Pendahuluan
Remaja merupakan salah satu fase atau periode perkembangan manusia yang sangat penting, pada
tahap ini manusia mengalami perubahan dari kanak-kanak menuju dewasa dengan berbagai perubahan yang
mengikutinya. Perubahan yang terjadi pada usia remaja meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik,
serta perubahan sosial. Selain itu perubahan yang seringkali terjadi pada remaja adalah pola konsumsi
makanan.
Kebiasaan atau pola makan remaja sangat bervariasi jenisnya, seperti munculnya sifat mulai acuh
terhadap makanan yang mereka konsumsi, telat makan karena aktivitas yang mulai memadat, makan dalam
jumlah yang berlebihan, mengkonsumsi makanan hanya untuk mengikuti trend serta konsumsi fast food dan
sebagainya, kebiasaan makan ini pun menyebabkan kecukupan gizi mereka kurang diperhatikan. Hal yang
dapat mempengaruhi tingkat asupan remaja dapat berupa pengetahuan gizi, pola hidup dan pola makannya.
Perubahan yang terjadi dalam diri remaja perlu ditunjang oleh pengetahuan gizi yang cukup sehingga pola
makan pun dapat menjadi lebih baik. Pemenuhan zat-zat gizi lewat makanan yang di konsumsi remaja harus
tepat dan memadai agar masa yang rawan gizi ini pun tetap terjaga.
Pemenuhan zat gizi untuk setiap orang berbeda beda. Remaja memiliki kebutuhan nutrisi yang
spesial karena mengalami proses pertumbuhan yang sangat pesat dan perubahan kematangam fisiologis.
Asupan makanan sangat berperan penting dalam proses ini. Gizi seimbang adalah makanan yang
dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi lima kelompok
zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan (Dirjen BKM,
2002). Gizi yang optimal sangat penting untuk remaja seperti pertumbuhan, meningkatkan
kecerdasan otak, dan terhindar dari berbagai macam penyakit. Remaja yang memiliki gizi
yang kurang maupun lebih dapat memicu permasalahan gizi.
Banyak remaja yang mengalami permasalahan gizi diantaranya, gizi kurang dan
obesitas, dan masalah tersebut disebabkan oleh pola makan yang salah. Pola makan
merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Umumnya,
kebanyakan dari mereka malas mengonsumsi sayur dan buah. Mereka cenderung memilih
makanan cepat saji dan junk food. Makanan seperti ini jika sering dikonsumsi dapat
menimbulkan masalah dalam tubuhnya, yaitu obesitas. Kebiasaan remaja yang mengkonsumsi
makanan hanya untuk mengikuti trend serta konsumsi fast food merupakan hal yang sangat disayangkan.
Perubahan pola makan remaja dari pola tradisional ke pola makan barat seperti fast food yang tinggi akan
kalori, lemak dan kolesterol akan menyebabkan permasalahan baru pada status gizi remaja yaitu obesitas
atau kelebihan berat badan.
Selain obesitas, masalah kekurangan gizi selama remaja juga tidak sedikit, hal ini bisa
disebabkan karena mereka seringkali melewatkan waktu makan satu kali atau lebih setiap
hari, hal ini disebabkan oleh anggapan para remaja yang sengaja tidak memenuhi kebutuhan
gizinya dengan alasan malas atau tidak berselera dengan makanan-maknan yang sehat dan
bergizi serta alasan mereka yang takut gemuk.
Remaja sangat memperhatikan body image (penampilan tubuh) mereka. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Politeknik Kesehatan Jayapura tahun 2012, terdapat
hubungan body image dengan pengetahuan gizi seimbang. Sebagian besar responden
(60,6%) menilai bahwa bentuk tubuhnya tidak ideal didasarkan pendapat pribadi. Sebagian
lainnya menilai bentuk tubuh mereka kurus, sementara bentuk tubuh ideal menurut mereka
adalah tinggi badan sepadan dengan berat badan (83,8%), kurus (13,4%), overweight
(2,1%), dan obesitas (0,7%). Umumnya, remaja berkeinginan untuk memiliki tubuh yang
proporsional. Keinginan remaja ini didasari oleh penampilan idola mereka. Hal itu
menyebabkan remaja tidak memperhatikan gizi seimbang pada makanan yang mereka
konsumsi. Oleh karena itu, perlunya peningkatan dan kematangan konsep pengetahuan
tentang pedoman gizi seimbang pada remaja sehingga mengoptimalkan tumbuh kembang
remaja secara ideal.
Peningkatan pengetahuan remaja salah satunya adalah dengan meningkatkan
pemahaman mereka tentang pedoman gizi seimbang. Pedoman Gizi Seimbang merupakan
hal yang penting sebagai acuan konsumsi makanan sehari-hari untuk mendapatkan gizi yang
seimbang. Untuk menyeimbangkan zat gizi yang keluar dan yang masuk dapat dilakukan
dengan mengkonsumsi aneka ragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan
menjaga berat badan. Kebutuhan gizi setiap usia tentunya berbeda-beda karena dipengaruhi
oleh berbagai faktor.
Peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang pedoman gizi seimbang pada
remaja dapat diberikan dengan cara konseling gizi. Konseling gizi merupakan bentuk cara
pemberian konsultasi gizi kepada masing-masing individu remaja yang diberikan oleh
konselor (ahli gizi). Tujuan dari konseling gizi yaitu dapat mengetahui tingkatan
pemahaman pedoman gizi seimbang pada remaja, mengetahui permasalahan gizi yang
terjadi pada remaja dan memberikan solusi tepat untuk memperbaharui perilaku gizi remaja.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut : “Bagaimana gambaran status gizi dan status kesehatan siswa siswi SMA 1
Muhammadiyah Surakarta, meliputi status Antropometri, kebiasaan sarapan, penyakit yang
pernah atau sedang dailami, dan kebiasaan konsumsi makanan ringan?”
A.3 Tujuan
B. Tinjauan Pustaka
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk tertentu atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu. Contoh: Gondok merupakan
keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh (Supariasa,
2002). Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture seorang
individu dalam suatu variable (Hadi,2005). Status gizi adalah keadaan tubuh yang
merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan
utilisasinya (Gibson, 1990). Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan
nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi
juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000).
Konseling adalah suatu proses komunikasi 2 arah antara konselor dan klien
(pasien) untuk membantu pasien mengenali dan mengatasi masalah gizi. Konselor adalah
tenaga kesehatan yang mempunyai latar belakang pendidikan gizi atau pendidikan
kesehatan lainnya dan klien adalah sasaran dari proses konseling (Latief, 2001).
Konseling dalam perubahan perilaku merupakan istilah yang mencakup berbagai
kegiatan yang spesifik yang menggunakan beberapa teknik yang fokus pada
permasalahan yang dihadapi. Pendekatan ini sering disebut sebagai terapi behavior dan
modifikasi perilaku. Dalam pendekatan ini telah memberikan penerapan yang sistematis
tentang prinsip-prinsip belajar dan pengubahan tingkah laku ke arah dan cara-cara yang
lebih adaptif. Berlandaskan teori belajar, modifikasi tingkah laku dan terapi tingkah laku
atau terapi behavioral adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi
yang berurusan dengan tingkah laku. Terapi behavioral menurut Corey (2005: 196)
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mengubah perilaku yang tidak selaras dengan masyarakat dan kebutuhan pribadi
2. Membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih efisien
3. Mencegah timbulnya masalah di waktu yang akan datang
4. Memecahkan masalah yang dihadapi klien
5. Mengadakan perubahan perilaku di masa yang akan datang
2. Pengukuruan BIA
Resting
Nama Body BMI Body Subscutane
No Metabolis Skeletal Whole
Klien Fat (%) (BIA) Age Whole
m
1. RAG 27,9 1810 29,8 - 20,0 30,1
2. NZP 29,2 1155 23,1 - 25,7 24,8
3. MZ 17,2 1511 22,3 - 12,1 35,5
Dari 3 klien yang berkonsultasi, memiliki rerata nilai pengukuran BIA normal.
Status gizi klien rata-rata sudah termasuk dalam status gizi normal, dengan
jumlah siswa yang memiliki status gizi normal yaitu 2 orang dan 1 orang
dengan resiko kegemukan. Sehingga konsultasi gizi yang dilakukan kepada
siswa lebih mengacu kepada 10 pesan gizi seimbang yang bertujuan untuk
mempertahankan statu gizi siswa agar tetap normal.
d. Persentase lemak
Persen lemak tubuh merupakan persentase massa lemak yang berasal dari
berat badan total yang diukur dengan menggunakan alat Bioelectric
Impedance Analyzer (BIA) dan dinyatakan dalam satuan %. Data persen
lemak tubuh kemudian dikategorikan menjadi:
Persentase Status
<16% Underfat
16-29.9% Normal
30-34% Overfat
>35% Obesitas
(Murbawan, A.E. 2017)
G. Daftar Pustaka
Beck, M. 2000. Ilmu Gizi dan Diet. (terj.). Yayasan Essentia Medica : Yogyakarta.
Corey, Gerald. 2005. Teori dan praktek dari konseling dan psikoterapi. Terjemahan oleh
E. Koeswara. Jakarta: ERESCO.
Gibson, SR. 1990. Principles of Nutritional Assesment. London: Oxford University Press.
Hadi, H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Nasional. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM.
Supariasa, I.D.N., Bakri, B dan Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi.Jakarta : EGC