• Ajak masyarakat termasuk kader untuk melacak balita gizi buruk dan
merujuk ke pusat kesehatan sebelum mereka mengalami komplikasi
medis
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 12
Landasan 3: Tatalaksana yang tepat
pada balita gizi buruk
Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana
Gizi Buruk pada Balita (2019) merujuk
protokol WHO yang direkomendasikan
secara internasional.
• Pendekatan terintegrasi dapat
memberikan cakupan hasil dan tingkat
kesembuhan yang tinggi.
• Rekomendasi pemberian standar
Pangan untuk Keperluan Medis
Khusus (PKMK).
• Rekomendasi pemberian obat-obat
rutin, termasuk antimikrobial.
Selain itu, memperkuat fasilitas layanan rawat jalan balita gizi buruk
sehingga dapat memberikan pelayanan yang berkelanjutan, termasuk:
• Memperkuat mobilisasi masyarakat
• Memastikan ketersediaan terapi diet dan obat rutin
Tahap Perencanaan:
• Kajian masyarakat
• Konsultasi dengan masyarakat dan penyusunan
strategi
• Pengembangan dan diseminasi pesan dan media
• Pelatihan mobilisasi masyarakat
Tahap Pelaksanaan:
• Kegiatan peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
(diseminasi informasi dan media KIE)
• Penemuan dini kasus secara aktif
• Tindak lanjut dan kunjungan rumah
• Pemantauan dan evaluasi
Kajian masyarakat dapat melibatkan tokoh masyarakat, tetua, ibu, ayah, pengasuh,
tenaga kesehatan dan pemangku kepentingan lain yang berpengaruh.
23
Langkah Mobilisasi Masyarakat
Target: semua anggota masyarakat yang akan terlibat aktif dalam kegiatan
tersebut, seperti kader, ibu dasawisma, atau guru PAUD.
D
a INFORMED POLICY
t FOR NUTRITION
INTERVENTION
a
Spesific Sensitive
Intervention Intervention
5
29
FORMULIR PELAPORAN KASUS BALITA
GIZI BURUK DI PUSKESMAS (PELITA KESMAS)
Modul hal 110 dan 116: lampiran 1.2 dan 1.3 Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 30
FORMULIR PELAPORAN KASUS BALITA
GIZI BURUK DI PUSKESMAS (PELITA KESMAS)
Pelaporan Kasus Balita Gizi Buruk di Layanan Rawat Jalan dan Rawat Inap
I. Identitas Balita
II. Penapisan Gizi
III. Riwayat Gizi
IV. Penyakit Penyerta/Penyulit
V. Penanganan yang Diberikan (0 – < 6 bulan dan 6 – 59 bulan)
VI. Hasil Pengobatan dan Rujukan Kasus (0 – < 6 bulan dan 6 – 59 bulan)
sembuh, meninggal, drop-out, dirujuk ke RS, rawat inap pindah ke rawat jalan
VII. Pembiayaan (JKN, pembiayaan khusus untuk gizi buruk, mandiri)
1. Kasus Baru, yaitu kasus gizi buruk yang pertama kali ditemukan
dan belum pernah tercatat di pelayanan kesehatan
2. Kasus Relaps, yaitu kasus gizi buruk yang terjadi kembali setelah
sembuh dalam periode waktu 3 bulan sejak selesai tata laksana
gizi buruk
Jumlah kasus balita gizi buruk yang Balita usia 6 – 59 bulan dengan tanda klinis gizi buruk (pitting
mendapat layanan rawat inap yang edema bilateral) dan atau indeks BB/TB dengan zscore <-3SD atau
meninggal LiLA <11,5cm atau BB < 4 kg mendapat layanan rawat inap dan
meninggal
Persentase kasus balita gizi buruk Balita gizi buruk yang mendapat Jumlah kasus balita gizi buruk yang
yang meninggal layanan rawat jalan maupun rawat mendapat perawatan dan
inap dengan standar tata laksana meninggal dibagi jumlah seluruh
gizi buruk di puskesmas dan kasus balita gizi buruk dikali 100%
meninggal