Anda di halaman 1dari 21

REVIEW JURNAL

NUTRISI PADA REMAJA

DISUSUN OLEH:

GALIH PUSPITA CITRA MAHARDHIKA 206070400111009


HOTMA ULINA SAGALA 206070400111010

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
MAKALAH
NUTRISI PADA REMAJA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Nutrisi pada Siklus Hidup Wanita

DOSEN PENGAMPU:
1. Dr. dr. ENDANG SRI WAHJUNI, MS
2. CLEONARA Y. DINI, S.Gz, M.sc, RD
3. LENY BUDHI HARTI, S.Gz, M.Si.Med

OLEH:

GALIH PUSPITA CITRA MAHARDHIKA 206070400111009


HOTMA ULINA SAGALA 206070400111010

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Globalisasi telah membawa perubahan pola makan remaja di seluruh

dunia. Makanan yang pernah dianggap asing dan tidak dapat diterima telah

menemukan cara untuk menjadi masakan lokal dan mendapatkan popularitas

dan penerimaan yang luar biasa. Hadirnya rantai makanan cepat saji

multinasional di negara berkembang juga mengakibatkan popularitas diet

gaya barat yang tinggi di kalangan anak muda. Seperti negara berkembang

lainnya, preferensi makanan dan pola makan remaja Pakistan juga telah

menyaksikan pergeseran besar menuju makanan siap saji siap saji. Alhasil,

remaja saat ini mengonsumsi beragam makanan yang merupakan perpaduan

antara masakan tradisional dan fast food. (Fatima Hassan, 2020)

Di Amerika Serikat (AS), satu dari setiap lima remaja mengalami

obesitas. Kurang dari 25% remaja AS terlibat dalam jumlah aktivitas fisik

yang direkomendasikan dan kualitas makanan remaja AS secara keseluruhan

kurang optimal. Remaja yang mengalami obesitas memiliki risiko lebih besar

untuk mengalami efek buruk kesehatan di masa dewasa seperti penyakit

kardiovaskular dan diabetes tipe 2. Pembentukan (atau ketiadaan) perilaku

sehat di masa remaja, termasuk aktivitas fisik, waktu santai, dan perilaku diet

dapat terbawa hingga dewasa. Oleh karena itu penyelidikan faktor-faktor

yang berhubungan dengan perilaku kesehatan ini selama masa remaja sangat

penting. (Adrian Ortega, 2020)


Keragaman dan globalisasi pola makan juga membutuhkan fokus baru

sambil mengembangkan pedoman pola makan untuk remaja. Namun,

sebelum melakukannya perlu ada pemahaman tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi praktik diet dan pilihan makanan remaja putri. Penelitian

sebelumnya telah menunjukkan bahwa pilihan makanan dan preferensi

makanan sangat dipengaruhi oleh status keuangan dan kemampuan membeli

seseorang. (Fatima Hassan, 2020)

Makanan remaja terdapat di banyak lokasi, dan ketersediaan makanan

tidak sehat versus sehat dapat berbeda di setiap lokasi, berpotensi

mengakibatkan perilaku diet khusus lokasi. Misalnya, remaja dapat memiliki

akses ke lebih sedikit pilihan makanan di sekolah dibandingkan ketika di

rumah, di mana pilihan makanan biasanya lebih banyak tetapi berpotensi

lebih diatur oleh orang tua. Bukti terkumpul tentang dampak gizi dari makan

di restoran dan gerai makanan cepat saji, yang dikaitkan dengan asupan

energi yang lebih tinggi dan kualitas makanan yang lebih buruk pada remaja.

Sementara beberapa penelitian telah meneliti kualitas makanan yang

disediakan di sekolah dan lokasi tunggal lainnya, lebih sedikit penelitian yang

menyelidiki konsumsi makanan di sekolah dibandingkan dengan lokasi lain

dalam individu yang sama pada remaja. (Adrian Ortega, 2020)

Oleh karena itu, pilihan makanan yang dibuat oleh seorang remaja putri

dipengaruhi oleh status sosial ekonomi (SES) bersama dengan banyak faktor

kontekstual lainnya. Meskipun banyak literatur tersedia tentang faktor-faktor

yang memengaruhi pilihan makanan dan pola makan sehat di antara remaja di

seluruh dunia, sejauh ini sedikit penelitian dalam domain ini telah dilakukan
di banyak negara berkembang termasuk Pakistan. Fokus pada faktor-faktor

yang memengaruhi pilihan makanan dan praktik diet remaja putri dapat

membantu merencanakan program intervensi gizi dan kesehatan yang sesuai

dengan budaya untuk remaja putri dan menciptakan lingkungan makan yang

sehat untuk menginformasikan pendekatan kebijakan dan pedoman diet.

Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk penelitian ini karena telah

terbukti berperan dalam memajukan pemahaman aspek sosial dan perilaku

makanan dan makan. (Fatima Hassan, 2020)

Seperti paparan diatas penulis hendak mengamati pola diet yang

dilakukan remaja ini dalam beberapa aspek karena mungkin akan

berpengaruh terhadap apa saja yang dikonsumsi atau nutrisi yang didapat oleh

remaja berdasarkan kebiasaan makannya. Dari hal tersebut reviewer hendak

mengamati bagaimana penelitian ini dilaksanakan hingga hasilnya, dan

mencoba menelaah manfaat dari kedua penelitian tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana gambaran isi jurnal dengan judul Perbedaan dalam

Aktivitas Remaja dan Perilaku Diet di Rumah, Sekolah, dan Lokasi

Lain Memerlukan Pendekatan Intervensi Khusus (Differences in

Adolescent Activity and Dietary Behaviors Across Home, School, and

Other Locations Warrant Location-Specific Intervention

Approaches)?

1.2.2 Bagaimana gambaran isi jurnal dengan judul Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan dan Praktik Diet Gadis


Remaja: Studi Metode campuran Sekuensi Penjelasan (Factors

Affecting Food Consumption Patterns and Dietary Practices of

Adolescent Girls: An Explanatory Sequential Mixed Method Study)?

1.2.3 Bagaimana perbandingan kedua jurnal tersebut berdasarkan isi jurnal

yang telah ditelaah?

1.3 TUJUAN

1.3.1 Membaca dan memahami sistematika dan isi jurnal dengan judul

Perbedaan dalam Aktivitas Remaja dan Perilaku Diet di Rumah,

Sekolah, dan Lokasi Lain Memerlukan Pendekatan Intervensi Khusus

(Differences in Adolescent Activity and Dietary Behaviors Across

Home, School, and Other Locations Warrant Location-Specific

Intervention Approaches).

1.3.2 Membaca dan memahami sistematika isi jurnal dengan judul Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan dan Praktik Diet

Gadis Remaja: Studi Metode campuran Sekuensi Penjelasan (Factors

Affecting Food Consumption Patterns and Dietary Practices of

Adolescent Girls: An Explanatory Sequential Mixed Method Study).

1.3.3 Membandingan kedua jurnal tersebut berdasarkan isi jurnal yang telah

ditelaah meliputi tema penelitian, metode penelitian, hasil penelitian

dan juga kesimpulan.

1.4 MANFAAT

1.4.1 Manfaat Praktis

Hasil review jurnal ini diharapkan dapat menambah wawasan

praktisi kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya di lapangan dan


dapat dijadikan rujukan dalam memberikan konseling kesehatan

berkaitan dengan nutrisi pada remaja.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Selain manfaat praktis hasil review jurnal ini diharapkan dapat

menjadi referensi dan tambahan ilmu bagi mahasiswa kesehatan yang

sedang mempelajari tema nutrisi pada remaja sebagai referensi dalam

menganalisa jurnal dengan tema serupa.


II

PEMBAHASAN

2.1 REVIEW JURNAL 1

Perbedaan dalam Aktivitas Remaja dan Perilaku Diet di


Rumah, Sekolah, dan Lokasi Lain Memerlukan
Pendekatan Intervensi Khusus.
Judul
Differences in Adolescent Activity and Dietary
Behaviors Across Home, School, and Other Locations
Warrant Location-Specific Intervention Approaches.
International Journal of Behavioral Nutrition and
Jurnal
Physical
Tahun 2020
Penulis Adrian Ortega, dkk.
1. Galih Puspita Citra Mahardhika 206070400111009
Reviewer 2. Hotma Ulina Sagala 206070400111010

Dalam penelitian ini penulis ingin meneliti bagaimana


Tujuan aktivitas fisik, duduk terus-terusan (nongkrong), dan
Penelitian perilaku diet berbeda di rumah, sekolah, dan lokasi lain
pada remaja muda.
Metode 1. Peserta untuk analisis ini adalah bagian dari Studi
Penelitian Lingkungan dan Lingkungan Remaja (TEAN) yang
meneliti hubungan faktor lingkungan binaan dengan
aktivitas fisik dan perilaku diet.
2. Remaja sehat berusia antara 12-16 tahun dan salah
satu orang tua mereka direkrut dari wilayah
metropolitan Baltimore, MD-Washington, DC dan
Seattle-King County, WA pada tahun 2009-2011.
3. Peserta dikumpulkan kembali dari 447 kelompok
blok sensus dan dikelompokkan secara merata di
seluruh kelompok blok sensus yang mewakili
lingkungan tinggi atau rendah dengan fasilitas
memadai dan pendapatan rumah tangga rata-rata
tinggi atau rendah, menghasilkan empat (2×2)
kuadran desain studi.
4. Pengukuran dilakukan hanya selama tahun ajaran
dan penilaian peserta diimbangi oleh musim di
seluruh kuadran studi.
5. Rumah tinggal dihubungi melalui telepon, dan
peserta yang memenuhi syarat diundang untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.
6. Tingkat partisipasi keseluruhan adalah 36%, yang
sebanding di seluruh kuadran penelitian.
7. Peserta diperiksa melalui telepon oleh staf peneliti
dan kemudian dikeluarkan dari penelitian jika
mereka memiliki gangguan fisik, medis, atau
kognitif yang akan membatasi aktivitas fisik mereka,
memengaruhi perilaku diet mereka, atau
memengaruhi kemampuan mereka untuk
menyelesaikan tindakan.
8. Peserta yang memenuhi syarat dikirimi formulir
persetujuan dan persetujuan, yang ditindaklanjuti
dengan panggilan telepon oleh asisten peneliti untuk
menjawab pertanyaan.
9. Setelah informed consent dan formulir persetujuan
diterima, peserta remaja diminta untuk memakai
accelerometer dan pelacak Global Positioning
System (GPS) selama 7 hari selama jam bangun.
10.Peserta mendapatkan kompensasi finansial sebesar
US $40 untuk menyelesaikan prosedur studi.
11.Studi ini disetujui oleh Institutional Review Board di
San Diego State University dan University of
California, San Diego.
12.Sebanyak 928 remaja berpartisipasi dalam penelitian
TEAN.
13.Analisis dalam penelitian ini yang melibatkan
aktivitas fisik/variabel menetap mengecualikan
peserta yang tidak menerima pelacak GPS atau tidak
pernah merekam data apapun (n=130), yang alamat
rumahnya tidak tersedia dalam database geocoding
(n=29), atau siapa yang melakukannya tidak
memberikan nama/alamat sekolah mereka atau
bersekolah di rumah (n=93).
14.Remaja yang tidak memakai perangkat GPS dan
akselerometer bersama-sama selama ≥1 hari sekolah
yang valid dan ≥ 1 hari akhir pekan yang valid (n =
204) juga dikeluarkan untuk mendapatkan perkiraan
perilaku pada hari kerja (sekolah) dan akhir pekan.
Hari yang valid didefinisikan sebagai hari dengan
data bersamaan ≥8 jam dari kedua perangkat, dan
hari sekolah didefinisikan sebagai hari kerja di mana
peserta menghabiskan waktu ≥200 menit di sekolah
mereka sebagaimana diukur dengan GPS.
15.Analisis yang melibatkan variabel diet mengeluarkan
peserta yang tidak menyelesaikan diet ingat pada ≥1
hari sekolah dan ≥ 1 hari akhir pekan (n = 139).
16.Oleh karena itu, sampel saat ini terdiri dari 472
remaja untuk analisis aktivitas fisik dan variabel
menetap, dan 789 remaja untuk analisis diet.
17.Pengukuran meliputi: Demografi, Antropometri,
Pelacakan GPS dan Penetapan Lokasi, Aktivitas
Fisik dan Waktu Duduk Terus-menerus, Mengingat
Diet, Analisa Data.
Lokasi
Baltimore-Washington, DC
Penelitian
1. Remaja paling tidak aktif secara fisik di rumah (2,5
menit/jam waktu pakai) dan sekolah (2,9 menit/jam
waktu pakai) dibandingkan dengan lokasi “lain” (5,9
menit/jam waktu pakai).
2. Peserta menghabiskan proporsi waktu keausan yang
sedikit lebih besar saat duduk di sekolah (41 mnt/jam
waktu pakai) daripada di rumah (39 mnt/jam waktu
pakai), dan waktu tanding yang berlangsung ≥30 mnt
(10 mnt/jam waktu keausan) dan durasi pertandingan
menetap rata-rata (5 menit) adalah yang tertinggi di
sekolah.
Hasil Penelitian 3. Sekitar 61% asupan energi harian terjadi di rumah,
25% di sekolah, dan 14% di lokasi “lain”.
4. Proporsional dengan asupan energi, asupan gula
tambahan harian (5 g/100 kkal), buah dan sayur
(0,16 porsi/100 kkal), minuman berkalori tinggi
(0,09 minuman/100 kkal), biji-bijian (0,04 porsi/100
kkal), gram serat (0,65 g/100 kkal), dan kalori lemak
(33 kkal/100 kkal) dan lemak jenuh (12 kkal/100
kkal) yang dikonsumsi secara nutrisi paling tidak
disukai di lokasi "lain".
5. Jajanan manis dan gurih harian yang dikonsumsi
paling tinggi di sekolah (0,14 jajan/100 kkal).
Kesimpulan dan Perilaku kesehatan remaja dibedakan berdasarkan
Saran lokasi/lingkungan mereka. Meskipun perilaku makan
umumnya lebih disukai di lokasi rumah dan sekolah,
aktivitas fisik umumnya rendah dan waktu menetap
lebih tinggi di lokasi tersebut.
Intervensi perilaku kesehatan yang membahas berbagai
lokasi di mana remaja menghabiskan waktu dan
menggunakan strategi perubahan perilaku spesifik
lokasi harus dieksplorasi untuk mengoptimalkan
perilaku kesehatan di setiap lokasi.
a. Pembaca dapat memahami tujuan utama dari
penelitian ini.
b. Metode penelitian yang dilakukan juga sangat
sistematis dan pengambilan data cukup lengkap.
Kelebihan
c. Peneliti juga menetapkan kriteria inklusi dan
eksklusi secara jelas dan rinci.
d. Dalam penelitian ini penulis dengan jelas
menjelaskan kriteria penilaian dalam studinya.
a. Dalam penelitian ini penulis tidak melakukan
perbandingan hasil penilitiannya dengan penelitian
Kekurangan lain atau pun penelitian terdahulu.
b. Penelitian ini bersifat deskriptif dan hanya
menganalisa data dari kebiasaan partisipan.

Komentar : Informasi yang terdapat dalam jurnal tersebut cukup jelas,

beserta tujuan yang spesifik dalam menganalisa hubungan

antara waktu seorang remaja berdiam di suatu tempat

(rumah, sekolah dan tempat lain) dengan pola makan sehat

dan makanan apa saja yang dikonsumsinya. Hasil analisa

data yang dilakukan juga jelas terbaca dengan sistematika

yang baik. Dalam kesimpulan yang dituliskan juga dapat

kami lihat bahwa lingkungan dapat mempengaruhi

kebiasaan pola makan sehat pada remaja.

2.2 REVIEW JURNAL 2


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi
Pangan dan Praktik Diet Gadis Remaja: Studi Metode
campuran Sekuensi Penjelasan

Judul Factors Affecting Food Consumption Patterns and


Dietary Practices of Adolescent Girls: An Explanatory
Sequential Mixed Method Study
Jurnal Annals of King Edward Medical University
Tahun 2020
Fatima Hassan, Samia Kalsoom, Naheed Humayun
Penulis
Sheikh, Ayesha Humayun
1. Galih Puspita Citra Mahardhika 206070400111009
Reviewer
2. Hotma Ulina Sagala 206070400111010

Dalam penelitian ini penulis ingin mengidentifikasi dan


Tujuan
mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola
Penelitian
komsumsi makanan dan praktik diet remaja putri.
Metode 1. Pada tahap pertama, yang terdiri dari bagian
Penelitian kuantitatif dari penelitian, 525 remaja putri dari SES
berbeda direkrut melalui purposive sampling setelah
mendapat persetujuan tertulis. Tanggapan mereka
tentang preferensi makanan dan kebiasaan makan
dicatat melalui panduan wawancara frekuensi
makanan yang telah divalidasi.
2. Pada tahap kuantitatif, data tentang preferensi
makanan dan pola makan remaja putri dikumpulkan
dari 470 peserta melalui pedoman wawancara yang
telah divalidasi. Pengambilan sampel secara purposif
dilakukan untuk memasukkan peserta dari status
sosial ekonomi yang berbeda (SES).
3. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan Juni 2016
hingga Agustus 2016.
4. Tahap kedua adalah tahap penelitian kualitatif yang
dilakukan setelah tahap analisis kuantitatif. Pada fase
ini, empat puluh dua remaja putri berpartisipasi
dalam lima kelompok fokus pada Februari 2017.
Strategi pengambilan sampel MaximumVariation
dalam teknik pengambilan sampel tujuan. 7
Dipekerjakan untuk memilih peserta (untuk
menangkap beragam karakteristik peserta yaitu,
lingkungan sosial budaya, tingkat pendidikan dan
pendapatan yang dilaporkan sendiri). Persetujuan
tertulis diambil dari peserta.
5. Bagian kualitatif dilakukan setelah analisis data
kuantitatif. Metodologi kelompok fokus dipilih
untuk mengumpulkan data kualitatif. Metodologi
Focus Group Discussion (FGD) merupakan metode
pengumpulan data yang sangat membantu dalam
penelitian kesehatan masyarakat. Ini menyediakan
platform bagi orang-orang untuk berbicara tentang
berbagai masalah kepentingan bersama yang
biasanya tidak mereka diskusikan.
6. Keputusan jumlah FG didorong oleh kejenuhan data
7 Lima kelompok fokus yang masing-masing terdiri
dari 7 sampai 9 peserta, 90-120 menit per sesi.
Remaja perempuan dari berbagai kelas sosial
ekonomi dan tingkat pendidikan diundang untuk
berpartisipasi dalam diskusi ini. Dua fasilitator yang
memiliki pengalaman sebelumnya dalam melakukan
kelompok fokus menjadi moderator dan juru tulis
kelompok fokus.
7. Salah satu peneliti bertindak sebagai moderator dan
yang lainnya sebagai juru tulis untuk membuat
catatan lapangan sekaligus mengelola rekaman
audio. Modus menjelaskan tujuan dari kelompok
fokus dan mengambil persetujuan tertulis bersama
denganpengisian kuesioner demografis singkat. Satu
set pertanyaan dan probe yang telah ditentukan
digunakan selama sesi.
8. Dua FGD dilakukan di Kota Model Sekolah
Menengah Putri Pemerintah, dua di Lahore College
for Women University dan satu di rumah fasilitator
komunitas di Kota Johar.
9. Catatan dan rekaman audio ditranskripsikan dalam
bahasa Urdu (bahasa lokal) dan kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh dua
peneliti, diikuti dengan diskusi dan pengembangan
konsensus tentang poin-poin yang tidak jelas dan
diperdebatkan. Validitas terjemahan diverifikasi oleh
pakar bilingual.
10.Data kuantitatif dianalisis melalui SPSSversion 23.
Data diatur dalam urutan naik dan turun untuk
pembersihan data. Formulir yang tidak diisi secara
lengkap tidak dimasukkan dalam analisis akhir dan
analisis deskriptif dijalankan pada sampel yang
berjumlah 470. Presentase dan frekuensi dihitung.
Chi kuadrat digunakan sebagai uji asosiasi. CI
diambil pada 95% dan nilai p (<0,05) dianggap
signifikan secara statistik.
11.Bagian Kualitatif, analisis tematik dilakukan pada
data transkrip teks. Teknik gunting-dan-potong
digunakan untuk mereduksi data menjadi kode. Kode
diidentifikasi secara independen oleh peneliti dan
dikategorikan. Kode akan digunakan jika diperlukan.
12.Penelitian ini dilaporkan dengan menggunakan
SRQR (Standards for Reporting Qualitative
Research) checklist.
Lokasi
Lahore, Kota Johar
Penelitian
Hasil Penelitian 1. Hasil penelitian bagian kuantitatif menunjukkan
bahwa remaja putri yang tidak mengonsumsi
makanan seimbang dan remaja putri dengan SES
rendah mengonsumsi makanan yang lebih sehat
dibandingkan remaja putri dengan SES menengah
dan atas.
2. Pokok diet, konsumsi telur, buah-buahan, lentil dan
pola konsumsi kacang-kacangan secara signifikan
dikaitkan (p <0,05) dengan SES.
3. Dalam studi tahap kualitatif, lima kelompok fokus
yang diadakan dengan 42 remaja putri menunjukkan
bahwa sebagian besar anak perempuan hidup dalam
tiga generasi keluarga (yaitu, dengan kedua atau satu
kakek). Usia rata-rata peserta adalah 15,7 tahun (SD
± 1,9) .
4. Faktor Sosial Budaya
a. Tren dan praktik keluarga diamati memainkan
peran yang menentukan dalam membentuk
preferensi makanan gadis remaja.
(1) Biasa dikomsumsi dan disukai. Remaja dari
semua FG berbagi bahwa gandum dan beras
adalah makanan pokok utama dari kelompok
sereal tidak suka makan pasta dan mie
daripada gandum dan nasi tradisional.
Sebagian besar dari mereka melaporkan
bahwa jika diberi pilihan antara roti gandum
(roti) dan nasi daging pedas (Biryani),
mereka akan lebih memilih yang lebih baru.
Para remaja lebih menyukai ayam daripada
jenis daging lainnya karena mereka mengira
ayam dapat dimasukkan ke dalam berbagai
hidangan dibandingkan dengan daging
kambing.
(2) Lebih sedikit pendapatan berarti pilihan
makanan yang lebih sehat. Tercatat bahwa
remaja perempuan yang tergolong SES
rendah memiliki pola makan yang lebih sehat
seperti keluarga mereka lebih sedikit uang
untuk dibelanjakan pada makanan cepat saji
yang mahal dan dianggap mewah. Keluarga
mereka kebanyakan lebih memilih makanan
seperti kacang-kacangan, polong-polongan,
sayuran dan buah-buahan karena ketersediaan
musiman yang mudah dan harga yang murah.
Para gadis remaja mulai menyukai makanan
sehat ini karena terbiasa dengan makanan
tersebut.
(3) Keluarga bersama tercatat sebagai fasilitator
pola makan sehat karena remaja yang tinggal
dalam keluarga bersama atau memiliki kakek
nenek mengonsumsi makanan yang lebih
sehat.
(4) Pendekatan patriarki diamati di antara
keluarga dari beberapa remaja perempuan
terutama mereka yang termasuk dalam SES
menengah dan rendah. Sebagian besar remaja
lebih suka ayam tetapi harus makan daging
merah karena preferensi anggota keluarga
laki-laki untuk itu, yang menganggap daging
merah "lebih kuat" daripada daging putih.
b. Keyakinan dan tabu karena tabu yang tersebar
luas di Pakistan, orang percaya ikan sebagai
makanan panas dan diyakini menyebabkan
vitiligo jika dikonsumsi di musim panas. Remaja
perempuan juga tidak mengonsumsi ikan selama
musim panas dan hanya memakannya dimusim
dingin
5. Faktor pribadi
a. Prefensi Pencicip
(1) Makanan tidak populer di kalangan remaja.
Sayuran ditemukan sebagai makanan yang
paling tidak populer di kalangan remaja dari
remaja SES menengah dan atas dan alasan
utamanya adalah rasanya yang hambar.
Konsumsi susu juga ditemukan sangat rendah
di kalangan remaja dari keluarga menengah
dan berpenghasilan tinggi.
(2) Preferensi untuk metode memasak yang tidak
konvensional meskipun remaja tidak suka
mengkonsumsi makanan seperti sayur dan
susu dalam bentuk konvensional namun
dikatakan dapat makan sayur selektif jika
disajikan dalam salad atau ditambahkan
dalam shawarma atau pizza.
(3) Konsumsi makanan cepat saji. Remaja
dengan SES tinggi lebih menyukai pasta,
burger, dan pizza (makanan cepat saji) karena
mereka memiliki pilihan ini sejak masa
kanak-kanak Mereka lebih menyukai
makanan cepat saji daripada makanan pokok
tradisional (Roti).
b. Pola gaya hidup
(1) Kurangnya waktu dan motivasi. Tercatat
bahwa makanan yang disukai remaja
perempuan yang mudah didapat dan dapat
dimakan dengan lebih mudah.
(2) Gaya hidup tidak sehat diidentifikasikan
sebagai salah satu sub tema penting yang
mempengaruhi pola makan pada remaja
terutama dari SES menengah dan tinggi
6. Faktor ekonomi
Tema penting lainnya yang diuraikan adalah
keuangan. Teramati bahwa makanan sehat tertentu
meskipun disukai oleh remaja putri tidak dikonsumsi
oleh mereka karena mahalnya harga makanan
tersebut.
Kesimpulan Preferensi makanan dan praktik diet gadis remaja
ditentukan oleh berbagai faktor di tingkat pribadi,
budaya dan sosial ekonomi. Faktor-faktor tersebut, yang
meliputi tren keluarga, preferensi rasa, pola gaya hidup,
keuangan dan kepercayaan serta pantangan, berperan
penting dalam membentuk pola makan yang sehat atau
tidak sehat.

Eksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi ini akan


bermanfaat bagi intervensi gizi di masa depan dan
program pendidikan yang bertujuan untuk
meningkatkan kebiasaan makan dan status gizi remaja
perempuan di Pakistan.
a. Pembaca dapat memahami tujuan dari penelitian ini.
b. Metode penelitian adalah Studi Metode campuran
Sekuensi Penjelasan yang dilakukan yang
menggabungkan unsur-unsur pendekatan penelitian
kualitatif dan kuantitatif secara bertahap.
c. Penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi dan
Kelebihan mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi
preferensi makanan dan praktik diet remaja
perempuan yang tergabung dalam SES yang
berbeda. Faktor-faktor ini hadir pada tingkat sosial
budaya, pribadi dan ekonomi.
d. Dalam penelitian ini penulis dengan jelas
menjelaskan kriteria penilaian dalam studinya.

Penelitian ini menggunakan Metode campuran sekuensi


dengan peneliti menggabungkan penelitian kualitatif
dan kuantitatif yang lebih kompleks atau memperluas
Kekurangan
penemuan-penemuan. Dalam penelitian ini ada
kejenuhan data membuat keputusan untuk membagi
kelompok focus.

Komentar : Informasi yang terdapat dalam jurnal tersebut jelas dan sangat
bervariasi, karena mengidentifikasi dan mengeksplorsai faktor-
faktor yang mempengaruhi pola komsumsi dan praktik diet
remaja. Hasil analisa data yang dilakukan dengan sistematika
yang baik dan dibagi dengan 3 kelompok SES rendah,
menengah, tinggi . Dalam kesimpulan Pola dan praktek diet
yang sehat dan tidak sehat dibentuk oleh berbagai faktor pada
tingkat sosial budaya, pribadi dan ekonomi.
Mempertimbangkan faktor-faktor kontekstual ini terbukti
bermanfaat untuk program yang ditujukan untuk meningkatkan
status gizi remaja.

perempuan

2.3 DISKUSI

2.1.1 Tema Jurnal

Kedua jurnal tersebut membahas tema yang sama yaitu pola diet

pada remaja. Penulis pada jurnal 1 dan jurnal 2 berusaha menganalisa

bagaimana gambaran tentang kebiasaan makan pada remaja dalam

berbagai aspek dan beberapa faktor yang mempengaruhi pola dan

kebiasaan makan mereka.

