Anda di halaman 1dari 11

F1.

Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


Topik : Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan Mencuci
Tangan yang Baik dan Benar
Waktu Kegiatan : 12 Desember 2022
Tempat Kegiatan : Posyandu Desa Pilangsari
LATAR Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah perilaku kesehatan
BELAKANG yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh
anggota keluarga mampu menjaga kesehatan diri sendiri dan memiliki peran
aktif dalam menjaga kesehatan masyarakat. PHBS juga merupakan sebuah
kegiatan sosial yang bertujuan menjadikan masyarakat sebagai agen
perubahan agar mampu meningkatkan kualitas perilaku sehari-hari dengan
tujuan hidup bersih dan sehat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dapat dilakukan di tingkat rumah
tangga. Menerapkan PHBS di rumah tangga akan menciptakan keluarga
sehat dan mampu meminimalisir masalah kesehatan. Manfaat PHBS di
rumah tangga antara lain, setiap anggota keluarga mampu meningkatkan
kesejahteraan dan tidak mudah terkena penyakit, rumah tangga sehat
mampu meningkatkan produktivitas anggota rumah tangga dan manfaat
PHBS rumah tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk
menerapkan pola hidup sehat dan anak dapat tumbuh sehat dan tercukupi
gizi.
Terdapat beberapa indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga yang
dapat mengenali keberhasilan dari praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,
yaitu: (1) Persalinan yang ditolong oleh tenaga Kesehatan; (2) Pemberian
ASI ekslusif; (3) Menimbang bayi dan balita secara berkala; (4) Cuci tangan
dengan sabun dan air bersih; (5) Menggunakan air bersih; (6) Menggunakan
jamban sehat; (7) Memberantas jentik nyamuk; (8) Konsumsi buah dan
sayur; (9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari; (10) Tidak merokok di
dalam rumah.
Program kesehatan lingkungan yang merupakan salah satu Unit
Kesehatan Masyarakat Essensial Puskesmas Jatitujuh yang melakukan
gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat guna melakukan evaluasi
mengenai kesehatan lingkungan rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas
Jatitujuh.
PERMASALAHAN 1. Kurangnya pengetahuan terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
2. Rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di wilayah kerja Puskesmas
Jatitujuh

PERENCANAAN Sasaran : Ibu bayi dan balita serta ibu kader di Posyandu Desa Pilangsari
DAN PEMILIHAN Lokasi : Posyandu Desa Pilanngsari

INTERVENSI Metode : Presentasi dan Memberikan contoh langsung


Pelaksanaan Kegiatan: Kegiatan penyuluhan dilakukan pada Senin, 12
Desember 2022. Kegiatan dilakukan di Posyandu Desa Pilanngsari pada
pukul 09.00. Penyuluhan dilakukan dengan metode presentasi dan
memberikan contoh langsung bagaimana cara mencuci tangan yang baik
dan benar
PELAKSANAAN Materi : Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Durasi : 15 menit
Jumlah Peserta : 15 orang
Proses :
1. Perkenalan
2. Penjelasan mengenai definisi dan tata cara perilaku hidup bersih dan
sehat serta akibat yang ditimbulkan jika tidak menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat
3. Memberikan contoh cara mencuci tangan yan baik dan benar

MONITORING Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan baik, audiens antusias dan


DAN EVALUASI mengikuti cara mencuci tangan yang baik dan benar
F4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Topik : Pencegahan Stunting
Waktu Kegiatan : 12 Desember 2022
Tempat Kegiatan : Posyandu Desa Pilangsari
LATAR Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada
BELAKANG kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa
individu yang stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai
penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit. Stunting akan mempengaruhi
kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual akan terganggu.
Stunting merupakan masalah kesehatan di dunia yang belum teratasi hingga
saat ini. Diperkirakan 22,2 % atau 150,8 juta balita di dunia mengalami
stunting. Prevalensi di kawasan Asia berjumlah 55 % dan di kawasan Afrika
39 %, sementara sisanya tersebar di Amerika Utara, Amerika Latin dan
Oceania. Di kawasan Asia Tenggara prevalensi stunting hingga tahun 2017
mencapai 25,7 %.
Kebijakan Perencanaan Pembangunan Kesehatan dan Gizi yang
tercantum dalam RPJMN 2015-2019/ Perpres No.2/2015 berupa intervensi
gizi spesifik, dengan sasaran prioritas ibu hamil (selanjutnya digunakan istilah
bumil), ibu menyusui dan anak 0–23 bulan. Intervensi dilakukan dengan
pemberian makanan tambahan dan suplementasi tablet tambah darah. Selain
itu, juga dilakukan intervensi gizi sensitif, berupa: (1) peningkatan penyediaan
air minum dan sanitasi, (2) peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan
kesehatan, (3) peningkatan kesadaran, komitmen dan praktek pengasuhan dan
gizi ibu dan anak, dan (4) peningkatan akses pangan bergizi. Semua intervensi
tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik dan perubahan
perilaku masyarakat sebagai upaya pencegahan stunting.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
(2018) mencatat bahwa terdapat beberapa kendala dalam penyelenggaraan
percepatan pencegahan stunting, yaitu: (1) belum efektifnya program-program
pencegahan stunting. Beberapa permasalahan seperti gizi kurang dan gizi
buruk, KEK pada bumil telah mengalami penurunan prevalensi, namun di sisi
lain terjadi peningkatan berat badan lahir rendah (BBLR) dari 20,2 % pada
tahun 2013, menjadi 22,7% pada tahun 2018. Anemia pada bumil juga
mengalami peningkatan dari 37,1 % pada tahun 2013 menjadi 48,9% pada
tahun 2018; (2) Belum optimalnya koordinasi penyelenggaraan intervensi gizi
spesifik dan sensitif di semua tingkatan terkait dengan perencanaan,
penyelenggaraan, pemantauan dan evaluasi. Hal ini terlihat dari capaian
intervensi yang dilakukan. Masih terdapat 26,8 % bumil yang belum
mendapatkan tablet tambah darah (TTD) dan masih terdapat 25,2 % bumil
yang belum mendapatkan PMT; (3) Belum efektif dan efisiennya
pengalokasian dan pemanfaatan sumberdaya dan sumberdana; (4)
Keterbatasan kapasitas dan kualitas penyelenggara program, keterbatasan
jumlah tenaga kesehatan yang memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
Di samping keterbatasan jumlah tenaga kesehatan, pemerintah juga
dihadapkan pada program masalah kurangnya kompetensi petugas dalam
menjalankan edukasi (Dinkes Sumbar, 2018); (5) Masih minimnya advokasi,
kampanye dan diseminasi terkait stunting, dan berbagai upaya
pencegahannya.
Penyelenggaran program intervensi gizi belum menunjukkan dampak
yang signifikan dalam pencegahan stunting dan peningkatan gizi anak.
Beberapa studi yang telah dilakukan pada negara dengan prevalensi stunting
tinggi seperti Peru, Vietnam, Indonesia dan Bangladesh merekomendasikan
pentingnya kampanye nasional untuk mendorong kesadaran publik tentang
stunting. Maka dari itu, perlu peran dominan dari tenaga kesehatan Puskesmas
Jatitujuh dalam pencegahan kejadian stunting.
PERMASALAHAN 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai stunting
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai dampak buruk yang
ditimbulkan oleh stunting

PERENCANAAN Sasaran: Ibu bayi dan balita, serta ibu kader di Posyandu Desa Pilangsari
DAN PEMILIHAN Lokasi: Posyandu Desa Pilangsari
INTERVENSI Metode: Presentasi dan Tanya Jawab
Pelaksanaan Kegiatan:
Kegiatan dilakukan pada hari Senin, 12 Desember 2022. Kegiatan diawali
dengan presentasi mengenai Pencegahan Stunting, kemudian dilakukan sesi
tanya jawab.
PELAKSANAAN Materi: Pencegahan Stunting
Durasi: 15 menit
Jumlah Peserta: 10 orang
Proses:
1. Perkenalan
2. Penjelasan mengenai stunting dan pencegahannya
3. Tanya dan jawab

MONITORING Kegiatan berjalan dengan lancar dan baik. Audiens antusias dalam mengikuti
DAN EVALUASI jalannya penyuluhan.
F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Topik : Penyuluhan Mengenai HIV/AIDS
Waktu Kegiatan : 15 November 2022
Tempat Kegiatan : Alun – alun Kecamatan Jatitujuh
LATAR HIV/AIDS merupakan suatu penyakit menular yang sangat
BELAKANG mematikan dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat sampai saat
ini. Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan turunnya imun penderita
sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Sedangkan Acquire Immunodefficiency Syndrom (AIDS) merupakan
tahapan akhir dari infeksi virus HIV, yang terjadi ketika sistem kekebalan
tubuh rusak parah yang disebabkan oleh virus tersebut.
Berdasarkan data WHO tahun 2019, terdapat 78% infeksi HIV baru di
regional Asia Pasifik. Sekitar 5,8 juta orang dengan HIV/AIDS dan total
infeksi baru sebanyak 300.000 kasus, lebih dari seperempat infeksi HIV
baru terjadi di antara kelompok umur berusia 15-24 tahun.
Indonesia berada pada peringkat ketiga dengan pertumbuhan
penyebaran HIV terbesar di antara Negara-negara Asia Pasifik setelah China
dan India. Jumlah infeksi baru HIV di Cina sebanyak 88.000, India
sebanyak 69.000 kasus dan Indonesia sebanyak 46.000 kasus. UNAIDS
mencatat penyebaran HIV di Indonesia tumbuh 16% tiap tahunnya.
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya sehingga diharapkan kasus HIV AIDS dapa menutun.
PERMASALAHAN 1. Terus meningkatnya kasus HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas
Jatitujuh Terutama pada kalangan anak usia muda hingga remaja
2. Kurangnya pengetahuan mengenai HIV/AIDS, dampak yang
ditimbulkan dan penatalaksanaan penyakit HIV/AIDS

PERENCANAAN Sasaran : Masyarakat dan perangkat daerah Kecamatan Jatitujuh


DAN PEMILIHAN Lokasi : Alun – alun Kecamatan Jatitujuh

INTERVENSI Metode : Talkshow


Pelaksanaan Kegiatan: Kegiatan penyuluhan dilakukan pada hari Kamis,
tanggal 15 Desember 2022. Kegiatan dilakukan pada pukul 08.00-13.00
WIB. Kegiatan dilakukan dengan metode talkshow dan sesi tanya jawab dari
audiens yang dipandu MC.
PELAKSANAAN Materi : Penyuluhan Mengenai HIV/AIDS
Durasi : 10-15 menit
Jumlah Peserta : 100 orang
Proses :
1. Perkenalan
2. Talkshow mengenai definisi, gejala klinis serta akibat yang
ditimbulkan jika mengidap HIV/AIDS dan penatalaksanaannya
3. Sesi tanya jawab

MONITORING Pelaksanaan penyuluhan mengenai HIV/AIDS berjalan dengan baik, peserta


DAN EVALUASI cukup antusias selama jalannya talkshow mengenai HIV/AIDS.
F6. Upaya Pengobatan Dasar
Topik : Balai Pengobatan Puskesmas Pembantu Sumber
Waktu Kegiatan : 29 November – 3 Desember 2022
Tempat Kegiatan : Puskesmas Pembantu Sumber Kulon
LATAR Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
BELAKANG Kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai penyelenggara pembangunan
kesehatan, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari
Sistem Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Pada saat ini Puskesmas telah didirikan hampir di seluruh pelosok
tanah air, puskesmas diperkuat dengan puskesmas pembantu, puskesmas
keliling dan untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan,
puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap.
Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam
suatu wadah pelayanan kesehatan, yang disebut sarana atau pelayanan
kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat
penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk
praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan di tingkat dasar,
diharapkan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, memuaskan,
sesuai standar dan etika profesi. Puskesmas merupakan unit pelaksana
tehnis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah
Kecamatan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan upaya pengobatan
dasar di puskesmas pembantu berupa balai pengobatan.
PERMASALAHAN 1. Keterbatasan obat dan alat pemeriksaan yang tersedia sehingga beberapa
kasus tidak bisa ditangani di puskesmas pembantu
2. Masih terdapat masyarakat yang datang untuk berobat tanpa
menggunakan masker walaupun sudah ditetapkan aturan kawasan wajib
menggunakan masker

PERENCANAAN Puskesmas pembantu melakukan pelayanan setiap hari Senin hingga Sabtu.
DAN PEMILIHAN Setiap harinya terdapat 1 dokter, 1 perawat, 1 apoteker di tempatkan untuk
melakukan anamnesis, pemeriksaan tanda-tanda vital, dan farmasi.
INTERVENSI Sasaran : Masyarakat Desa Sumber Kulon
Lokasi : Puskesmas Pembantu Sumber Kulon
Metode : Anamnesis, pemeriksaan fisik, edukasi, dan terapi
Pelaksanaan Kegiatan: Kegiatan upaya pengobatan dilaksanakan setiap hari
Senin sampai dengan Sabtu. Petugas terdiri dari 1 orang perawat, 1 orang
dokter, dan 1 orang apoteker.
PELAKSANAAN - Kegiatan meliputi anamnesis, pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (kolesterol, asam urat, gula),
dan pemberian terapi sesuai indikasi
- APD yang digunakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas pembantu
Sumber adalah APD level 1

MONITORING Upaya pengobatan dasar di puskesmas pembantu Sumber secara


DAN EVALUASI keseluruhan sudah cukup baik. Tetapi beberapa pilihan obat terutama untuk
anak-anak masih terbatas, dan beberapa alat pemeriksaan tidak ada.
Kepatuhan pasien dalam menggunakan masker juga masih rendah.
F6. Upaya Pengobatan Dasar
Topik : Visit Pasien Rawat Inap di Puskesmas Jatitujuh
Waktu Kegiatan : 5 - 10 Desember 2022
Tempat Kegiatan : Puskesmas Jatitujuh
LATAR Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional
BELAKANG yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan
peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan
dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna
mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu
pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan puskesmas biasanya berada di
bawah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota.
Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan
ruangan dan fasilitas untuk menolong pasien gawat darurat, baik berupa
tindakan operatif terbatas maupun asuhan keperawatan sementara dengan
kapasitas kurang lebih 10 tempat tidur. Rawat inap itu sendiri berfungsi
sebagai rujukan antara yang melayani pasien sebelum dirujuk ke institusi
rujukan yang lebih mampu, atau dipulangkan kembali ke rumah. Kemudian
mendapat asuhan perawatan tindak lanjut oleh petugas perawat kesehatan
masyarakat dari puskesmas yang bersangkutan di rumah pasien.
Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam
suatu wadah pelayanan kesehatan, yang disebut sarana atau pelayanan
kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat
penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk
praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan di tingkat dasar,
diharapkan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, memuaskan,
sesuai standar dan etika profesi. Puskesmas merupakan unit pelaksana
tehnis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah
Kecamatan.
Berdasarkan latar belakang diatas untuk mendukung fasilitas rawat
inap di Puskesmas Jatitujuh, terdapat kegiatan visit pasien rawat inap yang
dilakukan untuk monitoring pasien yang dirawat di puskesmas.
PERMASALAHAN 1. Keterbatasan obat yang diberikan secara parenteral dan
intravena/intramuskular pada pasien di rawat inap Puskesmas Jatitujuh
2. Kurangnya ketaatan pasien dalam menggunakan masker selama berada
di ruang perawatan

PERENCANAAN Pelayanan rawat inap di Puskesmas Jatitujuh melayani pasien selama 24


DAN PEMILIHAN jam. Dalam satu hari petugas yang bertugas terbagi dalam 3 shift. Setiap

INTERVENSI pagi dokter melakukan pemeriksaan monitoring terhadap pasien yang


dirawat inap.
Sasaran : Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Jatitujuh
Lokasi : Puskesmas Jatitujuh
Metode : Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, edukasi,
dan terapi
Pelaksanaan Kegiatan: Kegiatan visit di rawat inap dilakukan setiap hari
dengan durasi 45 menit/hari. Kegiatan yang dilakukan adalah monitoring
pasien yang dirawat inap dengan metode anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dan pemberian terapi atau tindakan sesuai dengan
indikasi.
PELAKSANAAN - Kegiatan meliputi anamnesis, pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (kolesterol, asam urat, gula),
dan pemberian terapi sesuai indikasi
- APD yang digunakan oleh tenaga kesehatan adalah APD level 2

MONITORING Upaya pengobatan dasar di Puskesmas Jatitujuh secara keseluruhan sudah


DAN EVALUASI cukup baik. Tetapi alat pemeriksaan seperti otoskop dan beberapa pilihan
obat untuk penyakit tertentu yang sering ada di puskesmas masih terbatas.
Serta kurangnya kepatuhan pasien dan keluarga pasien dalam menggunakan
masker di lingkungan puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai