Anda di halaman 1dari 17

LBM 4

NYERI PERUT KANAN ATAS MENJALAR KE BAHU KANAN

STEP 7
1. Mengapa mengeluh nyeri perut kanan atas dijalarkan ke bahu kanan?

( Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2, Wim de Jong, EGC )


Stimulus yang dapat mencetuskan nyeri visceral yaitu:
 Iskemiaterbentuknya produk metabolik akhir yang asam atau produk yang dihasilkan oleh
jaringan degeneratif, sperti bradikinin, enzim proteolitik atau bahan lain yang merangsang
ujung serabut nyeri.
 Stimulus kimiaseringkali bahan2 yang rusak dari gastrointestinal masuk ke dalam rongga
peritoneumrasanya nyeri yang sangat hebat
 Spasme viskus beronggaterangsangnya ujung serabut nyeri secara mekanis, atau sapsme
yang mungkin menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otot, dibarengi dengan kebutuhan
otot untuk proses metabolisme sehingga menimbulkan nyeri hebat. Eg pada kram
 Distensi berlebihan pada viskus berongga
 Teregangnya jaringan ikat yang mengelilingi organ viscera
(Fisiologi Guyton Hall)

2. Mengapa nyeri tidak mereda selama kurang lebih 1 jam dan bertambah apabila makan
gorengan ?
Buku Ajar Bedah
Oleh David C. Sabiston
Organ – organ yang ada pada perut kanan atas adalah hepar, vesica fellea, usus besar, usus kecil.
Pada skenario didapatkan pula adanya penjalaran nyeri ke bahu kanan, maka kita curiga adanya
gangguan pada vesica fellea atau kandung empedu yang menyebabkan nyeri tersebut.
Gangguan pada kandung empedu bisa disebabkan oleh karena sumbatan pada kandung empedu dan
juga adanya peradangan akibat sumbatan tersebut ataupun akibat infeksi bakteri.
Kandung empedu normal mempunyai fungsi menyimpan dan memekatkan cairan empedu. Cairan
empedu berguna dalam penyerapan lemak dan beberapa vitamin (vit. A,D, E, dan K).
Empedu merupakan campuran dari asam empedu, protein, garam kalsium,pigmen dan unsure lemak
yang disebut kolesterol. Sebagian cairan empedu yang memasuki usus halus diteruskan dan
dikeluarkan melalui feses.
Jika konsentrasi kolesterol melebihi kapasitas solubilitas empedu ( supersaturasi ), kolesterol tidak
lagi mampu berada dalam keadaan terdispersi sehingga menggumpal menjadi kolesterol monohidrat
yang padat, dan lama – lama menjadi batu.
Oleh karena adanya batu kandung empedu, maka saat kandung empedu berkontraksi akibat adanya
makanan berlemak, maka terjadi peningkatan tekanan pada dinding kandung empedu tersebut yang
akan menekan saraf – saraf disekitarnya, hal ini berlangsung sekitar 30 – 90 menit dan akan mengalami
relaksasi.

Serabut aferen yang menyertai suplai vaskuler memberikan persarafan sensoris pada usus dan terkait
peritoneum viseral. Sehingga, penyakit pada proksimal duodenum(foregut) merangsang serabut aferen
celiac axis menghasilkan nyeri epigastrium. Rangsangan di sekum atau apendiks(midgut) mengaktifkan
saraf aferen yang menyertai arteri mesenterika superior menyebabkan rasa nyeri di periumbilikalis, dan
penyakit kolon distal menginduksi serabut saraf aferen sekitar arteri mesenterika inferior menyebabkan
nyeri suprapubik.Saraf prenikus dan serabut saraf aferen setinggiC3, C4, dan C5 sesuai
dermatom bersama-sama dengan arteri prenikus mempersarafi otot-otot diafragma dan
peritoneum sekitar diafragma. Rangsanganpada diafragma menyebabkannyeri yang menjalar ke
bahu. Peritoneum parietalis, dinding abdomen,dan jaringan lunak retroperitoneal menerima persarafan
somatik sesuai dengan segmen nerve roots.( . Diethelm et al,1997)

Peritoneum parietalis kaya akan inervasi saraf sehingga sensitif terhadap rangsangan. Rangsangan
pada permukaan peritoneum parietal akan menghasilkan sensasi yang tajam dan terlokalisir di
area stimulus. Ketika peradangan pada viseral mengiritasi pada peritoneum parietal maka akan timbul
nyeri yang terlokalisir. Banyak "peritoneal signs" yang berguna dalam diagnosis klinis dari acute
abdominal pain. Inervasi dual-sensorik dari kavum abdomen yaitu serabut aferen viseral dan saraf
somatik menghasilkan pola nyeri yang khas yang membantu dalam diagnosis. Misalnya, nyeri pada
apendisitis akut nyeri akan muncul pada area periumbilikalis dan nyeri akan semakin jelas terlokalisir
ke kuadran kanan bawah saat peradangan melibatkan peritoneum parietal. Stimulasi pada saraf perifer
akan menghasilkan sensasi yang tajam, tiba-tiba, dan terlokalisir dengan baik. Rangsangan pada saraf
sensorik aferen intraperitoneal pada acute abdominal pain menimbulkan nyeri yang tumpul (tidak jelas
pusat nyerinya), nyeri tidak terlokalisasi dengan baik, dengan onset gradual/ bertahap dan durasi yang
lebih lama.
Nervus vagus tidak mengirimkan impuls nyeri dari usus. Sistem saraf aferen simpatik mengirimkan
nyeri dari esofagus ke spinal cord. Saraf aferen dari kapsul hepar, ligamen hepar, bagian central
dari diafragma, kapsul lien, dan perikardium memasuki sistem saraf pusat dari C3 sampai
C5.Spinal cord dari T6 sampai T9 menerima serabut nyeri dari bagian diafragma perifer, kantong
empedu, pankreas, dan usus halus. Serabut nyeri dari colon, appendik, dan visera dari pelvis memasuki
sistem saraf pusat pada segmen T10 sampai L11. Kolon sigmoid, rektum, pelvic renalis beserta
kapsulnya, ureter dan testis memasuki sistem saraf pusat pada T11 dan L1. Kandung kemih dan kolon
rektosigmoid dipersarafi saraf aferen dari S2 sampai S4. Pemotongan, robek, hancur, atau terbakar
biasanya tidak menghasilkan nyeri di visera pada abdomen. Namun, peregangan atau distensi dari
peritoneum akan menghasilkan sensasi nyeri.Peradangan peritoneum akan menghasilkan nyeri
viseral, seperti halnya iskemia. Kanker dapat menyebabkan intraabdominal pain jika mengenai saraf
sensorik. Abdominal pain dapat berupa viseral pain, parietal pain, atau reffered pain. Visceral pain
bersifat tumpul dan kurang terlokalisir dengan baik, biasanya di epigastrium, regio
periumbilikalisatau regiosuprapubik.Pasien dengannyeri viseralmungkin juga mengalami gejala
berkeringat, gelisah, dan mual. Nyeri parietalatau nyeri somatikyang terkait dengan gangguan
intraabdominalakan menyebabkan nyeri yanglebih intendan terlokalisir dengan baik. Referred pain
merupakan sensasi nyeri dirasakanjauh dari lokasi sumber stimulus yang sebenarnya. Misalnya,
iritasipada diafragmadapat menghasilkanrasa sakit dibahu. Penyakitsaluranempedu ataukantong
empedudapat menghasilkannyeri bahu.
Distensi dari small bowel dapatmenghasilkan rasa sakitke bagian punggung bawah. Selama minggu ke-
5perkembangan janin, ususberkembang diluar rongga peritoneal, menonjolmelaluidasarumbilical cord,
dan mengalami rotasi 180○berlawanan dengan arah jarum jam.Selama proses ini, usustetap berada di
luarrongga peritonealsampai kira-kiraminggu10, rotasiembryologik menempatkan organ-
oraganviserapada posisi anatomis dewasa, dan pengetahuan tentang proses rotasi semasa embriologis
penting secara klinis untukevaluasipasien denganacute abdominal pain karenavariasi dalamposisi
(misalnya, pelvic atauretrocecal appendix)
(Buschard K, Kjaeldgaard A,1993).

Batu empedu

Aliran empedu tersumbat (saluran duktus sistikus)

Distensi kandung empedu

Bagian fundus (atas) kandung empedu menyentuh bagian abdomen pada
kartilago kosta IX dan X bagian kanan

Merangsang ujung-ujung saraf sekitar untuk
mengeluarkan bradikinin dan serotonin

Impuls disampaikan ke serat saraf aferen simpatis

Menghasilkan substansi P (di medula spinalis)

Thalamus

Korteks somatis sensori Bekerjasama dengan pormatio retikularis


(untuk lokalisasi nyeri)
↓↓
Serat saraf eferen Hipotalamus

Nyeri hebat pada kuadran kanan atas


dan nyeri tekan daerah epigastrium
terutama saat inspirasi dalam

Penurunan pengembangan thorak Menjalar ke tulang belikat


(sampai ke bahu kanan)

Nyeri meningkat pada pagi hari

Karena metabolisme meningkat di kandung
empedu
Sumber:
Brunner & Suddart.2001.Keperawatan Medikal Bedah Vol 2.Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta.EGC
Hall,J.Emungkinand A.C.Guyton.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,Jakarta : EGC
Oleh karena adanya batu kandung empedu, maka saat kandung empedu
berkontraksi akibat adanya makanan berlemak, maka terjadi peningkatan tekanan
pada dinding kandung empedu tersebut yang akan menekan saraf – saraf
disekitarnya, hal ini berlangsung sekitar 30 – 90 menit dan akan mengalami relaksasi.

Nyeri bahu kanan

vesica fellea

Sumbatan / peradangan/infeksi bakteri

Konsentrasi kolestrol lebih (supersaturasi)

Tidak terdispersi

Menggumpal

Batu

Vesica fellea kontraksi

Peningkatan tekanan

menyentuh cartolago costa IX dan X kanan

Menekan saraf-saraf

Selama 30-90 menit

Relaksasi
3. Apa hubungannya keluhan pasien dengan berat badan yang berlebih penderita ?

Peningkatan kolesterol sering dikatkan dengan peningkatan berat badan. tingginya BB maka kadar
kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi
kontraksi/ pengosongan kandung empedu sehingga mudah menimbulkan sumbatan atau
pengendapan.

Kolesterol juga merupakan pembentuk dasar dari hormon steroid ( estrogen dan progesteron ) yang
terkandung dalam pil KB. Estrogen menghambat konversi enzematik dari kolesterol jadi asam
empedu sehingga menambah saturasi kolesterol dari cairan empedu.

Sedangkan progesteron meningkatkan nafsu makan sehingga meningkatkan BB dan bisa


menurunkan kerja kandung empedu dan slauran kemih.

Fang H, Tong W, Shi L, Blair R, Perkins R, Branham W, Hass B, Xie Q, Dial S, Moland C,
Sheehan D (2001). "Structure-activity relationships for a large diverse set of natural,
synthetic, and environmental estrogens
4. Apa hubungan antara keluhan dengan hasil lab dan pemeriksaan fisik yang didapat ?
suhunya meningkat jadi 38,5?
Hal ini terjadi kemungkinan adanya proses infeksi pada kantung empedu (kolesistitis) yang ditandai
dengan demam yang dapat sampai menggigil. Terjadinya Kolesistitis akut merupakan komplikasi
penyakit batu empedu yang paling sering dan sering menyebabkan kedruratan abdomen, khususnya
diantara wanita usia pertengahan dan manula. Peradangan akut dari kandung empedu berkaitan dengan
obstruksi duktus sistikus, biasanya timbul dari impaksi batu empedu kedalam duktus sistikus atau
dalam infundibulum. Pada kasus ini anemia terjadi karena perangan kronis yang terjadi pada kandung
empedu. Respon peradangan selanjutnya timbul mencakup distensi, edema, hipervaskularitas, dan
hipertensi vena. Banyak pasien dengan riwayat kolik biliaris episodic. Nyeri yang berkaitan dengan
peradangan akut kandung empedu, awal timbul dan karakternya sama dengan kolik biliaris, tetapi
biasanya menetap lebih dari 4-6 jam. Palpasi abdomen seringkali mencetuskan nyeri lepas. Tanda
Murphy positif, dan dalam 20% kasus dapat dipalpasi adanya massa. Manifestasi sistemik dari
peradangan (leukositosis dan hiperpireksia) membedakan kolesistitis akut dari kolik biliaris sederhana.
Pada kasus ini hasil pemeriksaan laboratorium darah ditemukan peningkatan alkali fosfatase hal ini
biasa terjadi pada fase akut kolesistitis.
Mansjoer A. etal, 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I, Ed.3. hal 510-512. Penerbit Media
Aesculapius, FKUI, Jakarta.

Murphy sign
Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri tekan epigatrium serta Murphy sign. Murphy
sign positif karena kandung empedu yang meradang. Pada perabaan hepar ditemukan sedikit
pembesaran hepar, hal ini biasa ditemukan pada kasus batu saluran empedu karena fungsi hepar yang
terganggu akibat aliran balik bilirubin direk ke hepar. Pada kasus ini juga terdapat tanda trias charcot
yakni demam kadang sampai menggigil, nyeri pada daerah epigastrium dan ikterus, trias ini
muncul akibat adanya peradangan pada kandung empedu atau kolangitis.
Metode
Pasien di periksa dalam posisi supine (berbaring). Ketika pemeriksa menekan/palpasi regio subcostal
kanan (hipokondriaka dextra) pasien, kemudian pasien diminta untuk menarik nafas panjang yang
dapat menyebabkan kandung empedu turun menuju tangan pemeriksa. Ketika manuver ini
menimbulkan respon sangat nyeri kepada pasien, kemudian tampak pasien menahan penarikan nafas
(inspirasi terhenti), maka hal ini disebut “murphy’s sign positif”.
Hal ini terjadi karena adanya sentuhan antara kandung empedu yang mengalami inflamasi
dengan peritoneum abdomen selama inspirasi dalam yang dapat menimbulkan reflek
“menahan” nafas karena rasa nyeri. Bernafas dalam menyebabkan rasa yang sangat nyeri dan berat
beberapa kali lipat walaupun tanpa tekanan/palpasi pada pasien dengan inflamasi akut kandung
empedu.
Pasien dengan kolesistitis biasanya tampak kesakitan dengan manuver ini dan mungkin akan terjadi
penghentian mendadak dari inspirasi (menarik nafas) ketika kandung empedu yang terinflamasi
tersentuh jari pemeriksa. Hal ini disebut dengan istilah inspirasi terhenti (inspiration arrest) dan
dideskripsikan sebagai “shutting off” dari inspirasi (menarik nafas).

BERAT BADAN BERLEBIH

Harrison - prinsip-prinsip penyakit dalam

5. Apa hubungan pasien mengkonsumsi pil KB (kontrasepsi hormonal ) dengan keluhan pasien
?

Progesteron dan estrogen adalah dua hormon yang paling penting dalam tubuh wanita. Kedua hormon
ini adalah hormon steroid yang bertanggung jawab untuk berbagai karakteristik dalam tubuh
perempuan. Namun, ada banyak perbedaan antara kedua hormon ini.
Estrogen, progesteron adalah hormon seks utama dalam tubuh wanita. Mereka memainkan peran
penting dalam proses kehamilan, siklus menstruasi, dll dalam tubuh wanita. Ketika membandingkan
estrogen dengan progesteron, telah diamati bahwa ada banyak persamaan antara kedua hormon ini
daripada perbedaannya. Keseimbangan hormon ini harus dijaga. Estrogen, dan progesteron, bekerja
sama untuk mempertahankan siklus menstruasi yang normal dan kehamilan.
Baik progesteron dan estrogen, juga memiliki peran dalam pengendalian kelahiran. Pil KB
yang mengandung kedua hormon ini menjaga kadar hormon ini tetap tinggi dalam tubuh, Sehingga
tubuh Anda tertipu mengira Anda sedang hamil, Oleh karena itu, telur tidak dilepaskan dan kehamilan
dapat dihindari.
1. Fungsi hormon hormon ovarium Estrogen dan Progesteron

Kedua jenis hormon kelamin ovarium adalah estrogen dan progeteron. Sejauh ini yang paling
penting dari esrogen adalah hormon estradiol dan yang paling penting dari progestin adalah
progesteron . estrogen terutama meningkatkan poliferasin dan pertumbuhan sel-sel khusus didalam
tubuh, menebalkan endometrium dan mempersiapkannya untuk kehamilan. sebaliknya progestin
berkaitan hampir seluruhnya persiapan akhir dari uterus untuk menerima kehamilan dan persiapan dari
payudara serta mempersiapkan rahim untuk implantasi dan juga menjaga elastisitasnya
a. Sintesis estrogen dan progestin.

Hormon estrogen dan progestin merupakan hormon yang disintesis didalam ovarium terutama dari
klesterol yang bersala dari dalam darah, juga walaupun dalam jumlah kecil diperoleh dari asetil
koenzim A, suatu molekkul yang dapat berkombinasi dan membentuk inti steroid yang tepat.
Selama sintesis terutama progesteron akan disintesis pertama kali selama fase folikular siklus
ovarium., sebelum kedua hormon ini keluar dari ovarium sebagian progesteron yang dibentuk
semuanya diubah menjadi estrogen oleh sel-sel garnulosa.
Guyton, Arthur dan Hall E. John. 1997 Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (textbook of
medical Physiology) Edisi 9”. EGC.Jakarta

PIL KB
Estrogen endogenmenghambat konversi ensimatik dr kolesterol mjd as.empedusupersaturasi
kolesteroltdk dapat ditrasport oleh micellvesikel2kolesterol tertinggalberagregasi membentuk
intikristalgangguan difusi dan inkorporasi kolesterol sel mukosa kandung empedu meningkat dan
gangguan disfungsi VFkontraksi VF terganggustasis empedumusin terakumulasi (protein yang
berperan dlm nukleasi kolesterol)lamanya cairan empedu tertampung dalam VFmusin smakin
kentalviskositas tinggigangguan pengosongan VF
Sumber : ILMU PENYAKIT HATI

6. DD ?

KOLELITIASIS
Definisi:
Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu
di dalam kandung empedu (vesika felea) yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi.
Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita
dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu : obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.

Patologi:

Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu, yang terdiri dari : kolesterol,
bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak, fosfolipid (lesitin) dan elektrolit.
Batu empedu memiliki komposisi yang terutama terbagi atas 3 jenis :
1. batu pigmen
2. batu kolesterol
3. batu campuran (kolesterol dan pigmen)

KOLELITIASIS, KOLESISTITIS, DAN KOLESTASIS Oleh dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.
B MHKes FinaCS

Etiologi:

Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti,adapun faktor predisposisi terpenting, yaitu :
gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu,
dan infeksi kandung empedu.
 Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan batu
empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol mengekresi empedu yang sangat jenuh
dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu (dengan
cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk membentuk batu empedu.
 Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan
komposisi kimia, dan pengendapan unsur-insur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu
atau spasme spingter oddi, atau keduanya dapat menyebabkan statis. Faktor hormonal (hormon
kolesistokinin dan sekretin) dapat dikaitkan dengan keterlambatan pengosongan kandung empedu.
 Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu. Mukus
meningkatakn viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat
presipitasi/pengendapan.Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya batu ,dibanding panyebab
terbentuknya batu.

Patofisiologi:

 Batu pigmen
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini : bilirubinat, karbonat,
fosfat dan asam lemak
Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karna
adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak
adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari
bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam
lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan
batu empedu tapi ini jarang terjadi.

Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empedu



Akibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase

Presipitasi / pengendapan

Berbentuk batu empedu

Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi
 Batu kolesterol
Kolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu dan berpengaruh dalam pembentukan
empedu. Kolesterol bersifat tidak larut dalam air, kelarutan kolesterol sangat tergantung dari asam
empedu dan lesitin (fosfolipid).

Proses degenerasi dan adanya penyakit hati



Penurunan fungsi hati

Penyakit gastrointestinal Gangguan metabolisme
↓↓
Mal absorpsi garam empedu ¬ Penurunan sintesis (pembentukan) asam empedu

Peningkatan sintesis kolesterol

Berperan sebagai penunjang
iritan pada kandung empedu ¬ Supersaturasi (kejenuhan) getah empedu oleh kolesterol
↓↓
Peradangan dalam Peningkatan sekresi kolesterol
kandung empedu
↓↓
Kemudian kolesterol keluar dari getah empedu
Penyakit kandung ↓
empedu (kolesistitis)
Pengendapan kolesterol

Batu empedu

BATU KOLESTEROL
Ada 3 kondisi pembentukan batu kolesterol:
Kondisi 1: kenaikan HMG COA reduktase berfungsi untuk retlimeting enzim/menstok enzim.

Kondisi 2: penurunan 7 alfa hidroksinase fungsi untuk sintesis asam empedu

Kondisi 3: penuruan MDR 3 fungsi untuk sekresi lesitin.


BATU PIGMEN
Infeksi bakteri gram (-) di saluran empedu ngeluarin beta glukoronildase di tubuh manusia ada
menghambat glukoronalakton menghidrolisis bilirubin terbentuk B1 banyak endapan kalsium
bilirubinate endapan kayak lumpur batu pigmen.

Pemeriksaan Lab:

1.Uji eksresi empedu


Fungsinya mengukur kemampuan hati untuk mengonjugasi dan mengekresikan pigmen.
 Bilirubin direk (terkonjugasi) merupakan bilirubin yang telah diambil oleh sel-sel hati dan larut
dalam air.Makna klinisnya mengukur kemampuan hati untuk mengonjugasi dan mengekresi
pigmen empedu. Bilirubin ini akan meningkat bila terjadi gangguan eksresi bilirubin terkonjugasi.
Nilai normal :
0,1-0,3 mg/dl

 Bilirubin indirek (tidak terkonjugasi) merupakan bilirubin yang larut dalam lemak dan akan
meningkat pada keadaan hemolitik (lisis darah).
Nilai normal :
0,2-0,7 mg/dl

 Bilirubin serum total merupakan bilirubin serum direk dan total meningkat pada penyakit
hepatoselular
Nilai normal :
0,3-1,0 mg/dl

 Bilirubin urin / bilirubinia merupakan bilirubin terkonjugasi dieksresi dalam urin bila kadarnya
meningkat dalam serum, mengesankan adanya obstruksi pada sel hatiatau saluran empedu. Urin
berwarna coklat bila dikocok timbul busa berwarna kuning.
Nilai normal :
0 (nol)

2.Uji enzim serum

Asparte aminotransferase (AST / SGOT ) dan alanin aminotransferase (ALT / SGPT) merupakan
enzim intrasel yang terutama berada di jantung, hati, dan jaringan skelet yang dilepaskan dari jaringan
yang rusak (seperti nekrosis atau terjadi perubahan permeabilitas sel dan akan meningkat pada
kerusakan hati. Nilai normal AST / SGOT dan ALT / SGPT : 5-35 unit/ml.
Alkaline posfatase dibentuk dalam hati dan dieksresikan ke dalam empedu, kadarnya akan meningkat
jika terjadi obstuksi biliaris. Nilai normalnya : 30-120 IU/L atau 2-4 unit/dl.

Pemeriksaan diagnostic:

1. Ronsen abdomen / pemeriksaan sinar X / Foto polos abdomen


Dapat dilakukan pada klien yang dicurigai akan penyakit kandung empedu. Akurasi pemeriksaannya
hanya 15-20 %. Tetapi bukan merupakan pemeriksaan pilihan.

2. Kolangiogram / kolangiografi transhepatik perkutan


Yaitu melalui penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam cabang bilier. Karena konsentrasi bahan
kontras yang disuntikan relatif besar maka semua komponen sistem bilier (duktus hepatikus, D.
koledukus, D. sistikus dan kandung empedu) dapat terlihat. Meskipun angka komplikasi dari
kolangiogram rendah namun bisa beresiko peritonitis bilier, resiko sepsis dan syok septik.

3. ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatographi)


Yaitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus pancreatikus, kemudian
bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut. Fungsi ERCP ini memudahkan visualisasi
langsung stuktur bilier dan memudahkan akses ke dalam duktus koledukus bagian distal untuk
mengambil batu empedu, selain itu ERCP berfungsi untuk membedakan ikterus yang disebabkan oleh
penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan ikterus yang disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat
digunakan untuk menyelidiki gejala gastrointestinal pada pasien-pasien yang kandung empedunya
sudah diangkat.ERCP ini berisiko terjadinya tanda-tanda perforasi/ infeksi
Penatalaksanaan:

 Non Bedah, yaitu :


Therapi Konservatif
 Pendukung diit : Cairan rendah lemak
 Cairan Infus
 Pengisapan Nasogastrik
 Analgetik
 Antibiotik
 Istirahat

 Farmako Therapi
Pemberian asam ursodeoksikolat dan kenodioksikolat digunakan untuk melarutkan batu empedu
terutama berukuran kecil dan tersusun dari kolesterol.
Zat pelarut batu empedu hanya digunakan untuk batu kolesterol pada pasien yang karena sesuatu hal
sebab tak bisa dibedah. Batu-batu ini terbentuk karena terdapat kelebihan kolesterol yang tak dapat
dilarutkan lagi oleh garam-garam empedu dan lesitin. Untuk melarutkan batu empedu tersedia
Kenodeoksikolat dan ursodeoksikolat. Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan sekresi
kolesterol, sehigga kejenuhannya dalam empedu berkurang dan batu dapat melarut lagi. Therapi perlu
dijalankan lama, yaitu : 3 bulan sampai 2 tahun dan baru dihentikan minimal 3 bulan setelah batu-batu
larut. Recidif dapat terjadi pada 30% dari pasien dalam waktu 1 tahun , dalam hal ini pengobatan perlu
dilanjutkan.

1.Ranitidin
Komposisi : Ranitidina HCl setara ranitidina 150 mg, 300 mg/tablet, 50 mg/ml injeksi.
Indikasi : ulkus lambung termasuk yang sudah resisten terhadap simetidina, ulkus duodenum,
hiperekresi asam lambung ( Dalam kasus kolelitiasis ranitidin dapat mengatasi rasa mual dan muntah /
anti emetik).
Perhatian : pengobatan dengan ranitidina dapat menutupi gejala karsinoma lambung, dan tidak
dianjurkan untuk wanita hamil.

2.Buscopan (analgetik /anti nyeri)


Komposisi : Hiosina N-bultilbromida 10 mg/tablet, 20 mg/ml injeksi
Indikasi : Gangguan kejang gastrointestinum, empedu, saluran kemih wanita.
Kontraindikasi : Glaukoma hipertrofiprostat.

3. Buscopan Plus
Komposisi : Hiosina N-butilbromida 10 mg, parasetamol 500 mg,.
Indikasi : Nyeri paroksimal pada penyakit usus dan lambung, nyeri spastik pada saluran uriner, bilier,
dan organ genital wanita.

4. NaCl
i. NaCl 0,9 % berisi Sodium Clorida / Natrium Clorida yang dimana kandungan osmolalitasnya sama
dengan osmolalitas yang ada di dalam plasma tubuh.
ii. NaCl 3 % berisi Sodium Clorida / Natrium Clorida tetapi kandungan osmolalitasnya lebih tinggi
dibanding osmolalitas yang ada dalam plasma tubuh.

 Pembedahan Cholesistektomy
Merupakan tindakan pembedahan yang dilakukan atas indikasi cholesistitis atau pada cholelitisis, baik
akut /kronis yang tidak sembuh dengan tindakan konservatif.

Sumber:
Brunner & Suddart.2001.Keperawatan Medikal Bedah Vol 2.Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta.EGC
Hall,J.Emungkinand A.C.Guyton.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,Jakarta : EGC
Ikataan sarjana Farmasi Indonesia.2004.ISO.Jakarta
Joanne MD & Gloria MB. 2004. Nursing Intervention Clasification Jhonson, Marion 2000.
Nursing Outcome Clasification. Philadelpia : Mosby (NIC)
Fourth Edition. Philadelpia : Mosby
Kee,L.J.Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik.Jakarta : EGC
Mansjoer,Arif M.2001.Kapita Selekta Kedokteran .Jakarta :Media Aesculapius
Moory,Mary Courney.1997.Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi.Jakarta : EGC
Sherwood,L.2001.Fisiologi Manusia.Jakarta :EGC
Wilkison, Judit M. 2006. Buku Saku Diagnisis Keperawatan. Jakarta : EGC

KOLESISTITIS
Etiologi:
 95% penderita kolesistitis memiliki batu empedu.
 Infeksi bakteri menyebabkan terjadinya peradangan.
 Kolesistitis akut tanpa batu merupakan penyakit yang serius dan cenderung timbul setelah
terjadinya:
 Luka bakar yang serius
 Pembedahan
 Sepsis / infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh
 Adenokarsinoma kandung empedu
 Diabetes mellitus
 Torsi kandung empedu

Klasifikasi:
 Kolesistitis akut:
 Perikolesistitis
 Peradangan pankreas (pankreatitis)
 Perforasi
 Kolesistitis kronis:
 Hidrop kandung empedu
 Empiema kandung empedu
 Fistel kolesistoenterik
 Ileus batu empedu (gallstone ileus)

Patofisiologi:
 Peradangan mekanis akibat tekanan intralumen dan regangan yang menimbulkan iskemia
mukosa dan dinding kandung empedu.
 Peradangan kimiawi akibat pelepasan lisolesitin (akibat kerja fosfolipase pada lesitin dalam
empedu) dan faktor jaringan local lainnya.
 Peradangan bakteri yang mungkin berperan pada 50-85% pasien kolesistitis akut.

Pemeriksaan:
 Pemeriksaan fisik (Triad: nyeri akut kuadran kanan atas abdomen, demam, leukositosis
berkisar anatara 10.000-15.000 shift to the left pada hitung jenis: bilirubin serum sedikit
meningkat (< 85,5 µ mol/L); peningkatan sedang aminotransferase serum (> dari 5 kali lipat)
 USG menunjukkan batu (90-95% kasus) dan penebalan pada dinding kandung empedu
Penatalaksanaan:
 Konservatif
 Lisis batu dengan obat-obatandisolusi
 Litotripsi (ESWL)
 Terapi Diet
 makanan cair rendah lemak. hindari kolesterol yang tinggi terutama lemak hewani.
Suplemen bubuk tinggi protein dan karbohidrat dapat diaduk ke dalam susu skim dan
adapun makanan tambahan seperti: buah yang dimasak, nasi ketela, daging tanpa
lemak, sayuran yang tidak membentuk gas, roti, kopi / teh.
 Operatif
 Open kolesistektomi
 Kolesistektomi laparoskopik
 Kolesistektomi mini laparotomi
 Kolesistotomi
 ERCP

KOLELITIASIS, KOLESISTITIS, DAN KOLESTASIS Oleh dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.
B MHKes FinaCS

Komplikasi
KOLELITIASIS, KOLESISTITIS, DAN KOLESTASIS Oleh dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.
B MHKes FinaCS

Kolesistitis akut:
 Jika terdapat komplikasi (misalnya abses, gangren atau perforasi kandung empedu),
diperlukan pembedahan segera.
Kolesistitis kronis:
 Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya gerakan usus (ileus)
dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau perforasi kandung empedu.
 Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari empedu ke dalam hati
menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat sebagian oleh batu empedu atau oleh
peradangan.
 Jika pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan kadar enzim amilase, mungkin telah terjadi
peradangan pankreas (pankreatitis) yang disebabkan oleh penyumbatan batu empedu pada
saluran pankreas (duktus pankreatikus).

7. Patofisiologi dari keluhan ?


8. Faktor resiko dari diagnosis ?
9. Etiologi dari Diagnosis ?
10. Pemeriksaan penunjang ?
11. Penatalaksanaan dari diagnosis ?
12. Komplikasi dari diagnosis ?
13. Prognosis ?

Penyembuhan spontan didapatkan pada 85% kasus, sekalipun kandung empedu menjadi tebal,
fibrotik, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi. Tidak jarang menjadi kolesistitis rekuren.
Kadang-kadang kolesistitis akut berkembang secara cepat menjadi gangren, empiema, dan perforasi
kandung empedu, fistel, abses hati atau peritonitis umum. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian
antibiotik diawal.
Tindakan bedah akut pada pasien tua >75 th mempunyai prognosis jelek,disamping kemungkinan
banyak timbul komplikasi pasca bedah.

Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi V

Anda mungkin juga menyukai