2.1.2 Metode Penelitian

Metode penelitian dari kedua jurnal tersebut berbeda, pada junal

1 yang diketahui bahwa penelitian tersebut berpusat pada hal yang

lebih spesifik sehingga penelitian tersebut lebih terfokus pada satu

faktor, dengan studi cross-sectional. Analisis spasial juga dilakukan

untuk mengklasifikasikan aktivitas fisik harian, pola waktu menetap

(nongkrong), dan perilaku makan menurut lokasi, yang dikategorikan

sebagai rumah, sekolah, dan lokasi “lain”. Dan pada jurnal 2 penulis

memperluas metode penelitiannya menggunakan metode campuran

kuantitatif dan kualitatif, dikarenakan faktor-faktor yang

mempengaruhi variabelnya lebih diperluas.

2.1.3 Perbandingan Jurnal


Jurnal 1 Jurnal 2

Tema yang diambil Tema yang diambil


hampir sama dengan hampir sama dengan
Keterkaitan
Jurnal 2, relevan dan Jurnal 1, relevan dan
dengan
sesuai dengan rencana sesuai dengan rencana
tema
penelitian sampai akhir penelitian sampai akhir
penelitian. penelitian.
Metode penelitian cukup
Metode penelitian dan bervariasi,
variable lebih spesifik menggunakan beberapa
Isi
dan terarah pada satu metode penelitian dan
pokok bahasan. pokok bahasan lebih
meluas.
Hasil penelitian
disajikan dengan Hasil penelitian dibagi
analisis data dalam tabel ke dalam dua jenis
berbeda setiap kategori yaitu kualitatif
Hasil
variabelnya dan narasi dan kuantitatif, disajikan
deskriptif, setiap hasil secara deskriptif dan
dari variable dijabarkan tabel hasil analisa data.
dengan jelas.
Kedua jurnal tersebut menganalisa tema yang
serupa namun variable yang diambilnya berbeda,
dalam jurnal 1 penulis lebih spesifik menganalisa
lingkungan yang mempengaruhi pola makan sehat
Hasil
remaja, sedangkan pada jurnal 2 penulis lebih luas
Identifikasi
menganalisa variabelnya yang dapat mempengaruhi
pola makan sehat remaja tidak hanya dari
lingkungan namun juga dari berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi.
III

3.1 KESIMPULAN

Dari dua penelitian diatas ada perbedaan focus penelitian, dalam

penelitian yang pertama lebih spesifik meneliti perilaku kesehatan remaja

putri berdasarkan lokasi/lingkungan Penelitian kedua focus meneliti

berbagai faktor, mengidentifikasi dan mengeksplorasi pola komsumsi

remaja putri. Dua penelitian ini ada kesamaan tujuan yaitu meneliti

perilaku diet remaja putri.

Eksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi ini akan bermanfaat

bagi intervensi gizi di masa depan dan program pendidikan yang

bertujuan untuk meningkatkan kebiasaan makan dan status gizi remaja

putri. Faktor-faktor tersebut, yang meliputi tren keluarga, preferensi rasa,

pola gaya hidup, keuangan dan kepercayaan serta pantangan, berperan

penting dalam membentuk pola makan yang sehat atau tidak sehat.

3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Hassan, F., Kalsoom, S., Sheikh, N. H., & Humayun, A. (2020). Factors Affecting
Food Consumption Patterns and Dietary Practices of Adolescent Girls:
An Explanatory Sequential Mixed Method Study. Annals of King
Edward Medical University, 26(1), 9-18.

Ortega, A., Bejarano, C. M., Cushing, C. C., Staggs, V. S., Papa, A. E., Steel, C.,
& Saelens, B. E. (2020). Differences in adolescent activity and dietary
behaviors across home, school, and other locations warrant location-
specific intervention approaches. International Journal of Behavioral
Nutrition and Physical Activity, 17(1), 1-12.

Anda mungkin juga menyukai