Anda di halaman 1dari 10

PRINSIP-PRINSIP

PENDIDIKAN KESEHATAN

Kelompok 6 :
Miza Hadiyatna Fitri (2202143)
Dimas Tri Putra (2202132)
Syerli Hidayah (2202154)
Dhea Mutia Astri (2202131)
Putri Febriana (2202014)

Dosen Pembimbing: Ns. Dwi Christina Rahayuninggrat, M. Kep


Prinsip Pendidikan Kesehatan

Dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan:
1. Berfokus pada klien.
Pendidikan kesehatan adalah hubungan terapeutik yang berfokus pada kebutuhan klien yang spesifik.
Klien dengan isu kesehatan apapun membutuhkan atau dilibatkan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
Klien dianjurkan untuk mengekspresikan perasaan dan pengalamannya kepada petugas kesehatan.
2. Bersifat holistic
Dalam memberikan pendidikan kesehatan harus dipertimbangkan dengan klien secara keseluruhan,
tidak hanya berfokus pada spesifik saja. Petugas kesehatan dan klien saling berbagi pengalaman, perasaan,
keyakinan dan filosofi profesional.
3. Negosiasi
Petugas kesehatan dan klien bersama-sama menentukan apa yang telah diketahui dan apa yang penting
untuk diketahui. Jika sudah ditentukan maka dibuat perencanaan yang dikembangkan berdasarkan masukan
dari klien dan petugas kesehatan.
4. Interaktif
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang dinamis dan interaktif yang melibatkan partisipasi dari
petugas kesehatan dan klien.

2
Peranan Pendidikan Kesehatan

1. Peran pendidikan kesehatan dalam faktor lingkungan.


2. Peran pendidikan kesehatan dalam faktor perilaku
3. Peran pendidikan kesehatan dalam pelayanan Kesehatan
4. Peran pendidikan kesehatan dalam faktor hereditas

3
Konsep Pendidikan Kesehatan

Menurut WHO dalam Depkes (2006), mendefinisikan pendidikan kesehatan adalah proses
pemberdayaan individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan
determinan-determinan kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan mereka (Subaris,
2016: 3).
Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 bahwa tujuan dari pendidikan kesehatan yaitu
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik
fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial, pendidikan kesehatan
di semua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi
masyarakat, pelayananan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya
Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Seseorang
dapat dikatakan belajar apabila di dalam dirinya terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu. Namun demikian tidak semua perubahan
itu terjadi karena belajar saja, misalnya perkembangan anak dari tidak dapat berjalan menjadi dapat
berjalan. Perubahan ini terjadi bukan hasil dari proses belajar, melainkan proses kematangan.
Dalam proses pendidikan kesehatan ini ini terdapat beberapa persoalan pokok yaitu (Heri,
2013) :
a. Persoalan masukan (input)
Menyangkut pada sasaran belajar (sasaran didik) yaitu individu, kelompok serta
masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya seperti
umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, kepercayaan dan keterampilan yang dimiliki
PROSES PENDIDIKAN setiap orang akan berbeda.
KESEHATAN b. Persoalan Proses
Mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan (perilaku) pada diri subjek
belajar tersebut. Dalam proses ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor
antara lain subjek belajar, pengajar (pendidik dan fasilitator), metode, tehnik belajar,
alat bantu belajar serta materi atau bahan yang dipelajari.
c. Persoalan Keluaran (Output)
Merupakan hasil balajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau perubahan perilaku
dari subjek belajar yang telah mendapatkan pengajaran.
d. Instrumental Input
Merupakan alat yang digunakan untuk proses belajar yang terdiri dari program
pengajaran, bahan pengajaran, tenaga pengajar, sarana, fasilitas dan media
pembelajaran.
e. Environtmental Input
Lingkungan belajar baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial Metode Alat-alat.

5
6 faktor yang dapat mengahambat proses belajar pada orang dewasa yakni.
1. Dengan bertambhanya usia, titik dekat penglihatan atau titik terdekat yang dapat dilihat
secara jelas mulai bergerak.
2. Dengan bertabhanya usia, titi jauh penglihatan yang dapat dilihat secara jelas mulai
berkurang.
3. Makin bertambah usia, makin banyak juga jumlah penerangan yang diperlukan untuk
belajar.
4. Makin bertambah usia, persepsi kontrak warna cenderung merah dari pada spektrum.
5. Makin bertambah usia, kemampuan menerima suara makin menurun.
6. Makin bertambah usia, kemampuan untuk membedakan bunyi makin berkurang.

6
TEMPAT PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat


dikelompokkan menjadi lima yaitu:
- P e n d i d i k a n k e s e h a t a n p a d a t a t a n a n k e l u a rg a ( r u m a h t a n g g a ) .
- Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di sekolah
dengan sasaran murid.
- Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran
buruh atau karyawan yang bersangkutan.
- Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum, yang mencakup
terminal bus, stasiun, bandar udara, tempat-tempat olahraga, dan
sebagainya.
- Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti:
rumah sakit, Puskesmas, Poliklinik rumah bersalin, dan
sebagainya.
ASPEK SOSBUD DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN

Di dalam pendidikan kesehatan terdapat aspek sosial dan budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan pendidikan kesehatan.
1. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan
Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah:
a. Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak
menderita penyakit infeksi, sedangkan golongan usila lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung
koroner, kanker, dan lain-lain.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya dikalangan wanita lebih banyak menderita
kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak menderita kanker prostat.
c. Pekerjaan
Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya dikalangan petani banyak yang menderita penyakit
cacing akibat kerja yang banyak dilakukan disawah dengan lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja
diindustri, misal dipabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan debu.
d. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada
golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat
yang status ekonominya rendah.

8
2. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan

a. Pengaruh Tradisi
Ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat.
b. Sikap Fatalistis
Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
c. Sikap Ethnosentris
Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.
d. Pengaruh Rasa Bangga pada Statusnya
Contoh : Dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk makan daun singkong, walaupun mereka tahu
kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat bernaggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing,
dan mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing.
e. Pengaruh Norma
Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena ada norma yang melarang hubungan
antara dokter yang memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.
f. Pengaruh Nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.
g. Pengaruh Unsur Budaya yang Dipelajari pada Tingkat Awal dari Proses Sosialisasi terhadap Perilaku Kesehatan.
Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja, manusia
yang biasa makan nasi sejak kecil, akan sulit diubah kebiasaan makannya setelah dewasa.
h. Pengaruh Konsekuensi dari Inovasi terhadap Perilaku Kesehatan
Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah
konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor faktor yang terlibat/berpengaruh pada perubahan, dan
berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut.
9
Thank you

10

Anda mungkin juga menyukai