk
golongan tersebut berjumlah 3 orang.
e. Sekeletal Whole Body

Dari 3 klien, memiliki sekeletol whole body yang tergolong


normal.

2. Pre test dan post test


Pre test dan post test yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
berisi pengetahuan mengenai gizi seimbang sebanyak 19 butir pernyataan dengan
pilihan jawaban benar dan salah. Pre test dan post test tersebut bertujuan untuk
mengukur capaian dari kegiatan konsultasi gizi yang telah dilakukan. Hal tersebut
dilakukan dengan cara membandingkan hasil pre tes dan post test yang telah
dilakukan oleh siswa. Berdasarkan pengukuran didapatkan bahwa hasil post test
menunjukkan nilai yang bervariasi karena ada klien yang nilainya meningkat dan
ada yang turun, namun dari data keseluruhan ada peningkatan pengetahuan
mengenai gizi setelah diadakan konsultasi.
F. Kesimpulan
Kegiatan konsultasi gizi tersebut telah menambah pengetahuan siswa mengenai
gizi seimbang. Data-data yang didapatkan yaitu, siswa yang memiliki status gizi normal 2
orang dan yang memiliki status gizi normal dengan resiko obesitas ada 1 orang, dank e 3
klien memiliki persentase lemak tubuh normal.
Dari data yang diambil ke 3 klien memiliki kebiasaan sarapan yang baik karena
rutin dan memenuhi kebutuhan 15% -30% sehari, namun kebiasaan jajan dan aktifitas
fisik yang masih kurang baik.

G. Daftar Pustaka
Beck, M. 2000. Ilmu Gizi dan Diet. (terj.). Yayasan Essentia Medica : Yogyakarta.
Corey, Gerald. 2005. Teori dan praktek dari konseling dan psikoterapi. Terjemahan oleh
E. Koeswara. Jakarta: ERESCO.
Gibson, SR. 1990. Principles of Nutritional Assesment. London: Oxford University Press.
Hadi, H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Nasional. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM.
Supariasa, I.D.N., Bakri, B dan Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai