Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SURVEILANS GIZI

“Positive Deviance (PD)”

Disusun Oleh :
Elvia Riska (P21341118020)
D3/5B

Dosen Pengampu : Sugeng Wiyono, SKM, M.Kes.

JURUSAN GIZI
POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Program PD telah dilakukan di banyak Negara di dunia. Di Vietnam program ini telah

dimulai sejak tahun 1991 pada 20.000 populasi dan menunjukkan hasil yang sangat

menakjubkan sehingga tahun 1998 telah dikembangkan di 256 desa dengan 1,2 juta populasi.

Hal yang sama juga terjadi di Myanmar, Guinea dan Afrika serta beberapa negara lainnya. Di

Indonesia metode ini telah dilakukan di banyak tempat salah satunya di Muara Angke Jakarta

(2003-2004). Demikian juga di Nanggroe Aceh Darussalam, pendekatan ini telah dilakukan

di desa Alue Naga (2003) yang disupport oleh Save The Children, dan menunjukkan hasil

yang sangat signifikan dalam upaya memperbaiki status gizi balita.

Penyelenggaraan pelatihan PD yang pertama di Indonesia, diikuti oleh 5 INGO, Staf

Dinas Kesehatan dan Departemen Kesehatan pada tanggal 19 s/d 30 Agustus 2002 di

Cianjur. Jerry Sternin, seorang pakar PD yang diakui secara Internasional memfasilitasi

pelathan tersebut, segera setelah itu berbagai NGO Internasional menerapkan pendekatan PD

dalam bidang gizi di berbagai daerah dan proyek masing-masing.


Pendekatan PD lebih dapat dipakai untuk menjelaskan fenomena penyimpangan positif

dalam masalah kekurangan gizi. Kekurangan gizi seringkali dipandang sebagai konsekuensi

dari kemiskinan. Karena kamiskinan akan mengakibatkan berkurangnya asupan makanan ke

dalam tubuh. Sehingga berdasarkan pendekatan ini, maka keluarga miskin yang mempunyai

anak yang kekurangan gizi adalah sesuatu yang normal dalam masyarakat. Sedangkan

keluarga miskin yang tidak memilik anak kekurangan gizi adalah penyimpang positif

(positive deviance). Ini terjadi tentu dengan asumsi bahwa kemiskinan adalah faktor yang

sangat menentukan (determinant) status gizi anak.

1.2 Tujuan dari Program PD

a. Dengan cepat memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam

masyarakat.

b. Memungkinkan keluarga-keluarga tersebut mempertahankan status gizi baik dari anak

tersebut di rumah masing-masing secara mandiri.

c. Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian dalam masyarakat

tersebut, dengan merubah norma-norma masyarakat mengenai perilaku-perilaku

pengasuhan anak, pemberian makan, dan mencari pelayanan kesehatan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Positive Deviance (PD) merupakan pendekatan yang berbasis pada “kekuatan” atau

“modal” atas dasar keyakinan bahwa di setiap masyarakat ada individu-individu tertentu

(“Pelaku PD”) yang mempunyai kebiasaan dan perilaku spesial, atau tidak umum yang

memungkinkan mereka dapat menemukan cara-cara yang lebih baik untuk mencegah

kekurangan gizi dibandingkan tetangga-tetangga mereka yang memiliki sumber daya dan

menghadapi resiko yang sama.

PD berdasar pada keyakinan bahwa pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat pada

prinsipnya telah ada di dalam masyarakat itu sendiri. Artinya pendekatan pemecahan masalah

yang memusatkan perhatian pada apa yang dapat dilaksanakan, bukan pada apa yang salah atau

yang menjadi sebab masalah. PD memusatkan perhatian pada apa yang tersedia pada setiap

orang masyarakat, bukan pada kebutuhan yang memerlukan bantuan dari luar. Hal ini menjamin

kesinambungan program karena PD tergantung pada sumber-sumber yang telah ada dalam

masyarakat sendiri. Pencarian dan penemuan atas perilaku unik positif mendorong masyarakat

untuk melihat, mencari dan menggali kembali kebijaksanaan serta sumber-sumber yang ada dan

membangun kembali kekuatannya untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, karena PD

merupakan praktek perilaku baru.


2.2 Berbagai Perilaku dan Kebiasaan menguntungkan yang dipromosikan oleh Positive

Deviance

Kebiasaan keluarga yang menguntungkan sebagai inti program PD dibagi menjadi tiga

atau empat ketegori utama: pemberian makan, pengasuhan, kebersihan, dan mendapatkan

pelayanan kesehatan.

1. Kebiasaan pemberian makan: berbagai kebiasaan baik, termasuk memberi makan

anak-anak kecil berusia diatas 6 bulan dengan berbagai variasi makanan dalam porsi

kecil setiap hari sebagai tambahan Air Susu Ibu (ASI), pemberian makan secara aktif,

pemberian makan selama sakit dan penyembuhan, serta menangani anak yang

memiliki selera makan yang rendah.

2. Kebiasaan pengasuhan: interaksi positif antara anak dan pengasuh utama dan

pengganti membantu perkembangan emosi dan psikologis anak. Kebiasaan positif

seperti: sering melakukan interaksi lisan dengan anak, memberikan dan

menunjukkan perhatian dan kasih sayang pada anak, adanya pembagian tugas agar

pengawasan dan pengasuhan anak berjalan baik, dan partisipasi aktif ayah dalam

pengasuhan anak. Berbagai kebiasaan tersebut dan kebiasaan lain dalam hal

pengasuhan anak, merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan anak yang

normal namun seringkali terabaikan.

3. Kebiasaan kebersihan: (terkadang dimasukkan dalam kebiasaan-kebiasaan

pengasuhan anak): kebersihan tubuh, makanan, dan lingkungan berperan penting

dalam memelihara kesehatan anak serta mencegah penyakit-penyakit diare dan

infeksi kecacingan. Satu kebiasaan yang bersih seperti, mencuci tangan dengan sabun
sebelum makan dan setelah buang air besar, telah menjadi fokus kampanye WHO

untuk mengurangi timbulnya penyakit-penyakit diare.

4. Kebiasaan mendapatkan pelayanan kesehatan: selain memberikan imunisasi lengkap

kepada anak sebelum ulang tahun yang pertama, pengobatan penyakit pada masa

kanak-kanak dan mendapatkan bantuan profesional pada waktu yang tepat sangat

berperan penting dalam menjaga kesehatan anak.

2.3 6 LANGKAH DALAM POSITIVE DEVIANCE

Pada dasarnya metodologi ini bisa diterapkan untuk berbagai permasalahan yang

didalamnya memerlukan perubahan perilaku dimana sudah ada individu-individu di dalam

masyarakat tersebut yang sudah berhasil menemukan strategi untuk mengatasi permasalahan

yang sama.

PD adalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menerapkan solusi yang

sudah ada di masyarakat untuk mengatasi permasalahannya. Ada enam langkah dalam PD yaitu :

1. Merumuskan

Merumuskan masalah dan penyebabnya serta hasil atau status yang diharapkannya

2. Menentukan

Menetukan apakah ada individu-individu di dalam masyarakat tersebut yang

menunjukkan kesuksesan atau status yang baik (Pelaku PD)

3. Menemukan

Menemukan apa yang dilakukan oleh para pelaku PD yang berbeda dari tetangganya

yang mempunyai sumber-sumber yang sama

4. Merancang
Merancang dan mengimplementasikan program yang akan memampukan orang untuk

mempraktekan perilaku-perilaku dan strategi baru untuk mengatasi permasalahan yang

telah diidentifikasikan tersebut diatas

5. Mengevaluasi

Mengevaluasi keefektifan program (Monitoring dan evaluasi)

6. Menyebarkan

Menyebarkan keberhasilan program dengan cara mengundang yang lain untuk belajar

dari masyarakat yang saat ini sedang mengimplementasikan pendekatan PD.

2.4 KEKUATAN PENDEKATAN POSITIVE DEVIANCE

Ada beberapa kekuatan pendekatan PD yaitu:

1. Cepat.

Pendekatan ini memberikan solusi yang dapat menyelesaikan masalah dengan segera.

2. Murah/ Terjangkau

Dapat dilakukan sendiri oleh banyak keluarga karena solusi dipelajari dari keluarga

dengan sumber daya yang sama di masyarakat

3. Partisipatif

Porses mencari solusi melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat.

4. Berkesinambungan

Berbagai solusi yang sudah dipraktekan dapat berlanjut karena sebenarnya sudah ada

anggota masyarakat yang menerapkannya, Pendekatan PD dapat mengubah cara pandang

masyarakat terhadap masalah dan kemampuan mereka untuk mengubah situasi.

5. Asli
Karena solusi sudah ada ditempat itu, kemajuan dapat dicapai secara cepat, tanpa banyak

menggunakan analisis atau sumber-daya dari luar.

6. Dapat diterima, Kegiatan didasarkan pada perilaku setempat yang diidentifikasi dalam

konteks sosial, etnik, bahasa dan agama di setiap masyarakat

7. Fokus pada perubahan perilaku (Peningkatan pengetahuan bukan yang utama)

Perubahan perilaku merupakan kunci pendekatan PD. Di dalam pendekatan PD

mempraktekan perilaku sampai menjadi kebiasaan adalah kunci keberhasilan.

