Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Lukman Nulhakim, M.Kep

Disusun Kelompok 2:

Clarita Emelia Febiana P07224219006

Devi Nurwahidah Putri P07224219007

Dian Dwi Lestari P07224219008

Dian Sasmitha P07224219009

Dini Indrawati P07224219010

PRODI DIII KEBIDANAN SAMARINDA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

KALIMANTAN TIMUR

2021/2022
1. Paparan kasus

Disuatu RW wilayah binaan ditemuan kasus Diare pada balita dalam 3 bulan terakhir cu
kup tinggi. Dari 150 balita di RW, 65% dari balita tersebut pernah menderita diare dala
m waktu 3 bulan terakhir. Secara geografis,RW tersebut sangat jauh dari puskesmas ata
u pelayanan kesehatan.

Buatlah starategi dan program kegiatan dalam mengatasi masalah tersebut dengan meng
gunakan metode strategi pelayanan kebidanan di komunitas!

2. Pembahasan dan identifikasi kasus

Pada wilayah binaan di temukan kasus diare pada balita yang meningkat yang du
sebabkan oleh berbagai macam faktor salah satunya ada lah faktor lingkungan.
Lingkungan di bagi menjadi lingkungan fisik dan nonfisik. Lingkungan fisik meliputi
keadaan geografis, kelembaban udara, temperatur, dan lingkungan tempat tinggal. Hal
ini yang menjadi perhatian pada lingkungan tempat tinggal adalah sanitasinya. Sanitasi
Lingkungan perumahan beraitan dengan penularan penyakit, khususnya diare.
Sementara itu, lingkungan non fisik meliputi sosial, budaya, kebiasaan ekonomi dan
politik. Sosial masyarakat nantinya akan mempengaruhi tingkat pengetahuan, sikap, dan
praktek masyarakat dalam bidang kesehatan. Secara umum, ada empat aspek sanitasi
perumahan yang berisiko dalam penularan diare, yaitu sarana air bersih, jamban, sarana
pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah. Selain itu kondisi fisik dan
sistem kekebalan pada balita yang masih rentan terhadap berbagai macam penyakit
menjadi salah satu faktor kuat penyebab penularan diare.
3. Program kegiatan dan startegi

1. Pendekatan Edukatif dan Peran Serta masyarakat

Seperti kita ketahui salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan kasus
diare adalah lingkungan nonfisik yang mencakup pengetahuan, sikap dan praktek
masyarakat. Salah satu tugas kita sebagai tenaga kesehatan adalah memberikan
pendidikan kesehatan mengenai bagaimana cara penanganan diare, pencegahan diare
dan membentuk lingkungan yang sehat yang merupakan salah satu faktor penyebab
diare mencakup lingkungan fisik.

Pemberian pendidikan kesehatan pada masyarakat bertujuan untuk mengubah


pengetahuan dan kebiasaan masyarakat serta untuk meningkatakan kesehatan yang
optimal. Untuk mengetahui seberapa paham nya masyarakat mengenai kesehatan
sebelum penkes biasanya akan di adakan pre test. Lalu di lanjutkan dengan pemaparan
materi mengenai bagaimana cara penecegahan penyebaran diare :

1. Mencuci tangan sebelum makan, sesudah makan , sesudah BAK dan BAB, sebelum
menyentuh balita, sesudah membersihkan balita yang BAB maupun BAK, sebelum
menyediakan makanan untuk siapa pun terutama pada balita.

2. Mengkonsumsi air yang bersih dan matang atau yang sudah melewati proses
pengolahan,seperti air klorinasi.

3. Pengelolahan sampah yang baik dengan cara pengalokasiannya di tempatkan di


temoat yang sudah sesuai, supaya makanan tidak di cemari oleh hewan hewan seperti
lalat, kecoa, tikus dll.

4. Membuang proses MCK (mandi cuci kakus) pada tempatnta, sebaiknya masyarakat
sudah seharusnya menggunakan jamban yang bertangki septik atau memiliki sepiteng.

Selain di berikan materi mengenai pencegahan diare tenaga kesehatan juga


biasanya melakukan skrining pada bayi balita yang terkena diare dengan menggunakan
metode Manajemen Balita Sakit (MTBS) . sebagai lankah awal penatalaksanaan diare ,
yang meliputi pemberian segera cairan elektrolit, tablet zinc, dan makanan serta ASI
harus selalu di berikan kepada bayi balita. Penanganan awal tersebut di lakukan guna
mencegah dehidrasi dan malnutrisi akibat diare.

Cara pembembuatan larutan elektrolit bagi balita yang terkena diare harus di
beritahukan kepada orang tuanya , meliputi :

Bahan :

1 sendok teh gula pasir

1/4 sendok teh garam dapur

1 gelas (200 cc) air matang

Cara pembuatan :

Campurkan semua bahan dan aduk merata. Larutan elektrolit siap di gunakan.

Selain itu anjurkan orang tua untuk memberikan suplemen zink , untuk anak usia
di bawah 6 bulan di berikan 20 mg, di berikan selama 10-14 hari. Jika penangan awal
yang sudah di lakukan tetapi anak tidak kunjung mebaik. Anjurkan orang tua untuk
membawa anak ke pelayanan kesehatan terdekat seperti ke puskesmas dan ke rumah
sakit.

2. Pelayanan yang berioritas pada kebutuhan masyarakat

Agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat,


bidan harus dapat melakukan komunikasi yang baik dengan masyarakat. Komunikasi
yang nyata adalah sikap. Komunikasi tersebut melibatkan lebih banyak proses
mendengarkan dan pada proses berbicara, merupakan suatu proses interaksi yang tetap
ditujukan untuk suatu kesepakatan.

Promosi kesehatan untuk mengendalikan kejadian diare perlu dilakukan karena


terdapat berbagai macam tanggapan dan penerimaan yang berbeda di masyarakat.
Beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang pendidikan, sosial budaya, dan
ekonomi menyebabkan terjadinya bermacam pengertian, sikap dan tanggapan dan
penerimaan masyarakat terhadap diare, kepadatan penduduk yang tinggi, higiene dan
sanitasi yang buruk mempertinggi kejadian diare. Faktor-faktor tersebut mempermudah
penyebaran atau penularan infeksi.

Masyarakat belum memahami bahwa faktor lingkungan dan sumber air minum
berhubungan dengan terjadinya diare sehingga tidak ada usaha untuk lebih
memperhatikan faktor tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa perilaku
manusia merupakan hasil dari pengalaman dan interaksi manusia yang terwujud dalam
bentuk sikap, pengetahuan dan tindakan. 18 Pemahaman masyarakat tentang penyakit
diare sebagai hal biasa dan dapat ditangani sendiri mempengaruhi tindakan yang
diambil apabila terjadi diare. Masyarakat umumnya menunggu sampai 3 hari sebelum
membawa anak berobat. Penanganan sendiri yang dilakukan berupapemberiancairan
rehidrasi oral dan pemberian obat tradisional. Pengetahuan masyarakat mengenai
penanganan pertama diare sudah cukup baik dibandingkan dengan pengetahuan tentang
pencegahan diare. Namun masyarakat kurang dapat menghubungkan antara diare
dengan lingkungan sehingga masyarakat tidak melakukan tindakan pencegahan. Untuk
itu perlu dilakukan promosi kesehatan yang bertujuan untuk memberikan informasi
kepada masyarakat tentang pengaruh lingkungan terhadap pencegahan diare. Dengan
informasi yang diberikan diharapkan masyarakat mengetahui hubungan antaral
ingkungan dengan diare sehingga diharapkan akan melakukan tindakan pencegahan
yang diperlukan.Pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang untuk
melakukan tindakan.

Jika kemandirian masyarakat desa yang diharapkan, maka jelas yang diterapkan
haruslah berupa pendekatan edukatif.Pendekatan Pelayanan yang berorientasi pada
kebutuhan masyarakat terdiri dari 3 aspek penting meliputi proses, masyarakat dan
memfungsikan masyarakat.
1. Specifict Content Approach

Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah melalui

proposal program kepada instansi yang berwenang.

Contoh : pemberian informasi tentang diare dan cara penanganan terjadinya diare oleh
seksi-seksi Dinas Kesehatan dan Puskesmas setempat

2. General Content objektive approach

Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang

kesehatan dalam wadah tertentu.

Contoh : posyandu meliputi KIA, imunisasi, gizi, KIE dsb.

3. Proses Objective approach

Yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada proses yang dilaksanakan

masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan sendiri

sesuai kemampuan.

Contoh : kader dalam pencegahan diare

3. Menggunakan/Memafaatkan fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat

Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diare, pemerintah


dalam hal ini Departemen Kesehatan RI, melalui Dinas Kesehatan melakukan beberapa
upaya sebagai berikut yang bekerjasama langsung dengan masyarakat (Kemenkes RI,
2011):

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Tatalaksana Penderita diare melalui


pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan Pelembagaan Pojok
Oralit.
2. Mengupayakan tatalaksana penderita diare di rumah tangga secara
tepat dan benar.

3. Meningkatkan upaya pencegahan melalui kegiatan KIE, dan


meningkatkan upaya kesehatan bersumber masyarakat misalnya
memiliki tanaman obat keluarga dan mengelola sanitasi air dengan baik.

4. Meningkatkan sanitasi lingkungan.

5. Peningkatan Kewaspadaan Dini dan Penanggulangan Kejadian Luar


Biasa Diare.

Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan petugas kesehatan untuk

menyokong praktek pencegahan diare melalui kerjasamanya dengan


masyarakat(Kemenkes RI, 2011):

1. Menggunakan teknik pendidikan yang baik

Pesan harus singkat dan jelas serta relevan dengan orang atau kelompok

pendengar. Petugas kesehatan hanya boleh membahas beberapa pesan pada satu
pertemuan. Jika petugas kesehatan menggunakan teknik pendidikan yang baik,
maka ia akan lebih efektif membantu anggota masyarakat memahami manfaat
praktek pencegahan. Tahap untuk mengajar anggota keluarga tentang
pengobatan diare di rumah yang diberikan juga bermanfaat sewaktu
mengajarkan tentang pencegahan.

2. Memberikan contoh yang baik

Petugas kesehatan harus selalu melakukan apa yang diajarkannya tentang

pencegahan, sebab tindakan akan berpengaruh lebih kuat daripada sekedar kata-
kata saja.
3. Berperan serta dalam proyek masyarakat untuk mermperbaiki tindakan
pencegahan

Di dalam bekerja sama dengan kelompok masyarakat, petugas kesehatan dapat


menggunakan pengetahuannya tentang cara mencegah diare untuk membantu
merencanakan proyek yang bermanfaat. Beberapa contoh proyek yang dapat dilakukan
dengan peralatan yang terbatas dan yang akan bermanfaat bagi banyak anggota
masyarakat mencakup:

a. Membeli sabun dalam jumlah besar bagi masyarakat.

b. Memperbaiki sumber air.

c. Merancang dan menyokong pembangunan kakus keluarga.

d. Berkebun untuk menghasilkan bahan makanan yang lebih baik dan lebih

murah untuk makanan penyapih.

4. Mendukung pemberian ASI

Petugas kesehatan yang hadir pada waktu bayi lahir dapat membantu ibu
memulai pemberian air susu ibu dengan melakukan hal yang didaftar di bawah. Petugas
kesehatan dapat juga menganjurkan dukun bayi atau anggota keluarga yang hadir saat
kelahiran untuk melakukan hal-hal berikut :

a. Memberikan bayi ke ibu untuk mulai pemberian air susu ibu segera setelah
kelahiran.

b. Biarkan ibu dan bayi tinggal dalam kamar yang sama atau bawa bayi ke ruang
ibu untuk diberi ASI, bila lapar.

c. Jangan memberikan makanan selain ASI pada bayi baru lahir.

d. Perlihatkan ke ibu cara terbaik memberikan ASI dan cara menghindari

masalah sewaktu masa menyusui.


Petugas kesehatan dapat mendorong ibu yang memberi ASI untuk
bertemu dan membahas masalah yang ada. Ini adalah kelompok pendukung
pemberian air susu ibu.

5. Membangun dan memelihara kakus atau jamban pada fasilitas kesehatan

Kakus atau jamban yang bersih dan dapat berfungsi dengan baik pada fasilitas
kesehatan merupakan contoh bagi orang yang datang ke pelayanan kesehatan. Kakus
harus dirawat dengan baik, sehingga anggota keluarga melihat bagaimana

kakus yang baik bekerja.

6. Beritahu anggota masyarakat tempat sumber air bersih berada dan cara
mengembangkan sumber air Mungkin beberapa sumber air dalam masyarakat dapat
diperbaiki dengan melakukan tindakan sederhana seperti yang didaftar di bawah ini.
Anggota masyarakat dapat memiliki keinginan untuk memperbaiki sumber air, jika
petugas kesehatan dapat mengatakan apa yang harus dilakukan, sebagai contoh:

a. Membangun pagar atau dinding sekeliling sumber air untuk melindunginya


dari hewan.

b.Menggali parit di tempat yang lebih tinggi dari sumur terbuka untuk mencegah
masuknya air hujan ke dalam sumur tersebut.

C.Jangan mencuci di sumber air.

d.Jangan membiarkan anak bermain dalam atau sekitar sumber air.

e.Pasang alat katrol sederhana dan ember untuk mempermudah menimba air dari
sumur.

Anda mungkin juga menyukai