Anda di halaman 1dari 7

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

Program Prioritas Nasional – Percepatan Penurunan Stunting


TAHUN 2023

A. PENDAHULUAN
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima
tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan panjang atau
tinggi badannya berada di bawah standar. Anak tergolong stunting apabila
panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua dari standar deviasi
(-2SD) panjang atau tinggi anak seumurnya. Stunting merupakan salah satu
masalah gizi terbesar pada balita di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2018 menunjukkan penurunan prevalensi stunting balita di tingkat
nasional sebesar 6,4% selama 5 tahun, yaitu dari 37,2% (2013) menjadi
30,8% (2018). Proporsi status gizi; pendek dan sangat pendek pada baduta,
mencapai 29,9% atau lebih tinggi dibandingkan target RPJMN 2019 sebesar
28%. Stunting dapat menghambat pertumbuhan fisik, meningkatkan
kerentanan anak terhadap penyakit, menimbulkan hambatan perkembangan
kognitif yang menurunkan kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan.
Stunting juga akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit degeneratif di usia
dewasa. Kerugian ekonomi akibat stunting pada angkatan kerja di Indonesia
saat ini diperkirakan mencapai 10.5% dari produk domestik bruto (PDB), atau
setara dengan 286 triliun rupiah

B. LATAR BELAKANG
Permasalahan utama yang menyebabkan masih tingginya angka
stunting di Indonesia adalah kombinasi antara rendahnya kesadaran mengenai
stunting, kebijakan yang belum konvergen dalam memberikan dukungan
terhadap pencegahan stunting, dan permasalahan komunikasi dalam
perubahan perilaku baik di tingkat individu, tingkat masyarakat, dan tingkat
layanan kesehatan. Pencegahan stunting memerlukan upaya penanganan
secara terpadu, mencakup intervensi gizi spesifik dan sensitif. Pengalaman
global menunjukkan bahwa penyelenggaraan intervensi yang terpadu untuk
menyasar kelompok prioritas merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi,
tumbuh kembang anak, dan pencegahan stunting.
Angka stunting di UPT Puskesmas Gondanglegi, sesuai dengan hasil
bulan timbang bulan Agustus 2022, sebesar 7.89%. Persentase ini sudah
dibawah target Nasional sebesar 14%. Beberapa factor non medis yang yang
berpengaruh dalam menentukan diagnosa stunting, masih banyak ditemukan,
antara lain adalah keterbatasan alat pengukuran, ketepatan petugas dalam
membaca hasil, kondisi anak, dan tingkat partisipasi masyarakat.
Beberapa upaya tindakan spesifik telah direncanakan dan
dilakukanoleh UPT Puskesmas Gondanglegi. Kerjasama dengan lintas sector
dalam penanggulangan stunting juga sudah dilakukan sengan sangat baik.
Salah satu metode baru yang akan diterapkan dalam menunjang keberhasilan
percepatan penurunan stunting di wilayah kerja UPT Puskemsas Gondanglegi
adalah dengan menerapkan Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP). KPP
dilakukan dengan menggunakan beragam pendekatan komunikasi: 1.
Advokasi Merupakan serangkaian pendekatan individual atau kelompok yang
terencana dan terarah untuk mempengaruhi keputusan para pemangku
kepentingan dalam pengambilan kebijakan, pengalokasian sumber daya
(termasuk anggaran), dan penentuan strategi perubahan perilaku 2.
Kampanye Publik Merupakan pendekatan yang menggunakan media massa
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap suatu hal secara
umum. Dalam mobilisasi sosial diperlukan berbagai pertemuan tatap muka
yang melibatkan para tokoh masyarakat/ komunitas dan umumnya bersifat
kegiatan publik seperti forum diskusi, seminar, lokakarya, festival, kontes, dan
sebagainya. Diharapkan dengan pelaksanaan beberapa intervensi yang akan
dilakukan sesuai dnegan perencanaan yang ada dan dengan menerapkan
strategi komunikasi dengan perubahan perilaku akan memberikan dampak
perbaikan yang signifikan terhadap penurunan penemuan kasus stunting di
wilayah kerja Puskesmas Gondanglegi

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menurunkan prevalensi stunting, meningkatkan kualitas penyiapan
kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi, memperbaiki
pola asuh, meningkatkan akses dan mutu pelayanan Kesehatan terutama
pada 1000 hari pertama kehidupan
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya derajat kesehatan remaja dengan pemberian obat gizi
b. Calon pasangan usia subur mendapat skrining kesehatan 3 bulan
sebelum menikah dan mendapat Pendidikan Kesehatan reproduksi
c. Semua ibu hamil, bersalin dan nifas mendapat pelayanan sesuai
standart
d. Ibu nifas atau PUS resiko tinggi mendapat konseling dan pelayanan
keluarga berencana
e. Bayi dan anak balita mendapat pelayanan Kesehatan sesuai standart
f. Terlaksanakannya koordinasi dan komunikasi Tim Percepatan
Penurunan Stunting tingkat kecamatan dan desa secara maksimal.

D. TATA NILAI
Pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan kelas ibu hamil tetap
berorientasi kepada tata nilai yang ada di Puskesmas Gondanglegi, yaitu :
 Profesional : pelaksanaan kegiatan dan pemberian layanan harus sesuai
dengan standart kompetensi dan prosedur yang ditetapkan
 Amanah : uraian tugas dilakukan sesuai dengan tugas yang dibebankan
guna mendukung capaian kinerja dengan target yang ditetapkan
 Harmonis : peran lintas program yang sudah disepakati terlaksana, 95%
karyawan hadir disetiap acara pertemuan untuk pembinaan dan evalausi
 Inovatif : hasil analisa kinerja dilakukan perbaikan dengan memanfaatkan
sumber daya dan peluang perbaikan yang disepakati.

E. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Kegiatan pokok
a. Intervensi spesifik
adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab
langsung terjadinya stunting, meliputi: 1) kecukupan asupan
makanan dan gizi; 2) pemberian makan, perawatan dan pola asuh;
dan 3) pengobatan infeksi/penyakit
b. Intervensi sensitive
adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab tidak
langsung terjadinya stunting, meliputi : kemiskinan, pendidikan,
sanitasi, dan air bersih
2. Rincian kegiatan
a. Intervensi spesifik, terdiri dari kegiatan :
1) Pemberian asupan tambahan gizi kepada ibu hamil kurang energi
kronik (KEK)
2) Pemantauan ibu hamil mengonsumsi tablet tambah darah (TTD)
minimal 90 tablet selama kehamilan
3) Pemantauan ramaja putri mengonsumsi Tablet Tambah Darah
(TTD)
4) Kampanya pemberian asi eksklusif untuk bayi usia kurang dari 6
bulan
5) Memastikan anak usia di bawah 5 tahun (balita) mengalami gizi
buruk mendapatkan tata laksana gizi buruk dari penyelenggara
layanan kesehatan.
6) Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia
dibawah lima tahun (balita) melalui layanan posyandu atau
layanan kesehatan lainnya.
7) Pemberian tambahan asupan gizi kepada anak berusia dibawah 5
tahun (balita) yang mengalami gizi kurang.
8) Pemantauan bagi anak berusia dibawah lima tahun (balita)
memperoleh imunisasi dasar lengkap.
b. Intervensi sensitive, meliputi :
1) Pemantauan keluarga berencana pasca persalinan
2) Kampanye layanan dan pemeriksaan kesehatan pra nikah
3) Kampanye stop buang air besar sembarangan (BABS) atau open
defecation free (ODF)
F. SASARAN dan TARGET
1. Sasaran
a. Calon pengantin
b. Remaja putri usia sekolah SMP sederajat
c. Ibu hamil
d. Ibu menyusui
e. Bayi dan anak balita
f. Masyarakat
g. Lintas sektor
2. Target
No Kegiatan Sasaran Target

A. Intervensi Spesifik

1 Pemberian asupan tambahan gizi kepada Ibu hamil dengan 90%


ibu hamil kurang energi kronik (KEK) KEK
2 Ibu hamil mengonsumsi tablet tambah darah Ibu Hamil 80%
(TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan
3 Remaja putri mengonsumsi Tablet Tambah Siswa putri pada 58%
Darah (TTD) SMP sederajat
4 ASI eksklusif untuk bayi usia kurang dari 6 Bayi usia 0 - 6 80%
bulan bulan
5 Balita dengan gizi buruk mendapatkan tata Balita dengan 90%
laksana gizi buruk Gizi buruk
6 Balita mendapat Pemantauan pertumbuhan Usia 0 bulan – 60 90%
dan perkembangan ( SDIDTK ) bulan
7 Pemberian tambahan asupan gizi kepada Balita dengan 90%
anak berusia dibawah 5 tahun (balita) yang Gizi buruk
mengalami gizi kurang.
8 Balita memperoleh imunisasi dasar lengkap Bayi, anak balita 90%
9 Vitamin A pada usia bayi dan anak balita Bayi, anak balita 80%

B. Intervensi Sensitive

1 Pemantauan keluarga berencana pasca Ibu Nifas, PUS 70%


persalinan
2 Kampanye layanan dan pemeriksaan Calon pengantin 90%
kesehatan pra nikah
3 Kampanye stop buang air besar Desa 90%
sembarangan (BABS) atau open defecation
free (ODF)
C. Terlaksananya pertemuan rembuk stunting Tim TPPS 2 kali /
tingkat kecamatan / desa kecamatan / desa tahun

G. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1. Penyuluhan
2. Pemeriksaan
3. Konseling dan edukasi
4. Kunjungan rumah
5. Kampanye
6. Diskusi
7. Tanya jawab
8. Rujukan

H. OBAT DAN BAHAN HABIS PAKAI ( LOGISTIK )


( Di isikan jenis bahan utk pemeriksaan laborat, jenis obat Gizi dan
efeksampingnya ) --- bisa melihat di pedoman Gizi
I. PERAN LINTAS SEKTOR
No Lintas Sektor Peran
1 Pemerintah Desa 1) Melakukan pendataan terhadap kelompok
sasaran, permasalahan terkait stunting, serta
pendampingan melalui Tim Pendamping
Keluarga ( TPK )
2) Menyiapkan Kader Pembangunan Manusia
(KPM) dan pelaku desa lainnya yang terkait
dengan pencegahan stunting.
3) Menyelenggarakan rembuk stunting desa.
4) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
pencegahan stunting, mengukur capaian kinerja
desa, dan melaporkan kepada bupati/walikota
melalui camat.
2 Dinas Pekerjaan Mendorong partisipasi masyarakat dalam :
Umum ( PU ) 1) Pembangunan sarpras air bersih
(PAMSIMAS/SPAM Perdesaan)
2) Sanitasi perdesaan (Sanitasi Perdesaan Padat
Karya)
3 Dinas Pendidikan 1) Berkoordinasi dengan PMD dalam pelatihan
peningkatan kompetensi pendidik PAUD
berorientasi gizi
2) Bekerjasama dengan Dinkes dalam
penyelenggaraan konseling kesehatan dan
reproduksi kepada remaja di tingkat pendidikan
menengah pertama dan sederajat

3) Bekerjasama dengan Dinkes melakukan


penguatan peran UKS di setiap tingkatan
pendidikan agar optimal
4 Dinas Ketahanan 1) Melakukan pembinaan, peningkatan kapasitas
Pangan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
program Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL) yang berkelanjutan.
2) Mendorong partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan program Kawasan Mandiri Pangan
yang berkelanjutan.
3) Bekerjasama dengan Dinkes dalam kegiatan
penyuluhan PMT berbasis pangan local
5 Departemen 1) Bekerjasama dengan Dinkes tentang Pendidikan
Kesehatan reproduksi dalam pembekalan calaon
Agama
pengantin
2) Bekerjasama dengan Dinkes untuk pelayanan
Kesehatan calon pengantin

J. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Bulan
No Kegiatan Tempat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1
2
Giat yang ada di sasaran tolong dipindahkan kesini dan
1
2
dilengakapi sesuai dengan format yang ada
3
4
5
6
7
8
9
10

K. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


1. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan cara :
Dilakukan setiap kali dilaksanakan kegiatan dengan menggunakan
tehnik observasi / pengamatan, dan dilakukan pembahasan pada akhir
kegiatan, untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan berikutnya
2. Pelaporan dilakukan setiap bulan dengan menggunakan format laporan
yang ada

L. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


1. Pencatatan
Pencatatan dilakukan pada setiap pelaksanaan kegiatan/pelayanan oleh
pelaksana kegiatan dan penanggungjawab program dengan
menggunakan regester dan format yang ada : tuliskan macam format
yang dipakai untuk pencatatana baik manual maupun elektronik
2. Pelaporan
 Dilakukan dengan menggunakan format laporan yang ada ( tuliskan
macam laporan yang ada baik yg manual maupun elektronik )
 Dari pelaksana kegiatan kepada penanggungjawab program paling
akhir tanggal 28 setiap bulannya
 Dari penanggungjawabjawab program kepada petugas SIP maksimal
tanggal 5 setiap bulannya
 Laporan program dilaporkan ke dinas kesehatan baik secara online
maupun secara manual maksimal tanggal 5 setiap bulannya
3. Evaluasi
Evaluasi rutin setiap bulan melalui kegiatan lokakaryamini bulanan dan
tribulan terhadap proses pelaksanaan kegiatan dan capaian kinerja

Gondanglegi, Januari 2022


Kepala UPT Puskesmas Gondanglegi Koordinator Gizi

drg. Imam Mashuda Ariek Kristiyanti, S.Tr.Keb


NIP. 19790916 201001 1009 NIP. 19740420199301 2 001

Anda mungkin juga menyukai