Contoh perilaku yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari :

- Cuci tangan pakai sabun sebelum makan

- Memakai alas kaki ketika keluar rumah

- Meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun

- Mendorong anak menghabiskan porsi makan

Jika perilaku yang baik seperti diatas dilakukan secara konsisten (menjadi kebiasaan)

dapat berkontribusi pada peningkatan status kesehatan dan gizi.

Perbandingan Pendekatan Tradisional vs PD

Pendekatan Tradisional Penyimpangan Positif


Apa saja yang anda butuhkan Kekuatan apa yang anda miliki?
Ada masalah apa? Apa yang dapat dikerjakan untuk mengatasi

masalah?
Apa yang dapat kami sediakan? Sumber daya yang anda miliki?
Apa yang kurang dari Hal apakah yang baik dalam masyarakat anda?

masyarakat?
Apa yang tidak tersedia disini? Hal apakah yang dapat dijadikan dasar untuk
membangun?

2.5 PD DALAM BIDANG GIZI

PD dalam bidang gizi menggambarkan anak-anak yang tumbuh dan berkembang baik

dalam keluarga dan masyarakat yang kurang mampu, dimana banyak anak-anak yang

kurang gizi dan sering sakit. Mereka adalah anak-anak dengan perilaku PD yang diasuh oleh

keluarga yang berperilaku PD. Keluarga tersebut telah mengembangkan perilaku PD sebagai

suatu kebiasaan yang tepat yang memungkinkan mereka berhasil memberi makan dan

mengasuh anak-anak mereka dengan kecukupan gizi walaupun keadaan ekonomi yang

miskin. Keluarga-keluarga ini secara unik telah memberikan sumbangan tentang bagaimana

cara memecahkan masalah gizi bagi keluarga miskin pada masyarakat yang sama.

Pada saat perilaku- perilaku PD ditemukan, maka Pos Gizi atau P3G (Program

Pendidikan dan Pemulihan Gizi) perlu dirancang untuk mencapai tiga tujuan, yaitu :

1. Dengan cepat memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam

masyarakat.

2. Memungkinkan keluarga-keluarga tersebut mempertahankan status gizi baik dari

anak tersebut di rumah masing-masing secara mandiri.

3. Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian dalam

masyarakat tersebut, dengan merubah normanorma masyarakat mengenai perilaku-

perilaku pengasuhan anak, pemberian makan, dan mencari pelayanan Kesehatan.

Pada pendekatan Pos Gizi, para kader dan ibu balita/pengasuh anak-anak kurang gizi

mempraktekkan berbagai perilaku baru dalam hal memasak, pemberian makan, kebersihan

dan pengasuhan anak yang telah terbukti berhasil dalam merehabilitasi anak-anak yang
kurang gizi. Berbagai kebiasaan terpilih tersebut berasal dari hasil penemuan penyelidikan

PD (Positive Deviance Inquiry, PDI) dan berbagai perilaku kunci yang dikemukakan oleh

para ahli kesehatan masyarakat. Para kader secara aktif melibatkan ibu dan anak dalam

proses rehabilitasi dan pembelajaran dalam situasi rumah yang nyaman dan bekerja agar

keluarga-keluarga tersebut dapat mempertahankan status gizi anak yang sudah baik di

rumah. Kegiatan Pos Gizi terdiri dari rehabilitasi dan pendidikan gizi selama periode 12 hari

yang diikuti dengan kunjungan para kader ke rumah setiap ibu balita/pengasuh.

Pendekatan Pos Gizi mendorong terjadinya perubahan perilaku dan memberdayakan

para ibu balita/pengasuh untuk bertanggungjawab terhadap rehabilitasi gizi anak-anak

mereka dengan menggunakan pengetahuan dan sumber daya lokal. Setelah pemberian

makanan tambahan berkalori tinggi selama dua minggu, anak-anak menjadi lebih bertenaga

dan nafsu makan merekapun bertambah. Perubahan nyata yang terlihat pada anak, dengan

disertai metode “belajar sambil bekerja”, akan meningkatkan kepercayaan diri dan

ketrampilan ibu balita/pengasuh dalam berbagai perilaku pemberian makan, pengasuhan

anak, kebersihan, dan mencari pelayanan kesehatan. Adanya perilaku-perilaku yang lebih

baik, tanpa memperdulikan latar belakang pendidikan sang ibu, akan meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan anak.

DAFTAR PUSTAKA
1. Positive Deviance and Hearth. Buku Panduan Pemulihan Yang Berkesinambungan Bagi
Anak Malnutrisi. Jejaring PD Indonesia. 2004
2. Artikel Positive Deviance. Vol 1 No.1. Oktober 2003
3. Artikel Positive Deviance. Vol 1 No. 2. April 2004

Anda mungkin juga menyukai