Anda di halaman 1dari 15

KOMUNIKASI KESEHATAN

“KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU”

O
L
E
H

1. ANDREAS HAKI TAS’AU (2007010056)


2. MEFERSON BAUNSELE (2007010036)
3. GESBERTH ERWIN NIFUEKI (2007010170)
4. INDRI AYU SOLLO (2007010030)
5. MERSYLINDA LURUK (2007010032)
PENGERTIAN KOMUNIKASI

 Pengertian Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis yang


berarti kebersamaan dan Communico yang berarti membagi.
Secara garis besar, komunikasi adalah penyampaian gagasan, ide,
atau pikiran dari seseorang ke orang lain sehingga pesan tersebut
dapat dipahami oleh orang lain.
PENGERTIAN PERILAKU

Pengertian Perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan
dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan
atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup.
a. Perilaku yang dapat diamati langsung, misalnya:
bekerja, membaca buku, dll.
b. Perilaku yang tidak dapat diamati oleh pihak luar,
misalnya: berpikir, berfantasi, dll.
PENGERTIAN PERUBAHAN PERILAKU

Pengertian Perubahan Perilaku


Perubahan perilaku adalah merupakan suatu
paradigma bahwa manusia akan berubah sesuai
dengan apa yang dipelajarinya baik dari
keluarga, teman, sahabat ataupun belajar dari
pengalaman mereka sendiri.
PENGERTIAN KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU
(KPP)

Pengertian Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP)


 Komunikasi Perubahan Perilaku / KPP (Behavior Change
Communication / BCC) adalah suatu proses interaktif untuk
merancang beragam pesan menggunakan berbagai macam media
dan saluran untuk mempromosikan, mengubah, mengembangkan
dan memelihara perilaku yang positif, khususnya perilaku
kesehatan masyarakat.
 Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) merupakan
pengembangan dari KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi),
namun lebih menekankan pada perubahan perilaku, sehingga tidak
hanya berhenti pada peningkatan pengetahuan dan sikap saja.
PERBEDAAN KIE DAN KPP
KIE (Komunikasi, Informasi dan KPP (Komunikasi Perubahan
Edukasi) Perilaku)

• KIE/Penyuluhan sering hanya menitik • KPP adalah program yang mendasari


beratkan kegiatannya pada kegiatannya pada masalah perilaku,
peningkatan pengetahuan, kurang menekankan pada bagaimana memperbaiki
memantau perubahan perilaku. perilaku tersebut.
• KIE dan Penyuluhan kesehatan berisi • KPP mencakup identifikasi dan analisis
informasi dari segi pandang
“perilaku kunci” dari sejak awal kegiatan,
kesehatan masyarakat (apa yang ideal
menemu kenali perilaku senyatanya dan
dan apa alasannya). Informasi
perilaku yang layak di masyarakat,
tersebut biasanya tidak mengungkap
perilaku dari segi pandang • Dlm KPP ada titik temu antara segi
masyarakat (misal: hambatan dan pandang petugas dan masyarakat.
strategi untuk mengatasinya, motivasi • Komunikasi sering berjalan dua arah,
utk melakukan sesuatu, dll). (misalnya dari sisi petugas/provider dan
• Komunikasi seringkali berjalan satu masyarakat/konsumen).
arah.
FAKTOR PENENTU PERUBAHAN PERILAKU

 Terdapat beberapa tahapan yang dilalui, sehingga kita dapat mengalami


perubahan perilaku.

Tahap-tahap tersebut antara lain :

1. Pengetahuan (knowledge).
2. Memahami (comprehension)
3. Aplikasi (application)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
Tujuan Komunikasi Perubahan Perilaku

Tujuan dari komunikasi perubahan perilaku


adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit
2. Meningkatkan persepsi terhadap risiko
3. Meningkatkan demand / permintaan /
kebutuhan terhadap layanan
4. Meningkatkan kepercayaan diri untuk
mengakses layanan kesehatan
FAKTOR PENGHAMBAT PERUBAHAN

 Faktor-Faktor Penghambat Perubahan :


1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
2. Terlambatnya perkembangan ilmu pengetahuan
3. Sikap masyarakat yang masih sangat tradisional
4. Rasa takut terjadinya kegoyahan pada integritas kebudayaan
5. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan
kuat (vested interest)
6. Adanya sikap tertutup dan prasangka terhadap hal baru/asing
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
MANUSIA

 Berubah merupakan kegiatan atau proses yang


membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan
keadaan sebelumnya (Atkinson,1987).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
seseorang, yaitu:
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal
STUDI KASUS KPP DALAM PROGRAM KESEHATAN

• Subjek penelitian adalah siswa kelas 4 dan kelas 5 di dua SD di Kabupaten


Bogor Jawa Barat yang meliputi SDN1 dan SDN2. Rentang usia siswa
bervariasi antara 8 _ 12 tahun dengan usia terbanyak adalah 10 tahun
(62,8%) sedangkan jenis kelamin siswa didominasi oleh siswa perempuan
sebesar 51,3%. Pada siswa SDN1 dan SDN2 terjadi peningkatan kebiasaan
makan lengkap dalam sehari yaitu frekuensi 3 kali dan > 3 kali sehari.
Sebaliknya, terjadi penurunan kebiasaan makan lengkap dengan frekuensi
2 kali sehari. Penurunan kebiasaan sarapan pagi siswa setelah diberikan
kegiatan intervensi di 2 SD yaitu siswa SDN1 dan SDN2. Sebagian besar
tempat sarapan pagi adalah rumah dan hanya 3 siswa SDN2 yang sarapan
di sekolah. Hal ini disebabkan oleh letak rumah siswa yang jauh dari
sekolah sehingga mereka selalu dibawakan bekal sarapan oleh orang tua
untuk dikonsumsi sebelum jam pelajaran dimulai. Terjadi penurunan
proporsi ketersediaan sarapan di rumah, baik pada siswa SDN1 maupun
SDN2. Hal ini sejalan dengan penurunan proporsi orang yang menyiapkan
sarapan, baik ibu maupun pembantu.
LANJUTAN...
Sebagian besar jenis sarapan yang dimakan anak adalah nasi dan lauk diikuti dengan roti dan
susu. Tidak satupun siswa yang mengonsumsi mie instan saja. Hal tersebut mengindikasikan
pengetahuan dan kewaspadaan orang tua terhadap pola makan anak cukup baik. Sebagian
besar siswa mempunyai kebiasaan jajan 2 _ 3 kali sehari tetapi setelah intervensi terjadi
penurunan frekuensi kebiasaan jajan siswa pada kebiasaan jajan 2 _ 3 kali sehari dan 1 kali
sehari. Hanya ada 1 siswa di SDN2 yang tetap tidak pernah jajan dalam sehari. Hal ini karena
memang tidak diberikan uang saku dan uang jajan oleh orang tuanya.
Terjadi peningkatan pengetahuan dan perilaku siswa sesudah kegiatan intervensi baik pada
siswa SDN1 maupun SDN2. Peningkatan sikap siswa terhadap sarapan juga terjadi pada
siswa di kedua SD, namun tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Rata-rata asupan energi
siswa SDN1 mengalami peningkatan secara signifikan sedangkan asupan energi siswa SDN2
mengalami peningkatan setelah kegiatan intervensi.
Asupan protein, baik pada siswa SDN1 dan SDN2, mengalami penurunan setelah dilakukan
kegiatan intervensi. Terjadi peningkatan rata-rata asupan karbohidrat pada siswa SDN2,
sedangkan pada siswa SDN1 mengalami penurunan. Hal sebaliknya terjadi pada asupan
lemak dan serat, setelah dilakukan kegiatan intervensi terjadi peningkatan asupan lemak dan
serat pada siswa SDN1 dan penurunan asupan pada siswa SDN2.
PEMBAHASAN STUDI KASUS DALAM PROGRAM KESEHATAN

• Pendidikan kesehatan merupakan upaya peningkatan perilaku hidup sehat di


masyarakat dengan tujuan menyadarkan masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan derajat kesehatan. Pendidikan gizi dalam bentuk KIE merupakan
upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat khususnya status gizi melalui
perubahan pengetahuan dan praktik/perilaku gizi ke arah yang lebih baik. Salah
satu upaya KIE gizi pada anak melalui media pendidikan sebagai alat bantu
menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Secara umum, Terjadi penurunan
proporsi frekuensi jajan siswa SDN2 dari jajan > 3 kali/hari menjadi 2 _ 3 kali/hari.
Namun, siswa SDN1 justru mengalami peningkatan frekuensi jajan yang
kemungkinan disebabkan oleh kemudahan siswa membeli jajanan di sekitar
sekolah saat istirahat dan pulang sekolah. Tidak ada larangan untuk jajan di sekitar
sekolah serta larangan pedagang menjajakan dagangan sehingga membuat banyak
pedagang jajanan yang berjualan di sekitar sekolah. Sebagian besar siswa
mempunyai kebiasaan jajan di sekolah dan di rumah dengan frekuensi 2 _ 3
kali/hari. Kebiasaan jajan anak di sekolah dipengaruhi oleh kebijakan sekolah,
orang tua, dan teman. Banyak makanan/minuman yang kurang baik dikonsumsi
oleh anak, seperti mengandung zat pewarna, pemanis buatan, pengawet, serta
rendah zat gizi. Berdasarkan penelitian, hampir separuh anak sekolah dasar jajan di
luar kantin, artinya anak-anak terpapar pada risiko mengonsumsi makanan yang
nilai gizi dan keamanannya tidak diketahui.
LANJUTAN...
• Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangat penting karena waktu sekolah
adalah penuh aktivitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup
besar. Sarapan harus memenuhi total kalori kebutuhan anak setiap hari.
Dengan mengonsumsi 2 potong roti dan telur, satu porsi bubur ayam, serta
satu gelas susu dan buah akan diperoleh 300 kalori. Bila tidak sempat
sarapan pagi, sebaiknya anak dibekali dengan makanan/snack yang berat
(bergizi lengkap dan seimbang) seperti arem-arem, mi goreng, atau roti isi
daging. Survei yang dilakukan oleh Senanayake, di Srilanka terhadap
siswa sekolahmenunjukkan sekitar 30% siswa mengonsumsi sarapan pagi.
• Sifat dasar anak adalah sering merasa bosan sehingga sebagai orang tua
harus mempunyai cara untuk mengatasi kebosanan dari anak. Menu yang
bervariasi dalam penyajian tiap hari akan membuat anak selalu semangat
dan senang untuk sarapan pagi. Mengingat sarapan pagi sangat penting dan
sudah menjadi tugas orang tua/ibu untuk mengarahkan anak maka orang
tua/ibu harus membiasakan anaknya untuk sarapan pagi dengan
menyiapkan menu makanan yang sesuai dengan kebutuhan zat gizi dan
keinginan anak.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai